KELOMPOK 5
ERA REFORMASI
DISUSUN OLEH:
1. CHITRA FEBRIANTI. A
2. RIRIN MAILANY
3. ADELIA NAMORA HUTABARAT
4. CITRA AMELIA
5. PUTRI AULIA RAHMADANI
6. MUHAMMAD HABIBI
7. ANDISA NAFA
Pasca reformasi negeri ini bak sebuah muara bagi semua ideologi dan
pemikiran yg lambat laun justru bertolak belakang dengan ideologi pancasila
itu sendiri. Mulai dari fundamentalis hingga liberalis. Semua saling berperan
dalam membentuk cara berfikir bangsa ini. apresiasi dari ideologi-ideologi
tersebut sudah sangat mempengaruhi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. pancasila dan nilai-nilai dasarnya sudah di tinggalkan bahkan
pendidikannya dan realisasinya dalam dunia akademis-pun mulai ditiadakan
entah berawal dari mana dan kapan hal itu terjadi.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR, pada bulan juni
2010, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Muladi
menyatakan bahwa kesadaran dan penghayatan akan pentingnya Pancasila
sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa semakin menipis, terutama di
kalangan elit bangsa. Hal tersebut sebagai akibat adanya keinginan perubahan
di berbagai aspek kehidupan yang cenderung menimbulkan penyimpangan
kebiasaan. Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional,
Muhammad Yasin, sejak awal reformasi, pamor Pancasila mengalami
kemunduran sehingga nilai-nilai dasar
UUD 1945 memiliki kedudukan yang tetap, dan melekat bagi Negara
Republik Indonesia. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak
dapat diubah oleh siapapun, termasuk DPR dan MPR sesuai dengan sifat
konstitusinya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945 berarti meniadakan Negara
Republik Indonesia. Hal ini disebabkan Pembukaan UUD 1945
merupakan:
Sumber dari motivasi dan inspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia.
Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan dalam
lingkungan Internasional dan Nasional.
Secara Yuridis
Sebagaimana lazimnya setiap konstitusi, maka UUD 1945 juga
telah mencantumkan klausul perubahan UUD 1945 itu sendiri seperti
yang terdapat dalam pasal 37
Secara Praktis Politis
Bahwa sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung
dalam praktiknya UUD 1945 sering mengalami perubahan dan
penyimpangan dari teks aslinya. Baik pada masa 1945-1949
dan 1959-1998. Bahkan praktik politik sejak 1959-1994 UUD 1945
yang kurang membatasi kekuasaan eksekutif dan pasal-pasalnya yang
bisa menimbulkan multi interpretasi yang telah dimanipulasi
oleh pemerintah yang ingin berkuasa.
(amsari, 2013)
3. Batang Tubuh UUD 1945 sebagai Norma Hukum Dasar Negara
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran
pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground
norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka
dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya,
atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang
mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber
daya manusianya. (Rozuqi)
Batang Tubuh UUD 1945 hasil Amandemen I-IV pada tahun 2002
terdiri atas 21 bab, 74 pasal, serta tiga pasal aturan peralihan dan dua pasal
aturan tambahan. Dalam UUD 1945 hasil Amandemen 2002 sebagaimana
dipraktekkan di berbagai negara tidak ada lagi Penjelasan Pasal-Pasal. Pasal-
pasal UUD 1945 dimaksud merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan. Rumusan pasal tersebut merupakan
landasan kebijakan yang paling mendasar bagi penyelenggaraan pemerintahan
negara. (Rozuqi).
A. Sebelum Amandemen
1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai
kekuasaan untuk menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden
dan Wakil Presiden serta mengubah UUD
2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai
kekuasaan yang luas yang dapat digolongkan kedalam
beberapa jenis:
a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;
b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan,
menetapakn PP, Perpu;
c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan
pemberian grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi;
d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu
menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta dan
konsul.
3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai
kekuasaan utama, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang
(bersama-sama Presiden dan mengawasi tindakan presiden.
4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden,
berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan presiden
dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah
5. BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai
kekuasaan untuk memeriksa tanggung jawab keuangan Negara
dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.
