Kewarganegaraan Semester II Pengampu: Drs. Atwal Arifin., Ak, M.Si.
Disusun Oleh : SALMA ALFIAN DITA B200170081 AINUN ALVI FAZJRI B200170100 NURUL FAI FHUR JANAH B200170110
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021 A. PENDAHULUAN Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilainilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. B. ARTI DAN KONSEP DASAR DEMOKRASI Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dimana warga negaranya memiliki hak serta dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi juga mnegizinkan warga negaranya berpartisipasi baik secara baik secara langsung atau melelui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hokum. Demokrasi juga mencangkup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Berdasarkan banyak literature yang ada, demokrasi berasal dari pengalaman bernegara oaring- orang yunani kuno, tepatnya di negara kota (polis) Athena pada sekitar 508 SM. Yunani sendiri pada waktu itu terdiri dari bebrapa Negara kota (polis) seperti Athena, Makedonia dan Sparta. Pada tahun 508 SM seorang warga Athena mengadakan bebrapa pembaharuan pemerintahan Negara kota Athena (Magnis, Suseno,1997:100). Bentuk pemerintahan baru ini disebut demokratia. Istilah demokratina sendiri dikemukan oleh sejarahwan Herodotus (490-420 SM) untuk menyebut sistem kenegaraan hasil pembaharuan Kleistenes tersebut. Sisitem demokratia Athena akhirnya dia ambil alih oleh banyak polis yang lainnya di Yunani. Demokrasi di Athena bertahan sampai kehancuran oleh Iskandar Agung dari Romawi pada tahun 322 SM. Sejak saai itu demokrasi Yunani dainggap hilang dari muka bumi. Berdasar berbagai pengertian yang berkembang dalam sejarah pemikiran tentang demokrasi, kita dapat mengkategorikan ada 3 (tiga) makna demokrasi yakni demokrasi sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi sebagai sistem politik dan demokrasi sebagai sikap hidup. 1. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan Makna demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan merupakan pengertian awal yang dikemukakan para ahli dan tokoh sejarah, misalnya Plato dan Aristotoles. Plato dalam tulisannya Republic menyatakan bahwa bentuk pemerintahan yang baik itu ada tiga yakni monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Jadi demokrasi adalah satu satu dari tiga bentuk pemerintahan Sampai saat itu pemaknaan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan masih dianut beberapa ahli. Sidney Hook mengatakan demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas kepada rakyat dewasa (Tim ICE UIN, 2003: 110). Menurut International Commission for Jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas (Mirriam Budiardjo, 2008: 116-117). Georg Sorensen (2003: 1) secara lugas menyatakan demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat. 2. Demokrasi sebagai Sistem Politik Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak sekedar dipahami sebagai bentuk pemerintahan, tetapi lebih luas yakni sebagai sistem politik. Bentuk pemerintahan bukan lagi demokrasi , oligarki, monarki atau yang lainnya. Bentuk pemerintahan, dewasa ini lebih banyak menganut pendapatnya Nicollo Machiavelli (1467-1527). Ia menyatakan bahwa Negara (Lo Stato) dalam hal ini merupakan hal yang pokok (genus) sedang spsesiesnya adalah Republik (Respublica) dan Monarki (Principati). Monarki adalah bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan. Pemimpin negara umumnya bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan. Sedangkan Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden atau perdana menteri. Pembagian dua bentuk pemerintahan tersebut didasarkan pada cara pengangkatan atau penunjukkan pemimpin negara. Apabila penunjukkan pemimpin negara berdasarkan keturunan atau pewarisan maka bentuk pemerintahannya monarki. Sedangkan bila penunjukkan pemimpin negara berdasarkan pemilihan maka bentuk pemerintahannya adalah republik. 