Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IMPLEMENTASI DEMOKRASI PADA PEMERINTAHAN


PRESIDEN JOKOWI DODO

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Kewarganegaraan Semester II
Pengampu: Drs. Atwal Arifin., Ak, M.Si.

Disusun Oleh :
SALMA ALFIAN DITA B200170081
AINUN ALVI FAZJRI B200170100
NURUL FAI FHUR JANAH B200170110

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. PENDAHULUAN
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap
rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau
pemerintahan rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak
utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui
Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah,
serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum dilaksanakan
oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat
sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilainilai demokrasi,
meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
B. ARTI DAN KONSEP DASAR DEMOKRASI
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dimana warga
negaranya memiliki hak serta dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi juga mnegizinkan warga negaranya
berpartisipasi baik secara baik secara langsung atau melelui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hokum. Demokrasi
juga mencangkup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Berdasarkan banyak literature yang ada, demokrasi berasal dari
pengalaman bernegara oaring- orang yunani kuno, tepatnya di negara kota
(polis) Athena pada sekitar 508 SM. Yunani sendiri pada waktu itu terdiri
dari bebrapa Negara kota (polis) seperti Athena, Makedonia dan Sparta.
Pada tahun 508 SM seorang warga Athena mengadakan bebrapa
pembaharuan pemerintahan Negara kota Athena (Magnis,
Suseno,1997:100).
Bentuk pemerintahan baru ini disebut demokratia. Istilah
demokratina sendiri dikemukan oleh sejarahwan Herodotus (490-420 SM)
untuk menyebut sistem kenegaraan hasil pembaharuan Kleistenes tersebut.
Sisitem demokratia Athena akhirnya dia ambil alih oleh banyak polis yang
lainnya di Yunani. Demokrasi di Athena bertahan sampai kehancuran oleh
Iskandar Agung dari Romawi pada tahun 322 SM. Sejak saai itu
demokrasi Yunani dainggap hilang dari muka bumi.
Berdasar berbagai pengertian yang berkembang dalam sejarah
pemikiran tentang demokrasi, kita dapat mengkategorikan ada 3 (tiga)
makna demokrasi yakni demokrasi sebagai bentuk pemerintahan,
demokrasi sebagai sistem politik dan demokrasi sebagai sikap hidup.
1. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan
Makna demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan merupakan
pengertian awal yang dikemukakan para ahli dan tokoh sejarah, misalnya
Plato dan Aristotoles. Plato dalam tulisannya Republic menyatakan bahwa
bentuk pemerintahan yang baik itu ada tiga yakni monarki, aristokrasi, dan
demokrasi. Jadi demokrasi adalah satu satu dari tiga bentuk pemerintahan
Sampai saat itu pemaknaan demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan masih dianut beberapa ahli. Sidney Hook mengatakan
demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas kepada rakyat
dewasa (Tim ICE UIN, 2003: 110). Menurut International Commission for
Jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk
membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara
melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab
kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas (Mirriam
Budiardjo, 2008: 116-117). Georg Sorensen (2003: 1) secara lugas
menyatakan demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat.
2. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak sekedar dipahami
sebagai bentuk pemerintahan, tetapi lebih luas yakni sebagai sistem
politik. Bentuk pemerintahan bukan lagi demokrasi , oligarki, monarki
atau yang lainnya. Bentuk pemerintahan, dewasa ini lebih banyak
menganut pendapatnya Nicollo Machiavelli (1467-1527). Ia menyatakan
bahwa Negara (Lo Stato) dalam hal ini merupakan hal yang pokok (genus)
sedang spsesiesnya adalah Republik (Respublica) dan Monarki
(Principati).
Monarki adalah bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan.
Pemimpin negara umumnya bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan.
Sedangkan Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang presiden atau perdana menteri. Pembagian dua bentuk
pemerintahan tersebut didasarkan pada cara pengangkatan atau
penunjukkan pemimpin negara. Apabila penunjukkan pemimpin negara
berdasarkan keturunan atau pewarisan maka bentuk pemerintahannya
monarki. Sedangkan bila penunjukkan pemimpin negara berdasarkan
pemilihan maka bentuk pemerintahannya adalah republik.
