Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL OPINI

TEMA “PERKEMBANGAN POLITIK, HUKUM, DAN DEMOKRASI DI


INDONESIA” PENGANTAR ILMU POLITIK
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
HABIBUR RACHMAN
02011382227373

Dosen Pengampu:
Lusi Apriyani S.H., L.LM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas artikel opini ini yang berjudul “Perkembangan Politik
Hukum Dalam Negara Demokrasi” selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UAS dosen pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Politik. Selain itu, artikel opini ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
perkembangan politik hokum dalam negara demokrsi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lusi Apriyani S.H., L.LM selaku dosen mata kuliah
Pengantar Ilmu Politik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Perkembangan Politik Hukum Dalam Negara Demokrasi

A. Latar Belakang
Dalam suatu negara, politik dan hukum saling berkaitan, sehingga sering
diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Perbandingan ini menyiratkan bahwa politik dan
hukum menjadi bahasan utama ketika berbicara tentang tata negara dan ketatanegaraan.
Kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alat melalui
berlakunya dan tidak berlakunya hukum sesuai dengan tahapan pembangunan yang
dihadapi oleh masyarakat dan negara.
Seperti yang kita ketahui, secara lebih khusus ilmu politik dapat dikatakan sebagai
ilmu yang juga mempelajari atau mengkaji politik baik dari segi sistem politik (negara),
pengambilan keputusan, kebijakan publik, kekuasaan, kewenangan. ), dan distribusi dan
alokasi.
Berbeda dengan politik, hukum bagi para ahli sangat sulit untuk memberikan
definisi. Hukum memiliki banyak segi, dan juga sangat luas cakupannya, sehingga hal
inilah yang membuat hukum sulit untuk didefinisikan. Hal ini sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh Sjachran Basah yang mengatakan bahwa memang sulit untuk
memberikan rumusan yang diterima secara umum, atau pendapat doctorum komunis
tentang apa yang dimaksud dengan hukum, sehingga pendapat Immanuel Kant
mengatakan noch suchen die juristen einedefinition zu ihrem begriffe von recht (tidak
ada satu pun ahli hukum yang mampu membuat definisi hukum), menurut saya tetap
berlaku, meskipun bukan berarti tidak ada definisi hukum, karena ada batasan-batasan
mengenai undang-undang, bahkan batasan-batasan yang ada memiliki arti yang
bermacam-macam tergantung dari asal usul keahlian limiter itu sendiri.

B. Alasan
Topik ini didiskusikan untuk mengetahui perkembangan politik hukum di negara
demokrasi. Jika dilihat dari pengertian dan ruang lingkup kajiannya, hukum dan politik
memiliki keterkaitan yang dapat memberikan jawaban atas persoalan-persoalan negara.
Banyak masalah yang terjadi mengenai kedua sumber pengetahuan ini, dan dalam
literatur banyak hubungan antara hukum dan politik. Kemudian ada negara yang
menganut sistem demokrasi dimana negara diperintah berdasarkan kemauan dan
kehendak rakyat. Yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena
perjuangan ada di tangan rakyat. Bahwa kekuasaan pemerintahan ada di tangan rakyat
menyiratkan tiga hal; pertama, pemerintahan rakyat; kedua, pemerintahan oleh rakyat;
ketiga, pemerintah untuk rakyat (government for people). Jadi hakikat pemerintahan
yang demokratis jika ketiga hal di atas dapat diwujudkan dan ditegakkan dalam struktur
pemerintahan.
Untuk mengetahui dominasi dan hegemoni politik dalam proses pembentukan
hukum di Indonesia dapat dilihat dari produk hukum yang dihasilkan. Kentalnya
dominasi dan intervensi politik seringkali membuat undang-undang yang dihasilkan
tidak sesuai dengan harapan masyarakat, hal ini diperkuat dengan pendapat Mahfud MD
yang didasarkan pada realita yang terjadi di Indonesia dimana politik sering
mengintervensi proses hukum.