3. Demokrasi sebagai Sikap Hidup Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak hanya dimaknai sebagai bentuk pemerintahan dan atau sistem politik, tetapi demokrasi dimaknai sebagai sikap hidup. Jika demokrasi sebagai bentuk pemerintahan atau sistem politik maka hal itu lebih banyak berjalan pada tingkat pemerintahan atau kenegaraan. Demokrasi tidak cukup berjalan di tingkat kenegaraan, tetapi demokrasi juga memerlukan sikap hidup demokratis yang tumbuh dalam diri penyelenggara negara maupun warga negara pada umumnya. Tim ICCE IUN (2003: 112) menyebut demokrasi sebagai pandangan hidup. Bahwa demokrasi tidak datang dengan sendiri dalam kehidupan bernegara. Ia memerlukan perangkat pendukungnya yakni budaya yang kondusif sebagai mind set dan setting sosial dan bentuk konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup. John Dewey (Zamroni, 2001: 31) menyatakan ide pokok demokrasi adalah pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam membentuk nilai- nilai yang mengatur kehidupan. Nurcholish Madjid (Tim ICCE UIN, 2003: 113) menyatakan demokrasi sebagai proses berisikan norma-norma yang menjadi pandangan hidup bersama. Menurut Padmo Wahyono (1991: 227), demokrasi adalah suatu pola kehidupan masyarakat yang sesuai dengan keinginan ataupun pandangan hidup manusia yang berkelompok tersebut. Demokrasi Indonesia dalam arti pandangan hidup adalah demokrasi sebagai falsafah hidup (democracy in philosophy) (Sri Soemantri, 1974). C. DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF UUD 1945 Indonesia merupakan Negara hukum yang demokratis yang bersumberkandari konsep kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat. Prinsip kedaulatan dimaksud ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945. Selanjutnya prinsip Negara hukum juga diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 yang secara tegas menyatakan “bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Prinsip-prinsip pokok tersebut secara tegas menyatakan bahwa suatu negara dibangun berdasarkan hukum dan demokrasi. Hal ini mempunyai makna bahwa hukum yang berlaku dalam suatu negara haruslah dirumuskan secara demokratis yaitu suatu hukum yang dikehendaki oleh rakyat. Prinsip ini membawa konsekuensi bahwa sebagai Negara hukum, segala tindakan penyelenggara Negara dan warga Negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum yag berlaku adalah hukum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dituntut adanya perencanaan dalam membentuk aturan hukum termasuk didalamnya menentukan tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara untuk mencapai tujuan tesebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa hokum bersifat instrumental yaitu instrument untuk mencapai tujuan. Apabila dipahami maka hal di atas sesuai dengan hakikat kebijakan public, dimana kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. Sebagaimana disebutkan oleh Thomas R Dye bahwa kebijakan public adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (is whatever government choose to do or not to do). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (obyektif) dan kebijakan public itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah. Selanjutnya Seidman menyatakan bahwa hukum merupakan pernyataan kebijakan publik, hal ini dapat dipahami bahwa apabila pemerintah mengajukan kebijakan public atau berupaya melaksanakanya, maka pejabat-pejabat pemerintah (para penyusun kebijakan) harus menerjemahkan kebijakan menjadi peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh pejabat-pejabat lainnya. D. PERAN PARTAI DALAM DEMOKRASI Partai politik merupakan gerakan sosial yang dilakukan oleh kelompok atau golongan yang bermaksud melakukan perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan bermaksud menciptakan suatu tatanan masyarakat yang sama sekali baru. Partai politik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi. Partai memiliki peran yang menentukan dalam sebuah sistem demokrasi dan merupakan pilar utama dalam pranata sistem politik. Peranan partai politik sangat dominan dalam sebuah negara yang demokratis, karena dengan adanya partai politik sebagai kelompok kepentingan yang terorganisir dan mempunyai tujuan dan citacita yang jelas, maka organisasi partai politik tersebut tersebut akan menjadi jembatan bagi rakyat untuk menyuarakan dan menyampaikan aspirasinya Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai politik menerjemahkan nilai dan kepentingan suatu masyarakat dalam proses pemecahan suatu masalah dari rakyat kepada pemerintah sehingga nilai dan kepentingan dari masyarakat itu menjadi rancangan undang-undang negara, peraturan-peraturan yang mengikat, dan program bagi rakyat. Partai Politik juga merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik. Semua fungsi ini diwujudkan melalui Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur, dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Partai politik sangat penting untuk pertumbuhan demokrasi. Maka dari itu, di banyak negara terdapat pendanaan publik bagi partai politik. Penyaluran dana publik tersebut dibatasi oleh peraturan dan perundang- undangan yang tegas. Ini menjarnin agar publik bisa ikut mengawasi anggaran partai politik. Masyarakat dapat ikut meningkatkan transparansi dalam perilaku serta kinerja. Dengan demikian kualitas demokrasi dalam suatu proses politik bisa menjadi semakin baik. Di Indonesia peran partai politik dalam menegakkan demokrasi cukup penting. Antara lain, Partai Politik harus dapat mengadakan pendidikan politik agar masyarakat tidak saja sadar hukum tetapi juga dewasa dalam berpolitik. E. KRTITIK TERHADAP PRAKTEK DEMOKRASI PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKOWI DODO Pada masa pemerintahan demokrasi Joko Widodo, banyak kebijakan dan tindakan pemerintah yang represif dan anti-demokrasi. Pertama, permasalahan dengan partai oposisi yaitu Koalisi Merah Putih (KMP). Pro-Kontra yang terjadi di dalam parlemen menyebabkan persaingan sengit sehingga membuat tujuan untuk membangun negara tidak sejalan. Kedua, permasalahan yang besar tentu saat masalah ucapan di dalam video kunjungan Basuki Tjahja Purnama ke Pulau Seribu yang menyebabkan sentimen umat Islam di Indonesia. Ketiga, adanya aksi yang dilakukan beberapa aktivis, mahasiswa, tokoh agama, dll, yang menyebabkan diantara mereka ditangkap oleh aparat kepolisian. Dan juga beberapa kasus seperti penangkapan 4 mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), penangkapan tokoh Islam seperti Muhammad Al Khatath dan penangkapan 10 Aktivis dan tokoh dikarenakan kasus makar dalam menuntut agar Basuki Tjahja Purnama. Ditambah lagi dengan dikeluarkannya PERPPU Nomor 2 tahun 2017 yang melegalkannya membubarkan secara semena-mena ormas yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila, tanpa hak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair trial) bagi mereka. Dan keputusan Jokowi untuk mendukung pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) walau ditentang banyak pihak. Jelas itu merupakan sikap kediktatoran yang anti terhadap demokrasi. F. PERAN MAHASISWA DALAM MENEGAKAN DEMOKRASI Demokrasi ialah bentuk pemerintahan yang setiap individu memiliki kesetaraan hak dalam mengambil keputusan, dan dapat memengaruhi kehidupan individu tersebut. Demokrasi yang sehat kini mulai luntur di berbagai lingkup sosial, termasuk lingkungan mahasiswa kampus. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kesejahteraan Sosial (Kessos), Hasamuddin Fadhil mengatakan, mahasiswa harus sadar dan bisa menanamkan bahwa politik tidak selalu buruk. Politik adalah mekanisme dari sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Dengan begitu, mahasiswa dapat berperan dalam membangun demokrasi yang sehat. Demokrasi disini yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.Rakyat yang dimaksud dalam konteks pemerintahan mahasiswa yaitu mahasiswa itu sendiri, sehingga dalam setiap upaya membentuk pemerintahannya, mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi secara langsung.Partisipasi secara langsung dari mahasiswa tersebut, dilakukan melalui pengambilan keputusan-keputusan menurut suara mayoritas. Mahasiswa sebagai “agent of change”, selain kewajibannya adalah menimba ilmu sebanyak-banyaknya, juga tetap memiliki tanggung jawab dalam mengabdikan dirinya untuk agama, masyarakat, bangsa dan Negara. Mahasiswa tidak boleh hanya berfikir untuk berkuasa. Mahasiswa dikenal sebagai intelektualis, pemikir kritis, demokratis, dan konstruktif. Suara- suara mahasiswa kerap kali mempresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri. Sebagai contoh usaha mahasiswa untuk menurunkan Soeharto pada masa orde baru. Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan emosional yang dibangun di atas romantisme sejarah masa lalu sekaligus sarana penyaluran agresi gejolak muda. Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon spontan atas situasi social yang tidak sehat, bukan atas ideologi tertentu, melainkan atas nilai-nilai ideal. Mahasiswa merupakan asset, cadangan dan harapan masa depan bangsa. Melalui organisasi kampus inilah memengaruhi kualitas mahasiswa sebagai pemimpin dimasa depan. Mahasiswa juga dituntut untuk berperan dalam kehidupan bernegara.Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena masih banyak anak yang menginginkan pendidikan tinggi namun karena factor ekonomi menjadi penghalang. G. PENYAKIT DEMOKRASI Indonesia masih berada pada transisi jalan di tempat yang berlarut- larut, bahkan di beberapa tempat mengalami kemunduran yang membuat kita masih jauh dari harapan demokrasi terkonsolidasi. Demokrasi Indonesia belum terkonsolidasi yang ciri-cirinya: 1) demokrasi bisa berjalan dan berproses dalam masa waktu yang lama; 2) ada penegakan hukum berjalan baik; 3) pengadilan yang independen; 4) pemilu yang adil dan kompetitif; 5) civil society yang kuat; 6). terpenuhinya hak-hak sipi, ekonomi, dan budaya warga negara. Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya masyarakat sipil yang kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya tinggi karena masifnya politik uang dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu, rendahnya keadaban politik warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang belum tuntas hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan berserikat, serta masalah masalah intoleransi terhadap kelompok minoritas. Kita mengalami situasi krisis suara kritis kepada kekuasaan karena hampir semua elemen masyarakat sipil dari mulai LSM, kampus, media dan mahasiswa telah merapat dengan kekuasaan atau sekurang-kurangnya memilih untuk diam demi menghindari "stigma" berpihak kepada kelompok intoleran yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi. Persoalan demokrasi terbesar kita saat ini ada pada lemahnya partai politik. Bukti persoalan partai politik bermula dari rekrutmen kader sebagian besar tidak serius dan asal-asalan. Tokoh masyarakat yang berkualitas, dosen, peneliti semakin sedikit yang terlibat di eksekutif maupun legislatif. Dua dekade setelah Reformasi, partai belum mulai menunjukkan ikhtiar yang serius dalam melakukan rekrutmen dan kaderisasi partai politik hanya dilakukan pada masa menjelang pemilu. Lemahnya internalisasi keadaban sipil (civic virtue) di antara warga negara sebagaimana tampak dalam perseteruan yang tajam, dangkal, dan kurang beradab antara netizen di media sosial merupakan catatan penting lainnya. Warga negara perlu belajar untuk berbeda pendapat atau pilihan politik sambil tetap berteman, bersahabat, dan bersaudara sebagai sesama anak bangsa. Maraknya ujaran kebencian, intoleransi, dan diskriminasi terhadap minoritas agama dan suku merupakan gejala yang mengkhawatirkan. Perbedaan pilihan politik atau keyakinan tidak boleh menggerus modal sosial kita berupa rasa saling percaya, toleransi, saling tolong menolong, dan saling menghargai perbedaan. Setelah 4 tahun pemerintahan berjalan, kritik dari pada analis dalam negeri maupun luar negeri mulai muncul. Ed Aspinal (2018), Tom Powel dan Eve Warburton (2018 dan 2019) menganalisis perkembangan demokrasi di Indonesia dan berargumen bahwa terjadi kemandekan dan bahkan kemunduran demokrasi di mana Presiden Jokowi mulai melakukan praktik non demokratis seperti membubarkan ormas tanpa proses hukum, meningkatnya intoleransi, semakin kuatnya polarisasi politik, masifnya kabar bohong dan pelanggaran hak asai manusia. Perlu partisipasi semua pihak baik intelektual, aktivis CSO's, jurnalis, dan partai politik untuk menyadari situasi kemandekan bahkan kemunduran demokrasi di Indonesia untuk bersama-sama berjuang menyelamatkan demokrasi di Indonesia. Rendahnya dialog dan sinergi di antara berbagai elemen itu adalah masalah demokrasi kita hari ini. H. PENUTUP Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat solid. Ketahanan nasional hanya dapat terwujud kalau meliputi seluruh segi kehidupan bangsa yang biasanya kita namakan aspek social kehidupan, meliputi Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hankam. Juga meliputi aspek alam, yaitu Geografi, Penduduk dan Kekayaan Alam. Di lingkungan Lembaga Ketahanan Nasioanal seluruh segi kehidupan bangsa dinamakan Astra Gatra, terdiri dari Panca Gatra (social) dan Tri Gatra (Alam). Seluruhnya itu harus selalu diusahakan untuk memberikan peranannya dalam perwujudan Kesejahteraan dan Keamanan. Keamanan nasional yang mendukung suasana kondusif dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional sangat diperlukan, dimana sistem keamanan nasional meliputi keamanan individu,kebebasan,jiwa dan harta individu dan keluarganya; keamanan publik yang berkaitan dengan pemeliharaan keamanan penyelenggaraan pemerintah Negara,pelayanan dan pengayoman terhadap rakyat dan masyarakat; keamanan internal yang menyangkut pemeliharaan keamanan dalam negeri meliputi seluruh perikehidupan rakyat, masyarakat, bangsa dan Negara; pertahanan nasional yang meliputi pemeliharaan keamanan kemerdekaan bangsa, kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan keamanan vital national interest pada umumnya. I. REFRENSI Buku Pendidikan Kewarganegaraan LPIDB UMS http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2020/11/27/peran-mahasiswa- dalam-membangun-demokrasi-sehat/ http://immdjazmanalkindi.or.id/2015/08/08/peranan-mahasiswa-dalam- pelaksanaan-demokrasi/