NEGARA
DR. SULISTYOWATI, SH, MH
Pertemuan Keempat
Pengertian Konstitusi
Hans Kelsen: Menurut Hans Kelsen, konstitusi adalah norma-norma hukum dasar yang mengatur
organisasi dan fungsi-fungsi negara serta hak dan kewajiban rakyat.
Ferdinand Lassalle: Menurut Ferdinand Lassalle, konstitusi adalah suatu perjanjian politik antara
penguasa dan rakyat yang mengatur pembagian kekuasaan dan hak-hak rakyat.
John Austin: Menurut John Austin, konstitusi adalah perintah-perintah umum yang bersifat
permanen yang dikeluarkan oleh penguasa tertinggi yang berada di dalam suatu negara.
Hans Kohn: Menurut Hans Kohn, konstitusi adalah kesepakatan dasar yang memperlihatkan
tatanan politik dan hubungan-hubungan masyarakat yang diterima bersama oleh seluruh rakyat.
Thomas Jefferson: Menurut Thomas Jefferson, konstitusi adalah dokumen yang mengikat
pemerintah dan rakyat dalam suatu negara, dan memberikan batasan-batasan kekuasaan untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
Pembagian dan Klafisikasi Konstitusi
Konstitusi dapat dibagi dan diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, di antaranya adalah:
3. Berdasarkan isinya:
• Konstitusi sosial: konstitusi yang menekankan pada aspek sosial, seperti hak-hak
kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan.
• Konstitusi politik: konstitusi yang menekankan pada aspek politik, seperti pembagian
kekuasaan dan hak-hak politik.
Pembagian dan Klafisikasi Konstitusi
Nilai konstitusi adalah prinsip-prinsip dasar yang diakui dan dijunjung tinggi dalam sebuah
konstitusi. Nilai-nilai konstitusi dapat berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya,
tergantung pada budaya, sejarah, dan kondisi politik di masing-masing negara.
Berikut adalah beberapa contoh nilai konstitusi yang umum diakui dalam banyak konstitusi di
dunia:
• Nilai Normatif : Konstitusi berlaku bukan hanya dalam arti hukum saja, tetapi juga merukan
suatu kenyataan yang sepenuhnya diperlukan dan efektif.
• Nilai Nominal: Konstitusi menurut hukum berlaku, tetapi dalam kenyataannya tidak
sempurna.
• Nilai Semantik : Konstitusi secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya
hanya sebagai bentuk dari tempat yang ada dan untuk
Sifat Konstitusi
Sifat konstitusi dapat dijelaskan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang melekat pada konstitusi.
Berikut adalah beberapa sifat konstitusi yang umum diakui:
1. Tertulis: Konstitusi umumnya disusun dalam bentuk dokumen tertulis yang berisi pernyataan-
pernyataan hukum dan prinsip-prinsip dasar yang mengatur tatanan negara.
2. Kaku: Konstitusi memiliki sifat kaku karena memerlukan prosedur khusus untuk diubah atau
direvisi. Proses perubahan konstitusi umumnya lebih sulit dan membutuhkan persetujuan
mayoritas suara yang tinggi.
3. Mendalam: Konstitusi mengatur berbagai aspek kehidupan sosial dan politik suatu negara,
termasuk hak-hak asasi manusia, hak pilih, kebebasan pers, dan pembagian kekuasaan antara
cabang-cabang pemerintah.
4. Abstrak: Konstitusi berisi prinsip-prinsip dasar yang abstrak dan umum, sehingga memerlukan
interpretasi oleh lembaga-lembaga pengadilan untuk diterapkan dalam situasi konkret.
Sifat Konstitusi
5. Menjadi dasar hukum tertinggi: Konstitusi adalah sumber hukum tertinggi dalam suatu
negara dan menjadi dasar bagi pembentukan hukum dan kebijakan pemerintah.
6. Terbuka: Konstitusi terbuka untuk diakses dan diketahui oleh masyarakat umum, sehingga
dapat mempengaruhi partisipasi dan kesadaran politik masyarakat.
7. Dinamis: Konstitusi dapat berubah dan berkembang seiring dengan perubahan sosial, politik,
dan ekonomi dalam suatu negara. Perubahan konstitusi dapat dilakukan melalui proses
amendemen atau revisi.
Sifat-sifat konstitusi tersebut mempengaruhi tatanan politik dan hukum suatu negara. Konstitusi
yang baik harus mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diakui oleh masyarakat,
memberikan arahan yang jelas bagi pemerintah, dan memperkuat hak-hak asasi manusia.
Perubahan Konstitusi
Sejak disahkan pada 18 Agustus 1945, Konstitusi Indonesia atau Undang-Undang Dasar 1945
telah mengalami sejumlah perubahan dan amandemen. Beberapa perubahan tersebut antara
lain:
1. Amandemen Pertama (1999): Amandemen pertama dilakukan pada tahun 1999 dan
mengubah sejumlah pasal, termasuk pasal tentang pembagian kekuasaan antara lembaga-
lembaga negara, hak asasi manusia, dan kewajiban negara untuk memajukan kesejahteraan
rakyat.
2. Amandemen Kedua (2000): Amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000 dan mengubah
pasal-pasal terkait dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan kepala daerah,
dan hak pilih warga negara.
3. Amandemen Ketiga (2001): Amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan mengubah
pasal tentang hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta mengatur
tentang otonomi daerah.
UUDRI 1945 dan perubahannya
4. Amandemen Keempat (2002): Amandemen keempat dilakukan pada tahun 2002 dan
mengubah pasal tentang sistem ketatanegaraan Indonesia, termasuk mengatur tentang
lembaga-lembaga negara seperti Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.
5. Amandemen Kelima (2002): Amandemen kelima dilakukan pada tahun 2002 dan mengubah
pasal-pasal terkait dengan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan hak-hak anak.
6. Amandemen Keenam (2014): Amandemen keenam dilakukan pada tahun 2014 dan
mengubah pasal tentang masa jabatan presiden dan wakil presiden, serta mengatur tentang
pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat.