RONI SETIAWAN
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk memperdalam wawasan tentang penerapan tinjauan umum
tentang konstitusi dan kadaulatan di indonesia. Pemerintah di daerah dituntut untuk bisa mandiri,
usaha tersebut dapat diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja Pemda bisa dioptimalkan.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kepustakaan.
I. Pendahuluan
Keberadaan suatu negeri selaku sesuatu organisasi mestilah ada tujuan. Tujuan ini
sebagai sesuatu kemestian sebab bakal jadi arah dari sesuatu publik yang organized itu, buat
neunjukkan terdapatnya karakteristik organized dari tujuan itu. Permasalahan terbalik sanggup
kita utarakan demikian, dapatkah sesuatu organisasi yang diucap selaku negeri itu tidak
mempunyai tujuan? Layakkah sesuatu negeri tidak mempunyai tujuan? Jawaban logisnya pasti
saja sesuatu negeri tidak layak terdapat bila tidak mempunyai tujuan. Apalagi sepatutnya
keberadaan itu didahului oleh sesuatu tujuan. Maksudnya, tujuan wajib lebih dulu dikontruksikan
terdapat, baru setelah itu mewujudkan organisasi negeri merdeka selaku fasilitas buat
mewujudkannya. Jadi terdapatnya tujuan negeri itu merupakan keharusan untuk sesuatu negeri
Soal tujuan negeri ini terhitung bahasan yang mendasari pertumbuhan sejarah negeri pada
rata- rata. Perbandingan dalam tentang tujuan ini memunculkan selisih dalam sikap, serta
perilaku politik sesuatu negeri. Perbandingan ini bisa timbul sebab terdapatnya ragam dalam
metode mengkonstruksikan sistim hukumnya( aspek yuridis). Jadi ulasan tujuan negeri ini sedikit
banyak hendak memegang landasan filsafat sesuatu negeri, yang berkaitan erat dengan kontur
pandangan hidup, filsafat ataupun pemikiran hidup sesuatu negeri(Samad et al., 2019)
Kaitan ini tidak sepenuhnya didasarkan secara runtut pada perihal tersebut, melainkan langsung
dihubungkan dengan tipe- tipe negeri yang tumbuh karna tujuan yang klasifikasi maupun
penggolongan yang tidak berlandaskan batasan- batasan yang tegas. Bukan penggolongan dalam
makna" kelas". Dalam mangulas tujuan negeri ini kita mesti membedakannya dengan ulasan
perkara peranan negeri. Apabila kita hubungkan dengan negeri, sesuatu tujuan menampilkan apa
yang secara idaman hendak dicapai oleh negeri itu; sementara itu peranan merupakan penerapan
Terlepas dari seluruhnya perdebatan yang berlangsung pada masa tersebut, baik menimpa
kedaulatan ataupun kolektivisme, membagikan gejala jika proses penggodokan pemikiran yang
nantinya pengaruhi pokok bayangan yang dituangkan ke (Mustanir et al., 2019) dalam undang-
undang bawah, sesungguhnya telah berlangsung jauh saat sebelum Indonesia merdeka. Dari
penjelasan ini, setidak- tidaknya bisa dikemukakan terdapatnya 2 antinomi pemikiran yang
versus kolektivisme; kedua, antinomi antara gagasan asing dengan keaslian budaya lokal.
Formulasi gagasan tidak dicoba dengan metode menelan mentah- mentah benak yang diperoleh
dari luar, namun tidak pula secara membabi- bta meneruskan tradisi budaya lokal yang tidak
Gagasan yang mencakup yang dikembangkan menjadi rumusan pokok pikiran UUD
1945, merupakan usaha penyeimbang yang dilakukan sejak lama terhadap paham individualisme
versus kolektivisme itu di satu pihak, dan paham asing versus paham lokal (asli) di lain pihak.
Kombinasi ini diusahakan sebegitu rupa, sehingga keseimbangan antara paham yang
menekankan individu dengan yang menekankan masyarakat, terwujud secara harmonis di bidang
politik maupun ekonomi. Artinya, gagasan kedaulatan rakyat Indonesia itu bersifat khas dengan
mencakup gagasan sekaligus, dimana keduanya berada di antara kutub paham individualisme
A. Pengertian konstitusi
Prof. Padmo Wahyono, SH. menyatakan yang mengatur mengenai tata cara bernegara
suatu bangsa. itu memuat atau menggambarkan bagaimana keadaan organisasi suatu negara.11
Pendapat lain menyatakan bahwa istilah konstitusi pada umumnya digunakan untuk
negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Mustanir & Jaya, 2016)
Dalam praktek kenegaraan istilah konstitusi (verfassung) sering diartikan sama dengan
Undang-Undang Dasar (Grundgesetz). Hal ini terjadi karena pengaruh faham kodifikasi yang
menghendaki semua peraturan hukum harus tertulis untuk mencapai kesederhanaan, (Adam
kesatuan dan kepastian hukum. Pada dasarnya konstitusi mempunyai pengertian yang
lebih luas dari Undang-Undang Dasar karena meliputi peraturan- peraturan baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Ketentuan-ketentuan dalam konstitusi bersifat mengikat dan
Bahwa konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dapat kita lihat dari pendapat Herman
Heller yang dalam bukunya berjudul Verfassunglehre membagi konstitusi dalam tiga tingkat,
yaitu: (Irwan et al., 2019) Apabila teori Herman Heller menjadi ukuran untuk pengertian
konstitusi, maka terlihat bahwa konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-
Undang Dasar, karena selain yang tertulis konstitusi juga mempunyai pengertian sosiologis,
politis dan yuridis. Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan sebagian dari konstitusi yaitu
konstitusi Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat sesuatu
hal yang dikemukakan oleh Carl Schmitt dalam bukunya berjudul Verfassungslehre yang
melakukan tinjauan politis intinya membagi isi konstitusi dalam empat segi/pengertian. Namun,
dalam bagian ini yang paling relevan untuk dikemukakan adalah berkenaan dari rakyat.
(Mustanir, 2019a) Keputusan politik tertinggi dari rakyat ini tidak perlu dicari dasar/norma
pembenarannya, disebut sebagai Normloze Macht yaitu suatu kewenangan memutuskan tanpa
didasarkan pada norma. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merubah bangsa terjajah
Proklamasi dapat diartikan sebagai segi positif dari Konstitusi. Sedangkan pembentukan dan
penetapan Undang-Undang Dasar 1945 dari keputusan politik tinggi (bukan tertinggi) sehingga
tidak termasuk dalam pengertian segi positif dari konstitusi (Mustanir, 2017b)
Secara teoritis kita mengenal ada dua sifat konstitusi, yaitu konstitusi yang fleksibel
(luwes) dan konstitusi yang rigid (kaku). Mengenai ukuran apakah suatu konstitusi bersifat luwes
atau kaku adalah masalah apakah konstitusi tersebut mudah atau tidak diubah dan apakah mudah
Apabila suatu Undang- Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-
pokok saja, maka Undang-Undang Dasar tersebut akan mudah mengikuti perkembangan zaman.
Hal ini karena untuk pengaturan lebih lanjut dari ketentuan-ketentuan pokok tersebut dapat
diserahkan pada ketentuan yang lebih rendah yang lebih mudah proses pembuatan dan
perubahannya. Dalam hal ini Undang-Undang Dasar tersebut bersifat fleksibel. Selanjutnya,
suatu Undang-Undang Dasar adakalanya selain memuat hal-hal yang pokok juga mengatur hal-
hal yang dianggap penting. Ukuran penting itu sendiri sifatnya amat relatif dan temporer karena
sering berubah-ubah. Apa yang sekarang dianggap penting mungkin dalam waktu singkat
menjadi tidak penting, sehingga Undang-Undang Dasar terpaksa harus sering mengalami
perubahan. Akibatnya kewibawaan dari Undang-Undang Dasar menjadi merosot. Selain itu
setiap perubahan yang dikehendaki oleh rakyat tidak dapat segera terlaksana, karena harus
diikuti dengan perubahan Undang- Undang Dasar yang memerlukan prosedur yang khusus.
Dengan demikian Undang-Undang Dasar menjadi sulit mengikuti perkembangan masyarakat dan
Sejak Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, bahkan
sebelumnya, yaitu pada saat penyusunan (Mustanir, 2018) Rancangan Undang-Undang Dasar
1945, usaha-usaha mengajukan wawasan Negara yang berdasar atas hukum telah dirintis. Usaha
ke arah tersebut terlihat dalam berbagai sidiag baik oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
(Zhilviana Sulaeman, 2)Ahmad Mustanir, 2019) Dengan menilik pada materi muatan UUD 1945
dapat dikatakan bahwa manifestasi berbangsa dan bernegara Negara Kesatuan Republik
Indonesia secara sepenuhnya direfleksikan dalam UUD 1945. UUD 1945 tersebut pasal-
pasalnya, pembukaan maupun batang tubuhnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena
secara materi maupun substansi merupakan suatu kesatuan integral. Integral disini bukan semata-
memperhatikan keterkaitannya yang sangat erat dengan masyarakat Indonesia. Sehingga setiap
perubahan yang terjadi dalam UUD 1945 tidak dapat dikatakan sebagai suatu hal yang minor,
tetapi justru sebaliknya setiap perubahan sekecil apapun harus memperhatikan tatanan holistik
B. Perubahan Konstitusi
Menurut Georg Jellinek perubahan konstitusi dapat dilaksanakan melalui dua cara, yaitu
pertama perubahan konstitusi yang berdasar pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam
konstitusi, disebut Verfassung Anderung. Mengenai tatacara perubahan dapat melalui suatu
lembaga yang khusus seperti lembaga Konstituante atau melalui suatu prosedur khusus yang
merupakan suatu kebiasaan ketatanegaraan (convention). Adapun hal-hal yang dapat dirubah
pada umumnya bersifat terbatas yaitu mengenai hal-hal yang dianggap penting, bukan mengenai
hal yang fundamental. Selain berdasar pada ketentuan-ketentuan konstitusi, perubahan konstitusi
dapat juga terjadi karena terjadinya perubahan dalam masyarakat yang disebut dengan istilah
oleh adanya revolusi, putch, coup d’etat atau convention sehingga hal-hal yang dapat dirubah
Dalam teori kenegaraan kita mengenal dua macam konstitusi yaitu konstitusi yang murni
dan konstitusi buatan. Konstitusi yang murni betul-betul merupakan penjelmaan dari ide atau
pandangan bernegara suatu bangsa. Konstitusi semacam ini tidak memerlukan suatu norma
tertentu sebagai dasar pembentukannya, karena ia mempunyai kekuasaan yang mandiri yang
bersumber pada falsafah hidup yang terpancar dari ide atau pandangan bernegara suatu bangsa
konstitusi yang kekuasaannya bersumber pada konstitusi lain. Misalnya konstitusi dari negara-
negara boneka yang konstitusinya hanya akan merupakan suatu Machtloze Normlogiek (R &
Mustanir, 2019) (Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Wesley Liano Hutasoit, S.Sos., M.SP.
Selanjutnya, suatu Undang-Undang Dasar adakalanya selain memuat hal- hal yang pokok
juga mengatur hal-hal yang dianggap penting. Ukuran penting itu sendiri sifatnya amat relatif
dan temporer karena sering berubah-ubah. Apa yang sekarang dianggap penting mungkin dalam
waktu singkat menjadi tidak penting, sehingga Undang-Undang Dasar terpaksa harus sering
mengalami perubahan. Akibatnya kewibawaan dari Undang-Undang Dasar menjadi merosot.
Selain itu setiap perubahan yang dikehendaki oleh rakyat tidak dapat segera terlaksana, karena
harus diikuti dengan perubahan Undang-Undang Dasar yang memerlukan prosedur yang
(Mustanir, Ali, et al., 2020) Selain kedua ukuran di atas, suatu Undang-Undang Dasar
diartikan fleksibel atau kaku juga ditentukan oleh adanya kekuatan yang nyata dalam masyarakat
yang merupakan suatu pengertian politis. Apabila kekuatan penguasa menghendaki suatu
perubahan terhadap Undang-Undang Dasar, maka meskipun Undang- Undang Dasar tersebut
bersifat rigid tetap akan diadakan perubahan. Sebaliknya meskipun suatu Undang-Undang Dasar
bersifat fleksibel akan tetapi pihak penguasa tidak menghendaki perubahan, maka tidak akan ada
perubahan. Dengan demikian apabila kekuatan politis yang ada mampu bertahan lama sehingga
Undang-Undang Dasar tetap bertahan dan tidak pernah mengalami perubahan, maka Undang-
Undang Dasar tersebut bersifat rigid/kaku. Akan tetapi apabila dalam kondisi kekuatan politis
yang ada Undang-Undang Dasar sering mengadakan perubahan untuk mengikuti perkembangan
Suatu konstitusi untuk menjaga kewibawaannya harus memiliki nilai-nilai yang secara
material memang cocok dengan pandangan bernegara suatu bangsa, sehingga dapat terlaksana
dan dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. Akan tetapi dalam praktek kenegaraan adakalanya
suatu konstitusi tertulis/Undang-Undang Dasar hanya dapat berlaku sebagian saja atau bahkan
hanya berlaku untuk kepentingan pihak penguasa (Mustanir, Sellang, et al., 2018)
D. Konstitusi sebagai Tujuan Negara
Keberadaan sebuah negara sebagai suatu organisasi mestilah memiliki tujuan. Tujuan ini
menjadi suatu kemestian karena akan menjadi arah dari suatu masyarakat yang organized itu,
untuk neunjukkan adanya ciri organized dari tujuan itu. Pertanyaan terbalik dapat kita utarakan
demikian, dapatkah suatu organisasi yang disebut sebagai negara itu tidak memiliki tujuan?
Layakkah suatu negara tidak memiliki tujuan? Jawaban logisnya tentu saja suatu negara tidak
layak ada jika tidak memiliki tujuan. Bahkan seharusnya keberadaan itu didahului oleh suatu
tujuan. Artinya, tujuan harus lebih dahulu dikontruksikan ada, baru kemudian mewujudkan
organisasi negara merdeka sebagai sarana untuk mewujudkannya. Jadi adanya tujuan negara itu
adalah keharusan bagi suatu negara (Mustanir & Yasin, 2018) (Latif, Mustanir, & Irwan, 2019)
(1770-1831) George Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan byaitu negara bertujuan adalah
negara sendiri terdiri dari “rakyat” yang mampu mengungkapkan “gagasan” masyarakat. Itu bisa
melestarikan negara dan menjadi sempurna. Oleh karena itu, tugas manusia merupakan menjadi
warga negara yang baik. Di sini bangsa menegaskan dirinya sebagai sesuatu yang besar dan
mulia, bangsa adalah tujuan hidupnya. ada kata lain, negara tidak memiliki tujuan karena negara
itu sendiri.
Namun demikian pendapat Hegel ini banyak ditanggapi lain. Negara tetap harus memiliki
tujuan, karena negara harus diposisikan sebagai alat atau wadah untuk (Irwan et al., 2021).
mencapai tujuan-tujuan umat manusia. Oleh karena itu negara harus dapat mewujudkan tujuan-
tujuan tertentu dari suatu komunitas manusia dalam geografis tertentu itu untuk menjaga
kelangsungan hidupnya. Sehingga dapat dipahami bahwa tujuan-tujuan negara itu dapat berbeda
berdasarkan situasi, kondisi dan sejarah dari masing-masing negara yang terbentuk itu (Mustanir,
Dalam tulisan ini menurut penulis yang relevan untuk dikaji sehubungan dengan topik
tersebut adalah tujuan negara sehubungan dengan perannya dalam memakmurkan warga
negaranya, kita harus meninjau hubungan antara pihak yang memerintah dan yang diperintah.
Dalam hal ini sudah jelas bahwa pemerintah harus mengusahakan kemakmuran rakyat. Ada
kepentingan umum ini? Jawabnya adalah 'penguasa'. Sebelum masuk kedalam pembahasan lebih
lanjut perlu dikemukakan beberapa istilah penting berkenaan dengan hal di atas, seperti:
(Mustanir, Yasin, et al., 2018)Demikian secara ringkas masalah tujuan negara yang
akhirnya dihubungkan pula dengan tipe-tipe negara modern pada saat ini. Sementara itu
berkaitan erat dengan perubahan terhadap UUD 1945 dimaksud sampai seberapa jauh telah
memenuhi substansi prinsip maupun antara praktek dan teori telah dapat berjalan serta saling
Teori ini lahir secara kontroversial dalam panggung politik sejarah kekuasaan negara. Bagaimana
mungkin “rakyat” dapat berkuasa atas dirinya sendiri dan dapat memerintah dirinya sendiri?
Dalam zaman yang hanya dilingkupi oleh kekuasaan para penguasa yang menyebut dirinya
sebagai raja, maka pemikiran untuk menempatkan rakyat sebagai penguasa tertinggi atau
pemegang kedaulatan adalah suatu pikiran yang gila dan mustahil. Namun demikian gagasan
kedaulatan rakyat ini kemudian terus berkembang dalam diskusi teori kenegaraan dan juga
praktek trial and error baik di Perancis, (Ahmad Mustanir1, Hariyanti Hamid2, 2019) Amerika,
hingga akhirnya diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia. Arus deras demokrasi telah
merombak struktur monarki, minimal menjadi monarkhi parlementer atau menjadi hancur sama
Terlepas dari semua perdebatan yang terjadi pada masa tersebut, baik mengenai
kedaulatan maupun kolektivisme, memberikan indikasi bahwa proses .(Mustanir, Fitriani, et al.,
2020) penggodokan pemikiran yang nantinya mempengaruhi pokok pikiran yang dituangkan ke
dalam undang-undang dasar, sebenarnya sudah berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dari uraian ini, setidak-tidaknya dapat dikemukakan (Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M.,
Adnan, A. A., Wirfandi, 2019) (Mustanir, 2019b)T adanya dua antinomi pemikiran yang
versus kolektivisme; kedua, antinomi antara gagasan asing dengan keaslian budaya lokal.
Perumusan gagasan tidak dilakukan dengan cara (Mustanir, 2017a) menelan mentah- mentah
pikiran yang diperoleh dari luar, tetapi tidak pula secara membabi-bta meneruskan tradisi
budaya lokal yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman (Akhmad et al., 2018) (Andi
Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais
Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, 2021) Gagasan yang mencakup demokrasi politik dan
ekonomi yang dikembangkan menjadi rumusan pokok pikiran UUD 1945, merupakan usaha
penyeimbang yang dilakukan sejak lama terhadap paham individualisme versus kolektivisme itu
di satu pihak, dan paham asing versus paham lokal (asli) di lain pihak. Kombinasi ini diusahakan
(Yusman, 2011)
sebegitu rupa, sehingga keseimbangan antara paham yang menekankan individu dengan yang
menekankan masyarakat, terwujud secara harmonis di bidang politik maupun ekonomi. Artinya,
gagasan kedaulatan rakyat Indonesia itu bersifat khas dengan mencakup gagasan demokrasi
politik dan ekonomi sekaligus, dimana keduanya berada di antara kutub paham individualisme
dan kolektivisme. Upaya penulis melalui uraian di atas adalah untuk memberikan deskripsi yang
harapannya dapat memberikan suatu gambaran umum tentang kompleksitas yang ada
(Mustanir & Abadi, 2017)dalam pengetahuan yang ada kaitannya dengan pemahaman
bisa jadi dikatakan kedaulatan rakyat itu sendiri.(Fitrah et al., 2021) Khasanah pemaahaman
maupun perspektif seseorang dalam memotret kedaulatan rakyat sudah barang tentu tidak dapat
dikatakan satu sama lain serupa dan identik. Namun, dengan menggali secara umum latar
alotnya perdebatan, yang menurut hemat penulis masih sarat dengan idealisme dan kepentingan
bangsa. Hanya sekedar tambahan, selain nilai filosofis, historis dan sosiologis yang dapat diserap
tetapi perlu juga di contoh semangat nasionalisme yang tinggi yang relatif steril dari kekuasaan,
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kepustakaan. Pada
penelitian ini menggunakan jenis atau pendekatan penelitian studi kepustakaan (library research)
(Mustanir, Hamid, et al., 2020) Prof. Padmo Wahyono, S.H. menyatakan bahwa konstitusi
adalah seperangkat peraturan yang mengatur mengenai tata cara bernegara suatu bangsa. Dengan
kata lain konstitusi itu memuat atau menggambarkan bagaimana keadaan organisasi suatu
negara.41 Pendapat lain menyatakan bahwa istilah konstitusi pada umumnya digunakan untuk
membentuk, mengatur atau memerintah negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.42 Dalam
praktek kenegaraan istilah konstitusi (verfassung) sering diartikan sama dengan Undang-Undang
Dasar (Grundgesetz). Hal ini terjadi karena pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki semua
peraturan hukum harus tertulis untuk mencapai kesederhanaan, kesatuan dan kepastian hukum.
Pada dasarnya konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar
karena meliputi peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
V. Kesimpulan
merupakan salah satu hal yang signifikan diperlukan dalam rangka melakukan
b. Pemahaman parsial seseorang akan UUD 1945 sesuatu hal pada umumnya akan
historis dari UUD 1945 itu sendiri, terutama dalam hal mencoba memahami ide
dari para founding fathers, yang mencoba memberikan rumusan secara seksama
dengan melihat pada aspek filosofis, historis dan sosiologis masyarakat Indonesia
secara hakiki.
VI. Daftar pustaka
Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, M. S. (2019). Partisipasi Masyarakat
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/1898
Desa Dalam Administrasi Pelayanan Publik (Studi Kasus Web Site Desa Kanie Kecamatan
Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad
Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Wesley Liano Hutasoit, S.Sos., M.SP. Aditya Wardhana,
SE., M.Si., M., Baiq Nuraini Dwi Suryaningsih, S.H., M.H. Dr. H. Rumzi Samin, S.Sos., M.Si.
Erland Mouw, S.IP., MPA Dr. Herie Saksono, M. S., Deny Purwo Sambodo, S.Si., M. E. D.,
Muhammad Ardiansyah Makmur, S.Sos., M.Si. Dr. Dwi Atmawati, M. H., Dr. Lilis Maryasih,
SE, M.Si, Ak, CA RR Aretta Pradipta Jiwa, S.IIP., M. S., Ir. Muhammad Rais Rahmat Razak,
M.Si. Ahmad Mustanir, S.I.P., M.Si Imam Yudhi Prastya, S.IP., M., & Chaereyranba Sholeh,
Fitrah, N., Mustanir, A., Akbari, M. S., Ramdana, R., Jisam, J., Nisa, N. A., Qalbi, N., Febriani,
A. F., Irmawati, I., Resky S., M. A., & Ilham, I. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pemetaan Swadaya Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Tata Kelola Potensi Desa.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6208
Ibrahim, M., Mustanir, A., Astinah Adnan, A., & Alizah P, N. (2020). Pengaruh Manajemen
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di Desa
Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang. Movere Journal, 2(2), 56–62.
https://doi.org/10.53654/mv.v2i2.118
Irwan, I., Latif, A., & Mustanir, A. (2021). Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan
https://journal.ummat.ac.id/index.php/geography/article/view/5153
Irwan, I., Latif, A., Sofyan, Mustanir, A., & Fatimah, Fa. (2019). Gaya Kepemimpinan, Kinerja
Aparatur Sipil Negara dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan di Kecamatan Kulo
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat
Jamal, Y., Mustanir, A., & Latif, A. (2020). Penerapan Prinsip Good Governance Terhadap
Aparatur Desa Dalam Pelayanan Publik Di Desa Ciro-Ciroe Kecamatan Watang Pulu Kabupaten
https://doi.org/10.55678/prj.v8i3.298
Latif, A., Mustanir, A., & irwan,S.I.P., M. A. . (2019). KEPEMIMPINAN PEMERINTAH DESA,
Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi
Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan & Pelayanan
Mustanir, A. (2017a). Deskripsi Tentang Keamanan Di Gedung dan Jalanan Kota Kuala
Lumpur.
https://www.researchgate.net/publication/331064740_Deskripsi_Tentang_Keamanan_Di_Gedun
g_dan_Jalanan_Kota_Kuala_Lumpur
Mustanir, A. (2017b). Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Kelompok Ekonomi
dan Potensi Desa Sereang Utilization of Information Technology in Optimizing Public Services
https://www.researchgate.net/publication/331311483_Pemberdayaan_Masyarakat_Kewirausahaa
n%0Ahttps://www.academia.edu/38428570/Pemberdayaan_Masyarakat_Kewirausahaan
Mustanir, A. (2019b). Pemberdayaan Perempuan Anggota Badan Usaha Milik Desa dengan
Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/viewFile/4347/3986%0Ahttp://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/636
Mustanir, A., Abadi, P., & A., N. (2017). Participation of Ethnic Community Towani Tolotang in
16.2017.79
Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020). Transect on Participatory Development
2019.2300523
Mustanir, A., & Darmiah, D. (2016). Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan Partisipasi
Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/2749%0Ahttp://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/457
Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018). Pengaruh Motivasi
Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG), 2(1), 27–39.
http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/212
Mustanir, A., Fitriani, S., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas Peran
Sidenreng Rappang (The Synergy of Village Government’s Role and Community Participation
Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2020). Perencanaan Partisipatif Pada
https://play.google.com/store/books/details/Ahmad_Mustanir_S_I_P_M_Si_PERENCANAAN_
PARTISIPATIF?id=E1sAEAAAQBAJ
Mustanir, A., Ibrahim, M., Rusdi, M., & Jabbareng, M. (2020). Pembangunan Partisipatif dan
Mustanir, A., & Jaya, I. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik Terhadap Perilaku
%0Ahttp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/430
Mustanir, A., & Jusman. (2016). Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan Terhadap
Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang.
https://e-jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/view/69%0Ahttps://e-
jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/issue/view/6
Mustanir, A., Justira, N., Sellang, K., & Muchtar, A. I. (2018). Democratic Model On Decision-
Promoting Democratic Leadership for Public Welfare Achievement, April, 110 – 115.
https://www.researchgate.net/publication/330090538_Democratic_Model_On_Decision-
Making_At_Deliberations_Of_Development_Planning
Mustanir, A., Samad, Z., Jabbar, A., Ibrahim, M., & Juniati, J. (2019). Kepemimpinan Lurah
https://doi.org/10.24076/jspg.v1i2.185
Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Madaling, M., & Mutmainna, M. (2018). Peranan Aparatur
Desa Tonrongnge Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean
http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/213
Mustanir, A., & Yasin, A. (2018). Partisipasi Masyarakat dalam Transect pada Perencanaan
https://doi.org/10.26858/jiap.v8i2.7994
Mustanir, A., Yasin, A., Irwan, & Rusdi, M. (2018). Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang
Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Jurnal Moderat, 4(4), 1–14.
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=dq-
wyqwAAAAJ&citation_for_view=dq-wyqwAAAAJ:SeFeTyx0c_EC
R, E. M. Y. K., & Mustanir, A. (2019). Kebijakan Pangan dan Dampaknya Terhadap Pangan
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/viewFile/3014/2750
Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, W. (2019). Peranan Camat dan
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2127
Surya Adi Tama, P., & Wirama, D. G. (2020). Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam
https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i01.p06
Uceng, A., Ali, A., Mustanir, A., Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang ABSTRAK,
M., Kunci, K., Masyarakat, P., & Sumber Daya Manusia, P. (2019). Analisis Tingkat Partisipasi
Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2126
Zhilviana Sulaeman, 2)Ahmad Mustanir, 3)Andi Ilham Muchta. (2019). Partisipasi Masyarakat
https://doi.org/10.51817/prj.v7i3.374