ENTALPI ADSORPSI
3.1.2 Bahan
- Asam oksalat
- NaOH 0,5 M
- Indikator PP
- Arang aktif
- Asam asetat
Hasil
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pengamatan pada T= 305, 2 K
[CH3COOH] [CH3COOH]
Massa yang
Konsentrasi sebelum setelah
No di adsorpsi Log C Log
(N) adsorpsi adsorpsi
(gram)
(M) (M)
1 0,2 0,087 0,083 7,92. 10-4 0,090 -3,10
2 0,4 0,170 0,123 9,5 . 10-3 0,072 -2,02
3 0,6 0,253 0,198 11,09.10-3 0,051 -1,96
4 0,8 0,356 0,277 15,84. 10-3 0,003 -1,90
5 1,0 0,428 0,372 11,09.10-3 0,107 -2,96
N -12,60
Log K -1,553
4.1.6 Pengolahan data T= 323,7 K
[CH3COOH] [CH3COOH]
Massa yang
Konsentrasi sebelum setelah
No di adsorpsi Log C Log
(N) adsorpsi adsorpsi
(gram)
(M) (M)
1 0,2 0,087 0,079 1,58 . 10-3 0,248 -2,80
2 0,4 0,170 0,166 0,79.10-3 0,239 -3,10
3 0,6 0,253 0,269 3,17 . 10-3 0,170 -2,50
4 0,8 0,356 0,293 12,67.10-3 0,158 -1,90
5 1,0 0,428 0,404 4,75 .10-3 0,201 -2,32
N -9,696
Log K -0,553
3.2 Pembahasan
Adsorpsi merupakan penyerapan atau pembentukan lapisan gas pada permukaan
zat padat atau zat cair, dimana dalam proses adsorpsi terdapat zat yang terserap pada
suatu permukaan zat lain yang disebut dengan adsorbat, sedangkan zat yang
permukaannya dapat menyerap zat lain disebut dengan adsorben. Adsorpsi dalam
percobaan ini menggunakan karbon aktif, dimana karbon aktif memiliki sifat dapat
menyerap apapun apabila suatu zat terjadi kontak langsung dengan karbon aktif
tersebut. Percobaan penentuan entalpi adsorpsi dengan arang aktif ini dilakukan
dengan menggunakan asam asetat. Larutan asam asetat dapat diserap oleh karbon
aktif, sehingga asam asetat yang awalnya tidak murni dapat menjadi lebih murni
karena zat-zat lain yang terdapat pada asam asetat terserap oleh karbon aktif. Hal
tersebut dapat menyebabkan asam asetat yang konsentrasi awalnya tinggi menjadi
lebih rendah. Konsentrasi awal asam asetat yang digunakan dalam percobaan ini
bervariasi yaitu 1,0; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 N
Langkah pertama yang dilakukan yaitu standarisasi larutan NaOH yang bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi NaOH dengan larutan standar yaitu larutan asam
oksalat yang telah diketahui konsentrasinya yaitu. Larutan NaOH bersifat higroskopis
yaitu mudah menyerap uap air dari lingkungan yang mengakibatkan konsentrasi
NaOH berubah-ubah atau tidak stabil sehingga perlu dilakukan standarisasi terlebih
dahulu. Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan melarutkan kristal asam oksalat
sebanyak 0,32 g dalam 50 mL akuades. Konsentrasi larutan asam oksalat yaitu 0,1 N.
Larutan asam oksalat yang telah dibuat kemudian diambil sebanyak 10 mL dan
ditambahkan 2-3 tetes indikator PP yang kemudian di titrasi dengan larutan NaOH.
Standarisai larutan NaOH dilakukan tiga kali untuk mengetahui keakuratan
konsentrasi NaOH. Larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
yaitu sebanyak 2,7 mL, 2,3 mL, 2,6 mL sehingga konsentrasi larutan NaOH dapat
diketahui dari ketiga titrasi tersebut yaitu 0,185 M, 0,217 M, 0,192 M sehingga
didapatkan rata-rata konsentrasi NaOH yaitu sebesar 0,198 M.
