Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN BAB HUKUM TATANEGARA

Disusun Oleh :
Niken Ayu (2274201030)

PRODI S1 HUKUM
FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
T.A 2022 / 2023
Bab I
Hukum tatanegara merujuk pada seperangkat norma dan aturan hukum yang mengatur
struktur, fungsi, dan kewenangan organ-organ negara serta hubungan antara negara dan
warganya. Secara umum, hukum tatanegara mencakup konstitusi, peraturan perundang-
undangan, dan prinsip-prinsip yang mengatur keberadaan dan pelaksanaan kekuasaan negara.

Pengertian Hukum Tatanegara


Hukum tatanegara mencakup aspek-aspek seperti pembentukan negara, kedaulatan,
pemisahan kekuasaan, hak asasi manusia, dan struktur pemerintahan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan keseimbangan kekuasaan yang efektif dan melindungi hak-hak warga negara.

Pandangan Para Ahli Dunia


- John Locke: Menekankan konsep hak asasi manusia, kedaulatan terbatas, dan
perjanjian sosial.
- Montesquieu: Mengembangkan teori pemisahan kekuasaan antara eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
- Jean-Jacques Rousseau: Menyuarakan konsep kedaulatan rakyat dan demokrasi.

Pandangan Para Ahli Indonesia


- Soepomo: Membangun dasar negara Pancasila dengan prinsip-prinsip keadilan
sosial, demokrasi, dan persatuan.
- Jimly Asshiddiqie: Menekankan pentingnya konstitusi sebagai hukum dasar negara.

Hubungan Hukum Tatanegara dengan Ilmu Politik


- Pemisahan Kekuasaan: Hukum tatanegara dan ilmu politik sama-sama membahas
konsep pemisahan kekuasaan agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan.
- Sistem Pemerintahan: Ilmu politik mempelajari berbagai sistem pemerintahan,
sementara hukum tatanegara mengatur struktur dan fungsi organ-organ pemerintahan.
- Hak Asasi Manusia: Keduanya membahas hak asasi manusia sebagai prinsip dasar
dalam menjalankan negara yang adil dan demokratis.

Dengan demikian, hukum tatanegara dan ilmu politik saling terkait dalam membentuk
dasar hukum dan memahami dinamika kekuasaan dalam suatu negara.
Bab II
Sumber hukum materiil dalam konsep hukum tatanegara merujuk pada substansi atau
isi norma hukum yang mengatur kehidupan bernegara. Sumber-sumber hukum materiil
melibatkan dokumen-dokumen tertulis, kebijakan, dan norma-norma yang menentukan hak
dan kewajiban warga negara, struktur pemerintahan, serta aspek substantif lainnya dari suatu
negara.

Contoh sumber hukum materiil meliputi:


1. Konstitusi: Undang-undang Dasar suatu negara yang menetapkan prinsip-prinsip
dasar dan struktur pemerintah.
2. Undang-undang: Peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleh lembaga legislatif
untuk mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat.
3. Peraturan Pemerintah: Aturan yang dikeluarkan oleh eksekutif untuk memberikan
rincian dan menjelaskan pelaksanaan undang-undang.
4. Peraturan Daerah: Aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk
mengatur kepentingan lokal.

Sedangkan sumber hukum formil, di sisi lain, berkaitan dengan proses pembuatan,
penegakan, dan penafsiran hukum. Ini mencakup aspek-aspek seperti prosedur legislasi,
sistem peradilan, dan pelaksanaan hukum.

Contoh sumber hukum formil meliputi:


1. Proses Legislasi: Cara undang-undang atau peraturan dibuat oleh badan legislatif.
2. Putusan Pengadilan: Keputusan-keputusan pengadilan yang menciptakan preseden
dan menjadi sumber hukum untuk kasus-kasus serupa di masa depan.
3. Ketetapan Eksekutif: Keputusan atau tindakan eksekutif yang memengaruhi
pelaksanaan hukum.

Penting untuk memahami dan menghormati kedua jenis sumber hukum ini agar
sistem hukum dapat berfungsi dengan baik dan memberikan keadilan dalam suatu negara.
Bab III
Konstitusi adalah seperangkat aturan dasar yang mengatur hubungan antara
pemerintah dan warga negara, serta antara lembaga-lembaga pemerintahan di suatu negara.
Ini mencakup norma-norma dasar, hak-hak warga negara, dan struktur pemerintahan.

Bentuk Konstitusi secara Fundamental


1. Tertulis atau Tidak Tertulis: Konstitusi tertulis seperti di Amerika Serikat dan
Indonesia secara eksplisit dicatat dalam dokumen tertulis. Konstitusi tidak tertulis,
sebaliknya, mungkin terdiri dari konvensi, kebiasaan, dan dokumen tidak resmi.

2. Rigid atau Fleksibel: Konstitusi yang rigid sulit diubah, memerlukan prosedur
khusus. Sebaliknya, konstitusi yang fleksibel dapat diubah dengan cara yang lebih sederhana.

3. Kodifikasi atau Tidak Kodifikasi: Konstitusi kodifikasi memiliki dokumen tunggal


yang berisi semua prinsip dan peraturan dasarnya, sementara yang tidak kodifikasi mungkin
tersebar di berbagai dokumen dan kebiasaan.

Konstitusi di Amerika Serikat:


1. Tertulis: Konstitusi AS ditulis pada tahun 1787 dan telah mengalami beberapa
amendemen.

2. Rigid: Proses amendemen yang rumit melibatkan persetujuan dari sebagian besar
negara bagian.

3. Pembagian Kekuasaan: Menerapkan prinsip pemisahan kekuasaan antara eksekutif,


legislatif, dan yudikatif.

4. Perlindungan Hak Asasi: Amendemen, terutama Bill of Rights, menjamin hak-hak


dasar individu.

Konstitusi di Indonesia:
1. Tertulis: UUD 1945 adalah konstitusi tertulis Indonesia, telah mengalami beberapa
perubahan.

2. Fleksibel: Meskipun ada proses perubahan, tetapi lebih fleksibel dibandingkan


dengan konstitusi AS.

3. Pancasila sebagai Dasar Negara: Merupakan dasar filosofis negara yang tercermin
dalam konstitusi.

4. Pembagian Kekuasaan: Mirip dengan Amerika Serikat, terdapat pembagian antara


eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

5. Amandemen UUD: Proses amandemen melibatkan DPR dan DPD, serta harus
disetujui oleh lebih dari setengah seluruh provinsi.

Itu adalah gambaran umum tentang konstitusi, dan perbandingan singkat antara
konstitusi Amerika Serikat dan Indonesia.
Bab IV
Negara dalam konsep hukum tatanegara memiliki beberapa bentuk, yang paling
umum adalah negara unitary dan negara federal. Negara unitary memiliki pemerintahan pusat
yang kuat dan memberikan wewenang kepada pemerintah daerah sesuai kebijakan pusat.
Sementara itu, negara federal memiliki pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dengan kedua tingkatan pemerintahan memiliki kewenangan tertentu.
Selain itu, negara dapat dibedakan berdasarkan bentuk pemerintahannya, seperti
republik, monarki, atau campuran keduanya. Dalam republik, kepala negara dipilih oleh
rakyat atau perwakilan mereka, sedangkan dalam monarki, kepala negara adalah seorang raja
atau ratu yang mewarisi jabatannya atau dipilih berdasarkan garis keturunan.
Aspek lain yang penting adalah bentuk kenegaraan, di mana negara dapat bersifat
hukum (berdasarkan konstitusi tertulis) atau tidak hukum (berdasarkan tradisi dan kebiasaan).
Penting untuk dicatat bahwa setiap negara dapat memiliki kombinasi bentuk-bentuk
ini, dan bentuk negara dapat berubah seiring waktu melalui amendemen konstitusi atau
perubahan politik.

Bab V
Kelembagaan negara mengacu pada struktur dan organisasi formal suatu negara yang
bertujuan untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan. Aspek-aspek utama kelembagaan
negara melibatkan eksekutif, legislatif, yudikatif, serta lembaga-lembaga lain yang
mendukung fungsionalitas negara.

1. Eksekutif:
- Kepala Negara dan Pemerintahan: Biasanya dipimpin oleh seorang presiden atau
kepala monarki yang bertanggung jawab atas kebijakan dan pengelolaan negara.
- Departemen dan Kabinet: Organisasi yang membantu presiden atau perdana
menteri dalam mengelola sektor-sektor pemerintahan tertentu.

2. Legislatif:
- Parlemen: Membagi kekuasaan legislatif menjadi dua kamar atau lebih, seperti
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Indonesia.
Bertugas membuat undang-undang.
- Partai Politik: Melibatkan partai-partai yang berkompetisi untuk memenangkan
kursi di parlemen.

3. Yudikatif:
- Pengadilan dan Mahkamah: Mempunyai wewenang untuk menafsirkan hukum,
menegakkan keadilan, dan memutuskan sengketa hukum. Hakim merupakan bagian integral
dari lembaga ini.

4. Lembaga-lembaga Pembangun:
- Bank Sentral: Bertanggung jawab atas kebijakan moneter dan pengelolaan mata
uang.
- Lembaga Keuangan: Terlibat dalam manajemen keuangan negara dan pengelolaan
pendapatan serta belanja.
- Lembaga Pendidikan dan Penelitian: Mendorong pengembangan sumber daya
manusia dan inovasi.

5. Lembaga Pengawas:
- Ombudsman: Memantau kinerja pemerintah dan mengatasi keluhan dari
masyarakat terkait administrasi pemerintahan.
- Komisi Anti-Korupsi: Berfokus pada pencegahan dan penindakan korupsi dalam
pemerintahan.

6. Masyarakat Sipil dan Media:


- Organisasi Non-Pemerintah (NGO): Berkontribusi dalam advokasi dan
pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.
- Media Massa: Berperan sebagai pilar keempat kelembagaan negara dengan
memberikan informasi dan mengawasi kinerja pemerintah.

Semua aspek ini bekerja bersama untuk menciptakan keseimbangan kekuasaan,


menjaga keadilan, dan memastikan pemerintahan yang efisien serta akuntabel. Kelembagaan
negara yang baik membantu menciptakan sistem yang mampu memenuhi kebutuhan dan
aspirasi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai