Pengertian Konstitusi
Eksistensi suatu konstitusi atau hukum dasar suatu negara, pada hakikatnya mengatur
bagaimana pemegang mandat rakyat selaku pemilik kedaulatan negara menyelenggarakan
pemerintahan yang berpihak pada rakyat. Konsep dasar konstitusi yang baik secara umum
menurut pakar konstitusi, pada bab-bab awal mengatur terlebih dahulu hak-hak konstitusional
atau hak asasi manusia (HAM) warga negara atau rakyat selaku pemilik kedaulatan.
Pada konstitusi (UUD 1945), ternyata pengaturan hak-hak konstitusional rakyat tidak
diatur pada bab-bab awal, melainkan ditempatkan pada "Bab X-A: HAK ASASI MANUSIA",
mulai dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J UUD 1945. Meskipun hak-hak konstitusional
rakyat tetap ada pengaturannya di sejumlah Pasal UUD 1945 sesuai konteks yang diatur, tetapi
hal tersebut tidak efektif secara teori.
Setiap konstitusi atau hukum dasar suatu negara memiliki tujuan dan sifatnya, dan secara
umum diuraikan sebagai berikut.
1. Mengatur pembatasan kekuasaan penyelenggara negara atau Lembaga negara, sekalıgus
pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Merupakan landasan bagi penyelenggara kekuasaan negara dan warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Memastikan agar pengaturan hak asasi manusia (HAM) bagi warga negara atau rakyat selaku
pemilik kedaulatan negara, benar-benar secara konstitusional mendapat jaminan untuk
dilindungi, dihargai, dan dilaksanakan oleh penyelenggara negara atau lembaga negara selaku
pemegang mandat kekuasaan.
Secara teori mengenai Sifat Konstitusi yang dipraktikkan selama ini sebagaimana dikemukakan
oleh pakar konstitusi, dapat dibagi atas dua aspek, sebagai berikut.
Adanya kesalahpahaman dalam cara pandang banyak orang mengenai konstitusi yang
sering diidentikkan dengan undang-undang dasar Penyebab kesalahan tersebut ialah adanya
pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki semua peraturan dibuat dalam bentuk tertulis
dengan maksud untuk mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum.
Pengertian undang-undang dasar dihubungkan dengan pengertian konstitusi merupakan sebagian
dari pengertian konstitusi yang ditulis (die geschrieben verfassung), dalam arti inilah konstitusi
bersifat yuridis atau rechtsverfassung, yaitu sebagai undang-undang dasar atau grundgesetz.
Sementara itu, konstitusi dalam arti luas tidak hanya bersifat yuridis semata tetapi bersifat
sosiologis dan politis yang tidak disebut sebagai undang-undang dasar namun termasuk dalam
pengertian konstitusi. Setiap rechtsverfassung memiliki dua syarat. Syarat pertama mengenai
bentuknya yang berupa naskah tertulis sebagai undang-undang yang tertinggt dan berlaku di
negara tersebut, syarat kedua isinya berupa peraturan fundamental.
Pada dasarnya, ukuran yang dipakai oleh para ahli dalam menentukan apakah suatu konsritusi
atau UUD bersifat luwes atau kaku, adalah:
. Apakah terhadap naskah konstitusi itu dimungkinkan dilakukan perubahan, dan apakah cara
mengubahnya cukup mudah atau sulit?
. Apakah naskah konstitusi tersebut mudah atau tidak mudah berubah sesuai perkembangan serta
kebutuhan masyarakat?
Untuk undang-undang dasar yang tergolong fleksibel perubahannyakadang-kadang hanya
dengan "the ordinary legislative process", sementara undang-undang dasar yang dikenal
kaku/rigid prosedur perubahannya dapat dilakukan antara lain:
. Oleh lembaga legislatif tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu
. Oleh rakyat secara langsung melalui referendum
. Oleh utusan negara-negara bagian
. Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan.
Untuk menentukan UUD termasuk luwes atau rigid, tidak cukup hanya melihat pada tata
cara mengubahnya. Sebab dapat saja terjadi suatu UUD bersifat rigid, tetapi dapat diubah tanpa
melalui prosedur yang ditentukan oleh UUD bersangkutan. Namun, perubahan UUD yang tanpa
melaluj prosedur sebagaimana ditegaskan dalam UUD itu, dapat disebut sebagai tindakan
revolusi (constitutional convention).
C. Fungsi Konstitusi
Pada hakikatnya kehadiran suatu konstitusi selain memiliki sifat dan tujuan, juga secara teoretis
menurut para pakar konstitusi memilki fungsi yang substansial, sebagai berikut.
1. Merupakan patokan dasar bagi kekuasaan pemerintah dan Lembaga negara agar kekuasaan
yang diberikan tidak dilaksanakan secara sewenang-wenang
2. Merupakan piagam mengenai terbentuknya suatu negara yang berdaulat agar diakui oleh
negara lain dengan batas wilayah dan penduduk yang jelas.
3. Sumber hukum tertinggi suatu negara dan dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Sedangkan unsur-unsur atau isi konstitusi yang baik menurut berbagai sumber dan pandangan
para pakar konstitusi, antara lain harus memuat:
1. Hak asasi manusia dan kewajiban warga negara.
2. Kedaulatan dan bentuk negara.
3. Bentuk pemerintahan.
4. Sistem pemerintahan.
5. Pembagian kekuasaan negara.
6 Alat-alat perlengkapan negara.
7. Tugas alat-alat perlengkapan negara.
8. Hubungan tata kerja alat perlengkapan negara.