C. Fakta
Ada definisi ahli, dan satu ahli siapa mendefinisikan hukum adalah Utrecht.
Menurut Utrecht, hukum adalah seperangkat pedoman hidup (yang biasa disebut norma
atau aturan) perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat,
dan harus dipatuhi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, karena pelanggaran
terhadap pedoman hidup tersebut dapat mengakibatkan tindakan oleh pemerintah. atau
penguasa masyarakat itu. Agar ada tuntunan hidup, maka harus dilengkapi, atau
diperkuat dengan analisis paksaan (unsur van dwang). Aturan itu sendiri adalah panduan
pasti untuk hidup. Hukum juga memiliki ilmunya sendiri begitu juga dengan ilmu politik
yang memiliki ilmu tersendiri untuk mempelajarinya yang disebut ilmu politik. Dalam
hukum, ada pengetahuan tentang hukum. Jika ilmu politik mempelajari politik maka
ilmu hukum belajar hukum. Menurut Logeman, ilmu hukum hanya mengambil fakta
yang mempunyai makna hukum sebagai obyeknya, yaitu keputusan. Terhadap ilmu-ilmu
tersebut (misalnya sosiologi, sejarah, dan ilmu politik) mengenai realitas hukum,
terdapat ilmu hukum positif sebagai ilmu norma.

D. Pembahasan
Indonesia sebagai negara yang menganut ideologi Rechtstaat (negara hukum),
memiliki agenda utama dalam mengarahkan politik hukum, yaitu mewujudkan
keadilan sosial dan menegakkan negara rakyat yang berdaulat sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Republik Indonesia. Namun menurut Abdul Hakim,
dalam proses perkembangan di Indonesia yaitu pada masa Orde Baru ternyata banyak
didominasi oleh birokrat dan militer sedangkan organisasi sosial di luar terpinggirkan
dan kebijakan hukum seolah hanya mewakili kelompok yang berkuasa. Sehingga
keadilan sosial dan demokrasi yang dicita-citakan tidak terwujud. Maka perlu adanya
pembangunan hukum yang mengikutsertakan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat agar kepentingannya dapat terakomodasi. 42 Hukum juga merupakan
obyek politik, yaitu obyek politik hukum. Politik hukum berusaha membuat aturan-
aturan yang akan menentukan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Politik hukum
menyelidiki perubahan apa yang harus dilakukan terhadap hukum yang berlaku saat ini
agar sesuai dengan realitas sosial (sociale werkelijkheid). Namun sering juga
digunakan untuk menjauhkan tatanan hukum dari realitas sosial, yaitu dalam istilah
politik hukum menjadi alat di tangan kelas penguasa yang ingin menjajah tanpa
mempedulikan realitas sosial tersebut.
Politik hukum tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial dan tradisional yang
ada di negara kita dan sebaliknya sebagai anggota masyarakat dunia, politik hukum
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari realitas dan politik hukum internasional. Politik
hukum suatu negara berbeda dengan politik hukum negara lain. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan latar belakang sejarah, pandangan dunia, sosial budaya, dan
kemauan politik masing-masing pemerintahan. Dengan kata lain, politik hukum
bersifat lokal dan partikular (berlaku hanya dari dan untuk negara tertentu), tidak
universal (berlaku di seluruh dunia). Namun, bukan berarti politik hukum suatu negara
mengabaikan realitas dan politik hukum internasional.
Mengutip Sunarti Hartono, faktor-faktor yang akan menentukan politik hukum
tidak semata-mata ditentukan oleh apa yang kita cita-citakan atau bergantung pada
kehendak pembuat undang-undang, praktisi atau ahli teori semata, tetapi juga
ditentukan oleh kenyataan dan perkembangan hukum di negara lain dan perkembangan
di dunia internasional. hukum. Perbedaan politik hukum suatu negara tertentu dengan
negara lain inilah yang kemudian menimbulkan apa yang disebut dengan politik hukum
nasional.

