Anda di halaman 1dari 34

Konstitusi dan

Konstitusionalis
me
Dr. Jimmy Z. Usfunan, SH.,MH
Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali
Materi bahasan
1. Pengertian Konstitusi dan Konstitusionalisme
2. Supremasi Konstitusi dalam negara demokrasi konstitusional
3. Pembentukan dan perubahan konstitusi
4. Isi muatan Konstitusi
5. Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan dibawah Konstitusi
6. Perbandingan Konstitusi di berbagai negara
ISTILAH KONSTITUSI

▪ Constitution (Inggris)

▪ Constitutie dan Grondwet (Belanda)

▪ Verfassung dan grundgesetz (Jerman)


▪ Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis)
▪ Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD)

Dalam bahasa Yunani Kuno kata “konstitusi” berasal dari Politeia dan
dlm bahasa latin berasal dari kata Constitutio
Konstitusi
1. Brian Thompson, “... a constitution is a document which contains the rules for the operation
of an organization.
2. Ivo D. Duchacek, “identify the sources, purposes, uses and restraints of public
power”(mengidentifikasikan sumber, tujuan penggunaan- penggunaan dan pembatasan-
pembatasan kekuasaan umum).
3. Black’s Law Dictionary: The fundamental and organic law of a nation or state that establishes
the institutions and apparatus of government, defines the scope of governmental sovereign
powers, and guarantees individual civil rights and civil liberties.
4. K.C Wheare : Konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa
kumpulan peraturan2 yg membentuk, mengatur, dan memerintah dalam suatu negara.
PENGERTIAN KONSTITUSI
Herman Heller dalam bukunya “Staatsrecht” mengemukakan tiga pengertian
konstitusi, yaitu:

1. Konstitusi dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan sosial
politik yang nyata dalam masyarakat

2. Konstitusi dalam arti Juridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum yang
hidup dalam masyarakat

3. Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai


hukum yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara
FUNGSI KONSTITUSI
K.C. Whare memberikan pandangan bahwa fungsi konstitusi itu mendeskripsikan seluruh sistem
pemerintahan suatu negara

Maarseveen ada 4 Fungsi Konstitusi:

1.Fungsi transformasi, hal ini mencakup tiga aspek: (i) mentransformasikan kekuasaan politik menjadi legal power atau
kewenangan, (ii) mentransformasikan kepentingan politik menjadi legal force, (iii) mereformasi institusi pemerintahan
sesuai dengan pandangan politik yang sedang berpengaruh.

2.Fungsi informasi, sebagai saluran untuk menyampaikan tentang penyelenggaraan negara, kedudukan dan hubungan
lembaga negara, hubungan warga negara serta sarana informasi bagi dunia internasional tentang sistem ketatanegaraan
yang sedang dianut.

3.Fungsi regulasi, proses pembuatan peraturan namun hal ini harus dibedakan dengan perundang-undangan yang lain,
fungsi regulasi yang ada di konstitusi sifatnya lebih fundamental. Kemudian fungsi ini bisa diperluas maknanya menjadi
penegakan terhadap regulasi, yakni dalam rangka Judicial Review.

4.Fungsi kanalisasi, bahwa konstitusi menyediakan instrumen untuk menyelesaikan problem ketatanegaraan baik itu
berupa konflik politik maupun sengketa hukum.
TUJUAN KONSTITUSI
▪ Untuk membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin
hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat (C.F. Strong)
▪ Konstitusi sebagai hukum tertinggi dalam negara, maka tujuan
tertinggi itu adalah:
(i) Keadilan,
(ii) Ketertiban,
(iii) Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan
kesejahteraan atau kemakmuran bersama (Jimly Asshiddiqie)
SIFAT KONSTITUSI

1. Flexible (Luwes)
2. Rigid (Kaku)

Tolak Ukur yang digunakan: Cara mengubah Konstitusi.


