PENDAHULUAN
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan
peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu
Negara (K.C. Wheare, 1975).
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang
berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu
konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan
kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di
lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu
konstitusi (Utomo, 2007:7).
Jenis-jenis Konstitusi
1. K.C. Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. Konstitusi tertulis adalah
suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang
bukan dalam bentuk tertulis adalah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam dokumen
formal, contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, New Zaeland.
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid. Konstitusi fleksibel bersifat elastis, diumumkan dan
diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan konstitusi rigid
mempunyai kedudukan dan derajat yang jauh lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa atau
dengan persyaratan yang berat.
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi. Konstitusi derajat tinggi
adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Sedangkan
konstitusi derajat tidak derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan seperti derajat tinggi, sehingga persyaratan mengubah konstitusi ini tidak
sesulit mengubah konstitusi derajat tinggi, melainkan sama dengan pengubahan undang-
undang.
4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan. Negara serikat didapatkan sistem
pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara
bagian. Pembagian tersebut diatur dalam konstitusinya atau undang-undang dasar. Dalam
negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh
kekuasaannya tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam
desentralisasi.
5. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer.
C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi
kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua
tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):
Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
UUD 1945 adalah merupakan konstitusi tertinggi dalam norma hukum di republik Indonesia,
maka apapun peraturan perundang-undangan didalam negara republik ini mendasarkan pada
UUD 1945 beserta perubahanya yang masih berlaku sepanjan kehidupan bernegara ini.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Perubahan UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia secara
fundamental. Berbagai kelemahan mendasar yang dimiliki oleh UUD 1945 telah disempurnakan
melalui empat kali amandemen. Dalam tataran implementasi, perubahan yang diharapkan masih
Daftar Pustaka