Anda di halaman 1dari 37

Kuliah IV (Minggu IV)

KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM


Pengertian Konstitusi

 adalah aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan


hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar, yg sifatnya :
• Tertulis (dlm arti sempit)
dlm arti luas
• tidak tertulis
yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan
suatu negara.
Perumusan UUD

UUD merupkan hasil perumusan dari nilai-nilai dan


norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan
dalam praktek penyelenggaraan negara.

Karenanya utk memahami pasal-pasal didalam


UUD, harus memahami kebatinan masyarakat, yang
menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis,
dan historis perumusan juridis suatu ketentuan
Undang-Undang Dasar.
Why ?
 Karena sejarah memberikan kondisi-kondisi kehidupan yang
membentuk dan mempengaruhi
• kerangka pemikiran (frame of reference), dan
• medan pengalaman (field of experience)
dengan muatan kepentingan yang berbeda,

sehingga proses pemahaman terhadap suatu


ketentuan Undang-Undang Dasar dapat terus
berkembang dalam praktek di kemudian hari.
Konsekuensi :

 penafsiran terhadap Undang-Undang Dasar pada masa


lalu, masa kini, dan pada masa yang akan datang,

memerlukan rujukan standar yang dapat


dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya,
sehingga Undang-Undang Dasar tidak menjadi alat
kekuasaan yang ditentukan secara sepihak oleh
pihak manapun juga.
Bagaimana Indonesia ?
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan hukum dasar
(rechtsidee) Indonesia dimasa depan,
yang isinya mencakup dasar-dasar normatif yang berfungsi sebagai :
a. sarana pengendalian (tool of social and political control)
terhadap penyimpangan dan penyelewengan dalam dinamika
perkem­bangan zaman,
b. sarana pembaruan masyarakat (tool of social and political
reform),
c. serta sarana perekayasaan (tool of social and political
engineering) ke arah cita-cita kolektif bangsa
UUD sbg Hukum Dasar
a. Perumusan Undang-Undang Dasar ini bersifat garis besar,
pengaturan yang bersifat rinci akan ditentukan lebih lanjut dalam
undang-undang.
b. Makin elastis suatu aturan, makin terbuka kemungkinan untuk
menampung dinamika perkembangan zaman, sehingga Undang-
Undang Dasar tidak lekas ketinggalan zaman (verounderd).
c. Perumusan isinya disusun secara sistematis mulai dari prinsip-
prinsip yang bersifat umum dan mendasar, dilanjutkan dengan
perumusan prinsip-prinsip kekuasaan dalam setiap cabangnya yang
disusun secara berurutan.
Pelaksanaan UUD
Digantungkan pada kemauan politik (political will) para
penyelenggara negara, dg alasan :
a. Agar ketentuan yang diatur, tidak bermakna ganda atau
dapat ditafsirkan secara sewenang-wenang oleh pihak
yang berkuasa.
b. Agar asas kedaulatan rakyat atau demokrasi yg
dirumuskan jelas dlm pasal UUD, dapat terwujud dlm
praktek, sehingga tidak menjadikan demokrasi hanya
sebagai retorika semata
c. Agar kekurangan dalam perumusan pasal UUD tidak akan
merintangi jalannya penyelenggaraan negara menuju
terwujudnya cita-cita bangsa berdasarkan kelima sila
Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar
KONSTITUSIONALISME
• konstitusi sebagai hukum dasar, mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam
suatu negara. Hal inilah yang disebut sebagai constituent power
(kewenangan yang berada di luar dan di atas sistem yang
diaturnya)
• Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi
mendahului organ pemerintahan yang diatur dan dibentuk
berdasarkan konstitusi.
• Constituent power berkaitan pula dengan hirarki hukum, karena
Konstitusi merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi
bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-
undangan lainnya.
Urutan peraturan per-uu-an
• UUD
• UU/perpu
• Perat pemerintah (PP)
• Perat pres
• Perat Menteri
• Perat daerah (perda)
Kaitan Konstitusi & Konstitusionalisme
• Menurut Jimly Asshiddiqie,
Konstitusi adalah kesepa­katan umum atau persetujuan (consensus) di
antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan
dengan negara