Langkah selanjutnya yaitu pengenceran asam asetat, dimana asam asetat dengan
konsentrasi 0,1 N diencerkan menjadi konsentrasi 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2 N. Volume
asam asetat yang dibutuhkan untuk membuat variasi konsentrasi tersebut secara
berturut-turut yaitu 40 mL, 30 mL, 20 mL, dan 10 mL. Asam asetat yang telah
diencerkan dengan variasi konsentrasi tersebut, kemudian masing-masing larutan
dititrasi dengan larutan NaOH yang telah di standarisasi untuk mengetahui
konsentrasi asam asetat awal atau sebelum adsorpsi dan mengetahui volume NaOH
yang dibutuhkan asam asetat sebelum teradsorpsi oleh arang aktif. Larutan asam
asetat diambil sebanyak 5 mL dan ditambahkan 2 tetes indikator PP yang kemudian di
titrasi dengan larutan NaOH. Reaksi yang terjadi ketika titrasi antara asam asetat
dengan larutan NaOH adalah sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)
Reaksi yang terjadi yaitu reaksi antara asam lemah dengan basa kuat, dimana pH
pada titik ekivalen yang dihasilkan pada reaksi ini pH>7. Hal ini berpengaruh
terhadap pemilihan indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan harus
memiliki trayek pada daerah pH diatas 7. PP mempunyai trayek pH antara 8,20-10,0
sehingga PP digunakan sebagai indikator dalam titrasi ini. Warna indikator PP akan
berubah menjadi merah muda dalam keadaan basa dan menjadi tidak berwarna dalam
keadaan asam. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
untuk konsentrasi asam asetat 0,2 N; 0,4 N; 0,6 N; 0,8 N; 1 N secara berturut-turut
yaitu 2,2 mL; 4,3 mL; 6,4 mL; 9 mL; 10,8 mL, sehingga dapat diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka semakin banyak volume NaOH yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan maka konsentrasinya akan semakin pekat, sehingga untuk
mencapi titik akhir titrasi akan semakin lama dan dibutuhkan volume NaOH yang
lebih banyak. Konsentrasi awal asam asetat sebelum di adsorpsi berdasarkan
percobaan diketahui sebesar 0,087 M pada konsentrasi 0,2 N; 0,170 M pada
konsentrasi 0,4 N; 0,253 M pada konsentrasi 0,6 N; 0,356 pada konsentrasi 0,8 N;
dan 0,428 pada konsentrasi 1 N.
Sisa asam asetat yang telah diencerkan kemudian diambil kembali sebanyak 10
mL dan ditambahkan dengan arang aktif seberat 1,00 gram. Asam asetat setelah
ditambahkan arang aktif kemudian dikocok, ditutup dengan aluminium foil dan
didiamkan selama 15 menit pada suhu 32,2 oC di dalam waterbath. Tujuan ditaruh
dalam waterbath ini agar proses penyerapan yang terjadi pada permukaan zat dapat
berlangsung sempurna, kemudian asam asetat ditutup dengan menggunakan
alumunium foil agar larutan tidak menguap sehingga konsentrasi larutan tidak
berkurang dan agar kestabilan adsorban dalam menyerap larutan tetap terjaga. Asam
asetat setelah 15 menit ditaruh di dalam waterbath kemudian disaring menggunakan
kertas saring yang telah ditimbang massanya. Residu pada kertas saring kemudian
dikeringkan dalam oven, sedangkan filtrat yang telah terpisah diambil sebanyak 5 mL
yang kemudian ditambahkan 2 tetes indikator PP dan di titrasi dengan larutan standar
NaOH. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi yang
ditandai dengan berubahnya warna indikator pada larutan menjadi merah muda secara
berturut-turut yaitu 2 mL pada asam asetat 0,2 N; 4,2 mL pada asam asetat 0,4 N; 5,6
mL pada asam asetat 0,6 N; 7,5 mL pada asam asetat 0,8 N; 9,1 mL pada asam asetat
1 N. Konsentrasi asam asetat setelah di adsorpsi pada suhu 32.2 oC berdasarkan
percobaan diketahui sebesar 0,079 M pada konsentrasi 0,2 N; 0,166 M pada
konsentrasi 0,4 N; 0,222 M pada konsentrasi 0,6 N; 0,297 M pada konsentrasi 0,8 N;
dan 0,360 M pada konsentrasi 1 N. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai
titik akhir titrasi pada asam asetat setelah di adsorpsi dengan arang aktif lebih sedikit
dibandingkan dengan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir
titrasi pada asam asetat sebelum di adsorpsi. Konsentrasi asam asetat juga berkurang
setelah diadsorpsi pada suhu 32,2 oC. Perbedaan jumlah volume NaOH yang
dibutuhkan dan konsentrasi ini menunjukkan adanya asam asetat yang teradsorpsi
oleh arang aktif dan pengaruh suhu teradap adsorpsi yang berlangsung. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menandakan bahwa arang aktif bertindak sebagai adsorben
sedangkan asam asetat bertindak sebagai adsorbatnya. Asam asetat yang telah
diencerkan tersebut diambil lagi sebanyak 5 mL untuk pengulangan pada suhu 40 oC
dan 50 oC. Pengulangan pada suhu 40 oC dilakukan sama dengan langkah percobaan
pada suhu 30 oC dengan suhu awal 40,4 oC. Volume yang didapatkan setelah 15 menit
ditempatkan pada waterbath yaitu sebesar 2,1 mL pada asam asetat 0,2 N; 3,1 mL
pada asam asetat 0,4 N; 5,0 mL pada asam asetat 0,6 N; 7,0 mL pada asam asetat 0,8
N; 9,4 mL pada asam asetat 1 N. Konsentrasi asam asetat yang didapatkan pada suhu
40,4 oC sebesar 0,083 M pada konsentrasi 0,2 N; 0,123 M pada konsentrasi 0,4 N;
0,198 M pada konsentrasi 0,6 N; 0,277 M pada konsentrasi 0,8 N; dan 0,372 M pada
konsentrasi 1 N. Pengulangan suhu yang terakhir adalah pada suhu 50,7 oC sehingga
didapatkan volume NaOH setelah titrasi yaitu sebesar 2 mL pada asam asetat 0,2 N;
4,2 mL pada asam asetat 0,4 N; 6,8 mL pada asam asetat 0,6 N; 7,4 mL pada asam
asetat 0,8 N; 10,2 mL pada asam asetat 1 N. Konsentrasi asam asetat yang didapatkan
pada suhu 50,7oC sebesar 0,079 M pada konsentrasi 0,2 N; 0,166 M pada konsentrasi
0,4 N; 0,269 M pada konsentrasi 0,6 N; 0,293 M pada konsentrasi 0,8 N; dan 0,404
M pada konsentrasi 1 N. Percobaan yang dilakukan menggunakan variasi temperature
untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap banyaknya jumlah asam asetat
yang teradsorpsi. Berdasarkan literatur diketahui bahwa semakin tinggi suhunya
semakin berkurangnya volume dan konsentrasi yang didapatkan. Percobaan kali ini
sebagian tidak sesuai dengan literature karena kesalahan menitrasi larutan dan
penentuan titik akhir titrasi yang kurang tepat, sehingga ada data yang tidak sesuai
yang didapatkan dengan literature yang ada.
Jumlah asam asetat yang teradsorpsi oleh arang aktif dapat ditentukan dengan
mencari selisih massa asam asetat awal (sebelum di adsorpsi) dengan massa asam
asetat setelah di adsorpsi. Massa asam asetat yang teradsorpsi pada konsentrasi 0,2 N;
0,4 N; 0,6 N; 0,8 N; 1 N semakin besar sebanding dengan konsentrasi yang semakin
besar. Massa asam asetat yang didapatkan dapat dilihat pada tabel hasil yaitu tabel
4.1.4, tabel 4.1.5, dan tabel 4.1.6. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
adsorpsi adalah konsentrasi, apabila semakin besar konsentrasi larutan atau
adsorbatnya maka semakin besar pula zat yang diserap oleh adsorben karena semakin
besar konsentrasi larutan (adsorbat) maka kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi
larutan tersebut akan semakin besar. Hasil percobaan yang diperoleh berdasarkan
percobaan sebagian tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana jumlah asam asetat
yang teradsorpsi terjadi penurunan misalnya jumlah asam asetat yang teradsorpsi
sangat besar pada saat konsentrasi 0,2 M dibandingkan pada konsentrasi 0,4 M
jumlah asam asetat yang teradsorpsi kecil dilihat pada tabel 4.1.4. Perbedaan hasil
percobaan dengan teori yang ada ini disebabkan karena praktikan kurang teliti pada
saat titrasi, dimana volume NaOH yang ditambahkan pada saat titrasi melebihi titik
akhir titrasi yang ditandai dengan larutan berwarna merah muda tua. Selain itu juga,
buret yang digunakan mengalami kebocoran sehingga terdapat larutan NaOH yang
keluar dari krannya dan menyebabkan volume NaOH yang terhitung tidak sesuai
dengan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi yang
sebenarnya sehingga akan mempengaruhi konsentrasi asam asetat setelah adsorpsi
dan massa asam asetat yang teradsorpsi, selain itu juga dipengaruhi oleh kurang
keringnya kertas saring yang di oven sehingga mempengaruhi massa ardsorben yang
didapatkan.
Jumlah masing-masing asam asetat yang teradsorpsi kemudian digunakan untuk
mencari nilai log , dimana x merupakan jumlah asam asetat yang teradsorpsi
sedangkan m merupakan massa arang aktif (adsorben). Nilai log yang diperoleh
kemudian dapat diplotkan terhadap log C yaitu konsentrasi asam asetat yang sebelum
di adsorpsi dalam suatu grafik seperti berikut ini:
Grafik tersebut menjelaskan bahwa massa asam asetat pada suhuyang semakin
naik maka massa yang didapatkan semakin tinggi. Penentuan entalpi adsorpsi
dilakukan dengan cara penggambaran grafik antara ln K terhadap 1/T. grafik yang
didapatkan sesuai dengan data adalah sebagai berikut :
Nilai entalpi adsorpsi dalam percobaan ini didapatkan dari grafik antara ln K
terhadap 1/T. Persamaan yang digunakan yaitu y = mx + c menghasilkan nilai k dari
log k = c. Nilai k yang dihasilkan dapat membantu untuk menentukan entalpi adsorpsi
dari grafik hubungan ln k dengan 1/T. Penentuan nilai entalpi adsorpsi didapatkan
dengan adanya variasi suhu yaitu 32.2 oC, 40,4 oC, 50,7 oC. Nilai entalpi adsorpsi yang
didapatkan pada praktikum kali ini sebesar H = 109.703 J/K.mol.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan entalpi adsorpsi ini adalah:
Adsorpsi merupakan penyerapan atau pembentukkan lapisan pada permukaan
adsorben, semakin besar konsentrasi suatu larutan atau adsorbat, maka semakin besar
pula zat yang diserap oleh adsorben. Suhu yang tinggi mengakibatkan zat yang
teradsorbsi semakin banyak. Nilai entalpi adsorpsi yang didapatkan pada praktikum
kali ini sebesar H = 109.703 J/K.mol.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam menentukan titik akhir titrasi agar hasil yang
didapatkan sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan hasil
seperti pada percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Perhitungan :
1. Pembuatan larutan asam e. Jumlah M NaOH dari
oksalat 50 mL 1,0 N dan Standarisasi ke 1,2 dan 3
standarisasi NaOH 0.185 M + 0.217 M + 0.192 M = 0,594
a. Pembuatan asam oksalat 0,1 N
M
N=MxX
0,1 N = M x 2
= M
M=
= 0,198 M
2. Pengenceran asam asetat
n=MxV
Asam asetat 0,2 N
= 0,05 mol/L x 0,05 L
= 2,5 . 10-3 mol
Massa = n x Mr
= 2,5 . 10-3 mol x 126 gr/mol
= 0,32 gr
b. Standarisasi NaOH I Asam asetat 0,4 N
M NaOH x V NaOH = M Oksalat x V Oksalat
M NaOH x 2,7 mL = 0.05 M x 10 mL
M NaOH = 0,185 M
c. Standarisasi NaOH II Asam asetat 0,6 N
M NaOH x V NaOH = M Oksalat x V Oksalat
M NaOH x 2,3 mL = 0.05 M x 10 mL
M NaOH = 0,217 M
d. Standarisasi NaOH II Asam asetat 0,8 N
M NaOH x V NaOH = M Oksalat x V Oksalat
M NaOH x 2,6 mL = 0.05 M x 10 mL
M NaOH = 0,192 M
3. Konsentrasi awal asam asetat
sebelum diadsorbsi
Asam asetat 0,2 N
Asam asetat 1,0 N
Konsentrasi 0,6 N
Konsentrasi 0,8 N
50,70C
Konsentrasi 0,2 N
Konsentrasi 0,4 N
-2,50
Konsentrasi 0,8 N
Konsentrasi 0,4 N
-1,90
m=
-H = m.R
-H = -13195 . 8,314 J/K.mol
H = 109.703 J/K.mol
suhu
32,2C
log C log x/m
0.168 -2.8
0.153 -3.1
0.1 -2.2
0.165 -1.93
0.146 -1.87
suhu
40,4C
log C log x/m
0.09 -3.1
0.072 -2.02
0.051 -1.96
0.003 -1.8
0.107 -2.96
suhu
50,7C
log C log x/m
0.248 -2.8
0.239 -3.1
0.17 -2.5
0.158 -1.9
0.201 -2.32
1/T ln K
0.0033 -3.912
0.0032 -3.575
0.0031 -1.273
LAMPIRAN GAMBAR
1. Standarisasi NaOH