◦ Bila tidak memerlukan prosedur istimewa (mudah) = Luwes/Flexible (lihat
Konstitusi Inggris, New Zealand dan Italia (tidak ada prosedur khusus)
◦ Bila Perlu prosedur istimewa (sulit) = Rigid/kaku (lihat Konstitusi Kanada, Swiss,
Amerika Serikat, Australia, Indonesia, Prancis
Materi Muatan Konstitusi
J.G. Steenbeek, Konstitusi Mengatur:
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamental
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yg juga bersifat fundamental

K.C. Wheare Konstitusi Mengatur:


1. Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif,
dan kekuasaan yudisial
2. Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-kekuasaan tersebut satu sama
lain
3. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tersebut dengan rakyat atau warga negara
Konstitusionalisme?
Kamus Besar Bahasa Indonesia :
paham tentang pembatasan kekuasaan dan
jaminan hak rakyat melalui konstitusi

C.J. Friedrich :
suatu sistem yang terlembagakan, menyangkut
pembatasan yang efektif dan teratur terhadap
tindakan-tindakan pemerintahan
Perkembangan Konstitusi
❖ Perkembangan konstitusi dilihat dari perspektif konstitusionalisme yakni paham tentang
pemerintahan menurut konstitusi atau konstitusional.
❖ Paham konstitusionalisme dipisahkan menjadi 2 kategori :
1. Paham Konstitusionalisme Klasik (mulai pada masa Yunani Kuno, Romawi, dan abad
pertengahan) dan
2. Paham Konstitusionalisme Modern.
Paham Konstitusionalisme Klasik
➢ Zaman Yunani Kuno, Konstitusionalisme adalah Polis (Negara Kota) yang
pemerintahannya menurut asas demokrasi langsung..
➢ Zaman Romawi Kuno, berdasarkan “empirium” pemahaman terhadap
“konstitusionalisme, berkenaan dengan eksistensi konstitusi, dipandang
sebagai instrument pemerintahan, berupa: kebiasaan masyarakat, dictat
lawyers, catatan-catatan negarawan, kepercayaan dan keyakinan rakyat
berkait dengan metode atau cara penyelenggaraan kekuasaan negara.
➢ Zaman Pertengahan, terdapat filosofi “fiudum”, pemahaman
“konstitusionalisme” digambarkan sebagai paham “feodalisme”, suatu bentuk
pemerintahan yang dikuasasi oleh kaum feodal atau tuan-tuan tanah.
Paham Konstitusionalisme Modern
Konstitusionalisme Modern, intinya pemerintahan berdasarkan konstitusi,
dengan ciri utama: (i) Pembatasan kekuasaan pemerintahan,
(ii) pemerintah yang tidak sewenang-wenang dan
(iii) pemerintah yang bertanggung jawab serta akuntabel kepada rakyat.
3 elemen yang menjamin tegaknya
konstitusionalisme
Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
(the general goals of society or general acceptance of the
same philosophy of government).

Kesepakatan tentang ‘the rule of law’ sebagai


landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of government).

Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi


dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form
of institutions and procedures).
KONSENSUS JAMINAN
T E G A K N YA KO N S T I T U S I O N A L I S M E
Teori Pembentukan
Konstitusi
James Bryce, ada 4 motif pembentukan Konstitusi:
1. Ide dari Raja, dengan alasan agar kekuasaan serta hak dan kewajibannya dijamin secara
yuridis-konstitusional
2. Kehendak dari rakyat, dengan alasan agar hak-hak rakyat dijamin serta kekuasaan raja
dibatasi menurut ketentuan-ketentuan hukum konstitusi
3. Kehendak pembentuk negara baru, dengan alasan agar dapat disusun sistem ketatanegaraan
bagi suatu negara “baru”
4. Ide yang tumbuh kembang pada negara serikat, merupakan kesepakatan negara-negara
bagian untuk membentuk konstitusi, dengan alasan agar pembagian kekuasaan antara
negara-negara bagian (State) dengan pemerintah federal (Federal Government) menjadi jelas
diatu dalam penetapan konstitusi.

Pembentukan UUD 1945 (18 Agustus 1945) menunjukkan motif ke 3, ide pembentuk negara dari
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Proses membentuk Konstitusi di negara
Demokrasi (Haysom)

Konstitusi dibentuk oleh sutau majelis yang dibentuk secara


demokratis

Konstitusi yang dibentuk oleh Parlemen yang dipilih secara


demokratis

Konstitusi yang ditetapkan melalui referendum

Konstitusi yang dirancang oleh Komisi Konstitusi dengan dukungan


rakyat
Bentuk-bentuk Perubahan

PERUBAHAN
(AMENDMENT):
PENGGANTIAN
Menambah Ketentuan;
(RENEWAL) Mengurangi Ketentuan;
Mengubah Ketentuan.
Perubahan Konstitusi
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)