6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam
menjalankan tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan
pemerintah.
B. Setelah Amandemen
1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA,
MK, BPK, menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN,
menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang
menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya
berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung
melalui pemilu.
2. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan
memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian presiden
dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan
presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada
DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua
periode saja, Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta
harus memperhatikan pertimbangan DPR, kewenangan pemberian
grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan
DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon
presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan
presiden dalam masa jabatannya.
3. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan
membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan
DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme membentuk UU
antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR, yaitu:
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai
mekanisme kontrol antar lembaga negara.
4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta
menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di
ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi,
mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi
keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat
nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan
yang diangkat sebagai anggota MPR, keberadaanya dimaksudkan
untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia, dipilih
secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu,
mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
6. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan
peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan
perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang
lain yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-
badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan
Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badanbadan lain yang yang
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
Undang-undang seperti: Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lainlain.
7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai
penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution),
Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus
sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD,
Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-
masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan
ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari
3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan
eksekutif. (Mitra, 2010).
8. Konsepsi Kemerdekaan Pers Indonesia
Kata kemerdekaan (to independence) adalah merupakan konsep yang
terikat atau terkait dengan ketatanegaraan suatu negara. Walaupun Rosseau
mengatakan, manusia itu pada hakikatnya mempunyai kebebasan akan tetapi
ia punya kebebasan itu terikat dengan norma-norma dan nilai-nilai yang telah
terbentuk dalam suatu sistem yang berlaku dalam masyarakat (man is born
free, but every where he is chains).
Dengan demikian kemerdekaan pers baik itu melalui media masa
cetak maupun melalui media masa elektronik adalah hak asasi manusia yang
bersifat fundamental dan lalu berkembang sesuai dengan perkembangan
budaya masyarakatnya. Sangat tergantung dengan karakteristik
masyarakatnya. Sesuatu yang perlu diperjuangkan dengan memperhatikan
kedudukan dan hubungan individu dengan negara, menjadi tugas dan
kewajiban untuk mendidik manusia dari manusia yang alami menjadi manusia
yang berbudaya.
Aristoteles, seorang ahli pikir Yunani Kuno mengatakan manusia itu
adalah Zoon Politicon. Artinya manusia itu hanya dapat hidup layak dan
terhormat melalui suatu pergaulan. Sebagai individu tidak akan bahagia
hidupnya tanpa manusia lain. Untuk itu manusia membentuk suatu lembaga
atau organisasi besar yang bernama negara. Plato juga yang merupakan guru
Aristoteles mengatakan bahwa negara itu merupakan organisasi yang dibentuk
karena manusia membutuhkannya.
REFERENSI
Fahrizal. 2013. Pengertian UUD 1945. Fahrizal blog: Pengertian UUD 1945
(rizhalfahrizhal.blogspot.com) . (Diakses pada 5 November 2022)
J. Tjiptabudy. 2010. Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Melestarikan Nilai-
Nilai Pancasila di Era Reformasi. Jurnal Sasi. Vol. 16 No. 3
Jimly Assiddiqie. (2007). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Kaelan. (2004). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Mitra. 2010. Perbandingan Lembaga-lembaga Negara sebelum dan sesudah
Amandemen http://mitrapustaka.blogspot.nl/2010/10/perbandingan-
lembaga-negara-sebelum-dan.html Diakses pada 28 Oktober 2022.
Mulyana, Aina. 2016. Pengertian Norma.
http://komunitasgurupkn.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-norma-
macam-macamnorma-dan.html?m=1. Diakses pada tanggal 31 oktober
2022
Rozuqi, N. https://pusbimtekpalira.com/batang-tubuh-uud-1945-sebagai-norma-
hukum-dasar-negara/ (Diakses pada November 7, 2022).
Rudy, R. 2013. Kedudukan Dan Arti Penting Pembukaan Uud 1945. Fiat
Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, 7(2).
Shaffat, Indri, 2008. Kebebasan, Tanggung Jawab dan Penyimpangan Pers,
Prestasi Pustaka: Jakarta.
Sugianto. 2015. Pengertian fungsi dan kedudukan UUD.
Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.
Magelang. TERA.