Anda di halaman 1dari 22

Dinamika Pelaksanaan UUD 1945, Amandemen UUD 1945, Pancasila Sebagai

Paradigma Kehidupan Bangsa, Serta Paradigma Pembaharuan Hukum dan


Pembangunan Ekonomi Dan IPTEK Beserta Permasalahannya

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing Dr. Nina Nurani., S.H., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Retha Ghania Putri (C10210086)

Salsa Rahmadina (C10210090)

Kelas C / Semester 1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS

BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nama
resmi UUD 1945 yang telah diamandemen pada tahuan 1999-2002. Sungguhpun
UUD ini belum berapa lama diamandemen, namun akhir-akhir ini tepatnya pada
tahun 2007, suara untuk melakukan perubahan atas UUD 1945 mulai mengemuka.
Dipelopori oleh beberapa Anggota DPD yang menuntut penambahan kewenangan
agar DPD memeiliki otoritas dalam memutus pembentukan undangundang. Suara
yang diusung oleh DPD inipun akhirnya kandas karena tidak mendapat dukungan 1/3
anggota MPR sebagai syarat pintu masuk perubahan UUD. Kegagalan gerakan
menuju perubahan UUD ini juga karena tidak adanya momentum yang kuat
sebagaimana momentum perubahan UUD tahun 1999-2002.
Pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden Negara RI pada 21 Mei 19983 , yang
diikuti runtuhnya sebuah mitos atau suatu pandangan yang sengaja dibangun oleh
Presiden Soeharto pada waktu itu bahwa Undang Undang Dasar 1945 bernilai
“keramat” merupakan titik awal memontum penggerak lokomotif perubahan undang-
undang dasar. Tanpa momen yang kuat wacana perubahan undang-undang dasar akan
tetap menjadi wacana, isu perubahan undang-undang dasar hanya akan berjalan
ditempat.
Bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki konstitutusi sejak pra kemerdekaan,
yaitu pada masa pendudukan tentara Jepang. Konstitusi yang pertama adalah Hukum
Dasar yang disahkan oleh BPUPKI5 . Kemudian pada 18 Agustus 1945 satu hari
setelah pernyataan Kemerdekaan, PPKI membentuk undang-undang dasar, yang
diberi nama Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (kemudian dikenal dengan
sebutan UUD 1945). Pada tahun 1949, UUD 1945 diganti dengan Konstitusi RIS, dan
satu tahun kemudian diganti oleh UUD Sementara 1950. Beberapa tahun kemudian
UUDS itu diganti oleh UUD 1945 melalui keputusan Presiden yang dikenal dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan demikian, konstitusi Indonseia yang berlaku
hingga sekarang ini adalah UUD 1945 atau dapat juga disebut ”UUD Dekrit 1959”.
Konstitusi inilah yang mengalami amandemen.
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis
tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific
Revolution” paradigma juga merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-
asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai). sehingga merupakan
suatu sumber hukum-hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paradigma itu juga sendiri merupakan asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai
(merupakan sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan sendiri.
Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa diantaranya, menurut
bahasa inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan menurut bahasa
yunani paradigma yakni ‘para’ yang berarti disamping, disebelah, dan dikenal.
Kemudian menurut kamus psikologi paradigma diartikan sebagai satu model atau pola
mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang tersajikan. Ilmu
pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu
kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang
telah ada, dan jika demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar
serta asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
kembali meng-kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain
perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana proses dinamika pelaksanaan UUD 1945 ( Periode-Periode


pelaksanaan UUD)?
2. Jelaskan apa itu Amandemen UUD 1945?
3. Apa istilah/pengertian paradigma pancasila sebagai paradigma kehidupan bangsa
indonesia?
4. Jelaskan Pancasila sebagai paradigma pembaharuan tatanaman
hukum,pembangunan ekonomi dan IPTEK?
5. Apa saja Permasalahan yang ada?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945
2) Untuk mengetahui amandemen UUD 1945.
3) Untuk mengetahui istilah/pengertian paradigm pancasila sebagai paradigm kehidupan
bangsa indonesia.
4) Untuk mengetahui pancasila sebagai paradigm pembaharuan tatanaman
hokum,pembangunan ekonomi dan permasalahannya.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Atas dasar pemikiran ingin memperbaiki sistem ketatanegaraan agar sesuai