K. C. Wheare mengemukakan sasaran yg ingin diperoleh dengan


mempersulit perubahan konstitusi:
1. Agar dilakukan dg pertimbangan yang matang dan dikehendaki
2. Agar rakyat diberikan kesempatan kesempatan utk menyampaikan
pandangannya sblm perubahan dilakukan
3. Agar kekuasaan pemerintah federal dan negara bagian tidak diubah secara
sepihak
4. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok mendapat jaminan
Macam Cara Perubahan
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)

◼ C.F. Strong
1. Dilakukan oleh legislatif dengan pembatasan2 tertentu
2. Dilakukan oleh rakyat melalui referendum
3. Dilakukan oleh negara-negara serikat (pd negara berbentuk
negara serikat)
4. Dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaga negara khusus yg dibentuk hanya utk keperluan
perubahan
K.C. Wheare : Cara Merubah Materi Muatan UUD
(Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme)

1. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan mengubah UUD dg


langsung memasukkan materi perubahan itu ke dlm naskah UUD
2. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan mengadakan
penggantian naskah UUD
3. Perubahan konstitusi melalui naskah yg terpisah dari teks aslinya,
yg disebut amandemen pertama, amandemen kedua, dst
Perubahan UUD 1945
Pasal 37:
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

21
ALUR PERUBAHAN UUD 1945

• Jumlah Anggota MPR 692 (560 anggota DPR, ditambah 132 Anggota DPD).
PENGUSUL • 1/3 dari 692 adalah: 231 Anggota MPR
(Anggota MPR)

Usul perubahan pasal- • Diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat


pasal UUD NRI Tahun • Diajukan oleh sekurang kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
1945 • Diajukan secara tertulis
• Menunjuk dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
• Narasi (kajian) alasan kenapa perlu di ubah.
• Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

USULAN MENUNJUK PASAL YANG AKAN DIUSULKAN ---


sumber: Psl 37 Ayat (1) UUD 1945, Psl 25 UU MD3, Psl 105 ayat (1) Tatib MPR.

PIMPINAN MPR • Memeriksa kelengkapan persyaratannya yang meliputi:


• jumlah pengusul
• pasal yang diusulkan diubah dan alasan pengubahan
• Pemeriksaan dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul pengubahan diterima.
• Sumber: Psl 26 UU MD3 dan Psl 106 Tatib MPR

Penolakan Jika RAPAT GABUNGAN


syarat tidak PIMPINAN MPR DENGAN • Rapat kelengkapan persyaratan Pengusulan
lengkap PIMPINAN FRAKSI DAN
KELOMPOK ANGGOTA
DALAM RAPAT GABUNGAN YANG DI PUTUSAKAN HANYA USULAN PASAL YANG
AKAN DIUSULKAN
Sumber : Psl 107 dan Psl 108 Tatib MPR
• Pengusul menjelaskan usulan yang diajukan beserta alasannya;
SIDANG PARIPURNA • Fraksi dan kelompok anggota MPR memberikan pemandangan umum terhadap usul
pengubahan; dan
• Membentuk panitia ad hoc untuk mengkaji usul pengubahan dari pihak pengusul.

PEMBAHASAN HANYA TERHADAP PASAL YANG AKAN DIUSULKAN


Sumber: Psl 29 UU MD3 dan Psl 110 Tatib MPR

Mengkaji usul pengubahan dari pihak pengusul yang waktunya disepakati dalam
PANITIA AD HOC Sidang Paripurna MPR.
PANITIA AD HOC HANYA MENGKAJI USULAN MENUNJUK PASAL YANG AKAN DI
SUSULKAN

Sumber: Psl 30 UU MD3 dan Psl 111 Tatib MPR


• Panitia Ad Hoc melaporkan hasil kajian
SIDANG PARIPURNA
• Fraksi dan Kelompok DPD di MPR menyampaikan pemandangan umum terhadap
hasil kajian Panitia Ad Hoc..
• Dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota MPR.
(2/3 x 692 = 461 orang)
Sumber: Psl 37 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, Psl 31 UU MD3 dan Psl 112 Tatib
TIDAK
DISETUJUI:
MPR
tidak dapat
diajukan kembali PENGAMBILAN
pada KEPUTUSAN
Pengubahan pasal UUD NRI Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-
keanggotaan kurangnya 50% (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota.
MPR Masa yang
sama (50/100 x 692 = 346 ditambah 1 = 347 orang)
Sumber: Psl 37 ayat (4) UUD 1945, Psl 31 UU MD3, dan Psl 112 Tatib MPR.

