Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK AKSI 212 TERHADAP PEMBANGUNAN DEMOKRASI POLITIK DI

INDONESIA

Pendahuluan

Di Indonesia sistem demokrasi mulai semarak kembali sejak era Orde Baru (1966) karena di
masa pemerintahan Soeharto masyarakat Indonesia dilibatkan secara langsung dalam
menentukan pemimpin negara melalui Pemilihan Umum yang bersifat Luber (langsung, umum,
bebas, dan rahasia). Selain itu, lembaga-lembaga perwakilan rakyat seperti DPR baik di pusat
maupun daerah, MPR, dan lain-lainnya juga mulai menjalankan fungsinya untuk menampung
suara rakyat. Meskipun demikian, praktik demokrasi juga tidak bisa dikatakan maksimal di era
ini karena sistem pemerintahan Soeharto yang opresif dan militeristik, khususnya terhadap
kelompok minoritas dan kelompok agama. Namun, sejauh ini prinsip atau sistem demokrasi
merupakan pilihan tepat untuk negara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengingat
masyarakatnya yang sangat pluralis. Oleh karena itu, sejauh ini Demokrasi Pancasila yang
berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sistem
pemerintahan yang paling mungkin diterapkan di Indonesia dibandingkan dengan konsep
Demokrasi Liberal, Demokrasi Kapitalis, dan Demokrasi Terpimpin yang dalam catatan sejarah
perjalanan bangsa pernah gagal diterapkan di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam
ruang demokrasi posisi rakyat adalah sama dan setara artinya rakyat punya kebebasan untuk
mengutarakan pendapat dan mengekspresikan diri. Fenomena konflik agama menjadi hal yang
tidak terhindarkan terlebih jika dihadapkan pada realita hari ini, masyarakat mulai mudah
terpolarisasi sebab isu-isu yang berkaitan dengan agama. Berangkat dari sini, aksi 212 menjadi
sesuatu diskursus yang menarik untuk dibahas karena aksi ini menjadi fenomena yang
menyentuh dua hal sekaligus dalam waktu yang bersamaan yakni agama dan politik. Artikel
jurnal ini ditulis dalam rangka membedah bagaimana dampak yang ditimbulkan dalam upaya
pembangunan demokrasi politik pasca aksi 212 yang menjadi perhatian seluruh bangsa Indonesia
dan banyak menuai pro kontra di masyarakat yang multicultural ini.

Metodologi Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan pada tulisan ini adalah deskriptif yang mana sebagai prosedur
penelitian dengan memecahkan masalah melalui penggambaran dan menjabaran atas subjek dan
objek penelitian (berupa perseorangan, institusi dan lembaga, masyarakat dan lain sebagainya)
pada masa dewasa ini berdasarkan fakta yang memang terjadi di lapangan (Nawawi, 2002:63)
dengan mengedepankan studi literatur dan analisis fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat
melalui pengamatan lapangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.

Pembahasan

Demokrasi ditinjau dari aspek epistemologis berangkat dari dua kata yang berasal dari Bahasa
Yunani yaitu demos (rakyat) dan cretein atau cratos (kekuasaan atau kedaulatan). Sedangkan
secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan
negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah
satu
sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan
untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan
masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya. Menurut C. F. Strong, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di
mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan -
tindakannya pada mayoritas tersebut. Adapun menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah
pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people,
and for the people.)

Pemerintahan dari rakyat diartikan sebagai pemerintah dalam suatu negara mendapat mandat dari
rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi, yang dalam sebuah frasa latin berbunyi vox populi
vox dei berarti "suara rakyat suara Tuhan". Apabila pemerintah telah mendapat mandat dari
rakyat untuk memimpin penyelenggaraan negara, pemerintah tersebut telah dianggap sah.
Pemerintahan oleh rakyat artinya pemerintahan negara itu dijalankan oleh rakyat. Dalam
praktiknya pemerintahan dijalankan oleh pemerintah, tetapi orang-orang dalam pemerintahan
tersebut telah dipilih dan mendapat mendat dari rakyat. Adapun pemerintahan untuk rakyat
artinya pemerintahan yang menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang diarahkan
untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Apabila kebijakan yang dihasilkan hanya untuk
kepentingan sekelompok orang dan tidak berdasarkan kepentingan rayat, pemerintahan tersebut
bukan pemerintahan demokratis.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber, dijiwai, dan diintegrasikan
dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dardji
Darmodihardjo menyatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang
bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti
Dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945. Jadi selain menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi yang bersifat universal, negara kita juga menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
Pancasila yang sering disebut dengan sepuluh pilar demokrasi. Upaya untuk mengembangkan
budaya demokrasi terus berjalan dari masa ke masa. Sejak bangsa Indonesia mengikrarkan
proklamasi kemerdekaan dan berdiri sebagai sebuah negara yang merdeka, Indonesia
menerapkan sistem demokrasi yang tertuang dengan jelas dalam sila keempat Pancasila. Dalam
mewujudkan negara demokrasi, Indonesia mengalami pasang surut dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Berikutnya berkaitan dengan politik, Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa
Yunani, yakni polis yang berarti kota yang berstatus negara kota (city state).51 Dalam negara-
kota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan,
menurut Aristoteles) dalam hidupnya. Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat
ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai
kebaikan bersama. Definisi politik juga diberikan oleh ilmuwan politik lainnya, yaitu Andrew
Heywood. Menurut Andrey Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk
membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama. Dengan
definisi tersebut, Andrew Heywood secara tersirat mengungkap bahwa masyarakat politik
(polity) dalam proses interaksi pembuatan keputusan publik juga tidak lepas dari konflik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok
lainnya. Dalam studi pembangunan politik ada beberapa pemahaman, definisi dan pengertian
yang saling terkait yaitu, perubahan, pembangunan dan modernisasi politik. Pembangunan
dan modernisasi politik merupakan perubahan politik, bukan sebaliknya (Ramlan Surbakti,
1992). Perubahan politik dapat diartikan sebagai terjadinya perbedaan karakteristik dari suatu
sistem politik yang satu ke sistem politik lain. Misalnya dari sistem politik otoriter parlementer
ke sistem politik demokrasi Pancasila. Permasalahanya adalah apakah perubahan itu bersifat
progresif yaitu untuk menuju sistuasi yang lebih baik dari yang sebelumnya ataukah
bersifat regresif yakni menuju situasi yang lebih buruk dari sebelumnya. Contohnya adalah
Indonesia masa pemerintahan orde baru yang cenderung otoriter berubah ke masa reformasi yang
cenderung lebih demokratis, dimana kedaulatan rakyat lebih dijunjung tinggi. Demokrasi
Politik hari ini menjadi garda terdepan untuk melindungi kebebasan sipil dan memberikan
kesetaraan kepada seluruh warga negara untuk menyampaikan pendapat dengan paying hukum
sebagai pelindung.

Anda mungkin juga menyukai