Anda di halaman 1dari 26

SERTIFIKASI GURU DALAM

JABATAN

BAHAN AJAR
PKN SD
DISUSUN OLEH:
Drs. H Atim Suparman,
M.Pd

RAYON 134 UNIVERSITAS PASUNDAN


BANDUNG 2012

Pancasila sebagai dasar Negara

Pengertian Pancasila sebagai dasar


negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan
UUD
1945
dan
sebagaimana
tertuang
dalam
Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966
yang menandaskan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI
atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia

Sejarah terbentuknya pancasila

Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari


pemberian janji kemerdekaan di kemudian
hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada
tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah
Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)]] pada tanggal 29 April 1945
(2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan tata pemerintahan Indonesia
Merdeka.

Sejarah Perumusan Pncasila

Sejarah Perumusan Pancasila


Secara Etimologis

Sejak zaman Majapahit yaitu pada sekitar abad


ke XIV, dalam buku Nagarakertagama karangan
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular
telah disebut-sebut istilah Pancasila. Istilah
Pancasila dalam kitab Sutasoma mempunyai arti
berbatu sendi yang kelima (dari bahasa
Sansekerta) juga memiliki arti pelaksanaan
kesusilaan yang lima (Pancasila krama), yaitu; 1)
tidak boleh melakukan kekerasan, 2) tidak boleh
mencuri, 3) tidak boleh berjiwa dengki, 4) tidak
boleh berbohong, 5) tidak boleh mabuk minuman
keras. (Mateni, Maling, Madon, Mabok, Main).

Secara Historis

Secara Historis istilah Pancasila pertama kali


dikemukakan yaitu pada tanggal 1 Juni 1945
(dalam sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) oleh Ir.
Soekarno yang memberikan nama Pancasila
sebagai lima dasar dan pada saat itu beliau
mengusulkan agar dasar negara Indonesia
adalah Pancasila.

Peri Kebangsaan

Pada sidang
Pertama tgl 29 Mei
1945, Mr. M. Yamin
mengemukakan
lima asas dasar
sebagai berikut.

Di dalam
pembukaan UUD
tercantum rumusan
lima dasar negara
yang rumusannya
sebagai berikut :

Keadilan
Musyawarah
Keseimbangan
Kekeluargaan
Persatuan

Kemudian pada 31
Mei 1945, Mr.
Soepomo
mengemukakan lima
asas sebagai dasar
Negara, yaitu.

Pada

Piagam Jakarta (22 Juni 1945),

Dalam konstitusi RIS yang berlakuk

Dalam UUDS 1950 yang mulai


berlaku tanggal 17 agustus
1950 sampai dengan 5 juli
1959, terdapat rumusan
pancasila seperti rumusan
Konstitusi RIS sebagai berikut:

Norma hukum dan peraturan


Norma sebagai pedoman, ukuran, aturan

atau kebiasaan.
Norma ialah sesuatu yang dipakai untuk
mengatur sesuatu yang lain atau sebuah
ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai
kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Jadi secara terminologi menjadi dua macam.
Pertama, norma menunjuk suatu teknik.
Kedua, norma menunjukan suatu keharusan.
Kedua makna tersebut lebih kepada yang
bersifat normatif. Sedangkan norma-norma
yang kita perlukan adalah norma yang
bersifat prakatis, dimana norma yang dapat
diterapkan pada perbuatan-perbuatan
konkret.

Hukum
Hukum dan norma merupakan dua hal yang saling

berkaitan dalam kehidupan kita dan biasa disebut


dalam satu kesatuan. Baik hukum maupun norma
berperan untuk mengatur kehidupan manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan
oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui
lembaga atau institusi hukum.
Hukum merupakan norma yang memuat sanksi
yang tegas. Di Indonesia, istilah hukum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan
norma yang berlaku di Indonesia. Hukum Indonesia
adalah suatu sistem norma atau sistem aturan yang
berlaku di Indonesia. Sistem aturan tersebut
diwujudkan dalam perundang-undangan.

Kekuasaan politik pemerintah pusat dan

daerah
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 indonesia
adalah negara
kesatuan yang menganut
sistem desentralisasi, sehingga dikenal
adanya pemerintahan daerah . Keberadaan
pemerintah daerah itu setelah UUD 1945
diamandemen terdiri Dari Pemerintah Daerah
Propinsi
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota.

Dari sejumlah Peraturan Perundang-undangan

yang pernah berlaku dan sekarang masih


berlaku
dikenal pula berbagai
prinsip
pemencaran kekuasaan pemerintahan antara
pusat dan daerah, yakni ; (1) penyerahan
urusan; (2) pembagiian kewenangan dan (3)
dibawah keberlakuan UU No 32 Tahun 2004
dilakukan dibawah model pembagian urusan
antara pemerintah pusat dan daerah. Masing
konsep itu tentu memiliki konsekuensi
tersendiri
turut mempengaruhi hubungan
pemerintah pusat dan daerah.

Pola penyerahan urusan kepada daerah, maka

apa yang menjadi urusan rumah tangga


pemerintah daerah tergantung pada ada atau
tidak adanya penyerahan urusan kepada
daerah untuk diatur dan diurus sendiri
sebagai urusan ruimah tangganya. Dengan
pola penyerahan urusan besar kecilnya
urusan otonomi daerah tergantung pada
kebijakan politik pemerintah pusat atau
pemerintah
tingkat
atas.
Sementara
berdasarkan pola pembagian kewenangan,
antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sudah ditegaskan apa yang menjadi
kewenangan masing-masing dan yang dibagi
bukan urusan tetapi kewenangan.

Pemilu dan sistem demokrasi di Indonesia


Pemilu di Indonesia telah mempraktikkan
beberapa sistem politik atas nama demokrasi.
Pemilu
di
Indonesia
mengikut
system
demokrasi yang berbeda dari sejak Indonesia
merdeka sampai masa reformasi. Demokrasi
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat dan kratos yang
berarti pemerintahan. Jadi, bisa diartikan
bahwa dekorasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem
demokrasi tersebut mau tidak mau membawa
pengaruh terhadap system pemerintahan dan
system pemilu di Indonesia.

Sistem pemilihan dan pilkada di Indonesia

Praktik penyelenggaraan pemerintahan lokal di


Indonesia telah mengalami kemajuan sejak
masa reformasi, ini dapat dilihat dari
diberlakukannya undang-undang No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan
diberlakukannya undang -undang ini, hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah menjadi
lebih desentralistis, dalam arti sebagian besar
wewenang dibidang pemerintahan diserahkan
kepada daerah. Secara umum undang-undang
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah ini telah banyak membawa kemajuan
bagi daerah dan juga bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Namun demikian disisi lain, undang-undang

ini
dalam
pelaksanaannya
juga
telah
menimbulkan dampak negatif, antara lain
tampilnya kepala daerah sebagai raja-raja
kecil didaerah karena luasnya wewenang yang
dimiliki, tidak jelasnya hubungan hierarkis
dengan pemerintahan diatasnya, tumbuhnya
peluang korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
di daerah-daerah akibat wewenang yang luas
dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan
daerah serta money politic yang terjadi
dalam pemilihan kepala daerah (Abdullah,
2005: 3).

Menurut Fitriyah (2005:1) :


Pentingnya PILKADA secara langsung

membuat semua daerah harus


mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya
dan berusaha bagaimana dapat berlangsung
demokratis dan berkualitas sehingga benarbenar mendapatkan kepala daerah dan wakil
kepala daerah yang dapat membawa
kemajuan bagi daerah sekaligus
memberdayakan masyarakat daerahnya.
Selain itu, salah satu tujuan
diselenggarakannya pilkada secara langsung
ini juga dapat memberikan pendidikan politik
bagi masyarakat didaerah, dimana nantinya
mereka menjadi lebih pengalaman dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Pengembangan nilai demokrasi

Henry B Mayo dalam bukunya Introduction to


Demokratic Theory merinci beberapa nilai yang
terdapat dalam demokrasi, yaitu:
Menyelesaikan persoalan secara damai dan
melembaga.
Menjamin terselenggaaranya perubahan secara
damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah.
Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara
teratur.
Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang
minimum.
Mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman (diversity).
Menjamin tegaknya keadilan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai