Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KE-1

HUKUM TATA NEGARA

Oleh:
NAMA : MUHAMMAD TEDUH ALFIAN
NIM : 043104018
PRODI : ILMU HUKUM / S1
UPBJJ : MATARAM

UNIVERSITAS TERBUKA MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2023
SOAL

Menurut Aristoteles, klasifikasi konstitusi tergantung pada tujuan tertinggi dari negara dan jenis
kewenangan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Tujuan tertinggi dari negara adalah kehidupan
yang baik yang merupakan kepentingan bersama dari masyarakat, sehingga dibedakan antara
konstitusi yang benar dan konstitusi yang salah, tergantung pada apakah konstitusi diarahkan
untuk mewujudkan kepentingan bersama atau tidak dalam negara.

1. Berdasarkan pernyataan di atas, berikan analisis Anda apakah konstitusi di setiap


Negara selalu termaktub dalam undang-undang dasar negara atau konstitusi
derajat tinggi.

Jawaban:

Menurut Aristoteles, konstitusi dalam sebuah negara dapat dipahami sebagai


kerangka kerja yang mengatur struktur, fungsi, dan kewenangan pemerintahan serta
menetapkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur hubungan antara pemerintah dan warga
negara. Dalam pandangan modern, konstitusi sering kali diidentifikasi dengan undang-
undang dasar negara (constitution) atau undang-undang yang memiliki derajat tinggi,
yang merupakan dokumen tertulis yang mengatur prinsip-prinsip dasar, struktur
pemerintahan, hak-hak individu, dan mekanisme pengambilan keputusan dalam suatu
negara. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau
undang-undang dasar yang eksplisit. Beberapa negara mengikuti sistem hukum yang
didasarkan pada kebiasaan (customary law) atau sistem hukum yang didasarkan pada
dokumen-dokumen hukum yang tidak tersusun secara teratur. Dalam konteks ini,
konstitusi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk undang-
undang dasar atau konstitusi tertulis. Konstitusi tidak selalu harus dinyatakan dalam
bentuk undang-undang dasar negara. Meskipun undang-undang dasar atau konstitusi
tingkat tertinggi sering kali menjadi sumber utama prinsip-prinsip dan aturan hukum
yang mengatur negara, konstitusi dapat hadir dalam berbagai bentuk, termasuk dalam
dokumen hukum lainnya, tradisi hukum yang tertanam dalam masyarakat, kebiasaan
yang diakui secara luas, dan dokumen hukum lainnya yang mengatur struktur
pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Beberapa negara, seperti Inggris, misalnya,
tidak memiliki undang-undang dasar tertulis yang tunggal, namun mengandalkan
serangkaian dokumen hukum, termasuk kebiasaan parlemen, putusan pengadilan yang
signifikan, dan undang-undang formal yang bersifat konstitusional.

Konstitusi dalam negara semacam ini terbentuk dari sejarah hukum, kebiasaan
politik, dan dokumen hukum yang berlaku, yang secara kolektif mengatur tata kelola
negara dan hubungan antara pemerintah dan warga negara. Sementara itu, beberapa
negara menerapkan konstitusi yang tidak tertulis, yang terdiri dari prinsip-prinsip dan
norma hukum yang tersimpan dalam kebiasaan, tradisi politik, dan lembaga-lembaga
politik yang diakui secara luas. Konstitusi dalam bentuk ini mencakup seperangkat aturan
tidak tertulis yang mengatur pembagian kekuasaan, hak-hak individu, dan prinsip-prinsip
dasar yang mendasari tata kelola negara. Namun demikian, peran undang-undang dasar
atau konstitusi tertulis dalam sebuah negara adalah penting, terutama dalam
mengamanatkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, perlindungan hak asasi
manusia, pembagian kekuasaan, serta aturan-aturan penting yang mengatur tata kelola
pemerintahan. Konstitusi dalam bentuk tertulis memberikan dasar hukum yang jelas dan
mengikat bagi pemerintah, lembaga-lembaga politik, dan warga negara, serta menjadi
pedoman penting dalam menegakkan aturan hukum dan prinsip-prinsip demokrasi di
dalam suatu negara. Dalam konteks modern, kebanyakan negara memiliki konstitusi yang
tertulis dan formal, yang secara jelas menetapkan struktur pemerintahan, pembagian
kekuasaan, hak-hak individu, dan mekanisme pengambilan keputusan. Konstitusi ini
sering kali dianggap sebagai hukum tertinggi dalam suatu negara dan menjadi dasar bagi
sistem hukum dan tata kelola negara yang berlaku.

Refrensi: Kurniawan, B., & Halim, A. (2018). Dinamika Konstitusi Indonesia: Menuju
Negara Hukum yang Demokratis. UII Press.
2. Kemukakan klasifikasi konstitusi Indonesia berdasarkan bentuk negaranya.

Jawaban:

Konstitusi Indonesia merupakan hukum dasar negara yang mengatur prinsip-


prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, hak-hak asasi manusia, serta mekanisme
pengambilan keputusan. Konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak
kemerdekaan pada tahun 1945 Berdasarkan bentuk negaranya, konstitusi Indonesia dapat
diklasifikasikan sebagai konstitusi negara kesatuan. Berikut ini adalah penjelasan lebih
lanjut mengenai klasifikasi konstitusi Indonesia berdasarkan bentuk negaranya:
Konstitusi Indonesia menetapkan Indonesia sebagai negara kesatuan, di mana
pemerintahan yang dimiliki oleh pemerintah pusat memiliki wewenang yang lebih besar
dibandingkan dengan pemerintah daerah Pada awal kemerdekaan, konstitusi Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang telah mengalami sejumlah amendemen
sejak saat itu. Konstitusi ini menetapkan struktur pemerintahan yang terdiri dari tiga
cabang kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pusat pemerintahan berada di
ibu kota negara, yaitu Jakarta, dan pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengawasi berbagai aspek kehidupan nasional, termasuk dalam hal
pertahanan, politik luar negeri, dan ekonomi nasional. Konstitusi Indonesia juga
menetapkan pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di
mana pemerintah daerah diberikan otonomi tertentu untuk mengatur dan mengurus
urusan dalam lingkup lokal. Meskipun pemerintah daerah memiliki otonomi, namun
pemerintah pusat tetap memiliki wewenang untuk mengawasi dan mengontrol kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah guna memastikan konsistensi dengan
kepentingan nasional. Dalam konteks konstitusi negara kesatuan, pemerintahan daerah di
Indonesia diatur berdasarkan prinsip desentralisasi dan diberikan wewenang untuk
mengatur urusan dalam lingkup pemerintahan setempat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat daerah. Prinsip otonomi daerah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikan kerangka kerja yang jelas bagi otonomi
daerah di Indonesia.

Dengan demikian, konstitusi Indonesia sebagai konstitusi negara kesatuan menetapkan


Indonesia sebagai negara yang memiliki pemerintahan pusat yang kuat, namun
memberikan otonomi tertentu kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan dalam
lingkup lokal.

Hal ini bertujuan untuk menjaga kesatuan dan keutuhan negara, sambil memberikan
ruang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi lokal dan memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat.

Refrensi:

1. Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah.

Anda mungkin juga menyukai