Anda di halaman 1dari 26

MODUL 6

KONSTITUSI DAN HAK ASASI MANUSIA

I. Pendahuluan
Konstitusi memiliki peran penting sebagai jaminan dan perlindungan secara
tertulis yang dibentuk oleh negara yang berisi berbagai nilai untuk digunakan oleh
lembaga peradilan dalam melakukan interpretasi serta elaborasi hak-hak yang melekat
pada setiap warganegara.
Penempatan hak asasi manusia dalam konstitusi tidak semata-mata
menjadikannya sebagai hak-hak fundamental yang bersifat mendasar, melainkan pula
sebagai hak-hak konstitusional yang tertinggi.

II. Deskripsi Singkat:


Pengenalan dan pembelajaran terhadap konstitusi Indonesia yang terkait langsung
dengan HAM merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa. Hal tersebut sangat
terkait erat dengan peran dan fungsi konstitusi yang dibentuk oleh pemerintah sebagai
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi dalam menerapkan segala peraturan untuk
ketertiban dan kelangsungan negara dengan damai.
Modul 6 ini membahas pokok-pokok tentang pengertian, pembuatan, isi dan
kegunaan konstitusi sebagai suatu cara untuk melindungi hak asasi manusia yang tinggai
di Indonesia.
Mahasiswa akan dikenalkan juga dengan beberapa contoh konstitusi yang bersifat
untuk melindungi HAM. Di bagian ini mahasiswa akan mempelajari nilai dan norma
konstitusional UUD RI 1945 dan konstitusionalitas peraturan perundangan di bawah

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


1
UUD. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah, Anda akan diajak untuk menelusuri
konsep dan urgensi konstitusi, menanyakan alasan mengapa diperlukan konstitusi,
menggali sumber historis, sosiologis, politik tentang konstitusi, membangun argumen
tentang dinamika dan tantangan konstitusi; dan mendeskripsikan esensi dan urgensi
konstitusi.

III. Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Modul 6:


Diharapkan setelah mengetahui dan mempelajari tentang konstitusi dengan segala
aspeknya termasuk hak asasi manusia (HAM), mahasiswa diharapkan dapat memahami
hal-hal berikut:
1. mengetahui pengertian dan peran konstitusi.
2. mengetahui dan memahami fungsi konstitusi untuk melindungi HAM setiap
warganegara.
3. mengetahui dan memahami bagaimana isi konstitusi dituliskan.
4. Dapat menganalisis suatu konstitusi yang juga menjadi suatu ketentuan yang
bersifat memberikan perlindungan HAM bagi setiap warganegara di Indonesia.
5. Dapat memiliki komitmen secara personal dan sosial terhadap pengejawantahan
nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi di Indonesia.

IV. Prasyarat Kompetensi: tidak ada


V. Kegunaan Modul 6:
Setelah mahasiswa mampu memahami dengan benar dan rinci bagaimana
hubungan antara konstitusi dan hak asasi manusia, yang mencakup persoalan isi dan
pengertian hak asasi manusia, tempat hak asasi manusia dalam konstitusi, termasuk
dalam UUD 1945, serta akibat pengaturan hak asasi manusia dalam konstitusi.
Mahasiswa mampu menganalisis nilai dan norma yang terkandung dalam
konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di bawah UUD dalam konteks
kehidupan bernegara kebangsaan Indonesia dan mampu mengkreasi pemetaan konstitusi
dan koherensi antar nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi di Indonesia dan
konstitusionalitas ketentuan di bawah UUD dalam konteks kehidupan bernegara
kebangsaan Indonesia.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


2
KEGIATAN BELAJAR 1

KONSTITUSI DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Konstitusi
1. Pengertian
Secara etimologi konstitusi berarti membentuk. ‘Pembentukan’ yang
berasal dari kata kerja constituer (Bahasa Perancis); dalam Bahasa Latin/Italia
digunakan istilah constitutio; dalam Bahasa Inggris digunakan istilah constitution;
dalam Bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung; dam Bahasa Arab
digunakan istilah masyrutiyah; dalam Bahasa Belanda digunakan istilah constitutie
dan Bahasa Belanda juga menamakannya dengan grondwet yang berarti suatu
undang-undang yang menjadi dasar (ground) dari segala hukum.
Dalam hidup bernegara, Anda dapat menemukan beberapa aturan yang
mengatur bagaimana pemerintahan dijalankan. Misalnya, siapa yang menjalankan
kekuasaan pemerintahan dan bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh? Anda juga
dapat menemukan adanya beberapa aturan yang sama sekali tidak berhubungan
dengan cara-cara pemerintahan dijalankan. Misalnya, bagaimana aturan
mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya dan bagaimana cara mencari
keadilan jika hak dilanggar orang lain.
Pada saat Anda menemukan aturan atau hukum yang berisi ketentuan yang
mengatur bagaimana pemerintahan dijalankan, artinya Anda telah menemukan
bagian atau isi dari konstitusi.
Di bagian ini Anda akan mempelajari nilai dan norma konstitusional UUD
RI 1945 dan konstitusionalitas peraturan perundangan di bawah UUD. Sejalan
dengan kaidah pembelajaran ilmiah, Anda akan diajak untuk menelusuri konsep dan
urgensi konstitusi, menanyakan alasan mengapa diperlukan konstitusi, menggali
sumber historis, sosiologis, politik tentang konstitusi, membangun argumen tentang

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


3
dinamika dan tantangan konstitusi; dan mendeskripsikan esensi dan urgensi
konstitusi.

Dengan belajar tentang konstitusi, Anda diharapkan memiliki komitmen


secara personal dan sosial terhadap pengejawantahan nilai dan norma yang
terkandung dalam konstitusi di Indonesia; mampu menganalisis nilai dan norma
yang terkandung dalam konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di
bawah UUD dalam konteks kehidupan bernegarakebangsaan Indonesia, dan mampu
mengkreasi pemetaan konstitusi dan koherensi antar nilai dan norma yang
terkandung dalam konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di bawah
UUD dalam konteks kehidupan bernegarakebangsaan Indonesia.

Beberapa contoh konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,


yaitu:
(1) Presiden menetapkan PP untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya.
(2) Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan.
(3) DPR memegang kekuasaan membentuk UU.

Jadi konstitusi adalah seperangkat aturan atau hokum yang berisi


ketentuan tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan
atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat
mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar
yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
Negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai Negara, pembentukan suatu Negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan
negara.
Selanjutnya, ada yang menyebutnya bahwa konstitusi itu merupakan satu
kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


4
hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam konteks hak-hak
asasi manusia). konstitusi semacam ini dapat diwujudkan dalam sebuah dokumen
yang dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a
bundle of separate laws yang diberi otoritas sebagai hukum tata negara.
Adapun Fungsi Konstitusi adalah:
(1) Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme.
Landasan konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik
konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi
dalam arti luas meliputi UUD, UU Organik, Peraturan Perundang-undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit, berupa UUD (Astim Riyanto,
2009).
(2) Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga Negara akan lebih terlindungi.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich
dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang
dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh
mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).
(3) Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa
agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakt
yang dicita-citakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan
negara menurut suatu system ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi
oleh semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

Konstitusi diperlukan dalam Kehidupan Berbangsa – Negara Indonesia.


Beberapa pertanyaan awal:
1. Haruskah setiap negara memiliki konstitusi?
a. Jika ya, untuk apa konstitusi itu diperlukan?

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


5
b. Adakah negara yang tidak memiliki konstitusi?
c. Jika ada, apa yang akan terjadi dengan kehidupan negara tersebut?

2. Jika konstitusi itu sedemikian penting, bagaimana wujudnya?


a. Apa materi muatannya?
b. Apakah konstitusi itu selalu tertulis?
c. Jika titak, negara manakah yang memiliki konstitusi tidak tertulis?
d. Apakah konstitusi demikian itu efektif dalam mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu memulainya


dari penelusuran historis dengan memahami pandangan Thomas Hobbes (1588-
1879), maka kita akan dapat memahami, mengapa manusia dalam bernegara
membutuhkan konstitusi.
Menurut Hobbes, manusia pada ‘status naturalis’ bagaikan serigala.
Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to (his fellow) man),
artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium
contra omnes (perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian pada
akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia,
yang dikenal dengan istilah factum unionis.
Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada
penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum
subjectionis.
Seorang ahli konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi
mengemukakan bahwa UUD membatasi dan mengendalikan kekuasaan politik
untuk menjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini UUD dapat memberi
sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan politik yang demokratis
(lihat UUD RI 1945, Pasal: 4:1; 6:1; 7; 7A, B, C; 11:1,2,3; 12; 13:1,2,3; 14:1,2; 15,
16).
Semua pasal tersebut di atas berisi aturan dasar yang mengatur kekuasaan
Presiden, baik sebagai kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan. Sebagai
kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia; sebagai

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


6
kepala pemerintahan, Presiden dibantu Wakil Presiden dan menteri-menteri dalam
kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintah sehari-hari.
Aturan-aturan dasar dalam UUD RI 1945 tersebut merupakan bukti
adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita
bayangkan bagaimana jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi, tentu saja
penguasa akan memerintah dengan sewenang-wenang, karena setiap kekuasaan
pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang,
seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute
power corrupts absolutely”.
Inilah alasan mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara Indonesia, yakni untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak
memerintah dengan sewenang-wenang.
Konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara.
Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah
membagi kekuasaan dalam negara. Bagi mereka yang memandang negara dari
sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi
dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana
kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konstitusi menentukan cara-cara bagaimana
pusat-pusat kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain serta
merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut UUD,
dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau
UUD. Kerajaan Inggris misalnya, sebagai negara konstitusional tetapi tidak
memiliki suatu naskah UUD. Atas dasar kenyataan demikian, maka konstitusi lebih
tepat diartikan sebagai seperangkat peraturan tertulis dan tidak tertulis yang
bertujuan membangun kewajiban-kewajiban, kekuasaan-kekuasaan, dan fungsi-
fungsi dari pelbagai institusi pemerintah, meregulasi hubungan antara mereka, dan
mendefinisikan hubungan antara negara dan warga negara (individu).

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


7
Sebagaimana telah disebutkan pada awal materi tentang konstitusi, asal
kata konstitusi dalam Bahasa Perancis adalah contituer yang berarti membentuk
atau pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk
suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan tanpa konstitusi, Negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi menempati posisi krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara, karena memberi pegangan dan batasan, sekaligus
mengatur tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan dengan baik dan
benar.
Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan
berdasarkan hukum dasar (konstitusi). Dengan dekian konstitusi mempunyai
kedudukan atau derajat supremasi dalam suatu negara. Yang dimaksud dengan
supremasi konstitusi adalah konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib
hukum suatu negara.
UUD RI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan
sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi negara,
UUD RI 1845 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 merupakan sumber hukum bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka peraturan
perundangan di bawah UUD RI 1945, isinya bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Misalnya, Pasal 31:3 UUD RI 1945 menyatakan
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
Berdasar hal di atas, disusunlah undang-undang pelaksanaannya yakni UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam sistem hukum di Indonesia, lembaga negara yang berwenang
menguji konstitusionalitas UU terhadap UUD RI 1945 adalah Mahkamah
Konstitusi. Pengujian konstitusionalitas UU adalah pengujian mengenai nilai
konstitusionalitas UU itu baik dari segi formal ataupun material terhadap UUD. Uji
material menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan materi muatan dalam

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


8
ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan dengan UUD RI 1945.
Uji formal menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan proses pembentukan
UU dan hal-hal lain yang tidak termasuk pengujian material.
Setiap WNI baik secara perseorangan atau kelompok dapat mengajukan
pengujian konstitusionalitas suatu UU yang dianggap bertentangan dengan UUD RI
1945 ke Mahkamah Konstitusi.
Akhirnya, Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia dapat
dirangkum sebagai berikut:
1. Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat
dokumen yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara,
sedangkan dalam arti luas konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara
dibentuk dan dijalankan.
2. Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa negara, membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM
bagi warga negara.
3. Konstitusi mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM,
prosedur mengubah UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah
sifat tertentu dari UUD, cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
4. UUD RI 1945 menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif, UU isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu UU isinya dianggap bertentangan
dengan UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas UU
tersebut dan setiap WNI dapat mengajukan pengujian konstitusionalitas
suatu UU kepada Mahkamah Konstitusi.

Latihan

1. Jelaskan bagaimana suatu konstitusi dibentuk oleh negara?


2. Apa fungsi dari konstitusi bagi negara?
3. Apakah semua negara memiliki konstitusi?
4. Jelaskan bagaimana konstitusi Indonesia dibentuk?

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


9
KEGIATAN BELAJAR 2

B. HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Materi muatan UUD RI 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam suatu UU. Hal ini
karena norma yang ada dalam UUD RI 1945 berisi aturan yang bersifat pokok dan garis-
garis besar saja. Misalnya, aturan tentang HAM dalam Pasal 28 ayat 5 berbunyi “Untuk
menegakkan dan melindungsi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan”.

Untuk menjabarkan norma tersebut disusunlah UU pelaksanaannya. Misalnya,


dengan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Sejarah perjuangan dalam menegakkan HAM, ada beberapa peristiwa yang


melahirkan berbagai dokumen HAM, seperti: Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan
Declaration of Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits
de L’homme et du Citoyen di Perancis.

1. Pengertian dan Hakikat HAM


Istilah hak pada umumnya dipahami sebagai ‘kewenangan yang
dibenarkan untuk memiliki atau memperoleh sesuatu, untuk bertindak dengan cara
tertentu, atau diperlakukan dengan cara tertentu’.
Jadi ada empat dimensi dari hak, yaitu: (a) memiliki sesuatu, (b)
memperoleh sesuatu, (c) bertindak dengan cara tertentu, dan (d) diperlakukan
dengan cara tertentu.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


10
Secara definitif ‘hak’ merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai
pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya
peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.

Sementara kata asasi diambil dari istilah ‘leges fundamentalis’ (hukum


dasar) di mana dalam bahasa Belanda disebut dengan ‘gron rechten’, bahasa Jerman
disebut dengan ‘grundrechte’, dan dalam bagasa Inggris disebut dengan ‘basic
right’.
Antara human right dan basic right terdapat perbedaan yang cukup
mendasar. Human right merupakan perlindungan terhadap seseorang dari
penindasan oleh negara atau bukan negara. Sementara basic right merupakan
perlindungan seseorang warga negara/penduduk dari penindasan negara. Artinya,
konsep human right lebih luas cakupannya jika dibandingkan dengan basic right.
Sedangkan Hak Asasi Manusia, yang selanjutnya ditulis HAM, merupakan
terjemahan dari ‘human right’ (hak manusia) dan dalam bahasa Belanda disebut
dengan mensen rechten.
Menurut Teaching Human Rights yang diterbitkan oleh Perserikatan
Bangsa – Bangsa (PBB), HAM adalah hak – hak yang melekat pada setiap manusia
yang tanpa nya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup,
misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang
dapat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai
manusia akan hilang.

Senada dengan pengertian di atas adalah pernyataan awal HAM yang


dikemukakan oleh John Locke. Menurut Locke, HAM adalah hak – hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apa pun di dunia
yang dapat mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan
pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


11
Pengertian HAM menurut Tilaar (2001) adalah hak – hak yang melekat
pada diri manusia, dan tanpa hak – hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai
manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Darji Darmodiharjo (2006), HAM adalah hak dasar atau hak
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Koentjoro Poerbapranoto (1976, dalam Darji Darmodiharjo,


2006), HAM adalah hak yang bersifat asasi. Artinya, hak – hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga
sifatnya suci.
Pengertian HAM yang dituangkan dalam UU No. 39 Tahun 1999, HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-NYA yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindugi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2. Sejarah Lahirnya HAM


HAM yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi
sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke-13 di Inggris. Sewaktu raja John
Lackland berkuasa di Inggris (1199 – 1216), ia memerintah secara sewenang –
wenang. Oleh karena itu, timbul protes keras di kalangan para bangsawan. Protes
tersebut melahirkan sebuah piagam agung yang terkenal dengan nama Magna
Charta (1215). Dalam piagam agung tersebut dinyatakan apa yang disebut hak asasi
manusia. Namun, pengertian hak asasi manusia di situ belum dinyatakan secara
sempurna karena terbatas hanya memuat jaminan perlindungan terhadap hak – hak
kaum bangsawan dan gereja.
Ketika Inggris diperintah oleh Raja Charles I, timbul pertentangan antara
raja dan parlemen (1628) yang menghasilkan Petition of Right. Petisi ini memuat
ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak – hak istimewa harus dengan ijin
parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan – tuduhan yang
sah. Perjuangan HAM di Inggris itu memuncak sewaktu pemerintahan Raja Willem

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


12
III, yakni dengan terjadinya Glorious Revolution (1689). Revolusi tersebut
menghasilkan Bill of Right. Dalam Bill of Right ditetapkan antara lain bahwa
penetapan pajak, pembuatan undang – undang, dan kepemilikan tentara harus seijin
parlemen. Parlemen juga berhak mengubah keputusan raja, mempunyai kebebasan
berbicara dan berpendapat. Di samping itu pemilihan parlemen dilakukan secara
bebas. Dengan adanya Glorious Revolution itu pula berarti dimulainya babak baru
kehidupan demokrasi di Inggris. Pada saat itu pula terjadi perpindahan kekuasaan
dari tangan raja ke tangan parlemen. Dengan demikian, Pemerintahan Kerajaan
Inggris beralih ke pemerintahan parlementer (Monarki Parlementer).

3. Sejarah Perkembangan HAM

a. Perkembangan HAM pada masa lampau


Perkembangan HAM pada masa lampau dapat diruntut sebagai berikut:
1) Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari
perbudakan pada masa pemerintahan Fir’aun di Mesir (Tahun 6000
Sebelum Masehi).
2) Piagam Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi
warga negaranya (Tahun 2100 SM). Piagam Hammurabi tersebut terukir
di atas potongan batu yang telah diratakan dalam huruf paku
(cuneiform). Piagam tersebut seluruhnya ada 282 hukum, akan tetapi
terdapat 32 hukum di antaranya yang terpecah dan sulit untuk dibaca.
Isinya adalah pengaturan atas perbuatan kriminal tertentu dan
ganjarannya.
Beberapa contoh isinya, antara lain: (a) Seorang yang gagal
memperbaiki saluran airnya akan diminta untuk membayar kerugian
tetangga yang ladangnya kebanjiran, (b) Pemuka agama wanita dapat
dibakar hidup – hidup jika masuk rumah panggung (umum) tanpa
permisi, (c) Seorang janda dapat mewarisi sebagian dari harta suaminya
yang sama besar dengan bagian yang diwarisi oleh anak laki – lakinya,
(d) Seorang dukun yang pasiennya meninggal ketika sedang dioperasi
dapat kehilangan tangannya (dipotong), dan (e) Seseorang yang

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


13
berhutang dapat bebas dari hutangnya dengan memberikan istri atau
anaknya kepada orang yang menghutanginya untuk selang waktu tiga
tahun.
3) Socrates (469 – 399 SM), Plato (429 – 347 SM), dan Aristoteles (384 –
322 SM) sebagai filsuf Yunani peletak dasar diakuinya HAM. Mereka
mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan
keadilan, cita – cita, dan kebijaksanaan. Plato bahkan mengatakan
kepada warga polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai
manakala setiap warganya melaksanakan hak dan kewajibannya masing
– masing (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007:99).
4) Perjuangan Nabi Muhammad SAW, yang awalnya untuk membebaskan
para bayi wanita dari penindasan bangsa Quraisy serta banyak hak lagi
yang diatur di dalam Al-Quran dan Hadis (Tahun 600 Masehi).

b. Perkembangan HAM di Inggris


Perkembangan HAM di Inggris tersebut juga memengaruhi Amerika dan
Perancis. Teori John Locke (Inggris) tentang HAM yang menyatakan tentang
hak hidup, hak atas kemerdekaan dan hak atas milik, mendorong para kolonis
di Amerika Utara untuk menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli
1776.
Lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta
atau Piagam Agung di Inggris pada tahun 1215, pada masa pemerintahan Raja
John Lackland yang bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat dan
kelompok bangsawan. Tindakan Raja John mengakibatkan rasa tidak puas
rakyat dan kaum bangsawan yang kemudian mengadakan pemberontakan (di
Inggris, pemberontakan rakyat ini disimbolkan dengan perjuangan tokoh
legenda ‘Robin Hood’ yang menentang kekuasaan Raja John). Pemberontakan
ini berhasil memaksa Raja John untuk menandatangani suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta. Magna Charta telah menghilangkan hak absolutisme
raja dan mulai mengembangkan tradisi bahwa hukum lebih tinggi dari pada
kedudukan raja. Terdapat dua prinsip yang sangat mendasar dalam Magna

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


14
Charta, yaitu: (1) adanya pembatasan kekuasaan raja, dan (2) HAM lebih
penting dari pada kedaulatan raja.
Selanjutnya, pada tahun 1628, di Inggris keluar piagam ‘Petition of Right’
yang ditandatangani oleh Raja Charles I. Dokumen ini berisi pernyatan hak –
hak rakyat beserta jaminannya. Hak – hak tersebut adalah: (1) Pajak dan
pungutan istimewa harus disertai persetujuan, (2) Warga negara tidak boleh
dipaksakan menerima tentara di rumahnya, (3) Tentara tidak boleh
menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

Tahun 1679, muncul ‘Habeas Corpus Act’. Dokumen ini merupakan UU


yang mengatur tentang penahanan seseorang. Isinya adalah: (1) Seseorang
yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan, dan (2)
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
Tahun 1689. Keluar ‘Bill of Rights’ yang merupakan UU yang diterima
parlemen Inggris dan ditandatangani oleh Raja Willem III, sebagai hasil dari
pergolakan politik yang sangat dahsyat yang disebut dengan Glorious
Revolution. Peristiwa ini bukan saja sebagai simbol kemenangan parlemen
atas raja, melainkan juga kemenangan rakyat dalam pergolakan selama 60
tahun (Jimmly Asshiddiqie, 2006:86). Bill of Rights berisi antara lain sebagai
berikut: (1) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen, (2) Kebebasan
berbicara dan mengeluarkan pendapat, (3) Pajak, UU, dan pembentukan
tentara tetap harus seijin parlemen, (4) Hak warga negara untuk memeluk
agama dan kepercayaannya masing – masing, dan (5) Parlemen berhak untuk
mengubah keputusan raja.
Berikut penulis bermaksud melengkapi perkembangan HAM ini selain di
Inggris, juga di Amerika Serikat, dan di Perancis.

c. Perkembangan HAM di Amerika Serikat


Perjuangan penegakan HAM di Amerika Serikat didasari pemikiran John
Locke tentang hak – hak alam seperti: hak hidup (life), kebebasan (liberty),
dan hak milik (property).

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


15
John Lock berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan
hak – hak individunya kepada penguasa. Hak yang diserahkan kepada
penguasa adalah hak yang berkaitan dengan perjanjian tentang negara,
sementara hak lainnya tetap berada pada individu masing – masing.
Dasar pemikiran John Lock inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan HAM yang terlihat dalam Declaration of Independence of The
United States pada tanggal 4 Juli 1776. Perjuangan HAM di Amerika Serikat
disebabkan, karena rakyat AS (emigran Eropa) merasa tertindas oleh
pemerintahan Inggris sebagai negara penjajah. Akhirnya rakyat Amerika
berontak dan di bawah pimpinan George Washington, Amerika bisa
memerdekakan diri dari Inggris pada tanggal 4 Juli 1776 dan deklarasi
kemerdekaan mereka dimasukkan ke dalam konstitusinya pada tahun 1787
serta mulai berlaku pada tanggal 4 Maret 1789 (AS merupakan negara
pertama di dunia yang melindungi HAM dalam konstitusinya). Dalam
deklarasi kemerdekaan AS tersebut dinyatakan, bahwa seluruh umat manusia
dikaruniai oleh Tuhan YME beberapa hak yang tetap melekat padanya.
Deklarasi kemerdekaan Amerika menumbangkan kolonialisme dengan
prinsip: 1) Manusia itu dilahirkan sama, dan 2) Tuhan pencipta alam semesta
menganugerahkan kepada manusia beberapa hak yang tidak dapat dirampas
dari padanya, yaitu hak hidup, hak merdeka, dan hak mengejar kebahagiaan.
Untuk menjamin hak – hak tersebut maka pemerintahan dibentuk dengan
kekuasaan berdasarkan konsensus rakyat. Dengan demikian mulai dipertegas,
bahwa manusia merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis
bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.

d. Perkembangan HAM di Perancis


Perjuangan HAM di Perancis sudah dimulai sejak zaman Rousseau dan
perjuangannya memuncak dalam Revolusi Perancis yang berhasil menetapkan
hak – hak asasi manusia yang dirumuskan dalam suatu naskah Declaration
des Droits L’homme et du Citoyen (pernyataan mengenai hak – hak asasi
manusia dan warga negara) yang ditetapkan oleh Assemblee Nationale tanggal

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


16
24 Agustus 1789 (Jimmly Assiddiqie, 2006: 90). Naskah ini keluar sebagai
reaksi atas ketidakpuasan kaum borjuis dan rakyat terhadap kesewenang –
wenangan Raja Louis XIV pada awal Revolusi Perancis tahun 1789. Deklarasi
ini menyatakan, bahwa ‘HAM adalah hak – hak alamiah yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari pada
hakikatnya’.
Deklarasi Perancis juga menjebol feodalisme dan menjamin tumbuhnya
demokrasi maupun negara hukum. Dalam revolusi ini muncul semboyan:
Liberte, Egalite, & Fraternite (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan).
Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dalam Konstitusi Perancis.

e. Atlantic Charter Tahun 1941


Atlantic Charter adalah sebuah deklarasi bersama yang dikeluarkan oleh
Perdana Menteri Inggris yang bernama Winston Churchill dan Presiden
Amerika Serikat yang bernama Franklin D. Roosevelt pada tanggal 14
Agustus 1941 di atas kapal perang Kerajaan Inggris dengan merk HMS
Prince of Wales di perairan Samudera Atlantik, tepatnya di Teluk Placentia,
Argentina. Dalam Piagam Atlantik terdapat delapan poin penting mengenai:
(1) tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris, (2)
pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat
bersangkutan, (3) hak untuk menentukan nasib sendiri, (4) pengurangan
rintangan perdagangan, (5) memajukan kerja sama ekonomi dunia dan
peningkatan kesejahteraan sosial. (6) kebebasan berkehendak dan bebas dari
kekhawatiran, (7) menciptakan kebebasan di laut lepas, dan (8) pelucutan
senjata di seluruh dunia pasca perang.
Sebelumnya, Franklin D. Roosevelt dalam amanat tahunannya kepada
Kongres AS pada tanggal 6 Januari 1941 telah mencetuskan sebuah doktrin
yang dikenal dengan The Four Freedom (4 kebebasan), yaitu:
1) Hak kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of
speech).
2) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang dipeluknya (freedom of religion).

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


17
3) Hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap bangsa
berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi
penduduknya (freedom from want).
4) Hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa (negara) berada dalam
posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap negara lain
(freedom from fear).
Doktrin inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari Universal
Declaration of Human Right tahun 1948.

f. Pengakuan HAM oleh PBB


Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah
yang dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights (pernyataan
se dunia tentang HAM). Pasal 1 piagam ini berbunyi: ‘Sekalian orang
dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak – hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan’.
Deklarasi itu melambangkan komitmen moral dunia internasional pada HAM
serta merupakan pedoman dan standar negara – negara anggota organisasi
PBB untuk dituangkan dalam konstitusi masing – masing.
Universal Declaration of Human Rights diumumkan sebagai ‘suatu standar
pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua negara’. Hak –
hak yang disuarakannya disebarkan lewat ‘pengajaran dan pendidikan’ serta
lewat ‘langkah – langkah progresif, secara nasional dan internasional, guna
menjamin pengakuan, dan kepatuhan yang bersifat universal dan efektif
terhadapnya’.
Sebanyak 21 pasal pertama dalam deklarasi tersebut berisi hak-hak yang
terdapat dalam Pernyataan Bill of Rights. Hak-hak sipil dan politik yang
meliputi hak atas perlindungan yang sama dan tidak pandang bulu,
perlindungan hukum dalam proses peradilan, privasi dan integritas pribadi,
serta partisipasi politik. Pasal 22 sampai 27 menciptakan hak-hak baru,
seperti hak atas tunjangan ekonomi dan sosial, standar kehidupan yang layak
dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak-hak tersebut menegaskan bahwa

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


18
sesungguhnya semua orang mempunyai hak atas pelayanan-pelayanan dari
negaranya.
Hal yang terlihat menonjol dalam Deklarasi Universal HAM, antara lain:
1) Hak asasi manusia adalah hak.
2) Hak-hak tersebut dianggap bersifat universal, yang dimiliki oleh setiap
manusia.
3) HAM dianggap ada dengan sendirinya dan tidak bergantung pada
pengakuan dan penerapannya di dalam suatu sistem adat atau sistem
hukum di negara-negara tertentu.
4) HAM dipandang sebagai norma-norma yang penting meski tidak
seluruhnya bersifat mutlak.
5) Hak-hak yang ada mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun
pemerintah. Meski tujuan sejumlah besar negara anggota terhadap
deklarasi itu adalah untuk menampilkan hak-hak yang ada dalam
sistem hukum domestik maupun internasional, tetapi hak tersebut
dipandang bukan sebagai hak-hak hukum (legal rights) melainkan
sebagai hak-hak moral yang berlaku secara universal (universal moral
rights).

Doktrin tentang HAM se dunia ini sekarang telah diterima secara universal
sebagai ‘a moral, political, legal framework, and as a guide line’ dalam
membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan, penindasan,
serta perlakuan tidak adil. Negara – negara di dunia sudah meratifikasi
deklarasi ini yang disesuaikan dengan kondisi serta peraturan perundang –
undangan yang berlaku di negara masing – masing, termasuk Indonesia.