Karenanya diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika


kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan
sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini
secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons
perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat
manusia.
 Hal ini sependapat dengan pendapat dari C.J. Frederick tentang
konstitusionalisme, bahwa :
"constitutionalism is an institutionalized system of effective,
regularized restraints upon governmental action'‘
(konstitusionalisme adalah suatu pelembagaan sistim yang
efektif atas pembatasan tindakan pemerintah)
Fungsi Konstitusi
• Sbg sumber legitimasi atau landasan otorisasi dapat
berlaku dan diberlakukannya peraturan-peraturan yang
tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar.
• Sbg legitimasi kekuasaan negara
• Sbg aturan yg membatasi kekuasaan pemerintah,
• Sbg menggambarkan struktur pemerintahan suatu
negara.
• Sbg perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial)
Isi Konstitusi
• Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara,
• Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar
(forma regemis),
• Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketata-negaraan yang juga mendasar
• Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of
society or general acceptance of the same philosophy of government).
• Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
• Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur- prosedur
ketatanegaraan (the form of institutions and procedures)
Perubahan Konstitusi

CF.Strong menyebutkan 4 (empat) macam cara perubahan terhadap


undang-undang dasar, yaitu:
• Oleh kekuasaan legislatif tetapi dengan pembatasan- pembatasan
tertentu,
• Oleh rakyat melalui referendum,
• Oleh sejumlah negara bagian, khususnya untuk negara serikat,
• Dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara
yang khusus dibentuk untuk keperluan perubahan.
UUD RI
• Pembukaan UUD, ada 2 pendapat

Pendapat I : Pembukaan bukan bagian atau berada diluar UUD/konstitsi


Konsekuensi : - bukan bagian dari hukum (tidak memiliki watak normatif).
- Pembukaan diadakan hanya untuk menuliskan proses faktual
terjadi Konstitusi, dan menyatakan siapa pembuat konstitusi
Alasan : UUD adalah sebuah dokumen hukum yang bersifat eksklusif, semata-
mata merupakan wadah bagi ketentuan-ketentuan hukum (rule of
law), dan karenanya tidak mungkin untuk dimuati materi lain.
• Pendapat II : Pembukaan berada di dalam UUD (Konstitusi)

Konsekuensi : - Pembukaan adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan


(inherent) dari UUD, yang sekaligus memberi kualitas pada UUD
- Pembukaan bermakna hukum dan menjadikannya berwatak
normatif pada ketentuan hukum yang dituangkan dalam Batang
Tubuh UUD

Alasan : UUD adalah suatu piagam pernyataan (manifesto) yang berisi pengakuan
keyakinan, dan pernyataan cita-cita bangsa, berwujud pandangan hidup,
cita-cita, moralitas, keyakinan filsafati baik religius maupun politik, dari
suatu bangsa. Dan bila ditransformasi menjadi ketentuan hukum,maka
akan kehilangan substansi filosofisnya. Sehingga perlu menempatkan
pernyataan (manifesto) tersebut sebagai Pembukaan UUD.
Bagaimana Indonesia ?
• Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) menganut paham kedua.
• Pembukaannya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
UUD 1945. Oleh karenanya Pembukaan UUD 1945
mengandung Pokok-pokok Pikiran, sebagai ada di dalam
Penjelasan (UUD 1945 sebelum Amandemen tahun 1999-
2002), yang berhubungan, bahkan menjelma, menjadi
ketentuan-ketentuan hukum berupa pasal-pasal di dalam
Batang Tubuh UUD 1945.
Negara Hukum
• hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara, atau faktor penentu penyelenggaraan
kekuasaan adalah hukum atau norma
• Prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat
• Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan
dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
• Ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep 'rechtsstaat' dan 'the
rule of law', juga berkaitan dengan konsep 'nomocracy' /kedaulatan
hukum
Pengertian Negara Hk
Utrecht, membagi pengertian negara hukum menjadi 2 :
1. Negara hukum Formil/negara hukum klasik.
 Negara yg memandang pengertian hukum bersifat formil dan
sempit, yaitu dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis.
 W.Friedmann menamainya dengan istilah rule of law dlm arti
formil yaitu dalam arti 'organized public power'
2. negara hukum materiel atau negara hukum modern
 Negara yg memandang pengertian hukum secara lebih luas
termasuk pengertian keadilan didalamnya
 W. Friedmann manamainya dg istilah rule of aw dlm arti material
yaitu 'the rule of just law'
Bagaimana Indonesia ?
• Indonesia menganut pengertian negara hukum modern,
buktinya :
dimasukkan nilai keadilan di dalam Pancasila, yang
menjadi pondasi negara dan sumber dari peraturan yang
ada, artinya ketika keadilan tidak dipenuhi dalam setiap
pengambilan keputusan maka :
- uu dapat dibatalkan oleh MK
- putusan pengadilan, hakimnya dapat di KY kan
Rule Of Law
• merupakan konsep tentang common law, di mana
segenap lapisan masyarakat dan negara beserta
seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan
egalitarian.
• hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan
sistem yang di puncaknya terdapat pengertian
mengenai hukum dasar yang tidak lain adalah
konstitusi,
Egalitarian adalah
• Berasal dari bahasa Perancis ‘egal, yang berarti sama.
• Adl kecenderungan berpikir bahwa seseorag hrs diperlakukan sama
pada dimensi seperti politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya
• Bila diterjemahkan dalam prinsip Negara Hukum, maka prinsip ini
tercermin dalam Ps. 27 UUD 45, yang terimplementasi dalam hak dan
kewajiban setiap warganegara terhadap hukum dan pemerintahan.
Salah satunya egalitarian ini terdapat dalam demokrasi pada saat
pemilu, yakni kesamaan politik dan kebebasan politik.
• Ini menjadi salah satu ciri dari Negara Hukum
Rule of Law di Indonesia
• Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya
keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan sosial.

Formalnya : ada di Pembukaan UUD 45

• Prinsip Rule of Law UUD : bersifat tetap dan instruktif


bagi penyelenggara negara krn Pembukaan
UUD sbg kaidah pokok fundamental negara
Prinsip-Prinsip Rule of Law

• Supremasi Hukum (Supremacy of Law)


pengakuan normatif dan pengakuan empirik
• Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)
melarang tindakan diskriminatif dlm segala bentuk,
kecuali tindakan affirmative actions (tindakan khusus
thdp masy suku terasing dan masy adat yg
terbelakang utk mempercepat kemajuan dan
pemerataan pembangunan.
Supremasi hukum
• Adl upaya utk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan harus
diposisikan secara netral. Karenanyahukum menempati posisi sebagai
kekuasaan tertinggi dalam Negara dalam hal mengatur kehidupan seseorang
atau masyarakat.
• Pengakuan normatif, adl pengakuan demokratis sec tertulis, dan biasa
tergambar dlm konstitusi Indonesia. Misalnya bahwa pengakuan akan HAM,
yang tertuang dalam Konstitusi dan implementasikan dalam peraturan
perundang-undangan.
• Pengakuan Empiris adalah pengakuan demokratis secara tindakan langsung
berupa kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat dan menjadi
norma yang disepakati sebagai norma adat, dan digunakan sebagai hukum
Adat
Tindakan Affirmative Action
• Adl tindakan membeda-bedakan dengan tujuan untuk mempercepat
suatu program peningkatan taraf hidup masyarakat.
• Pada prinsipnya setiap orang memiliki kedudukan dan berhak mendptkan
perlakuan yang sama tanpa terkecuali. Namun dlm pelaksanaan program
tertentu, prinsip ini sulit utk dilaksanakan, maka untuk mencapai tujuan
yg dikehendaki baik oleh negara atau masyarakat atau orang tertentu,
tindakan affirmative action ini boleh dilakukan.
• Misalnya tuj negara utk mencerdaskan bangsa, maka ketika terjun
kemasyarakat sbg tenaga pengajar maka kita tidak mungkin
memperlakukan setiap orang sama dalam penyampaian pengajaran.
• Asas Legalitas (Due Process of Law)
mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang
dilakukan.
diakui pula adanya prinsip 'frijsermessen' yang
memungkinkan para pejabat administrasi negara
mengembangkan dan menetapkan sendiri 'beleidregels' atau
'policy rules' yang berlaku internal secara bebas dan mandiri
dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan
oleh peraturan yang sah.
Frijsermessen
• Secara hukum setiap tindakan yang akan dilakukan oleh
pemerintah/pejabat, harus ada dasar hukumnya. Misalnya : ketika
perusahaan mem PHK seseorang, dpt dilakukan setelah terdapatnya
pelanggaran yg ditentukan dalam suatu perjanjian kerja.
• Namun perusahaan demi tertib dan disiplinnya seseorang akan waktu
maka, perusahaan atas dasar tata tertib perusahaan dpt melakukan
pemotongan atas uang makan atau uang transpor karyawan yg selalu
datang terlambat.
• Contohnya : pemotongan gaji PNS ketika bolos kerja setelah cuti
bersama, yang dikeluarkan pd kepemimpinan Ahok.
• Pembatasan Kekuasaan
menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal

kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara memisah-


misahkan kekuasaan ke dalam cabang- cabang yang bersifat
'checks and balances' dalam kedudukan yang sederajat dan
saling mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain
• Organ-Organ Eksekutif Independen
adanya pengaturan kelembagaan pemerintahan yang
bersifat 'independent', utk menjamin terlaksananya
demokrasi dan prnsip negara hukum.
Contohnya : KPK, Ambudsman
• Peradilan Bebas dan Tidak Memihak
utk terciptanya ketidak berpihakan maka pemeriksaan
perkaraoleh hakimharus terbuka
• Peradilan Tata Usaha Negara
prinsip peradilan bebas dan tidak memihak
menjamin agar warga negara tidak dizalimi oleh
keputusan-keputusan para pejabat administrasi
negara sebagai pihak yang berkuasa.

• Peradilan Tata Negara


• Perlindungan HAM
Peradilan Tata Negara dan PTUN
Pengertian PTN :
• peradilan tata negara dalam arti yang paling luas dimana mencakup :
peradilan tata negara (constitutional adjucation) yang dilakukan oleh MK;
peradilan tatausaha negara (administrative adjucation) yang dilakukan oleh MA ;
badan-badan peradilan tata usaha negara; 
• peradilan tata negara dalam arti yang lebih sempit tetapi masih tetap luas adalah
:
peradilan tata negara (constitutional adjucation) yang dilakukan oleh MK, dan
peradilan pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang yang
dilakukan oleh MA mnrt Ps. 24A ayat (1) UUD 1945.
Pengujian peraturan perundang-undangan itu juga termasuk lingkup PTN dalam arti
luas
• PTN dalam arti sempit, yaitu peradilan yang dilakukan oleh MK menurut
ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan Pasal 7B khususnya ayat (4) UUD 1945.
Kesimpulan :
PTN berfungsi Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan
Sengketa Tata Negara, berkaitan dengan UU yg bertentangan dg
Pancasila & UUD, dan berkaitan dengan pejabat yg melakukan
pelanggaran dalam jabatannya. 

PTUN berfungsi Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan


Sengketa Tata Usaha Negara terkait dengan keputusan-keputusan para
pejabat administrasi negara sebagai pihak yg berkuasa, yg merugikan
rakyat.
• Bersifat demokratis (Democratische Rechtsstaat)
negara hukum yang demokratis, artinya dalam setiap
Negara Hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin
adanya demokrasi, sebagaimana di dalam setiap Negara
Demokrasi harus dijamin penyelenggaraannya berdasar atas
hukum.

• Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara


(Welfare Rechtsstaat)

• Transparansi dan Kontrol Sosial


Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai