Anda di halaman 1dari 7

 Annisa Febyana  Friska Anzani

 Deby Pratamasari  Hilda Puspita Dewi


 Dhyta Rahmayanti  Indri Siti Azzahra
 Fika Amelia  Windy Susilawati

KONSTITUSI DALAM PERUNDANG


UNDANGAN INDONESIA
 Pengertian konstitusi dan undang undang dasar.

secara etimologi kata konstitusi berasal dari bahasa perancis yaitu constituir yang artinya
membentuk atau pembentukan suatu Negara/ menyusun dan menyatakan sebuah negara.
secara terminologi konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hokum
yang dibentuk unsur mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahaan termasuk dasar hubungan
kerja sama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Menurut f.lasele konstitusi dibagi menjadi 2 pengertian yaitu:

1. Sosiologis dan politis. Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah sintesa faktor- faktor kekuatan yang
nyata dalam masyarakat.
2. Secara yuridis konstitusi adalah suatau naskah yang memuat semua bangunan negara san sendi-sendi
pemerintahan.
Sebenarnyakonstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang Dasar (Grundgezets),
dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara
modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar.
Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan
hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu
besar pengaruh faham kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus ditulis,
dan konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar.Secara umum terdapat dua macam
konstitusi yaitu :
 Konstitusi tertulis dan
 Konstitusi tak tertulis.
Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan jenis-jenis
kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-lembaga negara.
1. Perkembangan
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
 Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949.
 Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
 Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
 Periode 5 Juli 1959 – sekarang

PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN


KONSTITUSI DI INDONESIA
2. Perubahan UUD 1945
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang MPR
dari 1999 hingga 2002 :
 Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum MPR Tahun 1999. Arah perubahan
pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
 Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬-ketentuan terperinci tentang HAM.
 Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap ini
mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum
 Perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat
tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara,
penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan,
perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.
Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusionil, undang-undang dasar mempunyai fungsi yang
khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindung. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
Menurut Miriam Budiarjo, setidaknya setiap konstitusi memuat lima ketentuan (atau ciri-ciri). Adapun kelima ketentuan
tersebut adalah:
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif; dalam negara federal,
pembagian kekuasaan antar pemerintah negara- bagian; prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu
badan pemerintah dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of Rights kalau berbentuk naskah tersendiri).
3. Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini biasanya terdapat jika para
penyusun undang-undang dasar ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru daja teratasi, seperti misalnya
munculnya seorang diktator atau kembalinya suatu monarki. Misalnya undang-undang dasar jerman melarang untuk mengubah
sifat  federalisme dari undang-undang dasar, oleh karena dikawatirkan bahwa sifat unitarisme dapat melicinkan jalan untuk
munculnya kembali seorang diktator seperti Hitler.

TUJUAN PEMBENTUKAN
KONSTITUSI

Anda mungkin juga menyukai