Anda di halaman 1dari 24

KONSTITUSI

ISTILAH KONSTITUSIONAL DAN KONSTITUSIONALISME


➢ Konstitusi pada dasarnya merupakan segala ketentuan atau aturan
mengenai ketatanegaraan suatu negara.
➢ Konstitusional adlh suatu kebijakan atau keputusan yang diproses dan
diputuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
➢ Konstitusionalisme adlh suatu paham mengenai pembatasan
kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.
PENGERTIAN KONSTITUSI
Rukmana Amanwinata:
Istilah “Konstitusi” (bhs Indonesia) berpadanan dgn kata “Constitution”
(bhs Inggris), “Constitutie” (bhs Belanda), “Constitutionel” (bhs Prancis),
“Verfassung” (bhs Jerman), “Constitutio” (bhs Latin), dan “Fundamental
law (AS).
Wirdjono Prodjodikoro:
Istilah Konstitusi berasal dari bhs Perancis dari kata “constitute” yang
berarti membentuk, yaitu membentuk suatu negara sehingga konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara.
Dengan demikian, suatu konstitusi memuat suatu peraturan
(fundamental) mengenai sendiri-sendiri pertama untuk menegakan
bangunan besar, yaitu negara.
F. Lassalle:
Membagi pengertian konstitusi dlm dua Pengertian, yaitu:
1. Konstitusi dalam arti Sosiologis atau politis
Konstitusi dlm arti sosiologis/politis adalah sintesis faktor-faktor
kekuatan yang nyata dlm masyarakat.
Jadi konstitusi menggambarkan Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan
tsb, diantaranya : raja, parlemen, cabinet, pressure group, partai
politik, dll; itulah yg sesungguhnya konstitusi.
2. Konstitusi dalam arti yuridis
Konstitusi dlm arti yuridis adlh suatu naskah yg memuat semua
bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
K.C. Wheare:
Istilah konstitusi Secara garis besar dpt dibedakan ke dalam dua
Pengertian, yaitu:

Pertama, Istilah konstitusi dipergunakan untuk menunjukan kepada


seluruh aturan mengenai sistem ketatanegaraan.

Kedua, Istilah konstitusi menunjuk kepada suatu dokumen atau beberapa


yang memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tertentu yang
bersifat pokok atau dasar saja mengenai ketatanegaraan suatu negara.
ISI ATAU MATERI MUATAN KONSTITUSI
A.A.H. Stuycken:
UUD (groundwet) sbg konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen
formal yang berisi:
1. Hasil Perjuangan politik bangsa pada waktu yang lampau;
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan sekarang &
masa yang akan datang;
4. Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Miriam Budiardjo:
Setiap UUD memuat ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislative, eksekutif, dan yudikatif;
2. HAM
3. Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
undang-undang dasar.
Mr. J.G. Sieenbeek:
Umumnya UUD atau konstitusi berisi tiga hal pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap HAN dan warga negara;
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental;
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.
Jimly Asshiddiqie:
Pada prinsipnya isi kinstitusi dimaksudkan untuk mengatur tigal hal penting,
yaitu:
1. Menentukan kekuasaan organ-organ negara;
2. Mengatur Hubungan antara lembaga-lembaga yang satu dengan yang lain;
3. Mengatur Hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan
warga negara.
TUJUAN KONSTITUSI:
Dahlan Taib dkk:
Para prinsipnya setiapkonstitusi senantiasa mempunyai dua Tujuan, yaitu:
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan
politik; dan
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari control mutlak penguasa, serta
menetapkan bagi para penguasa tersebut batas-batas kekuasaan
mereka.
FUNGSI KONSTITUSI
Jimly Asshiddiqie:
Secara lebih rinci mengemukakan fungsi-fungsi konstitusi adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi penentu & pembatas kekuasaan organ negara;
2. Fungsi pengatur Hubungan kekuasaan antar organ negara;
3. Fungsi pengatur Hubungan kekuasaan antar organ negara dengan
warga negara;
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhdp kekuasaan negara atau
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyaluar atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan
yang asli (yang di dalam sistem adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity);
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan Identitas dan keagungan kebangsaan
(identity of nation);
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of seremony);
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social contor), baik
Dalam arti sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas
mencakup bidang sosial dan ekonomi;
10. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat(social
engineering social reform), baik dalam arti sempit maupun dalam arti
luas.
KLASIFIKASI KONSTITUSI
K.C. Wheare:
Kemungkinan diadakannya bermacam-macam klasifikasi konstitusi sebagai
berikut:
1. Konstitusi Tertulis Dan Konstitusi Tidak Tertulis (writeen constitusion
and no written)
Yang dimaksud dengan konstitusi tertulis ialah suatu konstitusi yang
dituangkan dalam sebuah dokumen atau beberapa dokumen formal.
Jadi suatu konstitusi itu disebut tertulis apabila merupakan suatu naskah
(dituangkan dlm suatu naskah).
Adapun yang dimaksud konstitusi tidak tertulis ialah suatu konstitusi yang
tidak dituangkan dalam satu dokumen formal atau tidak merupakan suatu
naskah.
2. Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Rijid (flexsible constitutions and
rigid constitutions)
Pembagian Konstitsui Fleksibel dan Rijid didasarkan kriteria atau cara
prosedur perubahan.
Suatu konstitusi diklasifikasikan Konstitusi Fleksibel apabila mudah dalam
prosedur perubahannya. Sebaliknya jika prosedur perubahannya sulit,
maka diklasifikasikan sebagai konstitusi rijid.

Fleksibel atau rijidnya suatu konstitusi dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
a. Cara mengubah konstitusi; dan
b. Mudah atau tidaknya konstitusi itu mengikuti perkembangan zaman.
Konstitusi fleksibel mengandung ciri-ciri:
a. Elastis, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan mudah;
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti Undang-
Undang.

Konstitsui rijid mempunayi ciri-ciri:


a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain;
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa dengan
persayaratan yang lebih berat (Psl. 37 UUD 1945)
3. Konstitusi Derajat Tinggi dan Konstitusi Tidak Derajat Tinggi (supreme
constitutionsand no supreme constitutions)

Konstitusi derajat tinggi ialah suatu konstitusi yang mempunyai


kedudukan tertinggi di dalam negara, serta syarat untuk mengubahnya
lebih berat dibanding dgn yang lainnya.

Konstitusi Tidak Derajat Tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak


sederajat dgn konstitusi derajat tinggi serta syarat perubahannya sama
dengan syarat untuk mengubah peraturan perundang-undangan lain.
4. Konstitusi Serikat dan Konstitusi Kesatuan (federal constitutions and
unitary constitutions)
Klasifikasi Konstitusi Serikat dan Konstitusi Kesatuan berkaitan dengan
bentuk suatu negara.
Jika bentuk negara itu serikat maka konstitusinya disebut Konstitusi Serikat,
dimana kekuasaan negara dibagi atas kekuasaan pemerintah negara serikat
dan kekuasaan pemerintah negara bagian yang diatur dalam Konstitusinya.