Disetujui
PENDAHULUAN
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan Latar Belakang Tujuan Perubahan


Perubahan
Menyempurnakan aturan
Antara lain: • Pembukaan • Kekuasaan tertinggi di dasar, mengenai:
• Amandemen UUD 1945 • Batang Tubuh tangan MPR
• Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara
- 16 bab • Kedaulatan Rakyat
• Penghapusan doktrin besar pada Presiden
- 37 pasal • HAM
Dwi Fungsi ABRI • Pasal-pasal yang terlalu
- 49 ayat “luwes” sehingga dapat • Pembagian kekuasaan
• Penegakan hukum, HAM, - 4 pasal Aturan Peralihan menimbulkan multitafsir • Kesejahteraan Sosial
dan pemberantasan KKN - 2 ayat Aturan Tambahan • Kewenangan pada • Eksistensi negara
• Otonomi Daerah • Penjelasan Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
hal-hal penting dengan hukum
• Kebebasan Pers undang-undang • Hal-hal lain sesuai dengan
• Mewujudkan kehidupan • Rumusan UUD 1945 perkembangan aspirasi dan
demokrasi tentang semangat
kebutuhan bangsa
penyelenggara negara
belum cukup didukung
ketentuan konstitusi

Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis

• Pembukaan • Sidang Umum MPR 1999 • Tidak mengubah


• Pasal-pasal: Pembukaan UUD 1945 • Pasal 3 UUD 1945
Tanggal 14-21 Okt 1999 • Tetap mempertahankan
- 21 bab Negara Kesatuan Republik • Pasal 37 UUD 1945
- 73 pasal • Sidang Tahunan MPR 2000
Indonesia • TAP MPR NO.VIII/MPR/1998
- 170 ayat Tanggal 7-18 Agt 2000 • Mempertegas sistem
- 3 pasal Aturan Peralihan • Sidang Tahunan MPR 2001 presidensiil • TAP MPR No.IX/MPR/1999
- 2 pasal Aturan Tambahan • Penjelasan UUD 1945 yang • TAP MPR No.IX/MPR/2000
Tanggal 1-9 Nov 2001 memuat hal-hal normatif
• Sidang Tahunan MPR 2002 akan dimasukan ke dalam • TAP MPR No.XI/MPR/2001
pasal-pasal
Tanggal 1-11 Agt 2002 • Perubahan dilakukan
dengan cara “adendum”
Supremasi Konstitusi

