Anda di halaman 1dari 31

1

HUKUM KONSTITUSI

Oleh :
Bambang Panji Gunawan
2
KOSTITUSI

- TERTULIS ------------------ UUD


KONSTITUSI SEMPIT/LUAS
-TAK TERTULIS ------------
CONVENTION
TRAKTAT

PENGERTIAN:
- ABSOLUT
- RELATIF
- POSITIF
- IDEAL
3
NILAI-NILAI:
- NORMATIF
- NOMINAL
- SEMANTIC

SIFAT-SIFAT:
- RIGID
- FLEXIBLE

CARA: PERUBAHAN:
- VERFASSUNG SANDERUNG
- VERFASSUNG WANDLUNG  COUP DETAT
CONVENTION DLL
Istilah ‘konstitusi’ secara harafiah berarti pembentukan,
yang berasal dari bahasa Prancis ‘Contituir’ yang berarti
membentuk.

Dalam bahasa Belanda digunakan istilah ‘Grandwet’ yang


diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. ‘Undang-Undang
Dasar’, asal kata ‘wet’ diterjemahkan undang-undang, dan
‘grond’ yang berarti tanah atau dasar.

Unsur pokok dalam mempelajari Hukum Tata Negara adalah Kontitusi.


Artinya, kalau akan mempelajari Hukum Tata Negara maka yang utama
harus dipelajari adalah Kontitusi atau Hukum Dasar
5
PANDANGAN PARA AHLI :

Sri Soemantri, mengartikan konstitusi sama dengan Undang-Undang


dasar.Penyamaan arti ini sesuai dengan praktek ketatanegaraan di sebagian
besar negara.-negara dunia termasuk indonesia. Sesuai dengan paham
modern, konstitusi sebagai naskah tertulis yang sama artinya dengan
Undang-Undang Dasar.

Dalam perkembangannya, kontitusi mempunyai dua pengertian, yaitu dalam


pengertian yang luas dan pengertian yang sempit
Kontitusi dalam arti luas mencakup baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.
Sehingga dengan demikian kontitusi itu ada dua macam, yaitu Kontitusi
Tertulis yang biasa disebut Undang-Undang Dasar dan Kontitusi tidak
tertulis yang biasa disebut Konvensi-konvensinya.

Kecuali Inggris dan Kanada. Di Inggris dan Kanada yang digunakan


hanyalah Hukum Dasar yang tak tertulis (konvensi).
7

Kontitusi dalam pengertian yang luas :


menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara,
yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur, atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis
berupa usoges, understanding, costoms, atau convention.

Dengan pengertian yang sempit,


kontitusi tidak menggambarkan keseluruhan kumpulan peraturan,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang dituangkan dalam
suatu dokumen tertentu seperti berlaku di Amerika Serikat dan negara-
negara lain.
8

Dalam penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 sebelum


perubahan, dinyatakan bahwa:

“Undang-Undang Dasar merupakan sebagian dari hukum dasar.


Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis,

di samping itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.”
 
9

Wirjono Prodjodikoro

memberikan pengertian konstitusi, yang membedakan adanya


konstitusi tertulis disebut written constitution dan konstitusi tidak
tertulis disebut unwritten constitution,

dalam arti seperti halnya dengan hukum tertulis (geschreven recht)


yang termuat dalam undang-undang dasar dan hukum tidak tertulis
(orgeschreven recht) yang berdasarkan adat kebiasaan

Konstitusi dalam arti luas mencakup baik yang


tertulis maupun yang tidak tertulis
Menurut James Bryce, bahwa:
10
Constitution is a frame of political society, organized through and by law,
one in which law has established permanent institutions which recognized
fuction and definite right.36

konstitusi sebagai kerangka negara yang terorganisir dengan dan


melalui hukum, yang menetapkan:
- Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang
permanen;
- Fungsi dari alat-alat kelengkapan;
- Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan.
11
C.F. Strong merumuskan konstitusi berikut.

Contitution may be said to be a collection of principless according to which


the power of the government, the right of the governed, and the relations
between the two are adjusted.38

Konstitusi dapat dikatakan sebagai suatu himpunan prinsip-prinsip yang


mengatur kekuasaan pemerintah dan hak-hak yang diperintah serta
hubungan antara keduanya.

Jadi, konstitusi sebagai kumpulan asas yang menetapkan tiga hal, yaitu:
- Kekuasaan pemerintah (dalam arti luas);
- Hak-hak asasi pihak yang diperintah;
- Hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah.
12

Struycken, mengemukakan :
bahwa kontitusi tertulis atau undang-undang dasar merupakan
dokumen formal yang berisi:39
- Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lalu;
- Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan
datang;
- Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin;
- Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.
13
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar itu merupakan kristalisasi dari
berbagai pemikirian politik ketika negara akan didirikan atau ketika
konstitusi itu disusun.

Setelah itu undang-undang dasar mempunyai kedudukan sangat


penting, karena ia harus menjadi landasan penyelenggaraan negara
dari berbagai segi, sehingga setiap aktifitasnya harus ada relevansinya
dengan ketentuan yang ada dalam undang-undang dasar.

Gagasan konstitusi sebagai alat pembatas kekuasaan itu sebenarnya


tidak dapat dilepaskan dari gagasan tentang hak asasi manusia,
demokrasi dan negara hukum, yang harus dimuat di dalam sebuah
aturan dasar kegiatan politik yang kemudian disebut konstitusi itu.
14
Konstitusi sistem pemerintahan presidensil dan konstitusi sistem
pemerintahan parlementer (presidental executive and parliamentary
executive contitutio).

Konstitusi sistem pemerintahan presidensial, berkaitan dengan sistem


pemerintahan presidesial yang menurut C.F. Strong mempunyai ciri-
ciri pokok:43
- Presiden mempunyai kekuasaan sebagai Kepala Negara
dan juga berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
- Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legeslatif,
akan tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih
seperti Amerika Serikat.
- Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
- Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan
legislatif dan tidak dapat memerintahkan diadakan
pemilihan.
15

Sedangkan sistem pemerintahan parlementer mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut:
- Kabinet yang dipilih oleh Perdana Menteri dibentuk atau
berdasarkan kekuatan-kekuatan yang menguasai
parlemen.
- Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin
sebagian adalah anggota parlemen.
- Perdana Menteri bersama kabinet bertanggungjawab
kepada parlemen.
- Kepala negara dengan saran/nasehat Perdana Menteri
dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan
diadakan pemilihan umum
16
KONSTITUSI

Pengertian:
1. Konstitusi dalam pengertian absolute
2. Konstitusi dalam pengertian positif
3. Konstitusi dalam pengertian ideal
4. Konstitusi dalam pengertian relative
Ad.1. KONSTITUSI DALAM PENGERTIAN ABSOLUTE
17 -Sebagai kesatuan organisasi yang nyata yang mencakup semua
bangunan hukum dan semua organisasi yang ada di
dalam Negara.
-Sebagai bentuk Negara, yakni bisa bentuk demokrasi atau
monarchi.
-Sebagai faktor integrasi yang dapat bersifat abstrak dan
fungsional.
Abstrak : hubungan antara bangsa dan Negara
diwujudkan dengan lagu
kebangsaannya, bahasa persatuan, benderanya.
Fungsional : karena tugas konstitusi mempersatukan
bangsa melalui kegiatan kenegaraan
seperti: pemilu, referendum,
pembentukan kabinet, dll.
-Sebagai system tertutup dari norma-norma hukum yang tertinggi
didalam Negara.
Ad.2. KONSTITUSI DALAM PENGERTIAN RELATIF
18
-Sebagai tuntutan dari golongan tertentu agar hak-haknya dijamin dan tidak
dilanggar oleh penguasa.
- Sebagai Konstitusi tertulis (Formil), Konstitusi tak tertulis (materiil)/isi.
Menyangkut hal-hal yang bersifat mendasar/pokok bagi rakyat dan
Negara maka untuk membuatnya perlu adanya prosedur yang khusus.

Ad.3. KONSTITUSI PENGERTIAN POSITIF


Sebagai keputusan politik yang tertinggi yang berkaitan dengan
pembuatan UUD yang menentukan nasib rakyat karena UUD itu dapat merubah
struktur pemerintah, system pemerintahan, bentuk Negara dll.

Ad.4. Konstitusi Dalam Pengertian Ideal


Sebagai idaman dari golongan tertentu atau rakyat agar hak-hak azasinya
dijamin dan dilindungi.
HAL-HAL YANG MENYEBABKAN
19
TIMBULNYA UUD:
Keinginan dari rakyat untuk menjamin hak-haknya jika
terancam dan untuk membatasi tindakan-tindakan penguasa.

Untuk mendapatkan kejelasan baik dari yang diperintah


maupun yang memerintah dengan jalan menentukan suatu
system ketatanegaraan tertentu.

Keinginan dari para pembentuk Negara yang baru untuk


menjamin adanya cara penyelenggaraan ketatanegaraan yang
pasti dan yang dapat membahagiakan rakyatnya (tujuan
negara) seperti indonesia.

Keinginan untuk menjamin adanya kerjasama yang


NILAI-NILAI KONSTITUSI:
20
A. Nilai Normatif
Bahwa konstitusi itu secara resmi telah diterima oleh suatu bangsa
sebagai suatu norma hukum dan berlaku efektif dalam realitasnya.
(kenyataan)

B. Nilai Nominal
Konstitusi itu menurut hukum memang berlaku namun dalam
kenyataannya tidak sempurna karena beberapa pasal yang sudah tidak
berlaku/berfungsi.

C. Nilai Semantic
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya
hanya sekedar untuk memberikan bentuk dari tempat yang telah ada
dan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi konstitusi hanya
sekedar istilah saja, sedangkan pelaksanaannya selalu dikaitkan
dengan kepentingan golongan tertentu/penguasa saja.
TUJUAN PEMERINTAHAN KONSTITUSIONAL:
21

1. Terwujudnya stabilitas politik dalam masyarakat.

2. Terwujudnya kemerdekaan baik perorangan


maupun kelompok dari tekanan pihak yang kuat
terhadap yang lemah maupun dari pemerintahnya
sendiri.

3. Terwujudnya keadilan, setidak-tidaknya dalam arti


procedural, yakni penerapan hukum yang sama
terhadap setiap orang.
4. Jaminan (menjamin) hak-hak asasi dan kemerdekaan:
22
Kemerdekaan jasmaniah : tak ada seorangpun mempunyai hak atas
dirinya kecuali dirinya sendiri.
Kemerdekaan pikiran
dan keyakinan : untuk menyatakan sesuatu (tanpa rasa
takut).

Persamaan kesempatan : Setiap orang harus diberi kesempatan


yang sama untuk melakukan apa yang
terbaik bagi dirinya tanpa merugikan
orang lain.
Kebebasan dalam
kegiatan politik : - Hak berserikat untuk politik: bidang-
bidang tertentu misalnya ekonomis,
politik social budaya dan lain-lain.
- Hak untuk berupaya dan mengkritik
23

 STRUKTUR KETATANEGARAAN
 SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

MPR
 UUD 1945

DPR PRESIDEN BPK DPA MA



24
STRUKTUR KETATANEGARAAN
SETELAH PERUBAHAN UUD 1945

UUD 1945

BPK MPR PRESIDEN KEKUASAAN KEHAKIMAN


DPD/DPR WAKIL PRESIDEN MK. MA. KY
LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF

KETERANGAN:
MPR : MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
DPD : DEWAN PERWAKILAN DAERAH
DPR : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
UUD : UDANG-UNDANG DASAR
BPK : BADAN PENGAWAS KEUANGAN
DPD : DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( UTUSAN DAERAH )
MK : MAHKAMAH KONSTITUSI
MA : MAHKAMAH AGUNG
KY : KOMISI YUDISIIL
KETETAPAN No. XX/MPRS/ 1966
25 diperbaharui
KETETAPAN NO.III/MPR/2000
TENTANG
SUMBER HUKUM & TATA URUTAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 1 
Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan.
Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
Sumber hukum dasar Nasional adalah PANCASILA
 
Pasal 2
Tata urutan perundang-undangan merupakan pedoman dalam Pembuatan Aturan Hukum di
bawahnya.
Tata Urutan:
UUD 1945
Ketetapan MPR
Undang-Undang
Perpu
P.P.
Keputusan Presiden
Peraturan Daerah
26
UU NO. 10 TAHUN 2004
dirubah
UU nomor 12 Tahun 2011
dirubah
UU No. 15 Tahun 2019
Ttg
PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
 
Pasal 7
Jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan:
U.U.D. 1945
Ketetapan MPR ------ Ps 3 UUD 1945
Undang-Undang/Perpu
Peraturan Pemeritah
Peraturan Presiden
Peraturan Daerah:
Provinsi
Kabupaten/kota
Peraturan Desa
MAHKAMAH KONSTITUSI
UU No. 23 /2003

MK : SALAH SATU PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN

WEWENANGNYA ;
PASAL 10 : ayat 1
1.MENGUJI UNDANG-UNDANG thdp UUD 1945
2.Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yg
28
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
3.Memutus pembubaran partai politik
4.Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Pasal 10 ayat 2

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat


DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan
pelanggaran hukum yang berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

29
Atas dasar putusan MK tsb
MPR
( pasal 3 UUD 1945)
Memberhentikan Presiden
Dan/atau
Walik Presiden

30
31

Anda mungkin juga menyukai