Pembentukan hukum merupakan proses sosial dan politik yang sangat penting dan
mempunyai pengaruh yang luas, oleh karena itu hukum akan membentuk, mengatur atau
mengendalikan masyarakat. Hukum oleh penguasa digunakan untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan sebagaimana yang dicita-citakan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa hukum mempunyai dua fungsi, yaitu mengungkapkan nilai-nilai, dan fungsi
instrumental, sehingga hukum tidak hanya sebagai tujuan, tetapi juga sebagai sarana
untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.

Realitas saat ini, hukum tidak selalu dapat dilihat sebagai penjamin kepastian
hukum, penegak hak-hak rakyat, atau penjamin keadilan. Banyak peraturan hukum yang
tumpul, tidak mampu memangkas kesewenang-wenangan, tidak mampu menegakkan
keadilan dan tidak mampu menampilkan diri sebagai pedoman yang harus diikuti dalam
menyelesaikan berbagai perkara yang harus dijawab oleh hukum. Sehubungan dengan
pentingnya fungsi hukum dalam mengatur kehidupan manusia guna mencapai
kehidupan yang bermartabat, maka hukum atau undang-undang yang dibuat harus
mempunyai tujuan, arah dan cita-cita yang jelas. Dalam kaitan ini, politik hukum ingin
mengawasi pelaksanaan hukum di suatu daerah. Politik hukum sebagai kebijakan hukum
dan produk hukum yang dibentuk oleh penguasa dan diberlakukan di suatu negara
tentunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Begitu pentingnya peran politik ini
sehingga dapat menentukan keharmonisan suatu produk hukum dan kebijakan. Makna
politik hukum kemudian sering mengalami disfungsi karena peran politik praktis
seringkali menjadi lebih dominan. Unsur kepentingan kelompok dan tercapainya sasaran
tertentu telah mengalihkan makna politik hukum yang sebenarnya.

E. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam suatu negara, politik dan
hukum saling berkaitan, sehingga sering diibaratkan seperti dua sisi mata uang.
Perbandingan ini menyiratkan bahwa politik dan hukum menjadi bahasan utama ketika
berbicara tentang tata negara dan ketatanegaraan. Secara lebih khusus, ilmu politik dapat
dikatakan sebagai ilmu yang juga mempelajari atau mengkaji politik baik dari segi
sistem politik (negara), pengambilan keputusan, kebijakan publik, kekuasaan,
kewenangan dan distribusi. distribusi) dan alokasi. Dalam hukum, ada pengetahuan
tentang hukum. Jika ilmu politik mempelajari politik maka yurisprudensi mempelajari
hukum. Menurut Logeman, ilmu hukum hanya mengambil fakta yang mempunyai
makna hukum sebagai obyeknya, yaitu keputusan. Terhadap ilmu-ilmu tersebut
(misalnya sosiologi, sejarah, dan ilmu politik) mengenai realitas hukum, terdapat ilmu
hukum positif sebagai ilmu norma. Demokrasi atau kekuasaan pemerintahan di tangan
rakyat mengandung tiga hal; pertama, pemerintahan rakyat; kedua, pemerintahan oleh
rakyat; ketiga, pemerintah untuk rakyat (government for people). Jadi hakikat
pemerintahan yang demokratis jika ketiga hal di atas dapat diwujudkan dan ditegakkan
dalam struktur pemerintahan.

F. Saran / Solusi
Oleh karena itu, semua pihak yang melihat kondisi permasalahan yang ada
harus mampu mematangkan pemikirannya dalam berpolitik. Kita tidak boleh
menyimpulkan situasi secara sewenang-wenang hanya berdasarkan beberapa data
terbuka. Untuk menuju politik yang matang, kita memang dituntut untuk peka terhadap
setiap fenomena yang terjadi. Agar kita tidak ikut-ikutan jatuh di satu sisi. Dalam
upaya mematangkan politik ini, taat hukum dan taat hukum juga menjadi hal penting
yang mendorong perubahan politik ke arah yang lebih baik.

Sumber/Refrensi:

Jurnal Bintan Ragen Saragih, Politik Hukum, CV. Utomo, Bandung, 2006.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pusaka, Yogyakarta,
2010, hlm. 49

Utrecht. E, Pengantar Dalam Hukum Indoneia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1983

Anda mungkin juga menyukai