Anda di halaman 1dari 21

Tinjauan Umum Tentang Konstitusi dan Kedaulatan di Indonesia

RONI SETIAWAN

Universitas muhammadiyah sidenreng rappang


E mail : ronisetiawan010899@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk memperdalam wawasan tentang penerapan tinjauan umum

tentang konstitusi dan kadaulatan di indonesia. Pemerintah di daerah dituntut untuk bisa mandiri,

usaha tersebut dapat diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja Pemda bisa dioptimalkan.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kepustakaan.

Kata kunci: kontitusi dan kedaulata

I. Pendahuluan

Keberadaan suatu negeri selaku sesuatu organisasi mestilah ada tujuan. Tujuan ini

sebagai sesuatu kemestian sebab bakal jadi arah dari sesuatu publik yang organized itu, buat

neunjukkan terdapatnya karakteristik organized dari tujuan itu. Permasalahan terbalik sanggup

kita utarakan demikian, dapatkah sesuatu organisasi yang diucap selaku negeri itu tidak
mempunyai tujuan? Layakkah sesuatu negeri tidak mempunyai tujuan? Jawaban logisnya pasti

saja sesuatu negeri tidak layak terdapat bila tidak mempunyai tujuan. Apalagi sepatutnya

keberadaan itu didahului oleh sesuatu tujuan. Maksudnya, tujuan wajib lebih dulu dikontruksikan

terdapat, baru setelah itu mewujudkan organisasi negeri merdeka selaku fasilitas buat

mewujudkannya. Jadi terdapatnya tujuan negeri itu merupakan keharusan untuk sesuatu negeri

(Uceng, Ali, et al., 2019)

Soal tujuan negeri ini terhitung bahasan yang mendasari pertumbuhan sejarah negeri pada

rata- rata. Perbandingan dalam tentang tujuan ini memunculkan selisih dalam sikap, serta

perilaku politik sesuatu negeri. Perbandingan ini bisa timbul sebab terdapatnya ragam dalam

memandang maupun memaknai kehidupan. Perbandingan filosofi, sosiologis serta historis

sanggup mengakibatkan selisih dalam mengkontruksi serta melaksanakan negeri. Tercantum

metode mengkonstruksikan sistim hukumnya( aspek yuridis). Jadi ulasan tujuan negeri ini sedikit

banyak hendak memegang landasan filsafat sesuatu negeri, yang berkaitan erat dengan kontur

pandangan hidup, filsafat ataupun pemikiran hidup sesuatu negeri(Samad et al., 2019)

Kaitan ini tidak sepenuhnya didasarkan secara runtut pada perihal tersebut, melainkan langsung

dihubungkan dengan tipe- tipe negeri yang tumbuh karna tujuan yang klasifikasi maupun

penggolongan yang tidak berlandaskan batasan- batasan yang tegas. Bukan penggolongan dalam

makna" kelas". Dalam mangulas tujuan negeri ini kita mesti membedakannya dengan ulasan

perkara peranan negeri. Apabila kita hubungkan dengan negeri, sesuatu tujuan menampilkan apa

yang secara idaman hendak dicapai oleh negeri itu; sementara itu peranan merupakan penerapan

tujuan maupun cita- cita ( A h m a d M u s t a n i r * ) , A n d r y A r y a N u g r a h a , 2 0 2 0 )

Terlepas dari seluruhnya perdebatan yang berlangsung pada masa tersebut, baik menimpa
kedaulatan ataupun kolektivisme, membagikan gejala jika proses penggodokan pemikiran yang

nantinya pengaruhi pokok bayangan yang dituangkan ke (Mustanir et al., 2019) dalam undang-

undang bawah, sesungguhnya telah berlangsung jauh saat sebelum Indonesia merdeka. Dari

penjelasan ini, setidak- tidaknya bisa dikemukakan terdapatnya 2 antinomi pemikiran yang

diperdebatkan menjelang Indonesia merdeka. Awal merupakan antinomi antara individualisme

versus kolektivisme; kedua, antinomi antara gagasan asing dengan keaslian budaya lokal.

Formulasi gagasan tidak dicoba dengan metode menelan mentah- mentah benak yang diperoleh

dari luar, namun tidak pula secara membabi- bta meneruskan tradisi budaya lokal yang tidak

cocok lagi dengan tuntutan era (Ibrahim et al., 2020)

Gagasan yang mencakup yang dikembangkan menjadi rumusan pokok pikiran UUD

1945, merupakan usaha penyeimbang yang dilakukan sejak lama terhadap paham individualisme

versus kolektivisme itu di satu pihak, dan paham asing versus paham lokal (asli) di lain pihak.

Kombinasi ini diusahakan sebegitu rupa, sehingga keseimbangan antara paham yang

menekankan individu dengan yang menekankan masyarakat, terwujud secara harmonis di bidang

politik maupun ekonomi. Artinya, gagasan kedaulatan rakyat Indonesia itu bersifat khas dengan

mencakup gagasan sekaligus, dimana keduanya berada di antara kutub paham individualisme

dan kolektivisme (Mustanir & Darmiah, 2016)

II. Tinjaun pustaka

A. Pengertian konstitusi

Prof. Padmo Wahyono, SH. menyatakan yang mengatur mengenai tata cara bernegara

suatu bangsa. itu memuat atau menggambarkan bagaimana keadaan organisasi suatu negara.11
Pendapat lain menyatakan bahwa istilah konstitusi pada umumnya digunakan untuk

menggambarkan berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah

negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Mustanir & Jaya, 2016)

Dalam praktek kenegaraan istilah konstitusi (verfassung) sering diartikan sama dengan

Undang-Undang Dasar (Grundgesetz). Hal ini terjadi karena pengaruh faham kodifikasi yang

menghendaki semua peraturan hukum harus tertulis untuk mencapai kesederhanaan, (Adam

Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, 2019)

kesatuan dan kepastian hukum. Pada dasarnya konstitusi mempunyai pengertian yang

lebih luas dari Undang-Undang Dasar karena meliputi peraturan- peraturan baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis. Ketentuan-ketentuan dalam konstitusi bersifat mengikat dan

mengatur mengenai cara-cara menyelenggarakan kegiatan kenegaraan dalam suatu masyarakat.

Bahwa konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dapat kita lihat dari pendapat Herman

Heller yang dalam bukunya berjudul Verfassunglehre membagi konstitusi dalam tiga tingkat,

yaitu: (Irwan et al., 2019) Apabila teori Herman Heller menjadi ukuran untuk pengertian

konstitusi, maka terlihat bahwa konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-

Undang Dasar, karena selain yang tertulis konstitusi juga mempunyai pengertian sosiologis,

politis dan yuridis. Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan sebagian dari konstitusi yaitu

konstitusi yang tertulis.(Surya Adi Tama & Wirama, 2020)

konstitusi Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat sesuatu

hal yang dikemukakan oleh Carl Schmitt dalam bukunya berjudul Verfassungslehre yang

melakukan tinjauan politis intinya membagi isi konstitusi dalam empat segi/pengertian. Namun,

dalam bagian ini yang paling relevan untuk dikemukakan adalah berkenaan dari rakyat.
(Mustanir, 2019a) Keputusan politik tertinggi dari rakyat ini tidak perlu dicari dasar/norma

pembenarannya, disebut sebagai Normloze Macht yaitu suatu kewenangan memutuskan tanpa

didasarkan pada norma. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merubah bangsa terjajah

Proklamasi dapat diartikan sebagai segi positif dari Konstitusi. Sedangkan pembentukan dan

penetapan Undang-Undang Dasar 1945 dari keputusan politik tinggi (bukan tertinggi) sehingga

tidak termasuk dalam pengertian segi positif dari konstitusi (Mustanir, 2017b)

Secara teoritis kita mengenal ada dua sifat konstitusi, yaitu konstitusi yang fleksibel

(luwes) dan konstitusi yang rigid (kaku). Mengenai ukuran apakah suatu konstitusi bersifat luwes

atau kaku adalah masalah apakah konstitusi tersebut mudah atau tidak diubah dan apakah mudah

atau tidak mengikuti perkembangan zaman (Mustanir, 2015)

Apabila suatu Undang- Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-

pokok saja, maka Undang-Undang Dasar tersebut akan mudah mengikuti perkembangan zaman.

Hal ini karena untuk pengaturan lebih lanjut dari ketentuan-ketentuan pokok tersebut dapat

diserahkan pada ketentuan yang lebih rendah yang lebih mudah proses pembuatan dan

perubahannya. Dalam hal ini Undang-Undang Dasar tersebut bersifat fleksibel. Selanjutnya,

suatu Undang-Undang Dasar adakalanya selain memuat hal-hal yang pokok juga mengatur hal-

hal yang dianggap penting. Ukuran penting itu sendiri sifatnya amat relatif dan temporer karena

sering berubah-ubah. Apa yang sekarang dianggap penting mungkin dalam waktu singkat

menjadi tidak penting, sehingga Undang-Undang Dasar terpaksa harus sering mengalami

perubahan. Akibatnya kewibawaan dari Undang-Undang Dasar menjadi merosot. Selain itu

setiap perubahan yang dikehendaki oleh rakyat tidak dapat segera terlaksana, karena harus

diikuti dengan perubahan Undang- Undang Dasar yang memerlukan prosedur yang khusus.
Dengan demikian Undang-Undang Dasar menjadi sulit mengikuti perkembangan masyarakat dan

bersifat rigid/kaku (Jamal et al., 2020).

Sejak Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, bahkan

sebelumnya, yaitu pada saat penyusunan (Mustanir, 2018) Rancangan Undang-Undang Dasar

1945, usaha-usaha mengajukan wawasan Negara yang berdasar atas hukum telah dirintis. Usaha

ke arah tersebut terlihat dalam berbagai sidiag baik oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

(Zhilviana Sulaeman, 2)Ahmad Mustanir, 2019) Dengan menilik pada materi muatan UUD 1945

dapat dikatakan bahwa manifestasi berbangsa dan bernegara Negara Kesatuan Republik

Indonesia secara sepenuhnya direfleksikan dalam UUD 1945. UUD 1945 tersebut pasal-

pasalnya, pembukaan maupun batang tubuhnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena

secara materi maupun substansi merupakan suatu kesatuan integral. Integral disini bukan semata-

mata dipandang sebagai kerangka rumusan maupun rangkaiannya, melainkan juga

memperhatikan keterkaitannya yang sangat erat dengan masyarakat Indonesia. Sehingga setiap

perubahan yang terjadi dalam UUD 1945 tidak dapat dikatakan sebagai suatu hal yang minor,

tetapi justru sebaliknya setiap perubahan sekecil apapun harus memperhatikan tatanan holistik

UUD 1945 itu sendiri (Latif, Mustanir, & irwan,S.I.P., 2019)

B. Perubahan Konstitusi

Menurut Georg Jellinek perubahan konstitusi dapat dilaksanakan melalui dua cara, yaitu

pertama perubahan konstitusi yang berdasar pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam

konstitusi, disebut Verfassung Anderung. Mengenai tatacara perubahan dapat melalui suatu

lembaga yang khusus seperti lembaga Konstituante atau melalui suatu prosedur khusus yang
merupakan suatu kebiasaan ketatanegaraan (convention). Adapun hal-hal yang dapat dirubah

pada umumnya bersifat terbatas yaitu mengenai hal-hal yang dianggap penting, bukan mengenai

hal yang fundamental. Selain berdasar pada ketentuan-ketentuan konstitusi, perubahan konstitusi

dapat juga terjadi karena terjadinya perubahan dalam masyarakat yang disebut dengan istilah

Verfassung Wandlung. Perubahan diluar konstitusi (inkonstitusional) tersebut dapat disebabkan

oleh adanya revolusi, putch, coup d’etat atau convention sehingga hal-hal yang dapat dirubah

dari konstitusi menjadi tidak terbatas (Mustanir & Jusman, 2016)

C. Macam, Nilai dan Sifat konstitusi

Dalam teori kenegaraan kita mengenal dua macam konstitusi yaitu konstitusi yang murni

dan konstitusi buatan. Konstitusi yang murni betul-betul merupakan penjelmaan dari ide atau

pandangan bernegara suatu bangsa. Konstitusi semacam ini tidak memerlukan suatu norma

tertentu sebagai dasar pembentukannya, karena ia mempunyai kekuasaan yang mandiri yang

bersumber pada falsafah hidup yang terpancar dari ide atau pandangan bernegara suatu bangsa

(Normloze Macht). Sedangkan konstitusi buatan atau Prefabicated Constitution merupakan

konstitusi yang kekuasaannya bersumber pada konstitusi lain. Misalnya konstitusi dari negara-

negara boneka yang konstitusinya hanya akan merupakan suatu Machtloze Normlogiek (R &

Mustanir, 2019) (Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Wesley Liano Hutasoit, S.Sos., M.SP.

Aditya Wardhana, SE., M.Si. et al., 2020).

Selanjutnya, suatu Undang-Undang Dasar adakalanya selain memuat hal- hal yang pokok

juga mengatur hal-hal yang dianggap penting. Ukuran penting itu sendiri sifatnya amat relatif

dan temporer karena sering berubah-ubah. Apa yang sekarang dianggap penting mungkin dalam

waktu singkat menjadi tidak penting, sehingga Undang-Undang Dasar terpaksa harus sering
mengalami perubahan. Akibatnya kewibawaan dari Undang-Undang Dasar menjadi merosot.

Selain itu setiap perubahan yang dikehendaki oleh rakyat tidak dapat segera terlaksana, karena

harus diikuti dengan perubahan Undang-Undang Dasar yang memerlukan prosedur yang

khusus. Dengan demikian Undang-Undang Dasar menjadi sulit mengikuti perkembangan

masyarakat dan bersifat rigid/kaku (Mustanir et al., 2017)

(Mustanir, Ali, et al., 2020) Selain kedua ukuran di atas, suatu Undang-Undang Dasar

diartikan fleksibel atau kaku juga ditentukan oleh adanya kekuatan yang nyata dalam masyarakat

yang merupakan suatu pengertian politis. Apabila kekuatan penguasa menghendaki suatu

perubahan terhadap Undang-Undang Dasar, maka meskipun Undang- Undang Dasar tersebut

bersifat rigid tetap akan diadakan perubahan. Sebaliknya meskipun suatu Undang-Undang Dasar

bersifat fleksibel akan tetapi pihak penguasa tidak menghendaki perubahan, maka tidak akan ada

perubahan. Dengan demikian apabila kekuatan politis yang ada mampu bertahan lama sehingga

Undang-Undang Dasar tetap bertahan dan tidak pernah mengalami perubahan, maka Undang-

Undang Dasar tersebut bersifat rigid/kaku. Akan tetapi apabila dalam kondisi kekuatan politis

yang ada Undang-Undang Dasar sering mengadakan perubahan untuk mengikuti perkembangan

dalam masyarakat, maka Undang-Undang Dasar tersebut bersifat fleksibel/luwes (Mustanir,

Justira, et al., 2018)

Suatu konstitusi untuk menjaga kewibawaannya harus memiliki nilai-nilai yang secara

material memang cocok dengan pandangan bernegara suatu bangsa, sehingga dapat terlaksana

dan dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. Akan tetapi dalam praktek kenegaraan adakalanya

suatu konstitusi tertulis/Undang-Undang Dasar hanya dapat berlaku sebagian saja atau bahkan

hanya berlaku untuk kepentingan pihak penguasa (Mustanir, Sellang, et al., 2018)
D. Konstitusi sebagai Tujuan Negara

Keberadaan sebuah negara sebagai suatu organisasi mestilah memiliki tujuan. Tujuan ini

menjadi suatu kemestian karena akan menjadi arah dari suatu masyarakat yang organized itu,

untuk neunjukkan adanya ciri organized dari tujuan itu. Pertanyaan terbalik dapat kita utarakan

demikian, dapatkah suatu organisasi yang disebut sebagai negara itu tidak memiliki tujuan?

Layakkah suatu negara tidak memiliki tujuan? Jawaban logisnya tentu saja suatu negara tidak

layak ada jika tidak memiliki tujuan. Bahkan seharusnya keberadaan itu didahului oleh suatu

tujuan. Artinya, tujuan harus lebih dahulu dikontruksikan ada, baru kemudian mewujudkan

organisasi negara merdeka sebagai sarana untuk mewujudkannya. Jadi adanya tujuan negara itu

adalah keharusan bagi suatu negara (Mustanir & Yasin, 2018) (Latif, Mustanir, & Irwan, 2019)

(1770-1831) George Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan byaitu negara bertujuan adalah

negara sendiri terdiri dari “rakyat” yang mampu mengungkapkan “gagasan” masyarakat. Itu bisa

melestarikan negara dan menjadi sempurna. Oleh karena itu, tugas manusia merupakan menjadi

warga negara yang baik. Di sini bangsa menegaskan dirinya sebagai sesuatu yang besar dan

mulia, bangsa adalah tujuan hidupnya. ada kata lain, negara tidak memiliki tujuan karena negara

itu sendiri.

Namun demikian pendapat Hegel ini banyak ditanggapi lain. Negara tetap harus memiliki

tujuan, karena negara harus diposisikan sebagai alat atau wadah untuk (Irwan et al., 2021).

mencapai tujuan-tujuan umat manusia. Oleh karena itu negara harus dapat mewujudkan tujuan-

tujuan tertentu dari suatu komunitas manusia dalam geografis tertentu itu untuk menjaga

kelangsungan hidupnya. Sehingga dapat dipahami bahwa tujuan-tujuan negara itu dapat berbeda
berdasarkan situasi, kondisi dan sejarah dari masing-masing negara yang terbentuk itu (Mustanir,

Dema, et al., 2018)

Dalam tulisan ini menurut penulis yang relevan untuk dikaji sehubungan dengan topik

tersebut adalah tujuan negara sehubungan dengan perannya dalam memakmurkan warga

negaranya, kita harus meninjau hubungan antara pihak yang memerintah dan yang diperintah.

