Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Konstitusi Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkataan konstitusi berasal dari bahasa Perancis Constituer dan Constitution, kata
pertama berarti membentuk, mendirikan atau menyusun, dan kata kedua berarti susunan atau
pranata (masyarakat). Dengan demikian konstitusi memiliki arti; permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu Negara. Pada umumnya langkah awal untuk mempelajari hukum
tata negara dari suatu negara dimulai dari konstitusi negara bersangkutan. Mempelajari
konstitusi berarti juga mempelajari hukum tata negara dari suatu negara, sehingga hukum tata
negara disebut juga dengan constitutional law. Istilah Constitutional Law di Inggris
menunjukkan arti yang sama dengan hukum tata negara. Penggunaan istilah Constitutional
Law didasarkan atas alasan bahwa dalam hukum tata Negara unsur konstitusi lebih menonjol.
Dengan demikian suatu konstitusi memuat aturan atau sendi-sendi pokok yang bersifat
fundamental untuk menegakkan bangunan besar yang bernama Negara. Karena sifatnya
yang fundamental ini maka aturan ini harus kuat dan tidak boleh mudah berubah-ubah.
Dengan kata lain aturan fundamental itu harus tahan uji terhadap kemungkinan untuk diubahubah berdasarkan kepentingan jangka pendek yang bersifat sesaat.

BAB II
SEJARAH KONSTITUSI DAN AMANDEMEN UUD 1945
A. Sejarah Konstitusi
Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu : 1) konstitusi tertulis dan 2)
konstitusi tak tertulis. Dalam hal yang kedua ini, hampir semua negara di dunia memiliki
konstitusi tertulis atau undang-undang dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai
pembentukan, pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta
perlindungan hak azasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis
adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembagalembaga kenegaraan dan semua hak azasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga
tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua

seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi
manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai
dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk
dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.
Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan
berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah
lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih
dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.
Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau
kewenangan itu, salah satu yang paling terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa
kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat.
Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :
1) kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif);
2) kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif) dan kekuasaan
kehakiman (judikatif).Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau
dipisahkan di dalam konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannya
Staatsrecht over Zee. Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu :
1) pemerintahan (bestuur);
2) perundang-undangan;
3) kepolisian dan
4)pengadilan.
Van Vollenhoven kemungkinan menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan
karenanya perlu dipecah menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan
kekuasaan kepolisian. Menurutnya kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi
hal berlakunya hukum dan kalau perlu memaksa untuk melaksanakan hukum.
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia
mendukung gagasan Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk menambah dua lagi
jenis kekuasaan negara yaitu kekuasaan Kejaksaan dan Kekuasaan untuk memeriksa
keuangan negara untuk menjadi jenis kekuasaan ke-lima dan ke-enam.

Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat


disimpulkan bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya
terbagi atas enam dan masing-masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau lemabaga
tersendiri yaitu:
kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)
kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
kekuasaan kehakiman (judikatif)
kekuasaan kepolisian
kekuasaan kejaksaan
kekuasaan memeriksa keuangan negara
B. Amandemen UUD 1945
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki
sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat
pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu
konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara.
Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan
dalam konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan
suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan
negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan
aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai
perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga
perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan
semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek
ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa
apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara
keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia.
Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli
tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi

yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian
dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.
Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan kosntitusi:
Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetap
yang dilaksanakan menurut pembatasan-pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui
tiga macam kemungkinan.
Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang kekuasaan legislatif harus
dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang ditentukan secara
pasti
Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan rakyat harus dibubarkan
terlebih dahulu dan kemudian diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga perwakilan rakyat
harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan wewenangnya untuk mengubah
konstitusi.
Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis dua kamar. Untuk
mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus mengadakan sidang
gabungan. Sidang gabungan inilah, dengan syarat-syarat seperti dalam cara pertama, yang
berwenang mengubah kosntitusi.
Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum. Apabila ada
kehendak untuk mengubah kosntitusi maka lembaga negara yang diberi wewenang untuk itu
mengajukan usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum atau plebisit. Usul
perubahan konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan yang diberi wewenang
untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat menyampaikan pendapatnya dengan jalan
menerima atau menolak usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan
diterima atau ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.
Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah
negara bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat harus dilakukan dengan persetujuan
sebagian terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan karena konstitusi dalam negara
serikat dianggap sebagai perjanjian antara negara-negara bagian. Usul perubahan konstitusi
mungkin diajukan oleh negara serikat, dalam hal ini adalah lembaga perwakilannya, akan
tetapi kata akhir berada pada negara-negara bagian. Disamping itu, usul perubahan dapat pula
berasal dari negara-negara bagian.
Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lemabag negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat

dijalankan baik pada Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak untuk
mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibentuklah suatu lembaga
negara khusus yang tugas serta wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan
dapat berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula berasal dari
pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula berasal dari lembaga negara khusus
tersebut. Apabila lembaga negara khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang
sampai selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.
Hans Kelsen mengatakan bahwa kosntitusi asli dari suatu negara adalah karya pendiri
negara tersebut. Dan ada beberapa cara perubahan konstitusi menurut Kelsen yaitu :
1. Perubahan yang dilakukan diluar kompetensi organ legislatif biasa yang dilembagakan
oleh konstitusi tersebut, dan dilimpahkan kepada sebuah konstituante, yaitu suatu
organ khusus yang hanya kompeten untuk mengadakan perubahan-perubahan
konstitusi
2. Dalam sebuah negara federal, suatu perubahan konstitusi bisa jadi harus disetujui oleh
dewan perwakilan rakyat dari sejumlah negara anggota tertentu.
Miriam Budiarjo mengemukakan adanya empat macam prosedur perubahan konstitusi, yaitu :
1. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat misalnya ketentuan kuorum dan
jumlah minimum anggota badan legislatif untuk menerima perubahan.
2. Referendum atau plebisit, contoh : Swiss dan AustraliaN
3. egara-negara bagian dalam suatu negara federal harus menyetujui, Contoh : Amerika
Serikat
4. Musyawarah khusus (special convention), contoh : beberapa negara Amerika Latin
Dengan demikian apa yang dikemukakan Miriam Budiarjo pada dasarnya sama dengan yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen.
Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak Proklamasi
hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam delapan periode
yaitu:
I. Periode 18 Agustus 1945 27 desember 1949
II. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950
III. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959
IV. Periode 5 Juli 1959 19 Oktober
V. Periode 19 Oktober 1999 18 Agustus 2000
VI. Periode 18 Agustus 2000 9 November 2001

VII.
VIII.

Periode 9 November 2001 10 Agustus 2002


Periode 10 Agustus 2002 sampai sekarang

Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4 tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi : 16 Bab,37 Pasal,4 aturan peralihan,2 Aturan
Tambahan.
Penjelasan:
UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS)
pada 27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undangundang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD
1945 dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus
2002, UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :
I. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999;
Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5
ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3),
20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang
dengan persetujuan DPR;
Diubah menjadi : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
b.

Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali;

Diubah menjadi : Preseiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa
jabatan.

c. Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan rehabilitasi


Diubah menjadi :
(1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung;
(2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
d. Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR;
Diubah menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.

II. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000;


Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal 18
ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5),
20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan
(2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4),
28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan DPR;
Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.
b. Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan Negara
ditetapkan dengan Undang-undang
Diubah menjadi : Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia
c. Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi manusia.

III. Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001;

Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1 ayat
(2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1)
s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat
(1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2),
24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR
Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
b. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli;
Diubah menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak
kelahirannya
c. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1.

Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung


2.

Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD (dan
menurut amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan
MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945 pada tahun 2003

IV. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002


Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasalpasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d
(5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan
Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.

Beberapa perubahan yang penting adalah :


a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang;
Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus.
Diubah menjadi :

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata : dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada
17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh
Mahkamah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amandemen I,II,III dan IV terhadap UUD 1945,
maka sejak 10 Agustus 2002 Ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami perubahan
sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat (2):
MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia, melainkan
rakyat Indonesia yang memegang kedaulatan, MPR bukan Lembaga tertinggi Negara lagi.
MPR, DPR, dan Presiden yang bertanggung jawab kepada rakyat melalui Pemilihan Umum.
Presiden dan Wakil Presiden yang melangar hukum tidak akan terpilih dalam pemilihan
umum yang akan datang.
b. Pasal 2 ayat (1):
MPR terdiri dari :
1.

Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives : di Amerika Serikat)

2.