3. Demokrasi sebagai Sikap Hidup
Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak hanya dimaknai
sebagai bentuk pemerintahan dan atau sistem politik, tetapi demokrasi
dimaknai sebagai sikap hidup. Jika demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan atau sistem politik maka hal itu lebih banyak berjalan pada
tingkat pemerintahan atau kenegaraan. Demokrasi tidak cukup berjalan di
tingkat kenegaraan, tetapi demokrasi juga memerlukan sikap hidup
demokratis yang tumbuh dalam diri penyelenggara negara maupun warga
negara pada umumnya. Tim ICCE IUN (2003: 112) menyebut demokrasi
sebagai pandangan hidup. Bahwa demokrasi tidak datang dengan sendiri
dalam kehidupan bernegara. Ia memerlukan perangkat pendukungnya
yakni budaya yang kondusif sebagai mind set dan setting sosial dan bentuk
konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi sebagai
pandangan hidup.
John Dewey (Zamroni, 2001: 31) menyatakan ide pokok
demokrasi adalah pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya
partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-
nilai yang mengatur kehidupan. Nurcholish Madjid (Tim ICCE UIN,
2003: 113) menyatakan demokrasi sebagai proses berisikan norma-norma
yang menjadi pandangan hidup bersama. Menurut Padmo Wahyono
(1991: 227), demokrasi adalah suatu pola kehidupan masyarakat yang
sesuai dengan keinginan ataupun pandangan hidup manusia yang
berkelompok tersebut. Demokrasi Indonesia dalam arti pandangan hidup
adalah demokrasi sebagai falsafah hidup (democracy in philosophy) (Sri
Soemantri, 1974).
C. DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF UUD 1945
Indonesia merupakan Negara hukum yang demokratis yang
bersumberkandari konsep kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.
Prinsip kedaulatan dimaksud ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI
1945. Selanjutnya prinsip Negara hukum juga diatur dalam Pasal 1 ayat
(3) UUD NRI 1945 yang secara tegas menyatakan “bahwa Negara
Indonesia adalah Negara hukum. Prinsip-prinsip pokok tersebut secara
tegas menyatakan bahwa suatu negara dibangun berdasarkan hukum dan
demokrasi.
Hal ini mempunyai makna bahwa hukum yang berlaku dalam suatu
negara haruslah dirumuskan secara demokratis yaitu suatu hukum yang
dikehendaki oleh rakyat. Prinsip ini membawa konsekuensi bahwa sebagai
Negara hukum, segala tindakan penyelenggara Negara dan warga Negara
harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum yag berlaku
adalah hukum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu
dituntut adanya perencanaan dalam membentuk aturan hukum termasuk
didalamnya menentukan tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara untuk
mencapai tujuan tesebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa hokum bersifat
instrumental yaitu instrument untuk mencapai tujuan. Apabila dipahami
maka hal di atas sesuai dengan hakikat kebijakan public, dimana kebijakan
publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang
berorientasi pada tujuan. Sebagaimana disebutkan oleh Thomas R Dye
bahwa kebijakan public adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan (is whatever government choose to do or
not to do). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa bila pemerintah memilih
untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (obyektif) dan
kebijakan public itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan
semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat
pemerintah. Selanjutnya Seidman menyatakan bahwa hukum merupakan
pernyataan kebijakan publik, hal ini dapat dipahami bahwa apabila
pemerintah mengajukan kebijakan public atau berupaya melaksanakanya,
maka pejabat-pejabat pemerintah (para penyusun kebijakan) harus
menerjemahkan kebijakan menjadi peraturan-peraturan yang harus
dilaksanakan oleh pejabat-pejabat lainnya.
D. PERAN PARTAI DALAM DEMOKRASI
Partai politik merupakan gerakan sosial yang dilakukan oleh
kelompok atau golongan yang bermaksud melakukan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan
bermaksud menciptakan suatu tatanan masyarakat yang sama sekali baru.
Partai politik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
demokrasi. Partai memiliki peran yang menentukan dalam sebuah sistem
demokrasi dan merupakan pilar utama dalam pranata sistem politik.
Peranan partai politik sangat dominan dalam sebuah negara yang
demokratis, karena dengan adanya partai politik sebagai kelompok
kepentingan yang terorganisir dan mempunyai tujuan dan citacita yang
jelas, maka organisasi partai politik tersebut tersebut akan menjadi
jembatan bagi rakyat untuk menyuarakan dan menyampaikan aspirasinya
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik
berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik
rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan negara, serta meminta dan mempersiapkan anggota
masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta membina dan
mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan
politik sesuai dengan mekanisme demokrasi.
Partai politik menerjemahkan nilai dan kepentingan suatu
masyarakat dalam proses pemecahan suatu masalah dari rakyat kepada
pemerintah sehingga nilai dan kepentingan dari masyarakat itu menjadi
rancangan undang-undang negara, peraturan-peraturan yang mengikat, dan
program bagi rakyat. Partai Politik juga merupakan salah satu wahana
guna menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik. Semua
fungsi ini diwujudkan melalui Pemilihan Umum yang diselenggarakan
secara demokratis, jujur, dan adil dengan mengadakan pemberian
dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
Partai politik sangat penting untuk pertumbuhan demokrasi. Maka
dari itu, di banyak negara terdapat pendanaan publik bagi partai politik.
Penyaluran dana publik tersebut dibatasi oleh peraturan dan perundang-
undangan yang tegas. Ini menjarnin agar publik bisa ikut mengawasi
anggaran partai politik. Masyarakat dapat ikut meningkatkan transparansi
dalam perilaku serta kinerja. Dengan demikian kualitas demokrasi dalam
suatu proses politik bisa menjadi semakin baik. Di Indonesia peran partai
politik dalam menegakkan demokrasi cukup penting. Antara lain, Partai
Politik harus dapat mengadakan pendidikan politik agar masyarakat tidak
saja sadar hukum tetapi juga dewasa dalam berpolitik.
E. KRTITIK TERHADAP PRAKTEK DEMOKRASI PADA MASA
PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKOWI DODO
Pada masa pemerintahan demokrasi Joko Widodo, banyak
kebijakan dan tindakan pemerintah yang represif dan anti-demokrasi.
Pertama, permasalahan dengan partai oposisi yaitu Koalisi Merah Putih
(KMP). Pro-Kontra yang terjadi di dalam parlemen menyebabkan
persaingan sengit sehingga membuat tujuan untuk membangun negara
tidak sejalan. Kedua, permasalahan yang besar tentu saat masalah ucapan
di dalam video kunjungan Basuki Tjahja Purnama ke Pulau Seribu yang
menyebabkan sentimen umat Islam di Indonesia. Ketiga, adanya aksi yang
dilakukan beberapa aktivis, mahasiswa, tokoh agama, dll, yang
menyebabkan diantara mereka ditangkap oleh aparat kepolisian. Dan juga
beberapa kasus seperti penangkapan 4 mahasiswa Badan Eksekutif
Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), penangkapan tokoh Islam seperti
Muhammad Al Khatath dan penangkapan 10 Aktivis dan tokoh
dikarenakan kasus makar dalam menuntut agar Basuki Tjahja Purnama.
Ditambah lagi dengan dikeluarkannya PERPPU Nomor 2 tahun 2017 yang
melegalkannya membubarkan secara semena-mena ormas yang dianggap
bertentangan dengan ideologi Pancasila, tanpa hak mendapatkan peradilan
yang adil dan tidak memihak (fair trial) bagi mereka. Dan keputusan
Jokowi untuk mendukung pengesahan revisi Undang-Undang Komisi
Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (RKUHP) walau ditentang banyak pihak. Jelas itu
merupakan sikap kediktatoran yang anti terhadap demokrasi.
F. PERAN MAHASISWA DALAM MENEGAKAN DEMOKRASI
Demokrasi ialah bentuk pemerintahan yang setiap individu
memiliki kesetaraan hak dalam mengambil keputusan, dan dapat
memengaruhi kehidupan individu tersebut. Demokrasi yang sehat kini
mulai luntur di berbagai lingkup sosial, termasuk lingkungan mahasiswa
kampus. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Kesejahteraan Sosial (Kessos), Hasamuddin Fadhil mengatakan,
mahasiswa harus sadar dan bisa menanamkan bahwa politik tidak selalu
buruk. Politik adalah mekanisme dari sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Dengan begitu,
mahasiswa dapat berperan dalam membangun demokrasi yang sehat.
Demokrasi disini yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat.Rakyat yang dimaksud dalam konteks pemerintahan
mahasiswa yaitu mahasiswa itu sendiri, sehingga dalam setiap upaya
membentuk pemerintahannya, mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi
secara langsung.Partisipasi secara langsung dari mahasiswa tersebut,
dilakukan melalui pengambilan keputusan-keputusan menurut suara
mayoritas.
Mahasiswa sebagai “agent of change”, selain kewajibannya adalah
menimba ilmu sebanyak-banyaknya, juga tetap memiliki tanggung jawab
dalam mengabdikan dirinya untuk agama, masyarakat, bangsa dan Negara.
Mahasiswa tidak boleh hanya berfikir untuk berkuasa. Mahasiswa dikenal
sebagai intelektualis, pemikir kritis, demokratis, dan konstruktif. Suara-
suara mahasiswa kerap kali mempresentasikan dan mengangkat realita
sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa
untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara
mereka sendiri. Sebagai contoh usaha mahasiswa untuk menurunkan
Soeharto pada masa orde baru.
Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan emosional yang dibangun di
atas romantisme  sejarah masa lalu sekaligus sarana penyaluran agresi
gejolak muda. Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon
spontan atas situasi social yang tidak sehat, bukan atas ideologi tertentu,
melainkan atas nilai-nilai ideal.
Mahasiswa merupakan asset, cadangan dan harapan masa depan
bangsa. Melalui organisasi kampus inilah memengaruhi kualitas
mahasiswa sebagai pemimpin dimasa depan. Mahasiswa juga dituntut
untuk berperan dalam kehidupan bernegara.Mahasiswa dalam
kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang
baik bagi masyarakat.Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah
bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki
keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena
masih banyak anak yang menginginkan pendidikan tinggi namun karena
factor ekonomi menjadi penghalang.
G. PENYAKIT DEMOKRASI
Indonesia masih berada pada transisi jalan di tempat yang berlarut-
larut, bahkan di beberapa tempat mengalami kemunduran yang membuat
kita masih jauh dari harapan demokrasi terkonsolidasi.
Demokrasi Indonesia belum terkonsolidasi yang ciri-cirinya: 1) demokrasi
bisa berjalan dan berproses dalam masa waktu yang lama; 2) ada
penegakan hukum berjalan baik; 3) pengadilan yang independen; 4)
pemilu yang adil dan kompetitif; 5) civil society yang kuat; 6).
terpenuhinya hak-hak sipi, ekonomi, dan budaya warga negara.
Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya
masyarakat sipil yang kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai
politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya tinggi karena masifnya politik
uang dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu, rendahnya keadaban
politik warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang
belum tuntas hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan
berserikat, serta masalah masalah intoleransi terhadap kelompok minoritas.
Kita mengalami situasi krisis suara kritis kepada kekuasaan karena hampir
semua elemen masyarakat sipil dari mulai LSM, kampus, media dan
mahasiswa telah merapat dengan kekuasaan atau sekurang-kurangnya
memilih untuk diam demi menghindari "stigma" berpihak kepada
kelompok intoleran yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi.
Persoalan demokrasi terbesar kita saat ini ada pada lemahnya partai
politik. Bukti persoalan partai politik bermula dari rekrutmen kader
sebagian besar tidak serius dan asal-asalan. Tokoh masyarakat yang
berkualitas, dosen, peneliti semakin sedikit yang terlibat di eksekutif
maupun legislatif. Dua dekade setelah Reformasi, partai belum mulai
menunjukkan ikhtiar yang serius dalam melakukan rekrutmen dan
kaderisasi partai politik hanya dilakukan pada masa menjelang pemilu.
Lemahnya internalisasi keadaban sipil (civic virtue) di antara
warga negara sebagaimana tampak dalam perseteruan yang tajam,
dangkal, dan kurang beradab antara netizen di media sosial merupakan
catatan penting lainnya. Warga negara perlu belajar untuk berbeda
pendapat atau pilihan politik sambil tetap berteman, bersahabat, dan
bersaudara sebagai sesama anak bangsa.
Maraknya ujaran kebencian, intoleransi, dan diskriminasi terhadap
minoritas agama dan suku merupakan gejala yang mengkhawatirkan.
Perbedaan pilihan politik atau keyakinan tidak boleh menggerus modal
sosial kita berupa rasa saling percaya, toleransi, saling tolong menolong,
dan saling menghargai perbedaan.
Setelah 4 tahun pemerintahan berjalan, kritik dari pada analis
dalam negeri maupun luar negeri mulai muncul. Ed Aspinal (2018), Tom
Powel dan Eve Warburton (2018 dan 2019) menganalisis perkembangan
demokrasi di Indonesia dan berargumen bahwa terjadi kemandekan dan
bahkan kemunduran demokrasi di mana Presiden Jokowi mulai melakukan
praktik non demokratis seperti membubarkan ormas tanpa proses hukum,
meningkatnya intoleransi, semakin kuatnya polarisasi politik, masifnya
kabar bohong dan pelanggaran hak asai manusia.
Perlu partisipasi semua pihak baik intelektual, aktivis CSO's,
jurnalis, dan partai politik untuk menyadari situasi kemandekan bahkan
kemunduran demokrasi di Indonesia untuk bersama-sama berjuang
menyelamatkan demokrasi di Indonesia. Rendahnya dialog dan sinergi di
antara berbagai elemen itu adalah masalah demokrasi kita hari ini.
H. PENUTUP
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai
suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas.
Jika kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari
ganguan bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan
nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena
mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal,
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara
sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita
sangat solid. Ketahanan nasional hanya dapat terwujud kalau meliputi
seluruh segi kehidupan bangsa yang biasanya kita namakan aspek social
kehidupan, meliputi Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan
Hankam. Juga meliputi aspek alam, yaitu Geografi, Penduduk dan
Kekayaan Alam. Di lingkungan Lembaga Ketahanan Nasioanal seluruh
segi kehidupan bangsa dinamakan Astra Gatra, terdiri dari Panca Gatra
(social) dan Tri Gatra (Alam). Seluruhnya itu harus selalu diusahakan
untuk memberikan peranannya dalam perwujudan Kesejahteraan dan
Keamanan. Keamanan nasional yang mendukung suasana kondusif dalam
mewujudkan tujuan pembangunan nasional sangat diperlukan, dimana
sistem keamanan nasional meliputi keamanan individu,kebebasan,jiwa dan
harta individu dan keluarganya; keamanan publik yang berkaitan dengan
pemeliharaan keamanan penyelenggaraan pemerintah Negara,pelayanan
dan pengayoman terhadap rakyat dan masyarakat; keamanan internal yang
menyangkut pemeliharaan keamanan dalam negeri meliputi seluruh
perikehidupan rakyat, masyarakat, bangsa dan Negara; pertahanan
nasional yang meliputi pemeliharaan keamanan kemerdekaan bangsa,
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan keamanan vital national
interest pada umumnya.
I. REFRENSI
Buku Pendidikan Kewarganegaraan LPIDB UMS
http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2020/11/27/peran-mahasiswa-
dalam-membangun-demokrasi-sehat/
http://immdjazmanalkindi.or.id/2015/08/08/peranan-mahasiswa-dalam-
pelaksanaan-demokrasi/

Anda mungkin juga menyukai