Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU NEGARA

Dosen Pengampu : Marzelin, SH., MH

Disusun oleh :

1. ARIEF DWI WICAKSONO NPM 23716005


2. ARLIAN ACHMAD AL FARID NPM 23710111
3. NAUFAL ACHAMD DIRFAS NPM 23710099

PROGRAM STUDI HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

PGRI SEMARANG

2023

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara merupakan suatu institusi terbesar yang ada di dunia. Berdirinya suatu
negara tidak serta merta langsung timbul begitu saja, melainkan harus memenuhi 4 unsur,
meliputi wilayah, rakyat, pemerintahan, dan pengakuan dari negara lain. Dalam
menjalankan sebuah negara tentu saja terdapat sebuah aturan yang memaksa dan
mengikat, biasa dikenal dengan hukum. Hukum ini muncul karena adanya masyarakat
atau dengan basa latin “ubi societas ibi ius. Menjalankan suatu negara hukum tentu saja
harus memiliki dasar atau fondasi untuk membuat sumber dari hukum yang nantinya
menjadi sebuah aturan. Dasar dan fondasi inilah yang dapat disebut sebagai konstitusi,
karena pada konstitusi mengandung permulaan dan segala macam peraturan pokok
mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama negara.1
Konstitusi pada suatu negara adalah sebuah konstitusi terbaik yang dapat
mencakup segala aspek, baik administrasi maupun lainnya. Di Indonesia sendiri memiliki
konstitusi berupa Undang – Undang Dasar 1945 yang sekaligus sebagai sumber hukum.
Sangat penting adanya konstitusi pada sebuah negara. Maka dari itu sebagai warga
negara yang baik sepatutnya mengetahui bahwasanya apa yang dimaksud dengan
konstitusi, apa yang menjadi dasar adanya konstitusi, dan penerapan konstitusi dalam
dunia nyata. Dalam makalah ini akan membahas mengenai konstitusi dalam suatu negara.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari konstitusi ?
2. Bagaimana hakikat dan sejarah konstitusi ?
3. Apa saja muatan materi dari konstitusi ?
4. Bagaimana kedudukan, fungsi, dan tujuan konstitusi dalam suatu negara ?
5. Bagaimana supremasi dalam konstitusi?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana definisi dari konstitusi.
2. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana hakikat dan sejarah konstitusi dalam suatu
negara.
3. Bertujuan untuk mengetahui apa saya yang termuat dalam materi konstitusi.

1
Muhammad Junaidi, Ilmu Negara: Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum (Malang, Jatim: Setara Press,
2016), 96.

2
4. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan, fungsi, dan tujuan adanya
konstitusi dalam suatu negara.
5. Bertujuan untuk mengetahui supremasi dalam konstitusi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.4. Definisi Konstitusi


Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani kuno, yang mana pada
zaman tersebut konstitusi belum di tuangkan dalam naskah tertulis. Hal ini dapat
dibuktikan pada paham Aristoreles yang membedakan istilah Politea dengan Nomoi.
Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang-undang. Di antara
kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yaitu bahwa politea mengandung kekuasaan
yang lebih tinggi dari pada nomoi.2 Daripada itu, Istilah konstitusi menurut Wirjono
Prodjodikoro berasal dan kata kerja “cons tituer” dalam Bahasa Perancis, yang berarti
“membentuk” jadi konstitusi berarti pembentukan.3 Dalam bahasa Latin konstitusi
merupakan gabungan dua kata yaitu Cume dan statuere, cume adalah sebuah preposisi
yang berarti bersama. Sedangkan statuere berasal dari stat yang membentuk kata kerja
pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu kata statuere mempunyai arti “membuat
sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan.
Subhi Rajab Mahmassani mengatakan, bangsa barat menyebut Undang -
Undang Dasar itu Konstitusi (Constitutio) berasal dari bahasa Latin. Dulu istilah ini
dipergunakan untuk perintah-perintah Kaisar Romawi (Constitution Principum).
Kemudian ia digunakan di Itali untuk menunjukan Undang-undang Dasar (dirritio
constututionalle). Dari sana tersebar kata-kata konstitusi ini di berbagai negara Eropa.
Sedangkan kata dustur atau Undang-undang dalam bahasa Arab berasal dari bahasa
Persia yang pada asalnya berarti himpunan undang-undang Raja. Sedangkan untuk
Undang-undang Dasar mereka menggunakan al-Masyrutiyah.4 Terdapat beberapa
pengertian konstitusi menurut para ahli, seperti5 :
1. Bolingbroke, konstitusi adalah sekumpulan kaidah-kaidah hukum, institusi-
institusi dan kebiasaan-kebiasaan. Yang diambil dari asas penalaran tertentu
serta berisikan sistem umum atas dasar nama masyarakat itu sepakat atau
setuju untuk diperintah.
2. K. C. Wheare, konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur
atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
2
Sri Kusriyah, Ilmu Negara, 1 ed. (Semarang: Unissula Press Semarang, 2017), 73.
3
Junaidi, Ilmu Negara: Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum, 96.
4
Kusriyah, Ilmu Negara, 74.
5
Safar Uddin, “Negara dan Konstitusi,” JIMPIT : Jurnal Ilmiah Magang Praktik Industri, 1 Januari 2022, 2–3.

4
3. Jimly Asshiddiqie, konstitusi yakni hukum dasar yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi juga dapat berupa hukum
dasar tertulis yang biasa disebut Undang-Undang Dasar serta dapat pula
tidak tertulis.
4. E. C. Wade, konstitusi yaitu suatu naskah yang memaparkan rangka serta
tugas pokok dari badan pemerintahan suatu negara. Selain itu juga
menentukan pokok - pokok cara kerja badan tersebut.
5. Miriam Budiarjo, konstitusi adalah keseluruhan peraturan. Baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
suatu pemerintah diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Jika disimpulkan dari dua macam pengertian konstitusi secara bahasa maupun
istilah memuat bahwasanya konstitusi ialah sebuah dasar dari suatu hukum pada
bangsa, negara, dan sekelompok sosial baik tertulis maupun tidak tertulis sebagai
landasan mendirikan atau menetapkan hal – hal di dalam negara.

1.5. Hakikat dan Sejarah Konstitusi


A. Hakikat Konstitusi
Pada hakikatnya, konstitusi sangat berhubungan erat dengan adanya negara. Hal
ini dikarenakan pemerintah dalam suatu negara tidak dapat melaksanakan kekuasaan
tanpa adanya konstitusi. Begitu sebaliknya dengan konstitusi, konstitusi tidak ada
tercipta jika tidak adanya negara. Namun, perlu digaris bawahi konstitusi lahir karena
adanya kehendak dari rakyat yang memiliki kedaulatan kepada negara. Hakikat
konstitusi seperti yang telah disepakati adalah :
1. Mengatur struktur negara
Dalam hal ini mengatur tentang lembaga-lembaga negara, mekanisme
hubungan antar lembaga negara, tugas dan fungsi lembaga negara dan hubungan
lembaga negara dengan warga negara.
2. Menjamin hak asasi manusia
Pengaturan hak asasi manusia dalam konstitusi mutlak harus ada, karena
hak asasi manusia merupakan hak dasar manusia yang harus diakui keberadaannya
dalam hukum dasar. Sekaligus perlindungan terhadap hak asasi manusia
merupakan salah satu prinsip pokok tegaknya sebuah negara hukum.
3. Pengakuan adanya pluralisme