4. Polarisasi HAM
Sekalipun tekad bangsa Indonesia serius dalam melaksanakan Piagam HAM
PBB, namun kondisi politik, ekonomi, sosial – budaya dan keamanan tidak
mengherankan kalau implementasi HAM tersebut mengalami polarisasi.
Sejarah HAM dimulai dari permulaan kisah manusia dalam pergaulan hidup
di dunia ini, yaitu mulai saat ia sadar akan hak yang dimilikinya dan sadar akan

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


19
kedudukannya sebagai pendukung hukum, secara jelas dapat dipahami bahwa HAM
itu merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya bagi seluruh umat
manusia di bumi tanpa kecuali.
Materi yang melekat dan tak terpisahkan dari pribadi – pribadi manusia,
akan tetap melekat sampai manusia itu mati. Karena itu, salah satu HAM dimaksud
adalah hak hidup. Ini berarti, jika manusia itu sudah mati, maka hak asasi sebagai
manusia juga ikut lenyap.
Hak hidup untuk setiap manusia sebagai perorangan atau pribadi ini
sekaligus juga melahirkan kewajiban bagi setiap manusia untuk menghormati hak
hidup manusia lainnya. Dengan demikian, setiap manusia yang dilahirkan di bumi
wajib dihormati hak hidupnya sebagai sesama manusia dan sesama umat Tuhan.
Berkaitan dengan hak hidup bagi setiap manusia itu, maka setiap hak yang
kita muliki sebagai manusia mewajibkan kita umat manusia di dunia ini untuk
menghormati hak yang sama pada sesama manusia. Sedangkan sesama manusia
adalah seluruh manusia tanpa memandang agama, ras, golongan, pangkat, derajat,
dan lain – lain.

Pelaksanaan HAM sampai saat ini belum seragam pada semua bangsa.
Semua negara mengakui adanya nilai – nilai yang bersifat universal dalam HAM.
Namun, dalam penerapannya harus diakui adanya polarisasi HAM dengan alasan
bahwa setiap bangsa mempunyai budaya yang berbeda.
Di Indonesia polarisasi itu mengakibatkan makin memburuknya
pelanggaran HAM dan maraknya kekerasan. Pada akhirnya, masalah – masalah,
baik yang berdimensi internasional maupun nasional, bermuara pada kebuntuan
komunikasi. Kebuntuan itu hanya bisa dipecahkan kalau masing – masing
mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
Walaupun pelaksanaan HAM merupakan tanggung jawab masing – masing
negara, tetapi mereka perlu menaati segala kesepakatan dan pengertian bersama
yang dicapai di forum – forum PBB. Semua negara anggota PBB wajib melindungi
dan memajukan HAM. Bukan untuk kepentingan para pemimpin bangsa itu, tetapi
untuk kepentingan seluruh masyarakat.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


20
Dalam melindungi dan memajukan HAM, harus dilaksanakan melalui kerja
sama internasional atas dasar persamaan derajat seperti yang dinyatakan secara
eksplisit dalam piagam PBB, bukan menurut selera atau kehendak masing – masing
negara.
Mengingat tidak/belum adanya standar hukum dan moral yang berlaku
melampaui batas – batas nasional, maka sudah barang tentu bahwa standar HAM
berbeda sesuai dengan budaya yang mencerminkan tabiat nasional. Jadi gagasan –
gagasan HAM dunia Barat jangan dipaksakan untuk negara – negara berkembang.
Hal ini tidak lain merupakan suatu polarisasi terhadap rumusan Piagam
HAM PBB. Ini berarti advokasi yang dilakukan oleh lembaga internasional yang
relevan lebih berniat murni dari pada negara per negara, misalnya Amnesti
Internasional, dan lain – lain.

5. HAM di Indonesia
Bangsa Indonesia sangat memahami makna dan hakikat HAM karena
pernah dijajah ratusan tahun. Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,
hakikatnya merupakan suatu deklarasi HAM yang menyatakan kebebasan dan
kemerdekaan adalah hak segala bangsa, yang sekaligus pernyataan untuk
menentukan nasib sendiri.
Bangsa Indonesia yang dulunya dikenal ramah tamah, rukun, gotong
royong, saling menghormati dan bersatu padu dalam semboyan Bhinneka Tunggal
Ika tampaknya telah mengubah wajah menjadi bangsa yang menampilkan
kekerasan, gemar melanggar HAM dan merendahkan peradaban.
Hal demikian tidak boleh berlanjut, harus dicegah dan dikembalikan harkat
martabatnya sebagai bangsa yang besar dan berbudaya tinggi serta menjunjung
tinggi HAM.
Bercermin dari dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila yang
menegaskan betapa pentingnya HAM nampak dalam Sila ‘Kemanusiaan yang adil
dan beradab’. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah fundamental NKRI,
menegaskan pemahaman bangsa Indonesia terhadap HAM dan karena termuat di

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


21
dalam dasar negara dan pokok kaidah fundamental negara maka pelaksanaan HAM
bersifat imperatif bagi pemerintah Indonesia.
Apalagi prinsip-prinsip HAM juga dimuat di dalam pasal-pasal UUD 1945,
menunjukkan betapa besar perhatian, pemahaman dan kemauan untuk
mengimplementasikan. UUD 1945 memuat prinsip-prinsip HAM, meliputi hak-hak
individu, sosial ekonomi dan politik (misalnya hak untuk memperoleh pengajaran,
hak kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat, persamaan
warga negara di depan hukum).
Untuk mencapai tujuan melindungi HAM setiap warga negara, negara
Indonesia telah memiliki produk hukum yang mengatur tentang HAM. Beberapa
produk hukum nasional tentang HAM tersebut antara lain adalah:
a. Pembukaan UUD 1945, tentang hak untuk merdeka, hak untuk hidup
sejahtera, hingga hak memperoleh pendidikan.
b. UUD 1945 Pasal 27 – 34 yang mengatur tentang berbagai hak dan kewajiban
WNI.
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang juga mengatur tentang berbagai
macam hak yang harus dimiliki oleh WNI.
d. UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
HAM dalam UUD 1945 tercantum pada BAB XA, terdiri dari 10 pasal
yakni dari Pasal 28 A sampai dengan Pasal 29 J. Pasal 28 A menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. (secara rinci periksa – pelajari – pahami Pasal 28A sampai dengan
Pasal 28J UUD 1945).
Pasal 28J terdiri dari dua ayat yaitu ayat (1) dan ayat (2). Ayat (1)
menyatakan bahwa setiap orang wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945
menyatakan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan UU dengan maksud semata –
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai – nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


22
Berangkat dari pencantuman pasal – pasal HAM dalam UUD 1945 tersebut
(Pasal 28A – 28J), menunjukkan tekad bangsa Indonesia untuk melaksanakan
Piagam HAM PBB secara serius.
Khusus membahas tentang UU No. 39 Tahun 1999, terdapat macam –
macam HAM yang diatur dalam peraturan perundang – undangan ini, antara lain:
a. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, yaitu hak untuk membentuk
suatu keluarga melalui perkawinan yang sah.
b. Hak untuk hidup, yang meliputi: (1) hak untuk hidup dan meningkatkan
taraf kehidupan, (2) hak untuk hidup tentram, aman dan damai, dan (3)
lingkungan hidup yang layak.
c. Hak mengembangkan diri yang meliputi: (1) hak untuk pemenuhan
kebutuhan dasar, (2) hak pengembangan pribadi, (3) hak atas manfaat
IPTEKS, dan (4) hak atas komunikasi dan informasi.
d. Hak memperoleh keadilan, meliputi: (1) hak perlindungan hukum, (2) hak
atas keadilan dalam proses hukum, dan (3) hak atas hukuman yang adil.
e. Hak kebebasan pribadi, meliputi: (1) hak untuk bebas dari perbudakan, (2)
hak atas keutuhan pribadi, (3) kebebasan memeluk agama dan keyakinan
politik, (4) kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, (5) kebebasan untuk
menyampaikan pendapat, (6) hak atas status kewarganegaraan, dan (7) hak
kebebasan untuk bergerak.
f. Hak atas rasa aman, meliputi; hak untuk mencari suaka, dan hak
perlindungan diri pribadi.
g. Hak atas kesejahteraan, meliputi: (1) hak milik, (2) hak atas pekerjaan, (3)
hak untuk bertempat tinggal secara layak, (4) hak jaminan sosial, (5)
perlindungan bagi kelompok rentan.
h. Hak turut serta dalam pemerintahan, meliputi: (1) hak pilih dalam pemilu,
dan (2) hak untuk berpendapat.
i. Hak wanita, meliputi: hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam
hukum, dan (2) hak perlindungan reproduksi.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


23
j. Hak anak, meliputi: (1) hak hidup anak, (2) status warga negara anak, (3)
hak anak yang rentan, (4) hak pengembangan pribadi dan perlindungan
hukum, dan (5) hak jaminan sosial anak.
Selanjutnya UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
menyatakan, bahwa ‘Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada
di lingkungan Peradilan Umum di dearah kabupaten atau daerah kota yang daerah
hukumnya meliputi Pengadilan Negeri yang bersangkutan’. Untuk DKI Jakarta,
Pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah Pengadilan Negeri yang
bersangkutan.
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat, yang meliputi:
a. Kejahatan genosida; yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama.
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan; salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.
Dengan adanya berbagai produk hukum tentang perlindungan HAM di atas,
diharapkan HAM di Indonesia akan dapat ditegakkan sehingga Indonesia kembali
berjaya di mata dunia sebagai salah satu negara yang benar – benar serius dalam
menegakkan HAM.

Latihan.

1. Jelaskan mengapa hak asasi manusia perlu diatur dalam suatu pernyataan internasional
yang berlaku secara universal/seragam?
2. Hak-hak apa saja yang menjadi inspirasi dibentuknya Deklarasi Universal tentang Hak
Asasi Manusia oleh PBB?
3. Jelaskan bagaimana praktik penerapan HAM di beberapa negara termasuk Indonesia.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


24
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Mukthie Fadjar, 2006, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta:
Konstitusi Press dan Yogyakarta: Citra Media.
2. Aswanto, 1999, Jaminan Perlindungan HAM dalam KUHAP dan Bantuan Hukum
Terhadap Penegakan HAM di Indonesia, Disertasi, Makassar: Perpustakaan FH-Unair.
3. Astim Riyanto, 2003, Teori Konstitusi. Yapemdo.
4. Asshiddiqie, Jimlly 2006, Perihal Undang-Undang. Konstitusi Press. Jakarta.
5. Effendi, A. Mansyhur. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan Proses
Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia. Ghalia Indonesia.
6. El-Muhtaj, Majda, 2009, HAM Dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta: Kencana.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


25
7. Thaib, Dahlan, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, 2004, Teori dan Hukum Konstitusi. Cetakan
4, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
8. LG Saraswati dkk., 2006, Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Jakarta. Filsafat UI
Press.
9. Mahfud MD, Moh. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi Tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan. Yogyakarta. Rieneka Cipta.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


26

Anda mungkin juga menyukai