Anda di halaman 1dari 12

Konstitusi dan Undang Undang Dasar 1945 (Tugas 3)

A. Pengertian Konstitusi dan Undang-Undang Dasar


1. Konstitusi
Konstitusi berasal berasal dari bahasa Inggris Contitution, atau bahasa
Belanda Contitute, yang artinya undang-undang dasar. Orang Jerman dan
Belanda dalam percakapan sehari-hari menggunakan kata Grondwet yang
berasal dari suku kata grond = dasar dan wet = undang-undang, yang kedua-
duanya menunjuk pada naskah tertulis.
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya dapat
berarti pertama lebih luas dari undang-undang dasar karena pengertian
undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja pada hal masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang
dasar. Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar karena
hanya berisi aturan tertulis.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau
konstitusi negara yang mejadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain
atau perundang-udangan lain yng berlaku di wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia.
Undang- Undang Dasar 1945 merupakan sebuah naskah yang meliputi :
a. pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea; batang tubuh, yang terdiri atas 16
Bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan dan
penjelasan, yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
b. ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,
c. diundangkan dalam berita RI tahun II nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.
Dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 karena Undang-undang Dasar
tersebut disusun dan ditetapkan pada tahun 1945. Undang-Undang Dasar
lain yang pernah dimiliki dan digunakan oleh bangsa Indonesia adalah:
1) Undang-Undang Dasar 1949 Konstitusi RIS 1949);
2) Undang-Undang Dasar 1950 (UUDS 1950). UUD 1945 bukanlah hukum
biasa, malainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar maka UUD 4
merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum seperti Undang-undang,
peraturan atau keputusan pemerintah, dan setiap tindakan kebijakan
pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan yang
lebih tinggi yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada
ketentuan-ketentuan UUD 1945.
B. Konsep Dan Urgensi Konstitusi Dalam Berbangsa-Negara Indonesia

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa

Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan

istilah constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam

bahasa Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal

dengan istilah n fungsinya sebagai berikut :

1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan

konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam

arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi

undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-undangan

lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang Dasar

(Astim Riyanto, 2009).

2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian

rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.

Dengan demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi.

Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim

Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu

kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

Tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan

menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak

disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan

Hamidi, 1999).
3. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa

agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap

rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat

yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan

negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh

semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

4. Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur

hubungan kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan

kekuasaan antara organ negara dengan warga negara, konstitusi pemberi atau

sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan

kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau pengalih kewenangan dari

sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara, konstitusi sebagai sumber

simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu sebagai rujukan identitas dan

keagungan kebangsaan serta sebagai center of ceremony, konstitusi sebagai

sarana pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan

arti luas mencakup bidang sosial ekonomi, konstitusi sebagai sarana

perekayasaan dan pembauran masyarakat.\

Dari fungsi tersebut kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat dari dua

segi. Segi pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis struktur dan

memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk yang memuat konstitusi bukan

sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa seorang raja, rakyat, badan

konstitusi atau lembaga diktator.


2. Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan

pengertian hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan hukum

dalam arti sempit dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai

“wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan

kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyatannya tidak menutup

kemungkinan adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna,

kursif penulis) karena tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang benar-

benar menjalankan pemerintahan negara.

C. Alasan Perlunya Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan

tonggak awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan

bernegara. Oleh karena itu konstitusi menempati posisi penting dan straegis

dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara konstitusional tidak

cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi juga negara tersebut harus menganut

gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan gagasan

bahwa konstitusi suatu negara harus mampu memberi pembatasan kekuasaan

pemerintahan, serta memberi perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar

warga negara. Suatu negara yang memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan

dua hal diatas maka ia bukan negara konstitusional.

Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang efektif bahwa kekuasaan

pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak

dilanggar. Oleh karena itu, satu negara demokrasi harus memiliki dan berdasar
pada konstitusi, apakah itu tertulis maupun tidak tertulis, namun tak semua

negara yang memiliki konstitusi itu bersifat konstitusionalisme.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan

bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para

pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam

hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan

formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.

D. Sumber Historis, Sosiologis, Dan Politik Tentang Konstitusi Dalam Kehidupan

Berbangsa-Negara Indonesia

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali

meninggalkan sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah

mempunyai fungsi membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di

masa depan.

Dari pandangan ini, dapat dihami, mengapa manusia dalam bernegara

membutuhkan konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis”

bagaikan serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to

[his fellow] man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul

pandangan bellum omnium contra omnes: perang semua lawan semua. Hidup

dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusiauntuk membuat

perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis.

Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada


penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum

subjectionis.

Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu

argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang

mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus interpares yang

kemudian berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang

utama di antara sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di

antara orang yang derajatnya sama Negara dalam pandangan Hobbes cenderung

seperti monster Leviathan. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi

zamannya (zeitgeist-nya) sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut

(kerajaan mutlak) dengan konsep devine right yang menyatakan bahwa

penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas tidak

tertandingi. Pandangan inilah yang mendorong munculnya raja-raja tiran.

Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan wakil Tuhan di bumi mereka

berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat. Salah satu contoh raja yang

berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja Perancis yang dinobatkan pada

14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa penuh sejak

wafatnya menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661. Louis

XIV dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung

(Louis le Grand, atau Le Grand Monarque). Ia memerintah Pada buku novel

Moby-Dick, Leviathan merupakan ikan paus besar, dan pada bahasa Ibrani

Modern, Leviathan berarti "paus". Dalam beberapa mitologi seperti Jepang dan
Canaanite, Leviathan dikenal sebagai Dewa Lautan. Menurut beberapa sumber

lain dikatakan bahwa Leviathan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.

Dalam sejarah Perancis, Raja Louis XIV bertindak absolut. Gagasan

untuk membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah konstitusionalisme

yang mengandung arti bahwa penguasa perlu dibatasi kekuasaannya dan karena

itu kekuasaannya harus diperinci secara tegas, sebenarnya sudah muncul

sebelum Louis XVI dihukum dengan Guillotine. Dalam rentetan sejarah

penegakkan HAM di temukan beberapa peristiwa yang melahirkan berbagai

dokumen HAM. Seperti Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan Declaration

of Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de

L’homme et du Citoyen di Perancis.

Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan

dalam negara. Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu

di antaranya adalah membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim,

1988). Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan

menganggap sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang

sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menentapkan bagaimana kekuasaan

dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif,

eksekutif, dan yudikatif. Konsitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat

kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam

hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.

Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun

tidak tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan


dijalankan. Jika kita mengartikan konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu

dokumen atau seperangkat dokumen, maka Kerajaan Inggris tidak memiliki

konstitusi.yang termuat dalam satu dokumen tunggal. Inggris tidak memiliki

dokumen single core konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan hukum

dan prinsip- prinsip Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam

undang-undang, keputusan pengadilan, dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga

memiliki sumber tidak tertulis lainnya, termasuk parlemen, konvensi

konstitusional, dan hak-hak istimewa kerajaan. Oleh karena itu, kita harus

mengambil pengertian konstitusi secara luas sebagai suatu peraturan, tertulis

maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana negara dibentuk dan

dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi. Negara tersebut

bukan satu-satunya yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara lainnya di

antaranya adalah Israel dan Selandia Baru.

E. Dinamika Dan Tantangan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa-Negara

Indonesia

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-

Undang Dasar 1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini

termasuk dalam konstitusi tertulis.

Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah

mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi

ini dilakukan pasti bukan tanpa sebab yang tidak jelas, karna itu dalam

pembahasan tentang alasan mengapa konstitusi di Indonesia beberapa kali


mengalami perubahan. Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat mengalami 4 kali

perubahan konstitusi dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku selama 4 tahun mulai 18

Agustus 1945 - 27 Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah

dan ditetapkan menjadi UUD RIS yang berjalan sampai 17 Agustus 1950.

Perubahan yang terbilang cukup singkat ini dilatarbelakangi oleh agresi militer

Belanda yang mengharuskan mengubah bentuk negara dari Presidensil menjadi

pemerintahan Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah konstitusi

negara. Konstitusi negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang

menjadikan Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala

Pemerintahan.

F. Esensi Dan Urgensi Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa-Negara

Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan

sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan

terbentuk sebuah negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini,

hampir tidak ada negara yang tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusi.

Hal ini menunjukkan betapa urgenya konstitusi sebagai suatu perangkat negara.

Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak

terpisahkan.

Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan

ketatanegaraan,karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur


organisasi negara,serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga

saling menyesuaikan diri dan saling bekerjasama. Dr.A.Hamid S.Attamimi

menegaskan –seperti yang dikutip Thaib – bahwa konstitusi atau Undang–

Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi

pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan

dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Sejalan dengan

perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam

suatu negara, Meriam Budiardjo mengatakan:

“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi

konstitusional,Undang – undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu

membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan

kekuasaan tidak bersifat sewenwng –wenang .Dengan demikian diharapkan hak-

hak warga negara akan lebih terlindungi”.(Budiardjo,1978:96)

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan

tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi

dalam dua (2) bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi

kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan

bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan

dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat

dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana

kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga

legislatif, eksekutif dan yudikatif. Selain sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi

juga dugunakan sebagai alat untuk menjamin hak –hak warga negara. Hak –hak
tersebut mencakup hak-hak asasi,seperti hak untuk hidup,kesejahteraan hidup

hak kebebasan.

Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi

dalam sebuah negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi

konstitusi dalam suatu negara merupakan suatu keniscayaan,karena dengan

adanya konstitusi akan tercipta pembatasan kekuasaan melain pembagian

wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan negara.Selain itu,adanya

konstitusi juga menjadi suatu hal sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi

warga negara,sehingga tidak terjadi penindasan dan perlakuan sewenang –

wenang dari pemerintah.

Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan.

Oleh karena itu Setiap konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :

1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik

2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan

menetapkan bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga

tidak terdapat kekuasaan yang semena – mena.

3. Untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk

menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan

yang berdaulat.

4. Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan

susunan pemerintahan. Sehingga dimana ada organisasi negara dan

kebutuhan menyusun suatu pemerintahan negara, maka akan diperlukan

konstitusi.
5. Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan

ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran) bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar yang

digariskan penguasa negara untuk mengemudikan suatu negara.

6. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada

diantara lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan

kewajiban pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak

sewenang-wenang dalam bertindak.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan

bahwa tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan

dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya

kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan

arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya

konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan

berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

Anda mungkin juga menyukai