Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Konstitusi

Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan


suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturantersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan
negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada
peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
Secara etimologi (bahasa), istilah "konstitusi" berasal dari Bahasa latin "constitution atau
constiuere" yang berarti "dasar susunan badan", dan menurut bahasa Prancis disebut "constituer"
yang berarti "membentuk". Pada zaman dahulu, istilah konstitusi dipergunakan untuk
melaksanakan perintah Kaisar Romawi (yakni: constitutions principum). Kemudian di Iralia,
konstitusi difungsikan sebagai Undang-Undang Dasar (Diritton Constitutionale). Sedangkan
makna konstitusi dalam bahasa Belanda disebut dengan "Grondwet"
Pengertian konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar
atau hukum dasar suatu negara. Konstitusi dapat juga dimaknakan sebagai keseluruhan peraturan
dasar atau hukum dasar yang meliputi hukum tertulis dan hukum tidak tertulis yang mengatur
mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara. tertulis. Konstitusi
pada hakikatnya mengatur mengenai pokok-pokok penyelenggaraan suatu negara. Misalnya,
pengaturan hak asas1 manusia HAM) sebagai penghargaan terhadap warga negara (rakyat) yang
merupakan pemilik kedaulatan negara, bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan eksekutif dan
yudikatif sebagai lembaga kekuasaan penyelenggara negara beserta wewenangnya, kekuasaan
yudikatif, pemilihan umum, wilayah negara, warga negara dan penduduk, keuangan dan
perekonomian negara, kesejahteraan sosial, agama, pertahanan dan keamanan negara, pendidkan,
bendera, bahasa, lambang negara, lagu kebangsaan, serta tata cara perubahannya.
UUD 1945 hasil empat kali perubahan (amandemen) terdiri atas 37 Pasal, tiga Aturan
peralian, dan dua Aturan Tambahan. Mengenai Tata Perubahan UUD 1945 diatur dalam Pasal
37. Maka itu, keberadaan konstitusi juga sama halnya dengan hukum pada umumnya, yaitu tidak
selalu berdasarkan dokumen tertulis, melainkan juga ada yang tidak tertulis.
Bahkan, ada juga yang berupa campuran antara dokumen tertulis dan tidak tertulis. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengertian Konstitusi dalam arti luas, adalah
keseluruhan peraturan hukum yang berlaku pada suatu negara, mulai dari yang tertinggi sampai
pada yang terendah. Di Indonesia disebut "perturan perundang-undangan yaitu semua ketentuan
hukum yang berlaku, mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa "jenis dan hierarkis peraturan perundang-
undangan terdiiri atas:
a Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
b. Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat (Tap MPR).
c. Undang-Undang: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).
d. Peraturan Pemerintah (PP).
e. Peraturan Presiden (Perpres).
F. Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi).
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda Kabupaten/Kota).
Kemudian dalam Pasal 8 UU Nomor 12 Tahun 201l tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menambahkan jenis peraturan perundang-undangan, sebagai berikut.
(1) Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (1)
mencakup: peraturan yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Komisi Yudisial (KY), Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga, atau
Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan undang-undang atau pemerintah atas perintah
undang-undang, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/walikota, Kepala
Desa atau yang setngkat.
(2) Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)D diakui keberadaannya
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
Sedangkan Pengertian Konstitusi dalam arti sempit adalah Piagam Dasar atau Dokumen
mengenai Hukum Dasar suatu negara. Misalnya, UUD 1945, Konstitusi Amerika Serikat tahun
1787 yang juga sudah lebih dari 20 kali mengalami amandemen, dan Konstitusi Prancis tahun
1848. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Konstitusi dalam arti sempit, adalah hukum
dasar suatu negara, dan di Indonesia disebut UUD 1945.
Dalam pengertian yang sederhana, konstitusi juga dapat diartikan sebagai suatu dokumen
yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi. Organisasi dimaksud beragam
bentuk dan kompleksitas strukturnya, mulai dari organisasi mahasiswa, perkumpulan masyarakat
di daerah tertentu, serikat buruh, organisasi-organisasi kemasyarakatan, organisasi politik,
organisasi bisnis, perkumpulan sosial sampai ke organisasi tingkat dunia seperti misalnya
Perkumpulan ASEAN, European Communities (EC), World Trade Organization (WTO),
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan sebagainya, semuanya membutuhkan dokumen dasar
yang disebut konstitusi.
Umumnya setiap negara memiliki Konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Tetapi negara
yang tidak memiliki satu naskah konstitusi seperti Inggris, tetap memiliki aturan-aturan yang
tumbuh menjadi konstitusi dalam pengalaman praktik ketatanegaraan dan para ahli tetap dapat
menyebut adanya konstitusi dalam konteks hukum tata negara Inggris. Dengan demikian, konsep
konstitusi itu tercakup juga pengertian peraturan tertulis dan tidak tertulis. Peraturan tidak tertulis
berupa kebiasaan dan konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan
Susunan dan kedudukan organ-organ negara, mengatur hubungan antar Organ-organ negara itu,
dan mengatur hubungan organ-organ negara dengan warga negara.
B. Tujuan dan Sifat Konstitusi

Eksistensi suatu konstitusi atau hukum dasar suatu negara, pada hakikatnya mengatur
bagaimana pemegang mandat rakyat selaku pemilik kedaulatan negara menyelenggarakan
pemerintahan yang berpihak pada rakyat. Konsep dasar konstitusi yang baik secara umum
menurut pakar konstitusi, pada bab-bab awal mengatur terlebih dahulu hak-hak konstitusional
atau hak asasi manusia (HAM) warga negara atau rakyat selaku pemilik kedaulatan.
Pada konstitusi (UUD 1945), ternyata pengaturan hak-hak konstitusional rakyat tidak
diatur pada bab-bab awal, melainkan ditempatkan pada "Bab X-A: HAK ASASI MANUSIA",
mulai dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J UUD 1945. Meskipun hak-hak konstitusional
rakyat tetap ada pengaturannya di sejumlah Pasal UUD 1945 sesuai konteks yang diatur, tetapi
hal tersebut tidak efektif secara teori.
Setiap konstitusi atau hukum dasar suatu negara memiliki tujuan dan sifatnya, dan secara
umum diuraikan sebagai berikut.
1. Mengatur pembatasan kekuasaan penyelenggara negara atau Lembaga negara, sekalıgus
pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Merupakan landasan bagi penyelenggara kekuasaan negara dan warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Memastikan agar pengaturan hak asasi manusia (HAM) bagi warga negara atau rakyat selaku
pemilik kedaulatan negara, benar-benar secara konstitusional mendapat jaminan untuk
dilindungi, dihargai, dan dilaksanakan oleh penyelenggara negara atau lembaga negara selaku
pemegang mandat kekuasaan.
Secara teori mengenai Sifat Konstitusi yang dipraktikkan selama ini sebagaimana dikemukakan
oleh pakar konstitusi, dapat dibagi atas dua aspek, sebagai berikut.

1. Konstitusi Formal dan Materil

Adanya kesalahpahaman dalam cara pandang banyak orang mengenai konstitusi yang
sering diidentikkan dengan undang-undang dasar Penyebab kesalahan tersebut ialah adanya
pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki semua peraturan dibuat dalam bentuk tertulis
dengan maksud untuk mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum.
Pengertian undang-undang dasar dihubungkan dengan pengertian konstitusi merupakan sebagian
dari pengertian konstitusi yang ditulis (die geschrieben verfassung), dalam arti inilah konstitusi
bersifat yuridis atau rechtsverfassung, yaitu sebagai undang-undang dasar atau grundgesetz.
Sementara itu, konstitusi dalam arti luas tidak hanya bersifat yuridis semata tetapi bersifat
sosiologis dan politis yang tidak disebut sebagai undang-undang dasar namun termasuk dalam
pengertian konstitusi. Setiap rechtsverfassung memiliki dua syarat. Syarat pertama mengenai
bentuknya yang berupa naskah tertulis sebagai undang-undang yang tertinggt dan berlaku di
negara tersebut, syarat kedua isinya berupa peraturan fundamental.

2. Luwes (Fleksibe/) atau Kaku (Rigid)

Pada dasarnya, ukuran yang dipakai oleh para ahli dalam menentukan apakah suatu konsritusi
atau UUD bersifat luwes atau kaku, adalah:
. Apakah terhadap naskah konstitusi itu dimungkinkan dilakukan perubahan, dan apakah cara
mengubahnya cukup mudah atau sulit?
. Apakah naskah konstitusi tersebut mudah atau tidak mudah berubah sesuai perkembangan serta
kebutuhan masyarakat?
Untuk undang-undang dasar yang tergolong fleksibel perubahannyakadang-kadang hanya
dengan "the ordinary legislative process", sementara undang-undang dasar yang dikenal
kaku/rigid prosedur perubahannya dapat dilakukan antara lain:
. Oleh lembaga legislatif tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu
. Oleh rakyat secara langsung melalui referendum
. Oleh utusan negara-negara bagian
. Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan.
Untuk menentukan UUD termasuk luwes atau rigid, tidak cukup hanya melihat pada tata
cara mengubahnya. Sebab dapat saja terjadi suatu UUD bersifat rigid, tetapi dapat diubah tanpa
melalui prosedur yang ditentukan oleh UUD bersangkutan. Namun, perubahan UUD yang tanpa
melaluj prosedur sebagaimana ditegaskan dalam UUD itu, dapat disebut sebagai tindakan
revolusi (constitutional convention).
C. Fungsi Konstitusi

Pada hakikatnya kehadiran suatu konstitusi selain memiliki sifat dan tujuan, juga secara teoretis
menurut para pakar konstitusi memilki fungsi yang substansial, sebagai berikut.

1. Merupakan patokan dasar bagi kekuasaan pemerintah dan Lembaga negara agar kekuasaan
yang diberikan tidak dilaksanakan secara sewenang-wenang
2. Merupakan piagam mengenai terbentuknya suatu negara yang berdaulat agar diakui oleh
negara lain dengan batas wilayah dan penduduk yang jelas.
3. Sumber hukum tertinggi suatu negara dan dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Sedangkan unsur-unsur atau isi konstitusi yang baik menurut berbagai sumber dan pandangan
para pakar konstitusi, antara lain harus memuat:
1. Hak asasi manusia dan kewajiban warga negara.
2. Kedaulatan dan bentuk negara.
3. Bentuk pemerintahan.
4. Sistem pemerintahan.
5. Pembagian kekuasaan negara.
6 Alat-alat perlengkapan negara.
7. Tugas alat-alat perlengkapan negara.
8. Hubungan tata kerja alat perlengkapan negara.

Anda mungkin juga menyukai