Anda di halaman 1dari 3

Nama: Kenneth Septian Theodorrus

NIM: B011191236
Hukum Konstitusi B

TUGAS:
1. Jelaskan apa yang dimaksud konstitusi !
2. Jelaskan ide lahirnya konstitusi !
3. Jelaskan hakikat konstitusi atau konstitualisme !
4. Jelaskan apa materi muatan konstitusi serta apa tujuan konstitusi
5. Jelaskan siapakah yang membentuk konstitusi !
6. Jelaskan apa yang dimaksud membentuk konstitusi !
7. Jelaskan bagaimanakah kedudukan pembentuk konstitusi dengan konstitusi itu sendiri !

Jawab:

1. konstitusi merupakan gambaran keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu


berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah negara.

2. ide lahirnya konstitusi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut bentuk negara dan
sudut pembentuk konstitusinya. Dari sudut bentuk negara ada tiga, yaitu:
a. Spontaneous State (Spontane Staat). Konstitusinya disebut Revolutoinary Constitustion.
Spontaneous State adalah negara yang timbul sebagai akibat revolusi. Dengan demikian
konstitusinya bersifat revolusioner. Sebagai contoh konstitusi seperti ini adalah Konstitusi
Amerika Serikat dan Konstitusi Perancis.
b. Negotiated State (Parlementaire Staat). Konstitusinya disebut Parlementarian
Constitution. Negotiated State adalah negara yang berdasarkan pada kebenaran relatif
(relatieve waarheid). Bukan berdasarkan absolut waarheid seperti oosterse demokratie,
yaitu Rusia. Tetapi revolusi Perancis tidak mempunyai absolute waarheid, jadi masih
harus dicari relatieve waarheid dengan jalan forum diskusi dan negosiasi sebagai political
philosopy-nya. Negosiasi berarti geven en nemen, memberi dan menerima, take and give.
Parlemen adalah merupakan tempat di mana diskusi dan negosiasi tidak dilaksanakan.
Sehingga adanya parlemen yang tercermin dalam konstitusi negara yang bersangkutan
merupakan ciri dari negotiated state. Oleh karena itu konstitusinya disebut parlementarian
constitution.
c. Derivative State (Algeleide Staat). Konstitusinya disebut “NeoNational Constitution”.
Derivative State adalah negara yang konstitusinya mengambil pengalaman dari negara-
negara yang sudah ada (neo-national). Keadaan yang disebut “neo-national”, maksudnya
nasionalisme yang berdasarkan pada kolonialisme atau nasionalisme yang timbul karena
penjajahan sebagai akibat akulturasi proses. Misalnya, Konstitusi Burma, Thailand,
Vietnam Utara, Vietnam Selatan, India, Pakistan, dan Indonesia.

Dari sudut pembentukan (maker) konstitusi dalam suatu negara dimungkinkan ada lima
macam bentuk konstitusi, yaitu: (1) Konstitusi bisa dibuat oleh Raja. (2) Konstitusi dibuat
bersama-sama Raja dan rakyat (bentuknya pactum) seperti pada aliran monarcho-machen
di mana terdapat perjanjian antara raja dan rakyat yang dimuat dalam fundamentalis. (3)
Konstitusi dibuat oleh rakyat seluruhnya (bentuknya einigung) seperti pernah terjadi di
mana para calvinisten dari Inggris mendirikan koloni Amerika. (4) Konstitusi yang dibuat
oleh badan Kontituante (een eenzijdige wilsoplegging in wetsvorm), dan (5) Konstitusi
yang dibuat oleh pemerintah diktator (een eenzijdige wilsoplegging in de vorm van
politieke beslissing) seperti Konstitusi di Uni Soviet.
3. Konstitusionalisme di zaman sekarang dianggap sebagai suatu konsep yang niscaya bagi
setiap negara modern. Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan
dengan negara. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern
pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (konsensus), yaitu:
a. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama ( the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government), yaitu berkenaan dengan
cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionelisme di
suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling
mungkin mencerminkan kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat
yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
b..Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government), yaitu kesepakatan bahwa basis
pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau konsensus
kedua ini juga sangat prinsipil, karena dalam setiap negara harus ada keyakinan
bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan negara
haruslah didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama.
c. Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan (the form of
institutions and procedures), yaitu berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya, (b) hubungan-hubungan antarorgan
negara itu satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ negara itu dengan warga
negara.
Pada pokoknya, prinsip konstitusionalisme modern sebenarnya memang menyangkut
prinsip pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited
government. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama
lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga negara; dan Kedua,
hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang
lain. Karena itu, biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal
penting, yaitu: Menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ negara, Mengatur
hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan Mengatur
hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan warga negara.
4. Menurut J.G. Steenbeek yang dikutip oleh Sri Sumantri, bahwa konstitusi yang ada pada
setiap negara umumnya mengandung tiga materi muatan, yaitu: adanaya jaminan terhadap
hak – hak asasi manusia (dan warga negara), ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu
negara yang bersifat fundamental, dan adanya pembagian dan pembatasan tugas
ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
Menurut C.F. Strong,tujuan suatu konstitusi adalah: membatasi tindakan sewenang-
wenang pemerintah, mengawasi hak – hak rakyat yang diperintah, menetapkan
pelaksanaan kekuasaaan yang berdaulat.
5. kewenangan dan memberlakukan suatu konstitusi didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau
prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara, apakah menganut kedaulatan rakyat
atau kedaulatan raja. Oleh para ahli disebut sebagai Constituent Power yang merupakan
kewenangan yang berada diluar dan sekaligus berada di atas sistem yang diaturnya.
6. Menurut Achamd Ruslan, istilah pembentukan konstitusi mencakup pengertian tiga
kemungkinan:
1. Membentuk konstitusi yang baru sama sekali, karena negara tersebut merupakan negara
yang baru merdeka sehingga membentuk konstitusi yang baru. Seperti UUD 1945 yang
dibentuk oleh PPKI
2..Pembentukan konstitusi dalam arti membentuk yang baru untuk menggantikan
konstitusi yang berlaku seperti konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun
1949 dengan Undang – Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950
3. Pembentukan dalam arti perubahan konstitusi yang lazim disebut Amandemen, yaitu
hanya mengubah sebagian dari ketentuan konstitusi yang sedang berlaku seperti
amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 – 2002.
7..Menurut Achad Ruslan, Constituent Power mendahului dan sekaligus berada di atas
konstitusi, constituent power tersebut tetap terpandu oleh persetujuan/consensus tentang
cita – cita bersama yang biasa disebut falsafah negara atau cita negara

Anda mungkin juga menyukai