Jika bentuk negara itu kesatuan maka konstitusinya disebut konstitusi


kesatuan dan tidak ditemukan pembagian kekuasaan karena kekuasaan
negara terpusat di tangan Pemerintah Pusat.
Tetapi di negara kesatuan itu dikenal juga sistem desentralirasi yang diatur
dlm konstitusi negara ybs.
5. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidensial dan Konstitusi Sistem
Pemerintahan Parlementer (presidential executive constitutions and
parliamentary executive constitutions)
Umumnya dikenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan
presidensial dan sistem pemerintahan parlementer.
Sistem Pemerintahan Presidensial terdpt ciri-ciri pokok sbb:
1. Presiden sbg Kepala Negara dan sbg Kepala Pemerintahan
2. Presiden tidak dipilih legislative melainkan dipilih langsung oleh rakyat
atau dewan pemilih
3. Presiden tidak memegang kekuasaan legislative;
4. Presiden tidak berhak membubarkan legislatif, tidak berhak
memerintahkan dilakukan pemilihan umum.
Konstitusi yg di dlm-nya memuat ciri-ciri tersebut maka diklasifikasikan sbg
konstitusi sistem pemerintahan presidensial.
Sistem Pemerintahan Parlementer mempunyai ciri-ciri pokok sbb:
1. Kabinet yg dipilih oleh Perdana Menteri dibentuk oleh dan/atau
berdasarkan kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen
2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebagian adalah
anggota parlemen
3. Perdana Menteri bersama cabinet bertanggung jawab kepada
parlemen
4. Kepala Negara dgn saran atau nasehat perdama menteri dpt
membubarkan parlemen dan pemerintahkan diadakannya pemilihan
umum.
Konstitusi yang di dlm-nya memuat ciri-ciri tersebut diklasifikasikan sbg
Konstitusi Sistem Parlementer.
NILAI KONSTITUSI
Pelaksanaan Konstitusi yang berlaku di suatu negara mempunyai
beberapa kemungkinan, yaitu:
a. konstitusi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yg termuat di dlm-
nya.
b. terdpt beberapa ketentuan konstitusi yang tidak dilaksanakan lagi
meskipun secara resmi masih berlaku.
c. konstitusi dilaksanakan tidak berdasarkan ketentuan yg termuat di
dlm-nya melainkan demi kepentingan sesuatu golongan atau pribadi
tertentu.
Karl Loewenstein:
Berdasarkan tiga macam kemungkinan di atas Karl Loewenstein
mengemukakan ada tiga jenis nilai konstitusi, yaitu:
a. Nilai Normatif, yaitu bahwa konstitusi itu berlaku tidak hanya dalam arti
hukum (legal)melainkan juga dalam kenyataan (realitas).
b. Nilai Nominal, yaitu bahwa konstitusi itu menurut hukum masih
berlaku tetapi dlm pelaksanaannya/kenyataannya tidak sempurna
karena ada pasal-pasal yg tidak dilaksanakan;
c. Nilai Semantik, yaitu bahwa konstitusi itu secara hukum memang
berlaku tetapi hanya sekedar untuk memberi bentuk atau
melaksanakan kekuasaan politik.
Konstitusi itu dibentuk hanya untuk kepetingan pemegang kekuasaan,
atau pelaksanaannya harus dihubungkan dengan kepentingan pihak
yang berkuasa.
PERUBAHAN KONSTITUSI
Sebagai produk Manusia maka siapapun pembuatnya suatu saat konstitusi
bias saja diubah oleh karena dinilai tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakatnya.

Dalam ilmu hukum ketatanegaraan dikenal ada dua Istilah, yaitu:


1. Penggantian Konstitusi/UUD
2. Perubahan/amandemen Konstitus/UUD
Cara Mengubah Kinstitusi:
H.R. Sri Soemantri:
Apabila prosedur perubahan konstitusi-konstitusi yang Termasuk rijid ini
digolong-golongkan, diperoleh empat cara perubahan konstitusi, yaitu:
1. Perubahan konstitusi yg dilakukan oleh pemegang kekuasaan
legislative, tetapi menurut pembatasan-pembatasan tertentu;
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu
referendum;
3. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian;
4. Perubahan konstitusi yg dilakukan dalam suatu Konvensi atau dilakukan
oleh suatu lembaga negara khusus yg dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.
PERUBAHAN UUD 1945

Pasal 37 UUD 1945-sblm amandemen:


(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari
pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.

(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari


pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
Pasal 37 UUD 1945-amandemen:
(1) Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang
MPR apabila diajukan oleh Sekurangkurangnya 1/3 dari jumlah
anggota MPR
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dgn jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasalpasal UndangUndang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen
ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR
(5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.
Cara Perubahan UUD 1945:
Psl. 3 UUD 1945 sblm amandemen:
Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan
garis-garis besar dari ada haluan negara.

Psl. 3UUD 1945-amandemen:


(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan UndangUndang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UndangUndang Dasar.

Anda mungkin juga menyukai