Dalam hal ini sudah jelas bahwa pemerintah harus mengusahakan kemakmuran rakyat. Ada

semboyan "Kepentingan Umum Mengatasi Segala-galanya." Siapakah yang menentukan

kepentingan umum ini? Jawabnya adalah 'penguasa'. Sebelum masuk kedalam pembahasan lebih

lanjut perlu dikemukakan beberapa istilah penting berkenaan dengan hal di atas, seperti:

(Mustanir, Ibrahim, et al., 2020)

(Mustanir, Yasin, et al., 2018)Demikian secara ringkas masalah tujuan negara yang

akhirnya dihubungkan pula dengan tipe-tipe negara modern pada saat ini. Sementara itu

berkaitan erat dengan perubahan terhadap UUD 1945 dimaksud sampai seberapa jauh telah

memenuhi substansi prinsip maupun antara praktek dan teori telah dapat berjalan serta saling

berkesesuaian. Melalui teori-teori tersebut di atas setidaknya dapat lebih mempermudah

identifikasi tentang bagaimana memaknai semangat nasionalisme yang terumuskan dalam

perubahan-perubahan UUD 1945.

E. Perkembangan Teori Kedaulatan

Teori ini lahir secara kontroversial dalam panggung politik sejarah kekuasaan negara. Bagaimana

mungkin “rakyat” dapat berkuasa atas dirinya sendiri dan dapat memerintah dirinya sendiri?

Dalam zaman yang hanya dilingkupi oleh kekuasaan para penguasa yang menyebut dirinya

sebagai raja, maka pemikiran untuk menempatkan rakyat sebagai penguasa tertinggi atau
pemegang kedaulatan adalah suatu pikiran yang gila dan mustahil. Namun demikian gagasan

kedaulatan rakyat ini kemudian terus berkembang dalam diskusi teori kenegaraan dan juga

praktek trial and error baik di Perancis, (Ahmad Mustanir1, Hariyanti Hamid2, 2019) Amerika,

hingga akhirnya diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia. Arus deras demokrasi telah

merombak struktur monarki, minimal menjadi monarkhi parlementer atau menjadi hancur sama

sekali digantikan dengan sistem Republik Demokrasi.(Uceng, Erfina, et al., 2019)

Terlepas dari semua perdebatan yang terjadi pada masa tersebut, baik mengenai

kedaulatan maupun kolektivisme, memberikan indikasi bahwa proses .(Mustanir, Fitriani, et al.,

2020) penggodokan pemikiran yang nantinya mempengaruhi pokok pikiran yang dituangkan ke

dalam undang-undang dasar, sebenarnya sudah berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka.

Dari uraian ini, setidak-tidaknya dapat dikemukakan (Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M.,

Adnan, A. A., Wirfandi, 2019) (Mustanir, 2019b)T adanya dua antinomi pemikiran yang

diperdebatkan menjelang Indonesia merdeka. Pertama adalah antinomi antara individualisme

versus kolektivisme; kedua, antinomi antara gagasan asing dengan keaslian budaya lokal.

Perumusan gagasan tidak dilakukan dengan cara (Mustanir, 2017a) menelan mentah- mentah

pikiran yang diperoleh dari luar, tetapi tidak pula secara membabi-bta meneruskan tradisi

budaya lokal yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman (Akhmad et al., 2018) (Andi

Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais

Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, 2021) Gagasan yang mencakup demokrasi politik dan

ekonomi yang dikembangkan menjadi rumusan pokok pikiran UUD 1945, merupakan usaha

penyeimbang yang dilakukan sejak lama terhadap paham individualisme versus kolektivisme itu

di satu pihak, dan paham asing versus paham lokal (asli) di lain pihak. Kombinasi ini diusahakan