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945


(setelah amandemen)
Kedaulatan berada di
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 tangan rakyat dan
(sebelum amandemen) dilaksanakan menurut
Kedaulatan adalah Undang-Undang Dasar.
ditangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat
Penguatan Sistem Presidensiil pasca
amandemen
Presiden dan Wakil
Presiden dipilih oleh
rakyat secara langsung Para Menteri adalah
sehingga bertanggung pembantu Presiden,
jawab secara langsung Menteri diangkat dan
kepada rakyat, tidak kepada diberhentikan oleh Presiden
Majelis Permusyawaratan dan karena bertanggung-
Rakyat. jawab kepada Presiden,
bukan dan tidak
Pemberlakuan prinsip bertanggungjawab kepada
pemisahan parlemen
Kekuasaan/Pembagian
Kekuasaan
Untuk membatasi kekuasaan
Presiden yang kedudukannya
dalam sistem presidentil sangat
Presiden dan / atau Wakil kuat sesuai dengan kebutuhan
Presiden dapat dimintakan untuk menjamin stabilitas
pertanggung- jawabannya peerintahan, ditentukan pula
secara hukum apabila Presiden bahwa masa jabatan Presiden
dan/atau Wakil Presiden lima tahunan tidak boleh
melakukan pelanggaran hukum dijabat oleh orang yang sama
konstitusi lebih dari dua masa jabatan
Kekuasaan Kehakiman (MK dan MA)
Mahkamah Konstitusi berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945
ditentukan berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Pasal 24A ayat (1) UUD NRI 1945 dinyatakan “Mahkamah Agung berwenang mengadili
pada tingkat kasasi, menguji peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang
terhadap Undang-Undang
Peraturan Perudang-undangan dibawah
Undang-Undang Dasar
Peraturan
undangan lainnya:
Perundang-
UUD
• peraturan yang ditetapkan
oleh Majelis
1945 Pengujian UU
terhadap UUD
Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat,
KETETAPAN oleh Mahkamah
Dewan Perwakilan Daerah, MPR Konstitusi
Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi UU / PERPPU
Yudisial,
• peraturan yang ditetapkan Pengujian
oleh Bank Indonesia,
Peraturan PERATURAN
Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat Perundang- PEMERINTAH
yang dibentuk dengan undangan di
Undang-Undang atau bawah UU
Pemerintah atas perintah terhadap UU PERATURAN PRESIDEN
Undang-Undang, oleh Mahkamah
• peraturan yang ditetapkan
oleh Dewan Perwakilan
Agung
Rakyat Daerah Provinsi, PERATURAN DAERAH PROVINSI
Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Konstitusi Jerman
1. Jumlah ketentuan : 146 Pasal
2. Hal-Hal Yang diatur:
◦ Hak asasi Manusia
◦ Pemerintah Federal dan Negara Bagian (Lander)
◦ Bundestag (Parlemen)
◦ Bundesrat (Majelis Federal)
◦ Komite Gabungan (anggota Bundestag dan Bundesrat)
◦ Presiden Federal
◦ Pemerintahan Federal
◦ Lembaga Legisasi Federal dan prosedur pelaksanaan wewenang
◦ Pelaksanaan hukum federal dan administrasi
◦ Sharing tugas antara pemerintah federal dan Lander (negara bagian)
◦ Kekuasan kehakiman
◦ Keuangan
◦ Ketahanan Negara
◦ Ketentuan Peralihan dan Penutup

3. Syarat amandemen, diatur dalam Pasal 79 :


◦ Amandemen disetujui oleh dua pertiga dari Anggota Bundestag (Parlemen) dan dua pertiga suara dari Bundesrat
(Majelis Federal)
Konstitusi Amerika Serikat
1. Amandemen 27 Kali
2. Hal-Hal yang diatur :
a. Article. I. - The Legislative Branch (Cabang Kekuasaan Legislatif)
b. Article. II. - The Executive Branch (Cabang Kekuasaan Eksekutif)
c. Article III. - The Judicial Branch (Cabang Kekuasaan Kehakiman)
d. Article. IV. - The States
e. Article. V. - Amendment
f. Article. VI. - Debts, Supremacy, Oaths (Hutang, Supremasi dan Sumpah)
g. Article. VII. - Ratification (Pengesahan)
3. Amandemen ; Apabila dua pertiga anggota kedua Kamar (kongres) menganggap perlu,
Kongres akan mengusulkan Amandemen terhadap Konstitusi ini, atau atas Permintaan
badan Legislatif dari dua pertiga jumlah Negara Bagian, akan menggelar Sidang untuk
mengusulkan Amandemen,
Konstitusi Swiss
1. Memiliki 198 Pasal
2. Hal-Hal Yang Diatur :
a. Hal-Hal Umum
b. Hak Asasi Manusia, Kewarganegaraan dan Hak-hak Politik,, hak-hak jaminan sosial
c. Konfederasi, Kanton (negara Bagian) dan Komune (Pemerintahan terkecil)
d. Warga negara dan negara bagian
e. Kewenangan Pemerintah Federal
f. Revisi Konstitusi Federal dan Ketetntuan Peraliha
Daftar Bacaan
1. Andrews, William G. Constitutions and Constitutionalism. 3rd edition. New Jersey: Van
Nostrand Company, 1968.
2. Bagir Manan. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara. Bandung: CV.
Mandar Maju, 1995.
3. Jimly Asshiddiqie. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Konstitusi
Press, 2005
4. Jimly Asshiddiqie. Model-Model Pengujian Konstitusional Di Berbagai Negara. Jakarta:
Konstitusi Press, 2005
5. Jimly Asshiddiqie. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi. Jakarta: BIP Gramedia,
2006.
6. K.C. Wheare, Modern Constitution, London: Oxford University Press, 1958.
7. Kelsen, Hans. General Theory of Law and State. translated by: Anders Wedberg. New York:
Russell & Russell, 1961.

33
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai