- Menurut PROF. GEDE ATMAJA, hukons merupakan himpunan atau kumpulan norma dan kaidah konstitusi suatu negara yang berarti hukons merupakan dokumen yang berisi norma untuk menyelenggarakan suatu negara. - Menurut A.V. DICEY, hukum konstitusi adalah kaidah hukum yang mengkaji teks yang tersurat dan tersirat dalam pasal-pasal undang-undang dasar. Definisi ini seringkali dikatakan sebagai makna hukum konstitusi dalam arti sempit - Menurut PROF. SOEHARDJO, S.H., Hukum konstitusi tidak hanya terbatas pada mengkaji undang-undang dasar, namun juga termasuk struktur ketatanegaraan, undang-undang yang mengatur fungsi, wewenang, kewajiban, hubungan antar lembaga maupun negara. Bila dilihat lebih mendalam hukum konstitusi tidak hanya melihat seusatu yang tertulis saja (peraturan per-uuan) namun juga hal-hal yang tidak tertulis (praktik ketatanegaraan) - Dapat disimpulkan bahwa hukum konstitusi merupakan keseluruhan dari peraturan- peraturan baik yang tertulis maupun tidak yang mengatur cara cara pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. 2. Perbedaan Hukons dengan HTN - Menurut DJOKOSOETONO, hukum tata negara lebih dapat dikatakan sebagai teori-teori konsitusi (dapat membahas aspek selain hukum/non-yuridis). Sementara hukum konstitusi berarti lebih sempit dimana hanya membicarakan mengenai hukumnya saja. - Menurut BAGIR MANAN, hukum konstitusi merupakan terjemahan langsung dari “Constitutional law” hanya membahas konstitusi, sedangkan hukum tata negara tidak. - Menurut JIMLY ASSHIDIQIE, hukum tata negara dianggap lebih luas dari hukum konstitusi. Hal ini karena hukum tata negara juga membahas mengenai kondisi sosial-masyarakat, politik, serta hubungan antar negara. - Menurut PHILIPUS, hukum konstitusi merupakan arti sempit hukum tata negara, namun tidak termasuk hukum administrasi negara. 3. Terdapat 2 (dua) perbedaan gradual antar hukum konstitusi dengan hukum tata negara yakni: - Dilihat dari focus of interest (pusat perhatian) dimana hukum konstitusi fokus pada norma-norma atau kaidah-kaidah teks undang-undang dasar. Sedangkan hukum tata negara berfokus pada studi tentang kekuasaan negara (wewenang, pembagian kekuasaan, prinsip checks and balances) - Dari sudut pendalaman studi, HTN mempelajari dalam cakupan yang lebih luas dari HK 4. Fungsi hukum konstitusi. - Menurut K.C Where. Konstitusi merupakan cerminan suatu negara. Hal ini berarti bahwa konstitusi berusaha melukiskan lembaga-lembaga negara yang kewenangannya diatur dalam konstitusi. - Menurut Eric Barendt dan naoiki kaboyashi, Fungsi konstitusi adalah bersifat normatif. Yaitu melindungi hak asasi manusia (HAM) dan mengendalikan kekuasaan pemerintahan. 5. Menurut Maarseveen fungsi konstitusi yakni antara lain untuk mengatur perilaku politik, legal power atau kewenangan badan pemerintahan , dan pembagian kekuasaan. Terdapat 4 (empat) fungsi umum konsitusi, yakni: - Fungsi transformasi. Fungsi ini dimaksudkan untuk merubah kondisi yang berlaku disuatu negara apapun yang ingin diubah atau dicapai - Fungsi Informasi. Konstitusi berfungsi untuk menyampaikan subsistem politik dan subsistem hukum kepada masyarakat dalam artian mengisi gap diantara masyarakat dan penguasa serta memberi informassi mengenai sistem ketatanegaraan kepada dunia luar - Fungsi regulasi. Fungsi ini mengatur kewenangan Lembaga-lembaga negara. - Fungsi Kanalisasi. Dapat dikatakan bahwa konstitusi berfungsi sebagai penawar bagi segala permasalahan ketatanegaraan yang timbul berupa konflik politik maupun sengketa hukum 6. Konstitusi sebagai sebuah entitas hukum. Konstitusi tidak dapat dipisahkan dari hukum secara luas dan konstitusi menjadi dasar pembentukan suatu peraturan. - Menurut CARL SCHMITH, konstitusi memiliki 2 arti yaitu, a. Konstitusi absolut yang berarti kosntitusi sebagai alat yang merefleksikan suatu negara b. Konstitusi mutlak yang berarti kosntitusi sebagai sebuah dokumen yang agung dan sulit diubah. - Menurut HERMAN HELLER, konstitusi memiliki 3 arti, yaitu : a. Politis yaitu konstitusi merupakan cerminan hidup masyarakat b. Yuridis yaitu konstitusi merupakan kristalisasi kaidah hukum yang hidup di dalam masyarakat c. Konstitusi sebagai dokumen hukum tertinggi yang berlaku di suatu negara 7. Kedudukan konstitusi - Konstitusi berkedudukan istimewa karena Konstitusi merupakan hukum tertinggi, yang membutuhkan keadaan khusus dalam pembuatan, perubahan, hingga pemabatalannya. Berbeda dengan hukum yang berada dibawahnya. 8. Karakteristik konstitusi - Karakteristik dari konstitusi dapat dilihat dari model konstitusi itu sendiri, yaitu : a. Konstitusi Sekuler dan non-sekuler. Konstitusi dengan karakter ini dapat menggabungkan / memisahkan antara hukum dasar dengan nilai religiusitas suatu agama tertentu (sering ditemukan di negara yang percaya mazhab hukum tuhan). b. Konstitusi yang legitimasinya ditentukan dari apakah konstitusi tersebut membuka akses bagi organ-organ formal yang hidup di masyarakat. Beberapa konstitusi nyatanya hanya berlaku sebagai black latter law (hukum diatas kertas). Hal ini terjadi karena konstitusi menjadi sangat kaku terhadap masyarakat. Sebalik konstitusi yang baik adalah konstitusi yang dapat terbuka terhadap dinamika masyarakat. c. Konstitusi yang hidup di negara serikat dan negara kesatuan umumnya memiliki perbedaan. Konstitusi negara serikat cenderung rigid. Sementara konstitusi negara kesatuan cenderung luwes. 9. Nilai konstitusi - Nilai Nominal. Berarti bahwa beberapa bagian pada Konstitusi hanya merupakan pajangan saja, dan tidak pernah diimplementasikan atau diterapkan dalam realitas kehidupan bernegara. Dapat disebabkan karena kondisi politik maupun sosial- kemasyarakatan. - Nilai normatif. Berarti konstitusi sebagai sesuatu yang benar-benar ditaati. Konstitusi tidak hanya sekedar uraian kalimat namun juga sebagai sebuah “living constitution”, yakni norma konstitusi yang hidup dalam penyelenggaraan negara. - Nilai Semantik, artinya norma Konstitusi yang mengandung makna yang ideal, namun pada prakteknya Konstitusi hanyalah sebagai uraian kalimat saja. Tidak ada satupun nilai yang dipatuhi dalam kehidupan bernegara. 10. Sifat konstitusi dilihat dari sifatnya - Dari caranya dirubah, apakah kaku atau luwes - Konstitusi Formil dan Materil - Dari wujud fisiknya, Satu Naskah dan Beberapa Naskah 11. Sifat konstitusi dilihat dari caranya diubah - Konstitusi dikatakan luwes apabila dapat dilakukan perubahan dengan mudah. Tidak diperlukan adanya mekanisme yang sangat spesifik dalam perubahan. Biasanya bentuk perubahannya berupa pembaharuan konstitusi. - Konstitusi dikatakan kaku apabila: a. Perubahan dilakukan oleh lembaga legislatif dengan pembatasan tertentu. b. Oleh rakyat secara langsung melalui sebuah referendum c. Oleh organisasi internasional yang terdiri dari utusan negara-negara yang secara khusus dibentuk untuk keperluan perubahan konstitusi. 12. Sifat konstitusi secara materiil dan formiil - Sifat yang materiil, dilihat dari segi isinya berisikan hal-hal yang bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. Artinya konstitusi tersebut memiliki substansi yang penting, terpilih, dan mendasar untuk mengatur jalannya negara sehingga kehidupan antara rakyat dan negara dapat berjalan dengan stabil. Rakyat dapat mematuhi segala konstitusi yang diterapkan negara begitu pun negara dapat menjamin konstitusi yang telah diciptakannya, sehingga elite politik atau pemerintah pun dapat tunduk terhadap konstitusi tersebut. - Sementara sifat formil lebih melihat konstitusi sebagai sebuah alat fisik yang dipergunakan untuk mengatur sebuah negara 13. Dalam perkembangan kehidupan bernegara, konstitusi menempati posisi yang sangat penting. Pengertian dan materi muatan konstitusi senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan organisasi kenegaraan. Dengan meneliti dan mengkaji konstitusi, dapat diketahui prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama dan penyelenggaraan negara serta struktur organisasi suatu negara tertentu. Bahkan nilai-nilai konstitusi dapat dikatakan mewakili tingkat peradaban suatu bangsa. 14. Konstitusi tidak lagi sekedar istilah untuk menyebut suatu dokumen hukum, tetapi menjadi suatu paham tentang prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan negara (konstitusionalisme) yang dianut hampir di semua negara, termasuk negara-negara yang tidak memiliki konstitusi sebagai dokumen hukum tertulis serta yang menempatkan supremasi kekuasaan pada parlemen sebagai wujud kedaulatan rakyat 15. Di kalangan para ahli hukum, pada umumnya dipahami bahwa hukum mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu (i) keadilan (justice), (ii) kepastian (certainty), dan (iii) kebergunaan (utility). Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan (balance) dan kepatutan (equity), serta kewajaran (proportionality). Sedangkan, kepastian hukum terkait dengan ketertiban (order) dan ketenteraman. Sementara, kebergunaan diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama. 16. Oleh karena konstitusi itu sendiri adalah hukum yang dianggap paling tinggi tingkatannya, maka tujuan konstitusi sebagai hukum tertinggi itu juga untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap tertinggi itu adalah: (i) keadilan, (ii) ketertiban, dan (iii) perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the founding fathers and mothers). 17. Landasan berlakunya kosntitusi - Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Konstitusi tidak dibentuk oleh Lembaga legislative biasa, tetapi oleh badan yang lebih khusus dan lebih tinggi kedudukannya. 18. Materi muatan konstitusi menurut K.C Wheare yaitu : - Penyataan pilihan (a short of manifesto) - Pengakuan dan Keyakinan (a consession of faith) - Pernyataan mengenai cita-cita bangsa/negara (rechtidee / a statement of ideal) - Piagam negara (a charter of the land) 19. Materi materi muatan konstitusi menurut Sri Sumantri Martosoewignyo , yaitu: - Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan Warga Negara; - Ditetapkannya susunan ketatanegraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan - Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental. 20. menurut K.C.Wheare bahwa Konstitusi sebagai suatu aturan hukum mengatur / berisi aturan-aturan negara yang mengatur tentang : - Susunan (structure) pemerintahan, yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif; - Hubungan timbal balik (mutual relation) antara alat-alat perlengkapan negara; - Hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dengan masyarakat (community), agar hak –hak masyarakat dan warga negara tidak dilanggar; - Penjaminan seorang Warga Negara (The quarantes of citizen.) 21. Materi muatan dalam UUD 1945 Materi UUD 1945, dapat dilihat dalam Batang Tubuh UUD 1945 yaitu: Pembukaan dan Pasal-Pasal. - Bentuk dan Kedaulatan - MPR (Pasal 2-3) - Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4- Pasal 16) - Kementrian Negara (Pasal 17) - Pemerintahan Daerah (Pasal 18) - DPR (Pasal 19 – 22B) - DPD (Pasal 22C) - Pemilihan Umum (Pasal 22 E) - Hal Keuangan (Pasal 23 – 23 D) - BPK (Pasal 23E) - Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 – 25) - Wilayah Negara (Pasal 25A) - Warga Negara dan Penduduk (Pasal 26 – 28) - HAM (Pasal 28A -28J) - Agama (Pasal 29) - Pertahanan dan Keamanan Negara (Pasal 30) - Pendidikan dan Kebudayaan ( Pasal 31-32) - Perekonomian dan Kesejahtraan Sosial (Pasal 33- 34) - Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Pasal - 35 -36); - Perubahan Konstitusi (Pasal 37)