(Yusman, 2011)
sebegitu rupa, sehingga keseimbangan antara paham yang menekankan individu dengan yang

menekankan masyarakat, terwujud secara harmonis di bidang politik maupun ekonomi. Artinya,

gagasan kedaulatan rakyat Indonesia itu bersifat khas dengan mencakup gagasan demokrasi

politik dan ekonomi sekaligus, dimana keduanya berada di antara kutub paham individualisme

dan kolektivisme. Upaya penulis melalui uraian di atas adalah untuk memberikan deskripsi yang

harapannya dapat memberikan suatu gambaran umum tentang kompleksitas yang ada

(Mustanir & Abadi, 2017)dalam pengetahuan yang ada kaitannya dengan pemahaman

bisa jadi dikatakan kedaulatan rakyat itu sendiri.(Fitrah et al., 2021) Khasanah pemaahaman

maupun perspektif seseorang dalam memotret kedaulatan rakyat sudah barang tentu tidak dapat

dikatakan satu sama lain serupa dan identik. Namun, dengan menggali secara umum latar

belakang kedaulatan rakyat sebelum kemerdekaan Indonesia setidaknya menunjukkan betapa

alotnya perdebatan, yang menurut hemat penulis masih sarat dengan idealisme dan kepentingan

bangsa. Hanya sekedar tambahan, selain nilai filosofis, historis dan sosiologis yang dapat diserap

tetapi perlu juga di contoh semangat nasionalisme yang tinggi yang relatif steril dari kekuasaan,

kekuatan uang dan anasir- anasir lainnya

III. Metode pustaka

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kepustakaan. Pada

penelitian ini menggunakan jenis atau pendekatan penelitian studi kepustakaan (library research)

IV. Hasil dan Pembahasan

(Mustanir, Hamid, et al., 2020) Prof. Padmo Wahyono, S.H. menyatakan bahwa konstitusi

adalah seperangkat peraturan yang mengatur mengenai tata cara bernegara suatu bangsa. Dengan

kata lain konstitusi itu memuat atau menggambarkan bagaimana keadaan organisasi suatu
negara.41 Pendapat lain menyatakan bahwa istilah konstitusi pada umumnya digunakan untuk

menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan yaitu berupa kumpulan peraturan yang

membentuk, mengatur atau memerintah negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.42 Dalam

praktek kenegaraan istilah konstitusi (verfassung) sering diartikan sama dengan Undang-Undang

Dasar (Grundgesetz). Hal ini terjadi karena pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki semua

peraturan hukum harus tertulis untuk mencapai kesederhanaan, kesatuan dan kepastian hukum.

Pada dasarnya konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar

karena meliputi peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis

V. Kesimpulan

a. Pentingnya pemahaman seseorang akan wawasan kenegaraan dan latarbelakang

sejarah undang-undang dasar, berikut segala perubahan yang telah terjadi

merupakan salah satu hal yang signifikan diperlukan dalam rangka melakukan

perubahan-perubahan undang-undang dasar di masa mendatang.

b. Pemahaman parsial seseorang akan UUD 1945 sesuatu hal pada umumnya akan

menimbulkan dampak terkungkungnya, tercerai berainya atau putusnya aspek

historis dari UUD 1945 itu sendiri, terutama dalam hal mencoba memahami ide

dari para founding fathers, yang mencoba memberikan rumusan secara seksama

dengan melihat pada aspek filosofis, historis dan sosiologis masyarakat Indonesia

secara hakiki.
VI. Daftar pustaka

Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, M. S. (2019). Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua Kecamatan Panca Rijang

Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal MODERAT, 5(1), 5.

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/1898

Ahmad Mustanir*), Andry Arya Nugraha, N. (2020). Implementasi E Government Pemerintahan

Desa Dalam Administrasi Pelayanan Publik (Studi Kasus Web Site Desa Kanie Kecamatan

Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang).

Ahmad Mustanir1, Hariyanti Hamid2, R. N. S. (2019). Pemberdayaan Kelompok Masyarakat

Desa Dalam Perencanaan Metode Partisipatif. Jurnal Moderat, 5(3), 227–239.

Akhmad, I., Mustanir, A., & Ramadhan, M. R. (2018). PENGARUH PEMANFAATAN

TEKHNOLOGI INFORMASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN KABUPATEN ENREKANG Israwaty. Asosiasi

Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA), 89–103.

Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad

Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, A. A. (2021). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PEMERINTAH TERHADAP DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA KABUPATEN

SIDENRENG RAPPANG. Jurnal Sosial-Politika, 2(1), 65–73.

Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Wesley Liano Hutasoit, S.Sos., M.SP. Aditya Wardhana,

SE., M.Si., M., Baiq Nuraini Dwi Suryaningsih, S.H., M.H. Dr. H. Rumzi Samin, S.Sos., M.Si.

Erland Mouw, S.IP., MPA Dr. Herie Saksono, M. S., Deny Purwo Sambodo, S.Si., M. E. D.,
Muhammad Ardiansyah Makmur, S.Sos., M.Si. Dr. Dwi Atmawati, M. H., Dr. Lilis Maryasih,

SE, M.Si, Ak, CA RR Aretta Pradipta Jiwa, S.IIP., M. S., Ir. Muhammad Rais Rahmat Razak,

M.Si. Ahmad Mustanir, S.I.P., M.Si Imam Yudhi Prastya, S.IP., M., & Chaereyranba Sholeh,

S.A.P., M. A. . (2020). Pelayanan Publik Di Era Tatanan Normal Baru.

Fitrah, N., Mustanir, A., Akbari, M. S., Ramdana, R., Jisam, J., Nisa, N. A., Qalbi, N., Febriani,

A. F., Irmawati, I., Resky S., M. A., & Ilham, I. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pemetaan Swadaya Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Tata Kelola Potensi Desa.

SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1), 337.

https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6208

Ibrahim, M., Mustanir, A., Astinah Adnan, A., & Alizah P, N. (2020). Pengaruh Manajemen

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di Desa

Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang. Movere Journal, 2(2), 56–62.

https://doi.org/10.53654/mv.v2i2.118

Irwan, I., Latif, A., & Mustanir, A. (2021). Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan

Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. GEOGRAPHY Jurnal Kajian, Penelitian Dan

Pengembangan Pendidikan, 9(2), 137–151.

https://journal.ummat.ac.id/index.php/geography/article/view/5153

Irwan, I., Latif, A., Sofyan, Mustanir, A., & Fatimah, Fa. (2019). Gaya Kepemimpinan, Kinerja

Aparatur Sipil Negara dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan di Kecamatan Kulo

Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Moderat, 5(1), 32–43.

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat

Jamal, Y., Mustanir, A., & Latif, A. (2020). Penerapan Prinsip Good Governance Terhadap
Aparatur Desa Dalam Pelayanan Publik Di Desa Ciro-Ciroe Kecamatan Watang Pulu Kabupaten

Sidenreng Rappang. PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 8(3), 207–212.

https://doi.org/10.55678/prj.v8i3.298

Latif, A., Mustanir, A., & irwan,S.I.P., M. A. . (2019). KEPEMIMPINAN PEMERINTAH DESA,

PARTISIPASI MASYARAKAT& PERENCANAAN PEMBANGUNNA (pp. 1–133).

Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi

Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan & Pelayanan

Publik), 144–164. https://doi.org/10.31947/jakpp.v1i2.7977

Mustanir, A. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Bina Desa.

Mustanir, A. (2017a). Deskripsi Tentang Keamanan Di Gedung dan Jalanan Kota Kuala

Lumpur.

https://www.researchgate.net/publication/331064740_Deskripsi_Tentang_Keamanan_Di_Gedun

g_dan_Jalanan_Kota_Kuala_Lumpur

Mustanir, A. (2017b). Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Kelompok Ekonomi

Kewirausahaan Secara Partisipatif.

Mustanir, A. (2018). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Optimalisasi Pelayanan Publik

dan Potensi Desa Sereang Utilization of Information Technology in Optimizing Public Services

and the Potential of Sereang Village. https://osf.io/preprints/pv4bf/

Mustanir, A. (2019a). Pemberdayaan Masyarakat Kewirausahaan. 1–13.

https://www.researchgate.net/publication/331311483_Pemberdayaan_Masyarakat_Kewirausahaa

n%0Ahttps://www.academia.edu/38428570/Pemberdayaan_Masyarakat_Kewirausahaan
Mustanir, A. (2019b). Pemberdayaan Perempuan Anggota Badan Usaha Milik Desa dengan

Pemanfaatan Lahan Kebun Bibit Desa.

Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana

Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng

Rappang. Jurnal Politik Profetik, 5(2), 247–261.

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/viewFile/4347/3986%0Ahttp://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/636

Mustanir, A., Abadi, P., & A., N. (2017). Participation of Ethnic Community Towani Tolotang in

Deliberation of Development Plan. 84(Iconeg 2016), 356–359. https://doi.org/10.2991/iconeg-

16.2017.79

Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020). Transect on Participatory Development

Planning in Sidenreng Rappang Regency. 250–254. https://doi.org/10.4108/eai.25-10-

2019.2300523

Mustanir, A., & Darmiah, D. (2016). Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan Partisipasi

Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng

Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(2), 225–238.

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/2749%0Ahttp://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/457

Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018). Pengaruh Motivasi

dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di Kelurahan Lalebata Kecamatan Panca

Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG), 2(1), 27–39.

http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/212
Mustanir, A., Fitriani, S., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas Peran

Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan Pembangunan di Kabupaten

Sidenreng Rappang (The Synergy of Village Government’s Role and Community Participation

in the Process of Development Planning in Sidenreng Rappang D. Journal of Government

Science (GovSci), 2, 84–108.

Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2020). Perencanaan Partisipatif Pada

Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Wanita Tani. 1–94.

https://play.google.com/store/books/details/Ahmad_Mustanir_S_I_P_M_Si_PERENCANAAN_

PARTISIPATIF?id=E1sAEAAAQBAJ

Mustanir, A., Ibrahim, M., Rusdi, M., & Jabbareng, M. (2020). Pembangunan Partisipatif dan

Pemberdayaan Masyarakat. J, 95.

Mustanir, A., & Jaya, I. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik Terhadap Perilaku

Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal

Politik Profetik, 4(1), 84–97. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/2741#

%0Ahttp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/430

Mustanir, A., & Jusman. (2016). Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan Terhadap

Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang.

Jurnal Ilmiah Akmen, 13(3), 542–558.

https://e-jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/view/69%0Ahttps://e-

jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/issue/view/6

Mustanir, A., Justira, N., Sellang, K., & Muchtar, A. I. (2018). Democratic Model On Decision-

Making At Deliberations Of Development Planning. International Conference on Government


Leadership and Social Science (ICOGLASS). Demanding Governance Accountability and

Promoting Democratic Leadership for Public Welfare Achievement, April, 110 – 115.

https://www.researchgate.net/publication/330090538_Democratic_Model_On_Decision-

Making_At_Deliberations_Of_Development_Planning

Mustanir, A., Samad, Z., Jabbar, A., Ibrahim, M., & Juniati, J. (2019). Kepemimpinan Lurah

Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Lautang Benteng Kabupaten Sidenreng

Rappang. Journal of Social Politics and Governance (JSPG), 1(2), 99–118.

https://doi.org/10.24076/jspg.v1i2.185

Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Madaling, M., & Mutmainna, M. (2018). Peranan Aparatur

Pemerintah Desa Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di

Desa Tonrongnge Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean

Government (JCG), 2(1), 67–84.

http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/213

Mustanir, A., & Yasin, A. (2018). Partisipasi Masyarakat dalam Transect pada Perencanaan

Pembangunan. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 8(2), 137–146.

https://doi.org/10.26858/jiap.v8i2.7994

Mustanir, A., Yasin, A., Irwan, & Rusdi, M. (2018). Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang

Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Jurnal Moderat, 4(4), 1–14.

https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=dq-

wyqwAAAAJ&citation_for_view=dq-wyqwAAAAJ:SeFeTyx0c_EC

R, E. M. Y. K., & Mustanir, A. (2019). Kebijakan Pangan dan Dampaknya Terhadap Pangan

Lokal. Journal of Asian Reviewe of Public Affairs Abd Policy.


Samad, Z., Mustanir, A., & Pratama, M. Y. P. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam

Musyawarah Rencana Pembangunan Untuk Mewujudkan Good Governance Kabupaten

Enrekang. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(4), 379–395.

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/viewFile/3014/2750

Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, W. (2019). Peranan Camat dan

Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2), 33–48.

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2127

Surya Adi Tama, P., & Wirama, D. G. (2020). Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam

Pengelolaan Alokasi Dana Desa. E-Jurnal Akuntansi, 30(1), 73.

https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i01.p06

Uceng, A., Ali, A., Mustanir, A., Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang ABSTRAK,

M., Kunci, K., Masyarakat, P., & Sumber Daya Manusia, P. (2019). Analisis Tingkat Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Sumber Daya Manusia Di Desa Cemba Kecamatan

Enrekang Kabupaten Eenrekang Dosen Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang 4).

Jurnal MODERAT, 5(2), 1–17.

Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten

Sidenreng Rappang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2), 18–32.

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2126

Yusman, A. M. (2011). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

TERHADAP PENERIMAAN RETRIBUSI DI PASAR LANCIRANG KECAMATAN PITU RIAWA


KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. 542–558.

Zhilviana Sulaeman, 2)Ahmad Mustanir, 3)Andi Ilham Muchta. (2019). Partisipasi Masyarakat

Terhadap Perwujudan Good Governance Di Desa Damai Kecamatan Watang Sidenreng

Kabupaten Sidenreng Rappang. PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 7(3), 88–92.

https://doi.org/10.51817/prj.v7i3.374

Anda mungkin juga menyukai