5
Dalam arti bahwa suatu negara terdiri dari berbagai macam suku, ras dan
agama. Hendaknya perbedaan suku, ras dan agama tersebut diakui dan dijamin
keberadaannya, serta dilindungi oleh negara.
B. Sejarah Konstitusi
a. Gagasan Konstitusionalisme Klasik
Pada masa sejarah konstitusionalisme klasik terdapat dua istilah yang
berkaitan erat dengan pengertian konstitusi di masa sekarang, yaitu politeia dan
constitutio. Kedua kata tersebut adalah awal mula gagasan konstitusionalisme
diekspresikan oleh umat manusia beserta hubungan di antara kedua istilah
tersebut.6
b. Warisan Yunani Kuno
Aristoteles mengklasifikasikan konstitusi menjadi dua, yaitu right
constitution dan wrong constitution. Jika konstitusi ditujukan untuk tujuan
mewujudkan kepentingan bersama maka dinamakan konstitusi yang benar, tetapi
jika sebaliknya maka dinamakan konstitusi yang salah. Bagi bangsa Yunani,
negara merupakan seluruh pola pergaulannya, yaitu kota merupakan tempat
terpenuhinya semua kebutuhan secara materi dan spiritual. Aristoteles memahami
segala yang digunakannya adalah sesuatu yang diartikan sebagai istilah negara,
masyarakat, organisasi ekonomi, bahkan agama. Para filsuf Yunani cenderung
melihat hukum sebagai bagian atau satu aspek saja dalam pembicaraan mereka
tentang negara. Hal ini tergambar dalam buku Aristoteles yang berjudul Rhetorica
yang menyebut istilah common law dalam arti the natural law yang tidak lebih
daripada satu pengertian dari negara hukum. Karena itulah pemahaman konstitusi
pada masa itu tidak lebih hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta
adat kebiasaan semata-mata, dan konstitusi pada masa itu hanya diartikan secara
materiil, karena konstitusi belum diletakkan dalam suatu naskah tertulis.7
c. Warisan Romawi Kuno
Pada jaman Romawi Kuno ini, perkembangan konstitusi mengalami
perubahan yang revolusioner daripada Yunani Kuno. Pada jaman Romawi Kuno
konstitusi mulai dipahami sebagai lex yang menentukan bagaimana bangunan
kenegaraan harus dikembangkan sesuai dengan prinsip the higher law, prinsip

6
Dosen Universitas Brawijaya, “Skenario Konstitusi dan UUD NRI 1945,” 2016.
7
Dosen Universitas Brawijaya.

6
hierarki hukum juga makin dipahami secara tegas untuk kegunaannya dalam
praktek penyelenggaraan kekuasaan.8
d. Warisan Islam : Konstitusionalisme dan Piagam Madinah
Atas pengaruh Nabi Muhammad SAW banyak sekali inovasi-inovasi baru
dalam kehidupan umat manusia yang dikembangkan menjadi pendorong
kemajuan peradaban. Salah satunya adalah penyusunan, penandatanganan,
persetujuan atau perjanjian bersama di antara kelompok-kelompok penduduk kota
Madinah untuk bersama-sama membangun struktur kehidupan bersama, yang di
kemudian hari berkembang menjadi kehidupan kenegaraan dalam pengertian
modern sekarang. Naskah persetujuan bersama itulah yang dikenal sebagai
Piagam Madinah (Madinah Charter). Piagam Madinah ini dapat disebut sebagai
piagam tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yang dapat dibandingkan
dengan pengertian konstitusi dalam arti modern. Piagam ini dibuat atas
persetujuan bersama antara Nabi Muhammad SAW dengan wakil-wakil penduduk
kota Madinah tak lama setelah beliau hijrah dari Makkah ke Yastrib pada tahun
622 M.9
e. Gagasan Konstitusionalisme Modern
Konsep konstitusi mencakup pengertian peraturan tertulis, kebiasaan,
konvensikonvensi ketatanegaraan yang menentukan susunan dan kedudukan
organ-organ negara, mengatur hubungan antara organ-organ negara, dan mengatur
hubungan organ-organ negara tersebut dengan warga negara.10
C. Perkembangan Konstitusi
Konfigurasi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan
ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami
perkembangan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi
perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut juga
sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia seperti diuraikan
dalam pembahasan berikut ini:11
a. Periode 18Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945.

8
Dosen Universitas Brawijaya.
9
Dosen Universitas Brawijaya.
10
Dosen Universitas Brawijaya.
11
M. Agus Santoso, “Perkembangan Konstitusi di Indonesia,” Fakultas Hukum Universitas Widya Gama
Mahakam Samarinda, t.t.

7
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik
Indonesia, konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang pertama kali berlaku
adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga tertinggi
negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan
Utusan Golongan. dalam menjalankan kedaulatan rakyat mempunyai tugas
dan wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden
dan wakil Presiden serta mengubah UUD. Selain MPR terdapat lembaga
tinggi negara lainnya dibawah MPR, yaitu Presiden yang menjalankan
pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak mungkin
semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi, maka berdasarkan hasil
kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan menyatakan:
”Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh PPKI.”
Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali. Dalam
menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional, dengan sistem
pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung jawab pada presiden.
Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara murni
dan konsekuen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah, terutama pada saat
dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,
yang berisi bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum
terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan GBHN
bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan Undang-Undang, dan
dalam menjalankan tugas sehari-hari di bentuklah badan pekerja yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.
b. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sebagai rasa ungkapan ketidakpuasan bangsa Belanda atas
kemerdekaan Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata (agresi) oleh
Belanda pada tahun 1947 dan 1948, dengan keinginan Belanda untuk

8
memecah belah NKRI menjadi negara federal agar dengan secara mudah
dikuasai kembali oleh Belanda, akhirnya disepakati untuk mengadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan menghasilkan
tiga buah persetujuan antara lain:12
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat;
2. Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan
3. Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Pada
tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945 menjadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), maka
berubah pula bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal),
yaitu negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri
sendiri-sendiri kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara efektif,
atau dengan kata lain negara serikat adalah negara yang tersusun jamak
terdiri dari negara-negara bagian.
Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat. Sistem pemerintahan
presidensial berubah menjadi parlementer, yang bertanggung jawab
kebijaksanaan pemerintah berada di tangan Menteri-Menteri baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada parlemen
(DPR), Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum dilaksanakan
secara efektif, karena lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai amanat
UUD RIS.
c. Periode 17Agustus 1950 samapi dengan 5 Juli 1959, masa berlaku
UndangUndang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).
Ternyata Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu disebabkan
karena isi konstitusi tidak berakar dari kehendak rakyat, juga bukan
merupakan kehendak politik rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari pihak
Balanda maupun PBB, sehingga menimbulkan tuntutan untuk kembali ke
NKRI. Satu persatu negara bagian menggabungkan diri menjadi negara
Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI dengan
menggunakan UUD sementara 1950.
Bentuk negara pada konstitusi ini adalah Negara Kesatuan, yakni
negara yang bersusun tunggal, artinya tidak ada negara dalam negara
12
M. Agus Santoso.

9
sebagaimana halnya bentuk negara serikat. Ketentuan Negara Kesatuan
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang menyatakan Republik
Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang demokrasi dan
berbentuk kesatuan. Pelaksanaan konstitusi ini merupakan penjelmaan dari
NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustua 1945, serta di dalamnya juga
menjalankan otonomi atau pembagian kewenangan kepada daerah-daerah di
seluruh Indonesia.
Sistem pemerintahannya adalah sistem pemerintahan parlementer,
karena tugas-tugas eksekutif di pertanggungjawabkan oleh Menteri-Menteri
baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri kepada DPR. Kepala negara
sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak dapat diganggu gugat karena
kepala negara dianggap tidak pernah melakukan kesalahan, kemudian apabila
DPR dianggap tidak representatif maka Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-
Undang Dasar 1945.
Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar dekrit
Prsiden tanggal 5 Juli tahun 1959. Berdasarkan ketentuan ketatanegaraan
dekrit presiden diperbolehkan karena negara dalam keadaan bahaya oleh
karena itu Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang perlu mengambil
tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan negara yang diproklamasikan 17
Agustus 1945.
Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah sistem
ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai kepala negara
selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan, dibantu Menteri-
Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada Presiden. Sistem
pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah menjadi sistem
presidensial.
Dalam praktek ternyata UUD 1945 tidak diberlakukan sepenuhnya
hingga tahun 1966. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk baru bersifat
sementara dan tidak berdasar secara konstitusional, akibatnya menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan kemudian meletuslah Gerakan 30 September
1966 sebagai gerakan anti Pancasila yang dipelopori oleh PKI, walaupun
kemudian dapat dipatahkannya. Pergantian kepemimpinan nasional terjadi
pada periode ini, dari Presiden Soekarno digantikan Soeharto, yang semula

10
didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan
pemilihan umum yang kedua pada tahun 1972.
Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem ketatanegaraan sudah
berdasar konstitusi, pemilihan umun dilaksanakan setiap 5 tahun sekali,
pembangunan nasional berjalan dengan baik, namun disisi lain terjadi
kediktaktoran yang luar biasa dengan alasan demi terselenggaranya stabilitas
nasional dan pembangunan ekonomni, sehingga sistem demokrasi yang
dikehendaki UUD 1945 tidak berjalan dengan baik.
Keberadaan partai politik dibatasi hanya tiga partai saja, sehingga
demokrasi terkesan mandul, tidak ada kebebasan bagi rakyat yang ingin
menyampaikan kehendaknya, walaupun pilar kekuasaan negara seperti
ekskutif, legislatif dan yudikatif sudah ada tapi perannya tidak sepenuhnya,
kemauan politik menghendaki kekuatan negara berada ditangan satu orang
yaitu Presiden, sehingga menimbulkan demontrasi besar pada tahun 1998
dengan tuntutan reformasi, yang berujung pada pergantian kepemimpinan
nasional.
e. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku
pelaksanaan perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Sebagai implementasi tuntutan reformasi yang berkumandang pada
tahun 1998, adalah melak uk an perubahan terhadap UUD 1945 sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Dasar hukum perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3
dan Pasal 37 UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan
kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi di Negara
Kesatuan Rapublik Indonesia nampak diterapkan dengan baik.
Dalam melakukan perubahan UUD 1945, MPR menetapkan lima
kesepakatan, yaitu:13
1. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945;
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial;
4. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang memuat hal-hal normatif akan dimaksukkan kedalam pasalpasal
(batang tubuh); dan
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum.
13
M. Agus Santoso.

11
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga ke empat
kali, sehingga mempengaruhi proses kehidupan demokrasi di Negara
Indonesia. Seiring dengan perubahan UUD 1945 yang terselenggara pada
tahun 1999 hingga 2002, maka naskan resmi UUD 1945 terdiri atas lima
bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya ditambah dengan perubahan
UUD 1945 kesatu, kedua , ketiga dan keempat, sehingga menjadi dasar
negara yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
f. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku Undang-
Undang Dasar 1945, setelah mengalami perubahan.
Bahwa setelah mengalami perubahan hingga keempat kalinya UUD
1945 merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang fundamental untuk
menghantarkan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia,
tentu saja kehidupan berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena perubahan UUD
1945 dilakukan dengan cara hati-hati, tidak tergesa-gesa, serta dengan
menggunakan waktu yang cukup, tidak seperti yang dilakukan BPUPKI pada
saat merancang UUD waktu itu, yaitu sangat tergesa-gesa dan masih dalam
suasana dibawah penjajahan Jepang.
Pada awalnya gagasan untuk melaksanakan perubahan/amandemen
UUD 1945 tidak diterima oleh kekuatan politik yang ada, walaupun perdebatan
tentang perubahan UUD 1945 sudah mulai hangat pada tahun 1970 an. Pada
saat reformasi, agenda yang utama adalah melaksanakan perubahan UUD 1945,
yaitu telah terselenggara pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan berhasil
menetapkan perubahan UUD 1945 yang pertama, kemudian disusul perubahan
kedua, ketiga hingga keempat. Dahulu setiap gagasan amandemen UUD 1945
selalu dianggap salah dan dianggap bertendensi subversi atas negara dan
pemerintah, tetapi dengan adanya perubahan pertama ditahun 1999, mitos
tentang kesaktian dan kesakralan konstitusi itu menjadi runtuh.
Nuansa demokrasi lebih terjamin pada masa UUD 1945 setelah
mengalami perubahan. Keberadaan lembaga negara sejajar, yaitu lembaga
ekskutif (pemerintah), lembaga legislatif (MPR, yang terdiri dari DPR dan
DPD), lembaga Yudikatif (MA, MK dan KY), dan lembaga auditif (BPK).
Kedudukan lembaga negara tersebut mempunyai peranan yang lebih jelas

12
dibandingkan masa sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi hanya dua
periode saja, yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci lagi dalam UUD 1945
setelah perubahan, sehingga pembangunan disegala bidang dapat dilaksanakan
secara merata di daerah-daerah. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara
demokratis, kemudian diatur lebih lanjut dalam UU mengenai pemilihan kepala
daerah secara langsung, sehingga rakyat dapat menentukan secara demokrtis
akan pilihan pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat.
Jaminan atas hak-hak asasi manusia dijamin lebih baik dan diurai lebih
rinci lagi dan UUD 1945, sehingga kehidupan demokrasi lebih terjamin.
Keberadaan partai politik tidak dibelenggu seperti masa sebelumnya, ada
kebebasan untuk mendirikan partai politik dengan berasaskan sesuai dengan
kehendaknya asalkan tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,
serta dilaksanakannya pemilihan umum yang jujur dan adil.

1.6. Materi Muatan Konstitusi


Seperti yang kita ketahui bahwa konstitusi dalam suatu negara berbentuk
Undang – Undang Dasar dan berbagai konvensi lainnya yang berperan sebagai sumber
dan dasar terbentuknya suatu aturan hukum yang lebih rendah. Sesuai dengan pendapat
Hans Kalsen dalam teori hierarkhi norma (stufenbau theory) berpendapat bahwa norma
hukum itu berjenjang dalam suatu tata susunan hierarkhi. Suatu norma yang lebih
rendah berlaku dan bersumber atas dasar norma yang lebih tinggi, dan norma yang
lebih tinggi itu berlaku dan bersumber kepada norma yang lebih tinggi lagi.14
Disini, muatan materi dari konstitusi selain sebagai dokumen nasional,
konstitusi juga sebagai alat membentuk sistem politik dan sistem hukum suatu negara.
Menurut Mr. J.G. Steenbeek, sebagaimana dikutip Sri Soemantri dalam Disertasinya
menggambarkan lebih jelas apa yang seharusnya menjadi isi konstitusi berisi tiga hal
pokok, yaitu15 :
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara.
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental.

14
Kusriyah, Ilmu Negara, 85.
15
Kusriyah, 87.

13
Sedangkan menurut Miriam Budiarjo, setiap Undang Undang Dasar memuat
ketentuan mengenai :
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dan pemerintah negara bagian. Prosedur menyelesaikan masalah
pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia.
3. Prosedur mengubah Undang Undang Dasar.
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang
Undang Dasar.
5. Merupakan aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga negara
dan lembaga negara tanpa kecuali.
Jika dipadatkan mengenai muatan materi dalam konstitusi yang tentu saja
harus berisi peraturan yang sifatnya fundamental, sehingga pencakupan Undang –
Undang Dasar hanya mencakup aspek – aspek pokok, mendasar, beserta asas – asas
saja dengan tujuan jika memasukkan seluruh permasalahan di UUD, akan
mengakibatkan banyaknya amandemen perubahan dalam UUD itu sendiri dan
seringnya terjadi perubahan akan berdampak pada pemikiran yang mengacu bahwa
UUD tidak memiliki ketetapan dan tidak begitu penting.

1.7. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Konstitusi


a) Kedudukan
Kedudukan konstitusi dalam negara mengalami banyak perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman.16
1. Pada masa negara feodal monarki atau oligarki sebagai benteng pemisah antara
rakyat dan penguasa.
2. Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki (dengan
kekuasaan mutlak penguasa) ke negara nasional demokrasi sebagai alat yang
digunakan oleh rakyat dalam perjuangan melawan penguasa.
3. Pada masa negara demokrasi senjata pamungkas rakyat untuk mengakhiri
kekuasaan sepihak satu golongan serta untuk membangun tata kehidupan baru.

16
Arinita Sandria, “Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Konstitus,” diakses 21 September 2022,
https://view.officeapps.live.com/op/view.aspx?src=https%3A%2F%2Felib.unikom.ac.id%2Ffiles
%2Fdisk1%2F381%2Fjbptunikompp-gdl-arinitasan-19024-4-inti-htn-4.doc&wdOrigin=BROWSELINK.

14
b) Fungsi
Menurut C.F. Strong pada prinsipnya, fungsi dari konstitusi adalah untuk
membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak – hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Fungsi Konstitusi
secara umum17 :
a) Konstitusi berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, sehingga hak-hak
bagi warga negara dapat terlindungi dan tersalurkan.
b) Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara
c) Fungsi konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi
d) Fungsi konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan
e) Konstitusi berfungsi sebagai identitas nasional dan lambing
f) Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga
suatu negara
c) Tujuan
Pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenang
wenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan
merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Pendapat yang hampir senada
disampaikan oleh Loewenstein di dalam bukunya Political Power and the
Governmental Proce’s, bahwa konstitusi itu suatu sarana dasar untuk mengawasi
proses-proses kekuasaan. Oleh karena itu, setiap konstitusi senantiasa mempunyai dua
tujuan18 :
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Untuk membebaskan kekuasaan kontrol mutlak para penguasa, serta menetapkan
bagi para penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka.
Menurut Maurice Haurio tujuan konstitusi adalah19 :
a) ketertiban (de order), (ketertiban masyarakat),
b) Kekuasaan (het gezag) (yang mempertahankan order tadi),
c) kebebasan (de vrijheid) yakni kebebasan pribadi dan kebebasan manusia.

17
Ilham Fajar, Fungsi, Maksud, dan Nilai-Nilai Konstitusi, 2021.
18
Thaib Dahlan dan dkk, Teori dan Hukum Konstitusi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 26.
19
Busroh Daud, Ilmu Negara (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1990), 99.

15
1.8. Supremasi Konstitusi
Supremasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti kekuasaan
tertinggi. Jadi, supremasi konstitusi merupakan kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh
sebuah konstitusi. Tingginya kedudukan konstitusi dalam suatu negara dapat dilihat dari
dua aspek berikut20:
1. Aspek hukum memiliki derajat tertinggi karena dibuat oleh badan pembuat undang-
undang, dibuat atas nama, berasal, dan dijamin oleh rakyat, serta ditetapkan oleh
badan yang diakui dan sah;
2. Aspek moral, konstitusi berada di bawah nilai-nilai moral sehingga boleh
bertentangan dengan nilai-nilai universal dan etika moral.
Adanya asas rule of law, yaitu semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai
kriteria tertinggi. Pengakuan normatif terhadap aturan hukum tercermin dalam
pembentukan norma hukum. Hirarki akhirnya mencapai supremasi konstitusional. Secara
empiris, pengakuan terhadap negara hukum tercermin dalam perilaku pemerintah dan
masyarakat yang berdasarkan negara hukum. Selain sebagai produk gagasan negara
hukum, supremasi konstitusi juga merupakan perwujudan demokrasi, karena konstitusi
merupakan bentuk tertinggi dari kesepakatan sosial. Oleh karena itu, aturan dasar
konstitusi harus dilaksanakan melalui peraturan perundang-undangan yang mengatur
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Konsep konstitusi juga mencakup konsep
ketentuan tertulis dan tidak tertulis.Aturan tidak tertulis berupa kebiasaan dan konvensi
negara (administrasi negara) menentukan susunan dan status organ negara, mengatur
hubungan antar organ negara, dan mengatur hubungan antara organ negara dengan warga
negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan pada prinsip kekuasaan
tertinggi atau kedaulatan yang dianut oleh suatu negara. Jika negara menganut konsep
kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusional adalah rakyat. Jika pengertian
kedaulatan raja berlaku, maka keabsahan konstitusi ditentukan oleh raja. Inilah yang oleh
para ahli disebut kekuasaan konstitusional, suatu kewenangan yang berada di luar
maupun di atas lembaga yang diawasinya. Oleh karena itu, dalam negara demokrasi,
perumusan konstitusi diputuskan oleh rakyat. Oleh karena itu, dasar dasar konstitusi
konstitusi adalah kesepakatan atau kesepakatan umum (konsensus) di antara mayoritas
tentang pembangunan bangsa yang ideal.

20
Herman Kadir, “Supremasi Konstitusi,” Sayap Bening Law Office, 2019,
https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-supremasi-konstitusi.

16
Menempatkan UUD sebagai sumber hukum tertinggi, karena dipandang sebagai
hasil kesepakatan yang dicapai oleh seluruh rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Oleh
karena itu, dasar konstitusi sebagai kekuatan hukum tertinggi adalah kedaulatan rakyat.
Rakyat adalah pemilik kekuasaan konstitusional, dan produknya bukanlah common law,
melainkan hukum tertinggi atau kasus pembuat konstitusi. Konstitusi sebagai hukum
tertinggi harus ditegakkan oleh semua penyelenggara negara dan semua warga negara
tanpa kecuali. Konstitusi adalah yang tertinggi dan mewajibkan setiap penyelenggara
negara dan semua warga negara untuk melaksanakan konstitusi atau konstitusi. Lembaga
yang didirikan oleh konstitusi tidak menempatkan mereka di atas penyelenggara negara
lainnya. Kekuasaan itu dimiliki semata-mata karena dibentuk oleh UUD atau konstitusi
suatu negara. Di Indonesia, kekuasaan ini ada di Mahkamah Konstitusi.

17
BAB III
PENUTUP

1.9. Kesimpulan
Dapat disimpulkan, bahwasanya konstitusi merupakan suatu landasan
fundamental dalam sebuah negara untuk menjalankan segala bentuk pemerintahan dan
sebagai dasar dalam pembentukan hukum. Konstitusi dapat dikatakan sebagai hukum
dasar yang mengikat pada kekuasaan tertinggi negara, jika di Indonesia disebut dengan
Undang – Undang Dasar dan dibentuk oleh kedaulatan rakyat. Oleh karena itu,
kesepakatan sosial adalah kunci dari terciptanya konstitusi dan negara.

1.10. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Memiliki
banyak kekurangan terkait pembahasan yang kurang mendalam atau bahkan kurang tepat
dalam beberapa point tertentu. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharap saran
dan kritik dari semua pihak demi perbaikan makalah yang lebih baik dimasa mendatang

18
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Thaib dan dkk. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Daud, Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1990.
Dosen Universitas Brawijaya. “Skenario Konstitusi dan UUD NRI 1945,” 2016.
Fajar, Ilham. Fungsi, Maksud, dan Nilai-Nilai Konstitusi, 2021.
Junaidi, Muhammad. Ilmu Negara: Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum. Malang, Jatim:
Setara Press, 2016.
Kadir, Herman. “Supremasi Konstitusi.” Sayap Bening Law Office, 2019.
https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-supremasi-konstitusi.
Kusriyah, Sri. Ilmu Negara. 1 ed. Semarang: Unissula Press Semarang, 2017.
M. Agus Santoso. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia.” Fakultas Hukum Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda, t.t.
Sandria, Arinita. “Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Konstitus.” Diakses 21 September 2022.
https://view.officeapps.live.com/op/view.aspx?src=https%3A%2F
%2Felib.unikom.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F381%2Fjbptunikompp-gdl-arinitasan-
19024-4-inti-htn-4.doc&wdOrigin=BROWSELINK.
Uddin, Safar. “Negara dan Konstitusi.” JIMPIT : Jurnal Ilmiah Magang Praktik Industri, 1
Januari 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai