NIM:B011191236 Kelas: Hukum Administasi Negara A MODUL 1 Perluasan tugas negara dan perubahan prinsip staatsonthouding menjadi staatsbemoeienis dalam sebuah negara hukum sebagaimana yang dijelaskan di atas menjadikan perkembangan hukum administrasi negara semakin pesat. Konsekuensi logis sebuah negara hukum menghendaki semua tindakan dan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan hukum. Oleh karena itu, dengan luasnya tugas pemerintah karena dibebani tugas untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum (bestuurzorg) maka pemerintah turut campur dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Karena pemerintah turut campur maka semua tindakan pemerintah pun harus didasarkan oleh hukum, dalam kajian ini bidang hukum inilah yang disebut sebagai hukum administrasi negara. Bidang hukum di sektor perizinan, lingkungan dan lain sebagainya merupakan ruang lingkup hukum administrasi negara sebagai konsekuensi keterlibatan pemerintah dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan. MODUL 2 Perbedaan HAN dan HTN telah dijelaskan oleh beberapa pakar berdasarkan uraian di atas. Mengutip dari Logemann menyebutkan bahwa hukum tata negara mempelajari; (a) jabatan-jabatan apa yang ada di dalam susunan suatu negara, (b) siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu, (c) cara bagaimanakah jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat, (d) fungsi jabatan-jabatan itu, (e) kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu, (f) hubungan antara masing-masing jabatan itu, dan (g) dalam batas-batas manakah organisasi kenegaraan dapat melakukan tugasnya. Hukum administrasi negara mempelajari sifat, bentuk, dan akibat perbuatan hukum istimewa sekaliannya yang dilakukan para pejabat dalam menjalankan tugas mereka. Namun, dari beberapa pakar juga menjelaskan bahwa, hukum administrasi negara juga mempelajari tentang jabatan, khususnya jabatan pemerintahan, berikut mempelajari kedudukan hukum (rechtspositie) jabatan, kekuasaan hukum jabatan, pengisian jabatan, pembatasanjabatan, dan sebagainya. Uraian oleh para pakar mengenai perbedaan HAN dan HTN telah dijelaskan di atas. Namun, apabila diberikan intisari untuk menegaskan perbedaan HAN dan HTN secara sederhana maka dapat dijelaskan bahwa HTN merupakan aturan hukum yang mengatur mengenai pemberian kewenangan kepada alat perlengkapan negara atau lembaga negara, sementara HAN merupakan aturan hukum yang mengatur mengenai bagaimana kewenangan yang telah diberikan (oleh HTN) tersebut dapat dilaksanakan. Dengan katab lain, HAN merupakan pelaksanaan dari kewenangan. Sehingga jika sebuah lembaga atau jabatan memiiki kewenangan maka itu menjadi kajian HTN, selanjutnya bagaimana cara lembaga atau jabatan tersebut melaksanakan kewenangannya maka itu merupakan ruang lingkup HAN. MODUL 3 dalam arti lain, yaitu untuk menjawab pertanyaan “di mana kah kita dapatkan atau temukan aturan-aturan hukum yang mengatur kehidupan kita itu?”. Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal. Secara sederhana, sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukannya aturan-aturan hukum. Sumber hukum materiil dapar ditinjau dari 3 aspek yaitu sumber hukum historis, sosiologis, dan filosofis. Sedangkan sumber hukum formil yaitu peraturan perundang-undangan, praktek administrasi negara, yurisprudensi, dan doktrin. MODUL 4 Pemerintahan (pangreh) adalah fungsi pemerintah (het besturen, het regeren) dalam arti menjalankan tugas-tugas memerintah. Arti pemerintahan ini secara negatif adalah fungsi negara yang bukan fungsi peradilan dan bukan fungsi perundangundangan. Pemerintah dalam arti luas adalah pelaksanaan tugas seluruh badan-badan, lembaga-lembaga, dan petugas-petugas yang diserahi wewenang mencapai tujuan negara. Pemerintah dalam arti sempit mencakup organisasi fungsi-fungsi yang menjalankan tugas pemerintahan. Selanjutnya, siapa saja dan apa saja yang melaksanakan fungsi pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah (eksekutif), lingkungan legislatif, lingkungan yudikatif, maupun seorang swasta atau badan hukum perdata swasta, BUMN, perjan, persero, perum, universitas swasta, yayasan, dan sebagainya, bilamana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku melakukan fungsi pemerintahan semuanya adalah badan atau pejabat TUN. Tindakan hukum jabatan pemerintahan dijalankan oleh pemerintah. Dengan demikian kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik adalah sebagai wakil dari jabatan pemerintahan. Sedangkan, ketika pemerintah bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada peraturan hukum perdata, pemerintah perdata sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. MODUL 5 Kewenangan, yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang, adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu sesuatu onderdil tertentu saja. Kewenangan di bidang kehakiman atau kekuasaan mengadili sebaiknya kita sebut kompetensi atau yurisdiksi saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik, misalnya wewenang menandatangani atau menerbitkan surat surat izin dari seorang pejabat atas nama menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di tangan menteri. Kewenangan diperoleh melalui atribusi, delegasi, dan/atau mandat, yang dapat didefenisikan sebagai berikut: Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau undang- undang. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi. Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat MODUL 6 Diskresi menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut UU Administrasi Pemerintahan) adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundangundangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan. Sarana kontrol terhadap tindakan Diskresi pemerintah dapat ditinjau dari aspek kontrol yudisial, politik dan administrasi. MODUL 7 Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan olehorgan Pemerintahan atau administrasi negara yang dimaksudkan untuk akibat ancaman dalam bidang pemerintah atau negara. Tindakan Pemerintahan terbagi atas tindakan nyata dan tindakan hukum. Tindakan hukum pemerintahan terbagai atas tindakan hukum privat dan tindakan hukum publik. Tindakan hukum publik terbagi atas tindakan hukum publik beberapa pihak dan tindakan hukum publik sepihak. Selanjutnya tindakan hukum publik sepihak dapat melahirkan keputusan baik yang bersifat mengikat umum maupun keputusan yang bersifat individual. MODUL 8 Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada anggota masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan di berbagai aspek, pemerintah atau administrasi negara melakukan berbagai tindakan hukum dengan menggunakan sarana atau instrumen seperti alat tulis menulis atau sarana transportasi dan komunikasi, gedung-gedung perkantoran, dan lain-lain yang termasuk dalam public domain. Di samping itu pemerintah menggunakan berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan, mengatur dan melaksanakan urusan pemerintahan dan kemasyrakatan seperti peraturan perundnag-undangan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, perizinan, instrumen hukum keperdataan dan sebagainya. Pelaksanaan pemerintahan sehari-hari menunjukkan betapa badan atau pejabat tata usaha negara acapkali menempuh pelbagai langkah kebijaksanaan tertentu, antara lain menciptakan apa yang kini sering dinamakan peraturan kebijaksanaan (beleidsregel policy rule). Produk semacam peraturan kebijaksanaan ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan freies ermessen, yaitu, badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan merumuskan kebijaksanaannya itu dalam pelbagai bentuk "juridische regels", seperti halnya, peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran dan mengumumkan kebijaksanaan itu. Suatu peraturan kebijaksanaan pada hakekatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan "naar buiten gebracht schriftelijk beleid (menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis)" namun tanpa disertai kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang menciptakan peraturan kebijaksanaan tersebut.