Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN PANCASILA

NAMA-NAMA KELOMPOK 9 :

1. SARASWATI BABANG NOTI


NIM : PO5303333210758

2. SERYLIA TOAN
NIM : PO5303333210759

3. SISILIA BOISALA
NIM : PO5303333210760

4. STEVI ANGELLITA MANU


NIM : PO5303333210761

KELAS : 1B
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Tata Konsep Konstitusi Dan Tata Urutan Per
Undang-Undangan
• Pengertian Konstitusi
Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi, yaitu sebuah dokumen yang
berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.
Namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak
semuanya berupa dokumen tertulis ( formal ). Menurut para ahli, ilmu hukum
maupun ilmu politik, konstitusi harus diterjemaahkan termasuk kesepakatan
politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi
maupun alokasi. Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara, yang
termasuk terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat pula
konstitusi politik atau
hukum akan tetapi, mengandung pula arti
konstitusi ekonomi dewasa ini.
Istilah konstitusi diidentikan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang
tertulis. Sama halnya dengan Inggris juga, memiliki konstitusi namun
tidak dalam bentuk kodifikasi, melainkan berdasarkan yurisprudensi
dalam ketatanegaraan negara Inggris. Istilah konstitusi berasal dari
bahasa Inggris yaitu”constitution” dan berasal dari bahasa Belanda, yaitu
“constitutie”. Dalam bahasa Latin, yaitu “contitutie, constituere”,
sedangkan dalam bahasa Prancis, yaitu “constiture”. Dalam bahasa
Jerman, yaitu “vertassung, konstitution”, sedangkan dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia diartikan sama dengan undang-
undang dasar. Konstitusi atau UUD dapat diartikan sebagai peraturan
dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok dan menjadi satu sumber
perundang-undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur secara mengikat
cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat negara.
1. Tujuan Konstitusi
1. Konsitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk
membatasi kekuasaan penguasa sehingga tidak melakukan
tindakan yang merugikan masyarakat banyak.

2. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan sendiri.


Selain itu juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia, sehingga setiap penguasa dan masyarakat wajib
menghormati HAM, berhak mendapatkan perlindungan dan
melakukan setiap haknya.

3. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa dalam


melaksanakan kekuasaannya. Selain itu, konstitusi juga bertujuan
memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar
negara dapat berdiri kuat dan kokoh.
2. Fungsi Konstitusi
a. Membatasi kekuasan pemerintah agar tidak terjadi tindakan
kesewenang-wenangan, sehingga hak-hak warga negara dapat
dilindungi dan dilaksanakan dengan baik.

b. Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara.

c. Konstitusi berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi.

d. Konstitusi berfungsi sebagai alat yang membatasi kekuasaan.

e. Konstitusi berfungsi sebagai identitas dan lambang nasional.

f. Konstitusi berfungsi sebagai pelindung


hak asasi manusia dan kebebasan
warga suatu negara.
SEJARAH PERKEMBANGAN KONSTITUSI

Sebenarnya. konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang


Dasar , dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai
konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu
kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini
disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua
peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan
hukum dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham kodifikasi,
sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus ditulis, dan
konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar. Secara umum
terdapat dua macam konstitusi yaitu :
1) Konstitusi tertulis
2) Konstitusi tak tertulis.  
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-
Undang Dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai
pembentukan, pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai lembaga
kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi
tertulis adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap
semua lembaga-lembaga kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat
pada adat kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen
yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta yang
berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia rakyat
Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai
dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah
maka Inggris masuk dalam kategori negara yang memiliki
konstitusi tidak tertulis.
Hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan
berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu
dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu
ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu. Beberapa
sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau kewenangan itu,
salah satu yang paling  terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan
negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara
ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :

1. Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif)


2.Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif). 
Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan
di dalam konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku
karangannya Staatsrecht over Zee. Ia membagi kekuasaan menjadi empat
macam yaitu :
1. Pemerintahan (bestuur)
2. Perundang-undangan
3. Kepolisian
4. Pengadilan
Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan
karenanya perlu dipecah menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu
kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan kepolisian. Menurutnya
kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal berlakunya
hukum dan kalau perlu memaksa untuk melaksanakan hukum. Wirjono
Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia
mendukung gagasan Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk
menambah dua lagi jenis kekuasaan negara yaitu kekuasaan Kejaksaan
dan Kekuasaan Pemeriksa Keuangan untuk memeriksa keuangan negara
serta menjadi jenis kekuasaan ke-lima dan ke-enam. Berdasarkan teori
hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu
konstitusi itu umumnya terbagi atas enam dan masing-
masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau
lembaga tersendiri yaitu:
- Jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara
juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu
konstitusi dapat membawa perubahan yang Kekuasaan
membuat undang-undang (legislatif)
- Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
- Kekuasaan kehakiman (yudikatif) 
- Kekuasaan kepolisian
- Kekuasaan kejaksaan
- Kekuasaan memeriksa keuangan negara
     Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum
dasar tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan
negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang
lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih
besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. 
Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah
menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam
konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila
mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang
berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh
karena itu,  konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai
perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat
sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar
aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan
bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.

Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek
ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang
pertama adalah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka
yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara
keseluruhan (penggantian konstitusi).
Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua
ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli
tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan
amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataan lain,
amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat. 
 PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis
dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai
sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah
yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang
Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat
singkat dan hanya memuat 37 pasal namun ketiga
materi muatan konstitusi yang harus ada menurut
ketentuan umum teori konstitusi telah
terpenuhi dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut.
A. Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan
merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang
Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD
1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat
Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap
no.IV/MPR/1983 tentang referendum) 
B. Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah
satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada
sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya
komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif
tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR
/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
C. Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada
empat macam Undang-Undang yang pernah berlaku,
yaitu :
A. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
setelah mengalami beberapa proses.
B. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di
Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara
seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa
Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut,
maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2
pada tahun 1948.
Dan iseharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk
negara Republik Indonesia Serikat saja.
C. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949
merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17
Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat
tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal
ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi
berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu
adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia
bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian
disahkan
pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat
Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus
1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu
pada tanggal 17 Agustus 1950.
D. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945) dengan
dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang
Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu
dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
DEMIKIAN PEMAPARAN MATERI
DARI KELOMPOK 9

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai