Anda di halaman 1dari 22

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Oleh Kelompok 4:
Adhe Thomas Risdiana
Hebat Mangasi Aritonang
Febi Fimandanu

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada zaman modern ini pada umumnya setiap negara mempunyai
konstitusi, salah satu fungsinya mencegah terjadinya penumpukan kekuasaan
pada satu orang atau lembaga/badan. Penumpukan dapat menimbulkan kekuasaan
yang bersifat absolut, sehingga menimbulkan kecenderungan tindakan sewenangwenang oleh pemegang kekuasaan.
Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung normanorma pokok, yang yang berkaitan kehidupan negara. Konstitusi dapat mengalami
perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi hal-hal
berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan, pembatasan
kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman,
dan pertanggungjawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya.
Sampai saat ini, konstitusi yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar 1945. Undang Undang Dasar merupakan konstitusi tertulis yang berlaku di
Indonesia yang telah ditetapkan dan disusun sejak tahun 1945 sedangkan Undang
Undang Dasar lain yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah UUD 1949
atau disebut juga konstitusi RIS dan UUD 1950 atau UUDS 1950.
Untuk mengerti dan memahami isi dari Undang Undang Dasar, kita harus
mempelajari juga bagaimana terjadinya teks tersebut, keterangan keterangan penting
dari teks tersebut dan juga dalam suasana apa teks tersebut dibuat. UUD 1945
dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI)
yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat, dan UUD 1945 disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Soekarno.
Didalam penjelasan umum tentang UUD Negara Indonesia disebutkan bahwa
UUD merupakan hukum dasar yang terulis, karena disamping hokum dasar yang
tertulis terdapat pula hukum dasar yang tidak tertulis. Yang kita kenal dengan
konvensi, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis dan sifatnya hanya sebagai
pelengkap.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasaran latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini

dirumusan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.


1. Apa yang melatarbelakangi Undang Undang Dasar 1945 dijadikan sebagai
konstitusi tertulis di Indonesia?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengimplementasikan Undang Undang
Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia!
1.3

Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam


tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi Undang Undang Dasar 1945
dijadikan sebagai konstitusi tertulis di Indonesia
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengimplementasikan Undang
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konstitusi


Konstitusi memiliki istilah lain Constitution (Bahasa Inggris), sedangkan
dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang-undang dasar. Konstitusi
dapat diartikan sebagai peraturan dasar dan yang memuat ketentuan-ketentuan pokok
dan menjadi satu sumber perundang-undangan. Konstitusi adalah keseluruhan
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara. Namun,
dalam kehidupan sehari-hari, kostitusi terbiasa diterjemahkan sebagai undangundang dasar. Padahal menurut pendapat sarjana/ahli pengertian konstitusi lebih luas
dari pada pengertian UUD.
Terdapat pengertian konstisusi diantaranya:
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan system ketatanegaraan suatu negara
yang berupa kumoulan peraturan yang membentuk mengatur/memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan Antara kekuasaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang partai politik, dsb.
4. L. J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tak tertulis.
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik atara berbagai kepentingan yang
ada ditngah masyarakat.Tujuan hokum tata negarapada dasarnya sama dan karna
sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar,
akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Dalam kehidupan suatu negara, konstitusi mempunyai kedudukan resmi atau
formal yang relative sama dengan konstitusi Negara-negara lain yaitu:

Konstutusi sebagai Hukum Dasar. Konstitusi sebagai hokum dasar karena


berisikan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang mendasar
dalam kehidupan suatu Negara,seperti secara khusus memuat aturan tentang
Lembaga-Lembang serta kewenangannya

Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi , artinya aturan aturan yang ada dibawahnya
harus sesuai dan atau tidak bertentangan dengan konstitusi serta harus ditaati
bukan hanya oleh rakyat saja melainkan penguasa atau pemerintahan

Sedangkan yang menjadi tujuan dari konstitusi adalah:


1.

Membatasi kekuasaan agar tidak sewenang wenang maksudnya tanpa adanya


pembatasan kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan
bisa merugikan kepentingan rakyat banyak .

2.

Melindungi HAM, bahwa setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain
dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya

3.

Pedoman penyelengaraan negara, kerna tanpa adanya pedoman negara kita tidak
akan bisa berdiri dengan kokoh

Konstitusi menurut C.F Strong dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.

Hukum dasar yang tidak tertulis


Negara hukum dasar yang tidak tertulis yaitu konvensi ketatanegaraan atau
kebiasaan ketatanegaraan. Konvensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun bentuknya tidak
tertulis. Sifat dari hukum dasar yang tidak tertulis ini antara lain Tidak
bertentangan dengan isi atau hukum dasar yang tertulis, melengkapi kekosongan
ketentuan yang tidak diatur secara jelas, terjadi berulang kali dan dapat diterima
oleh masyarakat, serta hanya terjadi pada tingkat nasional

2.

Hukum dasar yang tertulis


Hukum dasar yang tertulis yaitu suatu konstitusi negara yang menjadi sumber
dari peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam suatu negara, yang
dituangkan dalam bentuk tertulis. Mengenai sifat dari hukum dasar yang tertulis
ini adalah merupakan peraturan perundang-undangan yang tertinggi di negara,
memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan, sebagai alat koreksi terhadap

aturan hokum atau peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya,


imperative atau mengikat bagi pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan dan
kemasyarakatan, serta warga.
2.2 Pengertian UUD 1945
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan
bahwa: Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya
dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disampingnya Undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak
tertulis.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang
Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada
pengertian hukum dasar, Karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah
hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertian hukum dasar mencakup juga
hukum dasar yang tidak tertulis.
Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris constitution atau dari bahasa
Belanda Constitutie. Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari
Undang-undang dasar karena pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi
konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis,
yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar
yang tidak tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang
lazim disebut konvensi, yang berasal dari bahasa Inggris convention, yang dalam
peristilahan ketatanegaraan disebut kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya ,
kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI, setiap tanggal 16 agustus melakukan
pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada tahun 1945 hingga tahun
1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November 1945, yang telah
mengubah system pemerintahan dari cabinet presidensial ke kabinet parlementer.

Tetapi apabila keadaan Negara bahaya atau genting, cabinet beruah menjadi
presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan Negara menjadi aman kebinet berubeh
kembali menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut tidak ada
peraturan yang tegas secara tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya,,
apabila tidak dilaksanakan, dianggap tidak benar.
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari
Pembukaan dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4
Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan PasalPasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab
XVI) dan 72 Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam
amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945.
Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan
kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
2.3 Kedudukan UUD 1945
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undangundang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang
No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana
dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
yaitu adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
3. Peraturan Pemerintah,
4. Peraturan Presiden,

5. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah meliputi :

Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Provinsi bersama dengan Gubernur;

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;

Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan


desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar,


melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar
yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis
tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis yaitu yang biasa dikenal dengan
nama Konvensi. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi kekosongan
hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan,
dimana Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945.
2.4 Sifat UUD 1945
Undang-undang dasar hanya memuat 37 Pasal. Pasal-pasal lain hanya memuat
peralihan dan tambahan. Maka rencana ini sangat singkat jika dibandingkan dengan
undang-undang dasar Pilipina.
Maka telah cukup jika Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan
pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat
dan penyelenggara negara lainnya untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara.
Hukum dasar yang tertulis hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturanaturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepeda undang-undang
yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabut.
Perlu senantiasa diingat dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, jaman berubah, oleh karena itu dinamika
kehidupan masyarakat dan negara tidak bisa dihentikan. Berhubungan dengan hal ini,

tidak bijak jika tergesa-gesa memberi kristalisasi, memberi bentuk (Gestaltung)


kepada pikiran-pikiran yang mudah berubah.
Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu makin supel (elastis)
sifat aturan tersebut akan semakin baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem
Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan jaman. Jangan sampai kita membuat
Undang-undang yang mudah tidak sesuai dengan keadaan (verouderd).
Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu


hukum yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun
mengikat bagi setiap warga negara.

Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa


UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat
aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan jaman,serta memuat hak-hak asasi manusia.

Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat


dan harus dilaksanakan secara konstitusional.

Undang-Undang Dasar 1945, dalam tertib hukum Indonesia merupakan


peraturan hukum positif yang tertinggi. Disamping itu, juga sebagai alat
kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam
hierarki tertib hukum Indonesia.

2.4 Fungsi UUD 1945


Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya
dengan UUD 1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis
yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga
mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga
mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undangundang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan

10

pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan


pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi,
yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10
Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati
kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum
yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD
1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi,
dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan
kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
2.5 Makna UUD 1945
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut pengertian ini, difahami negara kesatuan,
meliputi segenap bangsa Indonesia dan seluruhnya,. Jadi negara mengatasi segala
paham golongan dan perseorangan. Negara menghendaki persatuan, meliputi
segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat.
3. Negara

yang

berkedaulatan

rakyat

berdasar

atars

kerakyatan

dan

permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu system negara yang terbentuk


dalam undang-undang dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar
atas permusyawaratan perwakilan. Hal ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia.
4. Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.

11

Oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan
Penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtidee) yang
menguasai hukum dasar Negara baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum
yang tidak tertulis. Undang-undang Dasar menciptakan pokok pikiran ini dalam
Pasal-Pasalnya.
2.6 Pembukaan UUD 1945
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal
Undang-Undang Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan
siundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7. Pembukaan Undang
Undang Dasar 1945 dalam ilmu hokum mempunyai kedudukan diatas pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945.konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum
yang berlainan, namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang
kausal dan organis
Pembukaan UUD 1945 terdiri empat alinea, dan setiap alinea memiliki
spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya. Alinea petama kedua dan ketiga
memuat segolongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan kausal organis
dengan pasal-pasalnya Bagian tersebut meuat serangkaian pernyataan yang
menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya negara Indonesia Adapun
alinea keempat memuat dasar-dasar fundamental negara yaitu: tujuan negara,
ketentuan UUD negara Bentuk negara dan dasar filsafat negara Pancasila, Oleh
karena itu alinea ke empat ini memiliki hubungan kausal organis dengan pasal
UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 tersebut

12

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Faktor yang Melatarbelakangi Undang Undang Dasar 1945 sebagai


konstitusi tertulis di Indonesia
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang

dibentuk pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD
1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni
1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama
Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia
Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat
"dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka
naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya
diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera.
Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949. Dalam
kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("SemiParlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem
pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus
1950. Pada masa ini sistem pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bentuk

13

pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan
sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959. Pada periode UUDS 50
ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi
Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan
tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai
atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak
sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi
pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;
sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran
Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.
Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966. Karena situasi politik
pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai
politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959,
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia
Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966 - 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD

14

1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde Baru, UUD 1945
juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
perubahan terhadapnya Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober
1999.
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari
NKRI. Periode UUD 1945 Amandemen. Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah
dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan
perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi
di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang
sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
3.2 Upaya pemerintah dalam mengimplementasikan Undang Undang Dasar
1945 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia
Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat beberapa pokok pikiran yang
terkadung didalamnya, antara lain adalah :
1. Memajukan kesejahteraan umum
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
4. Perdamaian abadi dan keadilan social
Untuk menerapkan pokok pokok pikiran di atas, ada upaya pemerintah dalam
melaksanakannya antara lain :
1. Memajukan Kesejahteraan Umum
Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bersungguh-sungguh dalam
mensejahterakan masyarakat melalui Penyediaan Perumahan. Hal tersebut
didasarkan pada amanat di dalam undang-undang. Bentuk dari kesungguhan
pemerintah ini bisa di lihat dari adanya Raker Dekonsestrasi Lingkup

15

Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010, yang diadakan di Bali, tanggal


22-24 April 2010. Raker tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentarsi bidang perumahan dan permukiman kepada seluruh pemerintah
provinsi se Indonesia.
Menteri Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa, di dalam pidato sambutannya
mengatakan bahwa Raker Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan
Rakyat Tahun 2010 ditujukan agar Pemerintah provinsi dapat melaksanakan
kebijakan nasional atas perumahan dan permukiman secara berkesinambungan,
dan agar pemerintah provinsi mampu melakukan pendataan dan monitoring
terhadap pembangunan perumahan dan permukiman. Sebab selama ini belum
ada angka backlog yang riil yang dapat diperoleh. Angka tersebut selama ini
diperoleh dari para stake holder yaitu REI dan Apersi. Pendataan ini akan sangat
berpengaruh terhadap Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) bidang perumahan dan permukiman. Selain itu, untuk meningkatkan
pemahaman aparat Pemerintah Daerah melalui pelaksanaan sosialisasi kebijakan
nasional dan regulasi bidang perumahan dan permukiman.
Beberapa kebijakan di bidang perumahan dan permukiman yang diharapkan
dapat diimplementasikan di pemerintah daerah terkait dengan penyediaan rumah
secara formal baik landed hause dan rumah susun, target group program
perumahan dan permukiman bagi penerima manfaat, kebijakan terhadap kualitas
perumahan yang rendah atau kumuh, sehingga dapat membantu peningkatan
kualitas secara kelompok. Adanya kebijakan kepastian pengembangan kawasan
di dalam suatu wilayah, reformasi pembiayaan perumahan dari subsidi langsung
menjadi tidak langsung dan agar suku bunga kredit perumahan dengan fasilitas
likuiditas diharapkan akan semakin rendah.
Dekonsentrasi sendiri merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah
kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan, Kemenkeu, Mardiasmo, yang hadir sebagai pembicara di hari
pertama, Kamis (22/4), di Bali. Sementara, tugas-tugas lain yang akan
dilimpahkan kepada pemerintah daerah selain dekonsentrasi kepada pemerintah,
pemerintah pusat juga melakukan tugas pembantuan kepada pemerintah
kabupaten/kota.

16

2.

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.


Sebagai konsekuensi bangsa yang ingin mensejajarkan dirinya dengan bangsa
lain adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia warga bangsanya. Tanpa
pendidikan yang bermutu bagi warganya, mustahil suatu bangsa akan mampu
bersaing dengan bangsa lainnya. Menurut Lestari, (2011) Bangsa yang baik
adalah bangsa yang mampu melahirkan benih-benih generasi muda yang mampu
mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut. Di Negara kesatuan Republik
Indonesia dengan sistem desentralisasi pemerintahan, menuntut peran strategis
bagi

pemerintah

(daerah)

untuk

menjalankan

tugasnya

dalam

usaha

mencerdaskan kehidupan bangsa. Generasi yang mampu menjadi tumpuan bagi


kemajuan bangsanya adalah generasi yang memiliki pola pikir, pola sikap dan
pola tindak serta kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk melahirkan generasi bangsa yang mampu memiliki pola pikir, pola
sikap dan pola tindak serta memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman,
maka sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa UUD 1945 mengamanatkan bahwa
pemerintah Negara Republik Indonesia (juga Pemerintah daerah) harus
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian pemerintah wajib
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem yang mengatur pendidikan
nasional yang mampu menjamin tiap-tiap warganegara memperoleh pemerataan
kesempatan dan mutu pendidikan. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, maka pemerintah pusat dan daerah harus memfasilitasi hak
pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi
pembiayaan (harusnya gratis bagi Sekolah Dasar), bermutu dari segi layanan
dan

berkualitas

dari

sisi

pembelajaran

yang

mengedepankan

proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan serta


menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar (student centered learning)
akan lahir generasi muda yang siap menyongsong masa depan bangsanya lebih
baik dimasa mendatang.
Keinginan yang sangat ideal tersebut tentu memerlukan usaha serius dan
berkelanjutan dari pemerintah, mengingat sampai kini permasalahan kesempatan
dan mutu pendidikan masih belum merata dan belum ditangani secara tuntas.
Hal ini dibuktikan dengan masih minimnya anggaran pendidikan yang
dialokasikan pada APBN maupun APBD di beberapa daerah. Selain itu, masih

17

rendahnya angka partisipasi keaksaraan, apalagi jika dilihat di masyarakat


pedesaan sangat sedikit sekali warga desa yang mengenyam pendidikan yang
layak. Padahal menurut pasal 31 ayat (2) setiap warganegara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Konsekuensi dari isi
ayat ini, pemerintah wajib membiayai pendidikan dasar bagi warganya. Dengan
kata lain, tidak ada lagi berbagai macam pembiayaan yang membebani
masyarakat, terutama masyarakat tidak mampu. Dengan demikian tidak ada lagi
alasan masyarakat tidak memperoleh pendidikan yang layak bagi generasi
penerusnya.
Selain pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung pemerintah, sarana dan
prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu
diupayakan pemerintah. Hal ini untuk menjamin peserta didik nyaman dan
termotivasi untuk belajar yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan
prestasi belajarnya. Peningkatan prestasi belajar peserta didik sulit terwujud jika
selama ini sekolah-sekolah (terutama di pelosok) dalam keadaan rusak, kurang
tenaga pendidik, kurang sumber dan media belajar. Oleh karena itu mendesak
kiranya pemerintah segera melakukan pembenahan sistem pendidikan yang pro
kepentingan rakyat yaitu mendapatkan kesempatan dan pendidikan yang
bermutu dengan pembiayaan yang terjangkau. Dengan melakukan pembenahan
sistem pendidikan nasional diharapkan ke depan tidak lagi ada anak usia sekolah
yang tidak sekolah atau harus berhenti sekolah karena alasan tidak mampu
menanggung biaya pendidikan. Tidak ditemukan lagi anak usia sekolah pada
jam sekolah yang harus bekerja mencari nafkah bagi keluarganya.
3.

Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia


Kemudian tujuan yang terakhir adalah untuk ikut melaksanakan ketertiban
dunia. Indonesia yang merupakan bagian dari bangsa-bangsa dunia internasional
selayaknya hadir sebagai Negara yang membawa perdamaian dan menjaga
ketertiban negara-negara di dunia. Pemerintah memiliki tanggung jawab tidak
hanya di dalam negeri tetapi juga terhadap perdamaian di dunia internasional.
Bantuan pasukan perdamaian Indonesia untuk PBB dan memberikan bantuan
arbitrasi kepada Negara-negara yang sedang bersengketa maupun konflik

18

merupakan langkah yang tepat dalam mewujudkan tujuan negara ini yakni
4.

ketertiban dunia.
Keadilan Sosial
a. Meningkatkan kekurangan sosial antara pemeluk agama, suku, dan
kelompok-kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama
b.

dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati.


Memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang
demokratis sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas,
bertanggung

c.

jawab,

menjadi

panutan

masyarakat,

dan

mampu

mempersatukan bangsa dan negara.


Menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan dalam berbagai tingkat
struktur politik dan hubungan kekuasaan dapat berlangsung dengan

d.

seimbang.
Meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam
penyenggaraan negara, serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan

e.

kontrol sosial secara konstruktif dan efektif.


Mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai, dan demokratis sesuai
dengan hukum dan perundang-undangan.

BAB IV
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasaran rumusan masalah, tujuan, hasil pembahasan di atas dapat

disimpulkan sebagai berikut.


1. Faktor faktor yang melatarbelakangi Pancasila sebagai paradigma ideologi
Negara Republik Indonesia yaitu; (1) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menghendaki agar Indonesia berdasarkan
Pancasila. Pancasila dijadikan ideologi negara secara implisit sejak tanggal 17

19

Agustus 1945, tetapi secara yuridis Pancasila baru disahkan tanggal 18


Agustus 1945. Proklamasi menghendaki Indonesia yang merdeka di dalam
suatu tatanan negara yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yang berdasarkan Pancasila; (2) Nilai-nilai Pancasila telah tercermin
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia sebelum
Proklamasi

Kemerdekaan

Indonesia;

dan

(3)

Pancasila

mampu

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam berbagai


bentuk ancaman atau rongrongan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengimplementasikan
UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia diantaranya dengan jalan
membentuk dan melaksanakan kebijakan yang bertujuan untuk mewujudkan
empat pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD. Secara rinci,
pemerintah Republik Indonesia hendaknya memperhatikan kehidupan sosial,
memperhatikan hak-hak setiap warga negara, bertanggung jawab dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, menekankan pentingnya persatuan,
memperhatikan suara rakyat dan memperhatikan keadilan sosial. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat hendaknya senantiasa memperhatikan
kehidupan beragama, memperhatikan hak-hak orang lain, mementingkan
persatuan, menjunjung tinggi demokrasi, dan memperhatikan keadilan sosial
bagi semua anggota masyarakat.

20

2.2

Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil pembahasan di atas, terdapat beberapa

syarat yang hendak menulis yang akan disampaikan :


1. Bagi penulis berikutnya
Diharapkan penulis berikutnya menambahkan substansi pembahasan
yang lebih luas dan kompleks, di antaranya tentang upaya pemerintah dalam
melaksanakan nilai-nilai dalam UUD 1945
2. Bagi pembaca
Pembaca diharapkan lebih mengkritisi fakta-fakta di lapangan yang
terkait dengan masalah pelaksanaan nilai-nilai UUD 1945. Beberapa konsep
yang dipaparkan dalam makalah ini dapat dijadikan pedoman untuk
mengkritisi fakta yang ada.
3. Bagi pemerintah
Pemerintah hendaknya lebih pro-aktif dalam pelaksanaan UUD 1945,
sehingga nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya dapat menjadi
pedoman dalam melaksanaakn kehidupan berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

21

Cholisin. 2011. Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya dengan


Kondisi Saat Ini. dalam www.staff.uny.ac.id (diakses tanggal 31 Mei 2016)
Dekker, Nyoman. 1997. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. Malang: IKIP Malang
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Tamboen, Firman. 1998. Pancasila Perjalanan Sebuah Ideologi. Jakarta: Gramedia
Widiasarana

22

Anda mungkin juga menyukai