Dewan Perwakilan Daerah (Senate : di Amerika Serikat)

MPR merupakan lembaga yang memiliki dua badan (Bicameral) seperti di Amerika Serikat;
Anggota DPR dipilih dalam pemilihan umum oleh seluruh rakyat, sedangkan DPD dipilih
oleh rakyat di daerah (Provinsi) masing-masing. Dengan ditetapkannya DPR dan DPD
sebagai anggota MPR, maka utusan golongan termasuk TNI/POLRI dihapuskan dari MPR.
bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia, melainkan rakat
Indonesia yang memegang kedaulatan, MPR bukan Lembaga
c. Pasal 5 ayat (1):
Presiden bukan lagi pembentuk undang-undang, tetapi berkedudukan sebagai Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan (Lembaga Eksekutif, Pemerintahan/Pelaksana Undang-undang)
d. Pasal 6 ayat (1) dan 6A:
Presiden Indonesia tidak harus orang Indonesia asli, tetapi calon Presiden dan Wakil Presiden
harus warga Negara Indonesia sejak kelahirannya. Presdien dan Wakil Presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat (bukan secara tidak langsung oleh MPR, sedangkan DPR dipilih rakyat)
e. Pasal 7:
Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat memegang jabatan selama paling lama 2 x 5 tahun :
10 tahun (dahulu Presiden memegang jabatan selama lebih dari 30 tahun, bahkan seumur
hidup).
f. Pasal 14:
Presiden memberi :
g. Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung

Alamat website:https://www.scribd.com/doc/204481962/Konstitusi-Indonesia#download

Pembahasan

Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan suatu
pemerintahan.
Secara bahasa istilah konstitusi berasal dari kataconstituer (Prancis) yang berarti membentuk.
Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian pula dalam
bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun. Dalam
bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang berarti undangundang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan
negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada
peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
dapat disimpulkan bahwa ada dua pengertian konstitusi, yaitu
1.
Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum
dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur
mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara;
2.
Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang berisi
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari ketatanegaran suatu
negara.
Unsur Konstitusi
Unsur-unsur/isi konstitusi diantaranya harus memuat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

bentuk negara
bentuk pemerintahan
alat-alat perlengkapan negara
tugas alat-alat perlengkapan negara
hubungan tata kerja alat perlengkapan negara
hak dan kewajiban warga negara
pembagian kekuasaan negara
sistem pemerintah Negara

Sifat Konstitusi
1.
Konstitusi formal dan materiil
Adanya kesalah pahaman dalam cara pandang banyak orang mengenai konstitusi yang sering
diidentikkan dengan undang-undang dasar. Penyebab kesalahan tersebut ialah adanya
pengaruh paham kodivikasi yang menghendaki semua peraturan dibuat dalam bentuk tertulis
dengan maksud untuk mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian
hukum. Pengertian undang-undang dasar dihubungkan dengan pengertian konstitusi
merupakan sebagian dari pengertian konstitusi yang ditulis (die geschrieben verfassung),
dalam arti inilah konstitusi bersifat yuridis atau rechtsverfassung, yaitu sebagai undangundang dasar atau grundgesetz. Sementara itu konstitusi dalam arti luas tidak hanya bersifat

yuridis semata tetapi bersifat sosiologis dan politis yang tidak disebut sebagai undang-undang
dasar namun termasuk dalam pengertian konstitusi. Setiap rechtsverfassung memiliki dua
syarat. Syarat pertama mengenai bentuknya yang berupa naskah tertulis sebagai undangundang yang tertinggi dan berlaku di negara tersebut, syarat kedua isinya berupa peraturan
fundamental.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa ,negara RI ternyata pernah
mengalami empat kali perubahan atau pergantian konstitusi dalam kurun waktu 15 tahun
(1945 -1959) dan empat kali perubahan amandemen konstitusi selama 2 tahun yakni
perubahan I IV UUD 1945.
Pergantian konstitusi berkali-kali tersebut ternyata tidak membubarkan negara, terbukti nama
dan wilayah negara RI sejak kemerdekaan RI masih tetap utuh hingga saat ini .padahal tiap
konstitusi itu selain bentuk negara nya berbeda juga memiliki pembukaan yang tidak sama
,berikut ini perjalanan perubahan pembukaan tersebut :
1.naskah piagam jakarta 22 juni 1945 yang kemudian di jadikan sebagai naskah pembukaan
hukum dasar di sahkan oleh BPUPKI
2.naskah pembukaan seperti yang kini tercantum dlam UUD 1945 di sahkan oleh PPKI
3.naskah pembukaan konstitusi seperti yang tercantum dalam konstitusi sementara RIS
4.naskah pembukaan konstitusi seperti yang tercantum dalam uud sementara RIS tahun 1949

Dengan demikian ,berarti sistem pemerintahan menurut undang- undang dasar 1945
diubah menjadi kabinet parlementer .

Atas perubahan perubahan tersebut ternyata negara RI masih tetap utuh ,sama keadaan
nya seperti pada saat proklamasi kemerdekaan indonesia 17 agustus 1945,yaitu :
1.bernusa negara indonesia
2.berbangsa bangsa indonesia
3.berbahasa bahasa indonesia
4.berbendera bendera pusaka merah putih
5.berlagu kebangsaan indonesia raya
6.dan ,berlambang negara ,garuda pancasila
Apabila di lihat dari segi substansi nya secara keseluruhan ,maka perubahan undang
undang dasar 1945 dapat di kelompokkan ke dalam 3 macam yaitu :
1.penghapusan beberapa ketentuan
2.menambah ketentuan atau lembaga baru

3.modifikasi terhadap ketentuan atau lembaga lama .


1.ketentuan yang di cabut
Beberapa ketentuan hukum yang di cabut oleh perubahan undang-undang dasar
1945 antara lain ;
-kekuasaan MPR sebagai lembaga tertinggi negara dengan kewenangan meminta presiden dan
penyusunan garis-garis besar haluan negara
-kekuasaan presiden yang menyangkut pembentukan undang undang
2.ketentuan dan lembaga baru
Yang di atur dalam perubahan ini antara lain :
-DPD dia atur dalam pasal 22c dan 22 d ujd 1945 perubahan ketiga
-MK d atur dalam pasal 24c
-komisi yudisial di atur dalam pasal 24 b perubahan ketiga .
3.Ketentuan dan lembaga yang di modifikasi
-repoisisi MPR di atur dalam pasal 2 ayat (1)
-pemilu secara langsung oleh rakyat pasal 6 A perbahan ketiga
-ham pasal 28 A 28 J Perubahan kedua
-usul perubahan undang undang dan penambahan tata cara perubahan undang-undang dalam
pasal 37 ayat (1) dan (5).
Cara amandemen dan akibat hukumnya
Jika suatu undang undang dasar atau konstitusi di ubah maka berlakulah undang undang
dasar yang telah di ubah tersebut sebagai konstitusi baru yang berdiri sendiri .dengan
demikian ,cara amandemen yang di lakukan atas perubahan uud 1945 memiliki akibat hukum
bahwa ,keberlakuan uud 1945 yang di sandarkan pada dekrit presiden 5 juli 1959 masih tetap
eksis di mpertahan kan MPR hasil pemilu demokratis tahun 1999.
Tujuan dan Alasan perubahan tersebut
Kata perubahan, berasal dari kata ubah, yang berarti menjadikan sesuatu menjadi
lain atau beda dari aslinya. Jadi, kata perubahan diartikan sebagai hasil tindakan
mengubah yaitu menjadikan berubahnya sesuatu, peralihan, pertukaran (penggantian).
Dalam konteks perubahan konstitusi atau UUD, berdasarkan penelitian terhadap 100
konstitusi, taufiqurrahman mengaklasifikasikan istilah perubahan itu ke dalam tujuh istilah,
yaitu :
1. Amandement (perubahan)
2. Revision (perbaikan)

3. Alteration (perubahan/penggantian)
4. Change (penggantian)
5. Reform (perbaikan)
6. Modified (modifikasi)
7. Review (tinjauan)
Perubahan suatu konstitusi atau UUD pada dasarnya dapat diamati dari dua sisi,
pertama perubahan secara material, dan kedua perubahan secara formal. Perubahan secara
material dapat berlangsung menurut berbagai bentuk, antara lain : penafsiran, perkembangan
tingkat, fluktuasi kekuasaan lembaga-lembaga Negara, konvensi ketatanegaraan. Namun
perubahan melalui prosedur formal lazimnya ditentukan didalam kontitusi itu sendiri.
Oleh karena itu, bagaimanapun sempurnanya sebuah konstitusi atau UUD, pada suatu
saat tertentu akan mengalami perubahan, karena sebuah konstitusi tetap harus mengikuti
perkembangan zaman. Namun, perlu disadari bahwa perubahan konstitusi berbeda dengan
penggantian konstitusi. Dengan pengertian ini, perubahan konstitusi memiliki batasan tertentu
sesuai tujuan dan alasan perubahan serta tata cara perubahan konstitusi atau UUD berdasarkan
hukum perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan perubahan dalam arti penggatian dan dalam arti amandement konstitusi
memiliki perbedaan. Pada penggantian tujuannya adalah untuk mengganti konstitusi yang
lama dengan yang baru. Sedangkan tujuan dalam arti amandemen adalah untuk memperkuat
pasal yang lama, menggantinya dengan pasal yang yang baru dan atau dengan menyisipkan
yang baru diantara pasal yang lama. Alasan untuk melakukan penggantian karena konstitusi
sudah dinilai tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Alasan lain, dalam penggantian
adanya penggantian filsafat dasar Negara atau dasar ideology Negara.
Perubahan ini memiliki dampak yang sangat luas, diantaranya adalah:
1. Perubahan Sistematika
Sebelum perubahan, UUD 1945 terdiri dari 16 Bab, 49 ayat, 4 Pasal Aturan Peralihandan 2
ayat aturan Tambahan. Sesudah perubahan, sistematika UUD 1945 terdiri dari pembukaan,
pasal-pasal, dan jika dilihat dari jumlah perubahan merupakan perubahan tidak terbatas.
2. Perubahan Sistem Ketatanegaraan
Sebelum perubahan, UUD 1945 menganut demokrasi perwakilan, dengan kedaulatan di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Setelah perubahan UUD 1945 menganut
demokrasi konstitusional, dengan kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD.
3. Perubahan Kekuasaan Kehakiman
Sebelum perubahan, kekuasaan kehakiman berada di tangan Mahkamah Agung, sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dibidang yudikatif. Sementara setelah perubahan, kekuasaan
ini dipisahkan secara horizontal antara Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial.
4. Jaminan atas Hak Asasi Manusia
Sebelum perubahan, UUD 1945 telah memberikan jaminan atas hak asasi manusia
berdasarkan peri kemanusiaan yang adil dan beradab yang diatur dalam pasal
26,27,28,29,30,31,32,33,34, UUD 1945. Setelah perubahan kedua dan keempat UUD 1945,

jaminan atas HAM yang telah diratifikasi diperluas dalam pasal 27, 28, 25A, 28B, 28C, 28D,
28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28, 31, 32, 33, 34, UUD 1945.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam perubahan UUD 1945 melalui amandemen
(1999-2002) terjadi selama empat kali dan menghasilkan 154 diktum. Oleh karena itu, adanya
perubahan sistem ketatanegaraan baru dalam Negara Republik Indonesia. Perubahan tersebut
dapat dilihat dalam Perubahan Sistematika, Perubahan Sistem Ketatanegaraan, Kekuasaan
Kehakiman, Jaminan atas Hak Asasi Manusia.
Dari referensi dan pembahasan tersebut, dapat diberikan kesimpulan bahwa:
1. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yangmengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatumasyarakat negara.
2. Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertinggi diIndonesia,
yang berfungsi sebagai acuan dalam menentukan hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
3. Konstitusi yang pernah dipakai di Negara Indonesia diantaranya adalah UUD
1945,Konstitusi RIS, UUDS 1950, UUD sebelum amandemen, UUD setelah amandmen.
4. Negara Indonesia telah melakukan empat kali amandemen atau perubahan dalamtubuh
UUD 1945. Amandemen tersebut berlangsung pada tahun 1999, 2000, 2001,2002.
5. Unsur-unsur yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945 diantaranya adalahunsur
hukum, Unsur Sistem Konstitusi, Unsur Kedaulatan Rakyat, Unsur
PersamaanHak, Unsur Kekuasaan Kehakiman, Unsur Pembentuk Undang-Undang, UnsurSist
em Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai