Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MEMBANGUN KESADARAN DALAM BERKONSTITUSI NEGARA


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

Disusun oleh:
Kelompok 5
Dinda Ariesti P17325120413
Dinda Meilani Putri P17325120414
Divia Putri P17325120415
Fadly Rizki Rachmadi P17325120416
Fikri Adi Sukma P17325120417
Fulvia Rimba Prahara P17325120418

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu bangsa,
negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas pemerintah
dan menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara, konstitusi
merupakan kumpulan doktrin serta praktik yang membentuk prinsip pengorganisasian
fundamental.
Konstitusi juga berarti agregat dari dasar prinsip-prinsip yang menjadi hukum
dasar negara, organisasi atau dari entitas lain. Umumnya akan menentukan bagaimana
entitas tersebut akan diatur. Hukum tersebut sebenarnya tidak mengatur hal-hal yang
terperinci. Melainkan hanya menjelaskan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi
sejumlah peraturan lainnya.
Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya berbicara mengenai ketatanegaraan,
melainkan juga mengatur hak berserikat pada mahasiswa dan masyarakat. Dalam hal
ini hak konstitusional mahasiswa harus tetap dipergunakan, sebab ketika mahasiswa
berserikat atau berorganisasi banyak nilai-nilai positif yang dapat diambil, salah
satunya kemampuan mengembangkan diri dan menjaga marwah demokrasi di
Indonesia yang dapat memberi ruang bagi mahasiswa untuk berorganisasi, baik dalam
ruang internal maupun organisasi eksternal lainnya.
Mahasiswa merupakan tonggak generasi penerus bangsa, di pundak mahasiswa
terdapat berbagai beban tantangan masa depan. Tanggung jawab moral yang selalu di
idententikan dengan “agent of control” dan “agent of change” selalu membayangi jati
diri mahasiswa. Dengan seiring berjalannya waktu pemahaman mahasiswa akan
tanggung jawab social mulai luntur. Untuk itu perlu ada gagasan dan tindakan
penyelamatan.
Pentingnya kesadaran pengembangan keterampilan mahasiswa di bidang
organisasi mulai digalakkan di kampus-kampus, pelatihan kepemimpinan dari tingkat
dasar hingga lanjut, pelatihan kewirausahaan, dsb. Ada satu hal yang sedikit di lupakan
bahkan dikesampingkan, yaitu minimnya pelatihan pembekalan mahasiswa akan
keterampilan ber-konstitusi (baca: pemahaman secara mendalam Undang-undang).
Ketarampilan inilah yang belakangann ini menjadi urgent, dikarenakan sifat kritis
mahasiswa mulai cenderung pada anarkisme dan premanisme.
Lunturnya power of demonstrans adalah salah satu wujud nyata dari dampak
lemahnya mahasiswa terhadap pemahaman permasalahan baik dari segi norma adat
istiadat maupun hukum yang berlaku. Yang lebih ditonjolkan justru “otot”, tuntutan tak
terpenuhi langsung anarki. Padahal hal seperti itu akan semakin memojokan posisi
mahasiswa. Simpati masyarakat akan semakin tipis. Lihat saja bentrok mahasiswa di
makasar, yang begitu mudahnya terprovokasi sehingga bentrok dengan masyarakat
yang dibelanya.
Anarkisme adalah jalan terakhir, tapi tidak harus dilakukan. Adu konsep dan
bedah dasar suatu kebijakan berdasarkan undang-undang yang berlaku itulah yang
seharusnya terjadi. Adu otak dengan para pengambil kebijakan akan meninggikan
derajat mahasisswa sebagai penyambung lidah rakyat. Namun, hal itu tidak mudah.
Pemahaman akan konsep konstitusi dan sistem pemerintahan sangat dibutuhkan.
Sehingga setiap paparan atau konsep yang diajukan tidak mentah atau matang sebagian
tapi benar-benar matang dan terkonsep rapi.
Dan letak penanaman pemahaman konsitusi harus dilakukan sejak pengaderan
mahasiswa baru. Peran organisasi kemahasiswaan sangat diharapkan guna
menyukseskan penanaman pemahaman ini. Dengan memasukan pelatihan legislative
pada kurikulum pengkaderan mahasiswa, adalah solutif yang cukup bagus.

1.2 Rumusan Masalah


Ada pun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Negara?
2. Apa pengertian Konstitusi?
3. Apa pengertian kesadaran berkonstitusi?
4. Bagaimana UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia?
5. Mengapa sistem ketatanegaraan Indoensia menjadi Kosntitusi Republik Indonesia?
6. Bagaimana peran mahasiswa dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi Negara?
BAB II

LANDASAN TEORI

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(UUD NRI Tahun


1945) merupakan hukum dasar negara Indonesia. Hukum dasar negara mengandung pengertian
bahwa UUD NRI 1945 merupakan ketentuan dasar bagi pelaksanaan sistem pengelolaan
negara. Oleh karena itu, ketentuan dalam UUD NRI Tahun 1945 harus diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan negara hukum. Ketentuan tersebut terimplementasi dalam pasal
1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum tidak
sekadar memiliki undang-undang dasar, tetapi yang terpenting adalah mampu
mengimplementasikan materi undang- undang dasar dalam kehidupan sehari-hari. Rakyat dan
pemerintah memiliki kewajiban moral menjalankan materi undang-undang dasar dalam
berbagai aspek kehidupan antara lain pengelolaan pemerintahan dan lingkungan masyarakat.
Isi muatan UUD NRI Tahun 1945 memberikan arahan kepada seluruh warga negara
Indonesia untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pasal UUD
NRI Tahun 1945 sesuai nilai-nilai Pancasila. Muatan UUD NRI Tahun 1945 yang harus
diimplementasikan meliputi pelaksanaan pengelolaan pemerintahan negara yang baik,
penegakan dan perlindungan hak asasi manusia, serta pelaksanaan sistem kedaulatan rakyat.
Dalam UUD NRI Tahun 1945 juga memuat ketentuan yang mengatur tentang lembaga negara.
Berikut struktur lembaga-lembaga negara dalam ketatanegaraan Indonesia pascaamendemen
UUD NRI Tahun 1945.
Ketentuan dalam UUD NRI Tahun 1945 dapat diimplementasikan dalam berbagai
bidang antara lain bidang pemerintahan, kenegaraan, hak asasi manusia, dan kedaulatan rakyat.
Berikut implementasi UUD NRI Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan
bernegara :
1. Bidang pemerintahan, misalnya mengadakan rapat membahas masalah-masalah
kenegaraan dengan cara musyawarah mufakat.
2. Bidang penegakan hak asasi manusia, misalnya pemerintah memberikan hak kebebasan
berserikat dan berkumpul untuk warga negara.

Sedangkan Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai


ketatanegaraan. Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang
mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-
Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum
sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan
negara.
Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab konstitusi
ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan
hukum lain yang ada dibawahnya. Konstitusi dalam arti formal adalah suatu dokumen resmi,
seperangkat norma hukum yang hanya dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan-
ketentuan khusus, yang tujuannya adalah untuk menjadikan perubahan norma- norma ini lebih
sulit. Konstitusi dalam arti material terdiri atas peraturan
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Negara


Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga merupakan suatu
wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di
wilayah tersebut, dan berdiri secara independen.
Menurut para ahli :
1. Max Weber
Negara adalah sebuah masyarakat yang memiliki monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam wilayah tertentu.
2. Mac Iver
Sebuah negara harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu wilayah, rakyat, dan
pemerintahan.
3. Prof. Mr. Soenarko
Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu di mana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan.
4. Prof. Miriam Budiardjo
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan
tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.
5. Jellinek
Negara adalah organisasi yang mendapatkan kekuasaan dari masyarakat dan telah
mempunyai wilayah tertentu.
6. Immanuel Kant
Negara adalah organisasi yang berfungsi untuk menjalankan kepentingan umum di
wilayah hukum, dalam batasan yang telah ditetapkan melalui undang-undang, yang
telah disepakati bersama.

3.2 Pengertian Konstitusi


Pengertian konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu bangsa,
negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas pemerintah dan
menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara, konstitusi merupakan
kumpulan doktrin serta praktik yang membentuk prinsip pengorganisasian fundamental.
Ada beberapa pengertian konstitusi menurut para ahli. Berikut di antaranya:
1. Bolingbroke
Pengertian konstitusi adalah sekumpulan kaidah-kaidah hukum, institusi-institusi dan
kebiasaan-kebiasaan. Yang diambil dari asas penalaran tertentu serta berisikan sistem
umum atas dasar nama masyarakat itu sepakat atau setuju untuk diperintah.
2. K. C. Wheare
Konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.
3. Jimly Asshiddiqie
Pengertian konstitusi yakni hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi juga dapat berupa hukum dasar tertulis yang
biasa disebut Undang-Undang Dasar serta dapat pula tidak tertulis.
4. E. C. Wade
Konstitusi yaitu suatu naskah yang memaparkan rangka serta tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara. Selain itu juga menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut.
5. Miriam Budiarjo
Pengertian konstitusi adalah keseluruhan peraturan. Baik tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.

3.3 Pengertian Kesadaran Berkonstitusi


Untuk mengimbangi pelaksanaan konstitusi oleh seluruh warga negara, maka
dibutuhkan adanya kesadaran berkonstitusi warga negara untuk melaksanakan peraturan
perundang- undangan dan kebijakan yang telah dibuat berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan melakukan kontrol pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 baik dalam bentuk Peraturan
Perundang Undangan, kebijakan, maupun tindakan penyelenggara negara.
Kesadaran berkonstitusi secara konseptual diartikan sebagai kualitas pribadi
seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan perilaku yang bermuatan cita-cita dan
komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia. Kesadaran berkonstitusi
merupakan salah satu bentuk keinsyafan warga negara akan pentingnya
mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi.
Dalam perspektif hukum, kesadaan berkonstitusi adalah bagian dari kesadaran hukum
yang bersama isi/substansi hukum (konstitusi) dan pemegang peran (struktur) yaitu aparat
negara atau penyelenggara negara merupakan komponen-komponen utama dalam system
hukum. Eefektif atau tidaknya hukum (konstitusi) dalam suatu masyarakat atau negara
akan sangat ditentukan oleh ketiga komponen tersebut.
Kesadaran berkonstitusi saangat ditentukan oleh pengetahuan dan pemehaman akan
isi konstitusi. Oleh karenanya perlu upaya- upaya sosialisasi atau pemasyarakatan dan
internalisassi (pembudayaan) konstitusi kepada seluruh komponen bangsa. Dalam konteks
ini, institusi-institusi pendidikan memegang peranan strategis bagi upaya-upaya sosialisasi
dan internalisasi konstitusi dengan mentransformasikan pengetahuan, ilmu, dan budaya
kepada peserta didik (siswa/mahasiswa).
Kesadaran berkonstitusi merupakan salah bagian dari kesadaran moral. Sebagai
bagian dari kesadaran moral, kesadaran konstitusi mempunyai tiga unsur pokok yaitu: (1)
Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan bermoral yang sesuai dengan
konstitusi negara itu ada dan terjadi di dalam setiap sanubari warga negara, siapapun, di
manapun dan kapanpun; (2) Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena
berlaku umum, lagi pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan. Dengan demikian
kesadaran berkonstitusi merupakan hal yang bersifat rasional dan dapat dinyatakan pula
sebagai hal objektif yang dapat diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap
waktu dan tempat bagi setiap warga negara; dan (3) Kebebasan, atas kesadaran moralnya,
warga negara bebas untuk mentaati berbagai peraturan perundang- undangan yang berlaku
di negaranya termasuk ketentuan konstitusi negara.
Kesadaran berkonstitusi warga negara memiliki beberapa tingkatan yang
menunjukkan derajat setiap warga negara dalam melaksanakan ketentuan konstitusi
negara. Tingkatan kesadaran berkonstitusi menurut N.Y. Bull, dalam Kosasih Djahiri,
terdiri dari: (1) Kesadaran yang bersifat anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan terhadap
ketentuan konstitusi negara yang tidak jelas dasar dan alasannya atau orientasinya; (2)
Kesadaran yang bersifat heteronomous,yaitukesadaranataukepatuhan ketentuan konstitusi
negara yang berlandaskan dasar/orientasi motivasi yang beraneka ragam atau berganti-
ganti. Ini pun kurang mantap sebab mudah berubah oleh keadaan dan situasi; (3)
Kesadaran yang bersifat sosionomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan terhdap ketentuan
konstitusi negara yang berorientasikan pada kiprah umum atau khalayak ramai; dan (4)
Kesadaran yang bersifat autonomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan ketentuan konstitusi
negara yang didasari oleh konsep kesadaran yang ada dalam diri seorang warga negara.
Ini merupakan tingkatan kesadaran yang paling tinggi.
Penanda warga negara yang memiliki kesadaran berkonstitusi adalah warga negara
yang memiliki kemelekkan terhadap konstitusi (constitutional literacy). Berkaitan dengan
hal tersebut, Toni Massaro menyatakan, bahwa kemelekkan terhadap konstitusi akan
mengarahkan warga negara untuk berpartisipasi melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara14.UdinS.Winataputramengidentifikasi beberapa bentuk kesadaran
berkonstitusi warga negara Indonesia yang meliputi: (1) Kesadaran dan kesediaan untuk
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia sebagai hak azasi bangsa dengan
perwujudan perilaku sehari-hari; (2) Kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan
Indonesia sebagai bangsa sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa dengan perwujudan
perilaku sehari-hari; (3) Kepekaan dan ketanggapan terhadap kewajiban Pemerintah
Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan perwujudan perilaku sehari-hari; (4) Kepekaan dan ketanggapan terhadap
kewajiban Pemerintah Negara untuk memajukan kesejahteraan umum dengan perwujudan
perilaku sehari-hari; (5) Kepekaan dan ketanggapan terhadap kewajiban Pemerintah
Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari;
(6) Kepekaan dan ketanggapan terhadap kewajiban Pemerintah Negara yang
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial; Dll.

3.4 UUD 1945 sebagai Konstitusi Republik Indonesia


Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar /
pokok Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia
telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai
berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945
terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan
paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Khusus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001,
dan tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut
sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29
Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya
BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.
Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3
keputusan penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar
Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk
presiden.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar ini belangsung sangat
yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk
segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan
lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang
mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum dasar
yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi
Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4
Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia
terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan
tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri
atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan hal itu
maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15
Februari 1946, terdiri atas:
a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan
c) Penjelasan.
2. Proses Amandemen UUD 1995
Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Mengamandemen
artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya
merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan
rancangan UU. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang
artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencangkup dua
pengerrtianyaitu:
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum
atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian
yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaruhi
konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara demokrasi.
Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita diharapkan
semakin baik dan lengkap meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan
dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia juga
haus mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu
dilakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa
pemerintahan presiden soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota majelis permusyawaratan
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR pada
siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19
oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november
2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus
2002.

Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3
pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah
ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945. Dengandemikian, naskah
UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945
2. Naskah perubahan pertama UUD 1945
3. Naskah perubahan kedua UUD 1945
4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945
5. Naskah perubahan keempat UUD 1945
Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut
tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR
tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis
putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan majelis yag
menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi
lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang
diubah dari perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun jumlah nomor
pasal tetap yaitu 37 tidak termasuk aturan peralihan dan aturan tambahan. Perubahan
diakukan dengan cara menambahkan huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal
(angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.

3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


a. UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan
bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan luhur dan
cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara
meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi malaysia, singapure, dan australia tidak
memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian
pembukaan adalah konstitusi jepang, india, dan amerika serikat.
b. Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara
indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur bangsa
indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa
indonesia, dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan UUD 1945 memiliki makna
dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
c. Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
d. Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang
merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
e. Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.
f. Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara
indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh ikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

3.5 Sistem Ketatangeraan Indonesia


Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1) Bentuk Negara adalah kesatuan
2) Bentuk pemerintahan adalah republik.\
3) Sistem pemerintahan adalah presidensial.
4) Sistem politi adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

a. Bentuk Negara Kesatuan


Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia
adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “ Negara Indnesia ailah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik”.
b. Bentuk Pemerintahan Republik
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah republic bukan
monarki atau kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesaruan, yang berbentuk republik”.
Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “ kesatuan” adalah bentuk Negara,
sedang “republik” adalah bentuk pemerintah.
• Sistem Pemerintahan Presidensial
Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Secara teoritis, sistem pemerintahan dibagi dalam
dua klafikasi besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem
pemerintahan presidensial.

3.6 Peran Mahasiswa dalam Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi Negara


Budaya sadar berkonstitusi tercipta tidak hanya sekedar mengetahui norma dasar
dalam konstitusi. Lebih dari itu, juga dibutuhkan pengalaman nyata untuk melihat dan
menerapkan konstitusi dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi adalah suatu proses panjang
dan berkelanjutan.
Jika tidak ada budaya sadar berkonstitusi, masyarakat termasuk mahasiswa tidak akan
mengetahui apakah haknya terlanggar atau tidak dan tidak melakukan upaya konstitusional
untuk mendapatkan perlindungan. Akibatnya, UUD 1945 akan banyak dilanggar oleh
ketentuan undang-undang sehingga pada akhirnya konstitusi hanya akan menjadi
dokumen di atas kertas.
Peran mahasiswa dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi antara lain:
1. Ikut serta dalam membentuk budaya sadar berkonstitusi
2. Mahasiswa ikut berpartisipasi secara penuh terhadap pelaksanaan UUD 1945 baik
melalui pelaksanaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
3. Menjadikan uud 195 benar-benar sebagai landasan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
4. Berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan
5. Melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan jalannya pemerintahan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Solusi
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia harus
mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan
perubahan terhadap UUD 1945 yang dimana sejak merdeka sampai masa pemerintahan
presiden soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah
ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari UUD negara republik indonesia tahun 1945. Setelah adanya perubahan maka
konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-
pasalnya

4.2 Kesimpulan
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga merupakan suatu
wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di
wilayah tersebut, dan berdiri secara independen.
Pengertian konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu bangsa,
negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas pemerintah dan
menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara, konstitusi merupakan
kumpulan doktrin serta praktik yang membentuk prinsip pengorganisasian fundamental.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Hasil
karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianita, N. 2009. Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi. https://nurma.staff.uns.ac.id/wp-


content/blogs.dir/131/files/2009/02/pendidikan-kesadaran-berkonstitusi.ppt (diakses
tanggal 5 April 2022)
Arafat, Lubis Maulana. 2018. Pembelajaran PPKn di SD/MI. Medan: Akasha Sakti
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi. Yogyakarta: Paradigma,
Sukriono, Didik. 2016. Membangun Kesadaran Berkonstitusi Terhadap Hak-Hak
Konstitusional Warga Negara Sebagai Upaya Menegakkan Hukum Konstitusi.
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/155 (diakses tanggal 5 April
2022)
Suryani Effendi dan Kaswan. 2015. Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT
Refika Aditama
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan
Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara
Wulandari, T. 2013. Membina Kesadaran Berkonstitusi. Diambil dari
https://www.slideshare.net/tri_fire/presentation-membina-kesadaran-berkonstitusi

Anda mungkin juga menyukai