Anda di halaman 1dari 19

KONSTITUSI

Herman Heller
(Verfassunglehre)
 Konstitusi sebagai pengertian sosial politik: keputusan dari
masyarakat
 Konstitusi sebagai pengertian hukum (rechtsfervassung):
perumusan normatif yang harus berlaku dan mendapat sanksi
bila dilanggar. Abstraksi yaitu suatu cara dalam ilmu
pengerahuan hukum untuk menarik unsur-unsur hukum dari
kenyataan sosial yang kemudian dijadikan perumusan hukum
 Konstitusi sebagai suatu peraturan hukum: suatu peraturan
hukum yang tertulis.
 Pengertian Herman Heller ini menegaskan bahwa konstitusi
memiliki pengertian yang lebih luas dari UUD, karena selain
yang tertulis, konstitusi memiliki pengertian sosiologis, politis,
dan yuridis. Sedangkan UUD merupakan bagian dari konstitusi
yang tertulis
Pembagian Pengertian
Konstitusi
 Konstitusi dalam arti materil: memuat hal-hal yang fundamental
seperti mengenai dasar negara, bentuk negara, atau mengenai
cara-cara untuk mengubah konstitusi
 Konstitusi dalam arti formil: menekankan pada bentuknya, yaitu
berada pada satu naskah tertentu sehingga menimbulkan istilah
grodwet atau grundgezets. Selain itu juga konstitusi dalam arti
formil memuat hal-hal yang dianggap penting untuk negara.
Konstitusi dalam arti formil juga melihat proses pembentukan
maupun perubahan konstitusi harus melalui prosedur tertentu
dan badan khusus pula
Konstitusi Tertulis
dan Tidak Tertulis
 Konstitusi terdiri dari hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum
dasar tidak tertulis (konvensi)
 Gagasan mengenai living constitustion yaitu suatu konstitusi
yang hidup dalam masyarakat dan tidak hanya terdiri dari
naskah yang tertulis saja, tetapi juga meliputi konvensi-
konvensi.
 Mengenai konstitusi tidak tertulis atau tidak dalam satu naskah
tertentu ternyata banyak dipengaruhi oleh tradisi dan konvensi
 Menurut Dicey konstitusi di negara Inggris terbagi menjadi dua
golongan, yaitu hukum konstitusi (the law of the constitution)
dan konvensi (the convention of the constitution)
 Hukum konstitusi merupakan hukum yang diakui dan dapat
dipaksakan berlakunya oleh pengadilan sedangkan konvensi
tidak dapat.
Hukum Konstitusi
(the law of the constitution)
 Historic Documents (dokumen-dokumen sejarah) seperti
Magna Charta 1215 dan Bill of Right 1689
 Parliamentary Statues (undang-undang yang dibuat oleh
parlemen) misalnya undang-undang yang membatasi
kekuasaan raja
 Judicial Decission (keputusan-keputusan pengadilan)
yang menentukan arti serta memberi batasan pada
undang-undang dan traktat
Konvensi
(the convention of the constitution)
 Kelaziman (habits)
 Tradisi (traditions)
 Kebiasaan (customs)
 Praktik-praktik (practices)
Konstitusi dalam satu naskah
atau tidak dalam satu naskah
 Konstitusi dalam satu naskah: a) kelebihannya: mempunyai
kepastian hukum dan pada umumnya negara dapat berjalan
stabil karena jaminan yan lebih jelas dari ketentuan-ketentuan
dalam konstitusi; b) kelemahannya konstitusi tidak dengan
mudah mengikuti perkembangan kesadaran hukum dari
masyarakat
 Kosntitusi tidak dalam satu naskah: a) kelebihannya: mudah
mengikuti perkembangan kesadaran hukum masyarakat; b)
siapa yang dapat atau berhak menentukan kebiasaan yang
baru dalam masyarakat merupakan suatu hukum yang baru.
Sejarah Konstitusi pada
Satu Naskah Tertentu (Bryce)
 Abad Menengah: rakyat menghendaki agar hasil perjanjian
antara rakyat dengan penguasa diletakkan dalam suatu naskah
tertentu (legez fundamentaliz)
 Abad Menengah: perjanjian antara pihak penguasa dengan
rakyat yang merupakan dua pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda menghendaki agar perjanjian yang
sifatnya timbal balik tersebut diletakkan dalam satu naskah
tertentu
 Suatu naskah tertentu juga diperlukan untuk menunjukkan
adanya keinginan untuk membentuk suatu organisasi negara
yang baru.
 Dalam negara-negara serikat ada kebutuhan dari negara-
negara yang bergabung untuk merumuskan apa yang menjadi
dasar kerjasama dan tujuan dari organisasi negara.
Cara Merubah Konstitusi
(Bryce)
 Harus ada badan khusus untuk
merubahnya
 Dengan mengadakan referendum umum
untuk rakyat
 meminta jumlah suara terbanyak dari
negara-negara yang bergabung
 melalui konvensi/kebiasaan khusus atau
special convention
Sejarah Perkembangan
Konstitusi
 Yunani Kuno: Aristotes membedakan arti Politea (konstitusi
yang mempunyai kekuasaan membentuk) dan Nomoi (undang-
undang biasa). Istilah konstitusi berkaitan dengan ucapan
Princep Legibus Solutus Est Salus Publica Supreme Lex yang
artinya rajalah yang berhak menentukan struktur organisasi
negara karena raja pula satu-satunya yang berhak membuat
undang-undang
 Romawi adanya Lex Regia yaitu perjanjian penyerahan
kekuasaan kepada raja, kekuasaan rakyat tersedot habis
karena rakyat menyerahkan kekuasaannya secara penuh
kepada raja (translatio empirii). Timbul kekuasaan mutlak raja
 Abad Menengah muncul golongan Monarchomachen yang
menolak kekuasaan absolut. Caranya dengan membuat Legez
Fundamentalis.
Sejarah Perkembangan
Konstitusi
(lanjutan)
 Legez Fundamentalis merupakan bentuk pertaa dari naskah
konstitusi tertulis atau yang berada pada satu naskah. Legez
Fundamentalis menetapkan hak dari rakyat (rex) dan hak dari
penguasa (regnum).
 Abad pertengahan di Eropa muncul gagasan untuk membatasi
kekuasaan penguasa melalui konstitusi agar hak-hak rakyat
lebih terlindungi, gagasan ini dinamakan konstitusionalisme
 Magna Charta (1215) Raja John mengakui pembatasan hak
raja
 Bill of Rights (1689) jaminan pelaksanaan Habeas Corpus Act
yang merupakan perlindungan terhadap penangkapan
sewenang-wenang dan peradilan yang cepat.
 Declaration of Independent (1776) salah satu tulang punggung
jaminan hak-hak kebebasan individu.
Macam Konstitusi
 Konstitusi Murni merupakan penjelmaan ide atau pandangan
bernegara suatu bangsa. Konstitusi semacam ini tidak
memerlukan suatu norma tertentu sebagai dasar
pembentukkannya, karena mempunyai kekuasaan yang mandiri
yang bersumber pada falsafah hidup yang terpancar dari ide
atau pandangan bernegara suatu bangsa (normloze Macht)
 Konstitusi Buatan (prefabicated constitution) merupakan
konstitusi yang kekuasaannya bersumber pada konstitusi lain.
Sifat Konstitusi
 Sifat Konstitusi yaitu konstitusi yang fleksibel (luwes) dan rigid
(kaku) yang dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) cara
merubah konstitusi; b) mudah atau tidak mengikuti
perkembangan zaman; dan c) kekuatan yang nyata dalam
masyarakat yang merupakan suatu pengertian politis
 Cara merubah konstitusi menurut Strong apabila suatu UUD
memiliki prosedur yang sama dengan merubah undang-undang
biasa disebut bersifat fleksibel. Sebaliknya jika perubahan UUD
memiliki cara perubahan yang khusus berbeda dengan cara
perubahan undang-undang disebut bersifat rigid.
 Mudah atau tidak mengikuti perkembangan zaman dilihat dari
isi ketentuan yang terdapat dalam suatu konstitusi. Jika
konstitusi tersebut
Sifat Konstitusi (lanjutan)
 Memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok maka bersifat
fleksibel. Sedangkan jika konstitusi tersebut mengatur
ketentuan-ketentuan pokok dan ketentuan-ketentuan yang
bersifat penting maka konstitusi tersebut bersifat rigid
 kkeuatan politis bertahan lama sehingga UUD tetap bertahan
dan tidak mengalami perubahan maka bersifat rigid. Sedangkan
apabila dalam kondisi kekuatan politis yang ada, UUD sering
mengadakan perubahan untuk mengikuti perkembangan
masyarakat maka bersifat fleksibel
Nilai Konstitusi
(Kal Loewenstein)
 Nilai Normatif: berlaku secara resmi atau legal dan dalam
kenyataannya juga berlaku efektif
 Nilai Nominal: secara hukum berlaku tetapi dalam
pelaksanaannya tidak seluruh ketentuan dalam konstitusi
tersebut berlaku secara efektif
 Nilai Semantik: secara hukum berlaku akan tetapi dalam
kenyataannya hanya bertujuan memberi bentuk atau memberi
tempat bagi pelaksanaan kekuatan politik pihak penguasa.
Isi atau Segi Konstitusi
(Tinjauan Yuridis)
 Konstitusi memuat hal-hal yang fundamental (walaupun
terkadang juga memuat hal-hal yang penting. Inilah yang
menyebabkan perbedaan isi konstitusi masing-masing
negara)
 Sifat absolut pada isi konstitusi yaitu bahwa konstitusi
menentukan segala bentuk yang ada dalam negara
(forma formarum). Sifat absolut lainnya, konstitusi
merupakan norma hukum yang tertinggi dan menjadi
sumber hukum bagi seluruh ketentuan hukum yang
berlaku (norma normarum)
Isi atau Segi Konstitusi
(Tinjauan Politis)
 Menurut Carl Schmitt (dalam verfassunglehre) isi konstitusi:
 a. konstitusi dalam arti absolut yaitu konstitusi meneptakan hal-
hal yang fundamental (forma formarum, norma normarum, dan
faktor integrasi)
 b. konstitusi dalam arti relatif yaitu selain memuat hal-hal yang
fundamental juga memuat hal-hal yang penting sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
 c. konstitusi dalam arti positif, yaitu merupakan keputusan
tertinggi dari rakyat
 d. konstitusi dalam arti ideal, yaitu secara historis merupakan
suatu yang diidamkan.
Isi atau Segi Konstitusi
(Tinjauan Ekonomis)
 Charles A. Beard berpendapat keadaan ekonomi suatu negara
mempengaruhi isi konstitusinya.
 Segi-segi ekonomis konstitusi pada umumnya mengatur:
 a. masalah distribusi kekayaan alam milik negara
 b. masalah pinjaman obligasi dari luar negeri
 c. masalah perpajakan
 d. sistem perekonomian dari negara yang bersangkutan
Perubahan Konstitusi
(Georg Jellinek)
 Verfassung anderung yaitu perubahan konstitusi yang ada
dalam konstitusi. Tatacara perubahan dapat melalui suatu
lembaga yang khusus atau melalui suatu prosedur khusus yang
merupakan suatu kebiasaan ketatanegaraan (convention). Hal-
hal yang dirubah pada umumnya bersifat terbatas yaitu
mengenai hal-hal yang dianggap penting bukan mengenai hal
yang fundamental
 verfassung wandlung yaitu perubahan konstitusi karena terjadi
peubahan dalam masyarakat. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh revolusi, coup d’etat, atau putch. Sehingga hal-
hal yang dapat dirubah tidak terbatas

Anda mungkin juga menyukai