dengan prinsip Negara hukum, maka ada upaya untuk melakukan perubahan UUD
1945 dengan dasar pemikiran sebagai berikut:

a) Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada


kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan
rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya checks and balances pada institusi-
institusi ketatanegaraan.
b) Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah
executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi
dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak egislative (antara lain:
memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan kekuasaan egislative karena
memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
c) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan fleksibel sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945
(sebelum di amandemen).
d) UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk
mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang
kekuasaan egislative sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai
kehendaknya dalam Undang-undang.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi
manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek
penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Pancasila merupakan suatu paradigma dalam berpikir dan bertindakmasyarakat
Indonesia, sehingga Pancasila dijadikan sebagai landasan, acuan,metode, nilai, dan
tujuan yang ingin dicapai dalam program pembangunan. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan Indonesia adalah pancasila yang merupakan kerangka dasar dalam
berpikir untuk mengembangkannegara dan bangsa menuju negara dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea keempat. Hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasionalmengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional harus mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila
(Kaelan,2010). Pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusiaberdasarkan nilai kodrat manusia.
Pembangunan nasional merupakan suatu usahapeningkatan kualitas masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,berlandaskan kemampuan nasional
dengan memanfaatkan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global.Dalam pelaksanaanya, pembangunan
nasional mengacu pada kepribadian bangsadan nilai-nilai luhur yang universal untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yangberketuhanan, berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju serta kokoh dalamsegi moral dan etikanya yang sesuai dengan nilai
nilai didalam Pancasila.Paradigma pembangunan dijabarkan dalam berbagai budang,
diantaranya bidangekonomi, politik, sosial budaya, pengetahuan tekonologi, agama,
pertahanankeamanan, penegakan hukum.

BAB III

KASUS

1. Apa itu dinamika pelaksanaan UUD 1945?


2. Apa hadapan kedepannya untuk amandemen UUD?
3. Jelaskan periode-periode dalam perubahan/amandemen UUD?
4. Jelaskan apa yang dimaksud amandemen UUD?
5. Jelaskan apa itu paradigma?
6. Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan nasional?
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 (Periode-Periode Pelaksanaan UUD)


Undang-undang Dasar 1945 atau UUD 1945, merupakan hukum dasar tertulis
oleh konstitusi pemerintahan Indonesia. UUD 1945 disahkan sebagai Undang-undang
Dasar pada 18 Agustus 1945. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia dibuat pada 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dan disahkan
oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Setelah dihilangkannya anak
kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pada 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amandemen atau perubahan secara
resmi, yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia. Setelah ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dalam
pelaksanaannya, Undang-Undang Dasar 1945 mengalami masa berlaku dalam dua
kurun waktu yaitu :
 Kurun pertama sejak periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (masa
kemerdekaan), Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (masa UUDS 1950)
Pada awal terbentuknya tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 memiliki 37 pasal,
hingga sekarang setalah mengalami beberapa amandemen UUD 1945 telah memiliki
pasal seumlah 39 pasal. Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali.
Amandemen pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal,
amandemen kedua pada tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal, amandemen ke
tiga pada tanggal 10 november 2001 sejumlah pasal, dan amandemen keempat pada
tanggal 10 agustus 2002 sejumlah 10 pasal ditambah 3 pasal aturan peralihan dan
aturan tambahan 2 pasal. Pasal-pasal yang di amandemen diharapkan dapat
memberikan perubahan bangsa kea rah yang lebih baik.
 Kurun waktu kedua sejak tanggal 5 Juli 1959 (Dekrit Presiden) sampai sekarang dan
ini terbagi lagi menjadi ketiga masa yaitu : Orde Lama, Orde Baru dan masa
Reformasi.

1) Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29
Desember 1949).
Saat diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik Indonesia belum
mempunyai UndangUndang Dasar. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang
pertama adalah UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, berlaku
secara nasional sampai dengan tanggal 27 Desember 1949. Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mensahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang
Dasar di Negara Republik Indonesia. Penyusunan naskah Rancangan Undang-Undang
Dasar 1945 dimulai dari pembentukan BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei
1945. Sidang pertama mulai dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 menghasilkan
Pancasila dan masa persidangan kedua tanggal 10 Juli-17 Juli 1945 menghasilkan
UUD 1945. Dari persidangan-persidangan BPUPKI tersebut berhasil disusun naskah
komplit Rancangan Undang-Undang Dasar meliputi pernyataan Indonesia merdeka,
Pembukaan Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar teridiri atas pasal-
pasal. Pada 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena
Indonesia disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Pada tanggal 7 Oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum yang meminta
presiden untuk segera membentuk MPR, menanggapi hal itu, presiden mengeluarkan
maklumat wakil presiden pada tanggal 16 oktober 1945 memutuskan bahwa
kekuasaan legislatif diserahkan kepada Komite Nasional Indoesia Pusat (KNIP),
karena MPR dan DPR belum terbentuk. Dan pada tanggal 3 november 1945, wakil
presiden mengeluarkan maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai.
Terbentuknya kabinet pertama berdasarkan Kabinet Semi-Presidensial (Semi
Parlementer), sehingga peristiwa ini merupakan perubahan pertama dari sistem
pemerintah Indonesia terhadap UUD 1945. Dalam perjalannya ternyata ada beberapa
penyimpangan praktik kenegaraan yang sebenarnya sudah diatur dalam UUD 1945,
misalnya para menteri tidak bertanggungjawab kepada presiden, tetapi kepada badan
legislatif dan masih banyak lagi contoh yang lain. Pada periode pertama berlakunya
UUD 1945, ketentuan-ketentuan UUD 1945 itu dalam pelaksanaannya belum bisa
sepenuhnya dilaksanakan, hal itu dikarenakan kondisi dalam negara yang masih
belum stabil, baik kondisi politik, ekonomi maupun pemerintahan keamanan

2) Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
Sejak tanggal 27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950, seiring dengan terjadinya
perubahan bentuk Negara Republik Indonesia dari Negara Kesatuan menjadi Negara
Serikat sebagai hasil dari Konperensi Meja Bundar yang berlangsung pada tanggal 23
Agustus 1949 sampai dengan 2 Nopember 1949 di Kota Den Haag (Belanda), UUD
1945 pada kurun waktu itu hanya berlaku di Negara Bagian Republik Indonesia.
Sedangkan untuk seluruh wilayah negara diberlakukan Konstitusi RIS 1949, yang
berlangsung dari tanggal 27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950.
Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS. Pada masa ini, sistem
pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk
negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara, yang
masing-masing memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat Negara bagian republic Indonesia yang ber
ibukota di Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi kesepakatan antara
Negara RI yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara
kesatuan berdasarkan pada undang-undang dasar.Hal ini merupakan perubahan UUD
1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan.

3) Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)


Kemudian sejak 17 Agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959, seiring dengan terjadinya
kembali perubahan bentuk negara dari negara serikat menjadi negara kesatuan, maka
diberlakukanlah UUD Sementara Tahun 1950 atau yang lebih dikenal dengan sebutan
UUDS 1950. Pemberlakuan UUDS 1950 itu berlangsung sampai dengan keluarnya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, yang diantaranya menyatakan “Tidak berlakunya
UUDS 1950 dan menyatakan berlakunya kembali UUD 1945.
Pada periode UUDS 1950, diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang
sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya. Rakyat Indonesia kemudian sadar bahwa UUDS
1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok karena aturan pokok itu mengatur
bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem pemerintahan Indonesia.
Pihak-pihak yang berbeda pendapat tidak pernah mencapai suara dari jumlah
anggota Konstituante. Keadaan ini jika diteruskan akan menemui jalan buntu yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Untuk itu Presiden Soekarno
mencari jalan keluarnya dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang
berisikan:
 Menetapkan pembubaran konstituante.
 Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan terhitung
 mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan lagi.
 Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah- daerah
dan dewan agung sementara.

4) Periode Kembalinya ke UUD 1945 Orde Lama (demokrasi terpimpin) (5 juli


1959 – 11 maret 1966).

Pada Sidang Konstituante 1959, banyak kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru. Maka pada 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan
Dekrit Presiden yang salah satu isinya, memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan Undang-undang Dasar Sementara 1950. Namun
dalam pelaksanaanya ada 2 penyimpangan UUD 1945, di antaranya :

 Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta wakil ketua
DPA menjadi Menteri Negara.
 MPRS menetapkan Sukarno sebagai presiden seumur hidup.

Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945 sebagai satu-
satunya Undang-Undang Dasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa
pemerintahan orde lama (17 Agustus 1945 s.d. 10 Maret 1966), berbagai kebijakan
yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sering bertentangan dengan ketentuan UUD
1945, seperti misalnya:
 Tindakan Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955 dan
kemudian menggantikannya dengan DPRGR merupakan suatu tindakan yang sangat
bertentangan dengan UUD 1945, karena di dalam Penjelasan UUD 1945 dengan jelas
disebutkan bahwa “Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat. Dewan ini
tidak bisa dibubarkan oleh Presiden.”
 Pembentukan MPRS oleh Presiden yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota
DPRGR ditambah dengan utusan daerah dan utusan golongan yang seluruhnya
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, merupakan tindakan yang bertentangan
dengan UUD 1945. Karena di dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang
memberikan wewenang kepada Presiden untuk membentuk MPR serta mengangkat
dan memberhentikan seluruh anggotal-anggotanya. Di samping itu Presiden juga
mengangkat Ketua MPRS dan DPRGR serta mendudukannya sebagai menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden.
 Tindakan MPRS yang telah mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor: III / MPRS /
1963 tentang Pengangkatan Ir. Soekarno Menjadi Presiden Seumur Hidup, jelas telah
melanggar ketentuan Pasal 7 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Presiden dan
Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan setelah itu dapat
dipilih kembali.” Selanjutnya akibat dari pengangkatan Presiden seumur hidup itu
menyebabkan kekuasaan Presiden menjadi semakin besar dan tidak terbatas yang bisa
mengakibatkan Presiden dapat bertindak diktator, serta semua lembaga-lembaga
negara yang ada menjadi tidak dapat berfungsi atau lumpuh.

5) Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Pada masa orde baru (11 Maret 1966 s.d. Mei 1998) yang diawali dengan naiknya
Soeharto menjadi Presiden R.I. menggantikan Ir. Soekarno, pelaksanaan
ketentuanketentuan UUD 1945 pun masih mengalami beberapa penyimpangan, hal itu
tampak dari terjadinya beberapa peristiwa di bawah ini :
 Kebebasan / kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 UUD 1945 sangat dibatasi.
 Adanya rumusan Pasal 115 Ketetapan MPR R.I. Nomor: I / MPR / 1978 tentang
Peraturan Tata Tertib MPR.
 Maraknya perbuatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam lingkungan
pemerintahan negara.
 Penafsiran atas suatu ketentuan UUD 1945 yang harus dipakai adalah menurut versi
penguasa, sedangkan MPR hanya mengesahkan saja.
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan
UUD 1945, dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde Baru, UUD
1945 menjadi konstitusi yang sangat 'sakral', di antara melalui sejumlah peraturan :
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum. Undang-undang Nomor 5 Tahun
1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1983.

6) Periode UUD 1945 Diamandemen (1998-sekarang)


Pengalaman sejarah pada masa lalu baik masa Orde Lama maupun masa Orde
Baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UndangUndang Dasar 1945 yang
memiliki sifat “multi interpretable” atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga
mengakibatkan terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan presiden. Hal inilah yang
melatarbelakangi perlunya dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar
1945. Amandemen merupakan keharusan, karena hal itu akan mengantar bangsa
Indonesia egisla tahapan baru penataan terhadap ketatanegaraan. Amandemen
terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun
1999, di mana amandemen yang pertama dilakukan dengan memberikan tambahan
dan perubahan terhadap 9 pasal Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian amandemen
kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan tahun 2001 dan
amandemen terakhir dilakukan tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus
2002.
Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di
antaranya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan kesatuan, serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial. Dalam
kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 1-4 kali amandemen yang ditetapkan.
Perubahan empat kali UUD 1945 itu dapat diperinci sebagai berikut :
 Perubahan Pertama UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Umum MPR pada tanggal
14-21 Oktober 1999, berhasil diamandemen sebanyak 9 pasal.
 Perubahan Kedua UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR pada tanggal 7-
18 Agustus 2000 telah diamandemen sebayak 25 pasal.
 Perubahan Ketiga UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR pada tanggal 1-
9 November 2001 berhasil diamandemen sebanyak 23 pasal.
 Perubahan Keempat UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR pada tanggal
1-11 Agustus 2002 ini telah berhasil diamandemen 13 pasal serta 3 pasal Aturan
Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Itulah sejarah awal Undang-undang Dasar 1945, Mulai dari Periode awal hingga
Periode Perubahan yang mengalami 4 kali amandemen.

B. Amandemen UUD 1945

Sudah 65 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak pula sejarah yang tercatat
bangsa ini. Mulai dari yang sedih mapun yang menyenangkan. Undang-Undang Dasar
kita pun sudah sering bergonta ganti. Sebagai Mahasiswa kita harus tahu baik secara
rinci maupun secara pokoknya saja. Kita juga harus tanggap dan kritis dalam
mengkaji masalah ini. Karena ini sangat penting sebagai pelajaran untuk kebijakan-
kebijakan masa depan. Sehingga tidak terulang kebijakan-kebijakan yang salah yang
telah dilaksanakan bangsa kita. Demokrasi merupakan bentuk kekuasaan dari, oleh
dan untuk rakyat.
Undang-Undang Dasar 1945 di negara Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan, atau yang sering disebut amandemen. Amandemen adalah penambahan
atau perubahan, ada beberapa pengertian tentang perubahan ini, diantaranya:
penggantian naskah yang satu dengan naskah yang sama sekali berbeda, perubahan
dalam arti dalam naskah UUD dengan menambahkan, mengurangi, atau merevisi
sesuatu rumusan dalam naskah UUD itu menurut tradisi negara-negara Eropa
Kontinental, perubahan dengan cara melampirkan naskah perubahan itu pada naskah
UUD yang sudah ada, dan inilah yang biasa disebut dengan istilah amandemen
menurut tradisi Amerika Serikat.

 Tujuan Amandemen UUD 1945


a) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
b) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
c) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
d) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan
modern
e) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
f) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara

 Tahapan – Tahapan Amandemen UUD 1945


1) Amandemen pertama
Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, adalah perubahan pertama pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tahun 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999. Perubahan Pertama menyempurnakan
pasal-pasal berikut:

Pasal 5
“(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat”

Diubah menjadi

“(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan


Perwakilan Rakyat”

Pasal 7
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali”
Diubah menjadi

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan”

Pasal 9
“(1) Sebelum memangku jabatannya selama masa lima tahun, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 13
“(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta Negara lain”

Diubah menjadi

“(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.


(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14
“Presiden memberi grasi,amnesti, abolisi, dan rehabilitasi”

Diubah menjadi

“(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan


pertimbangan Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.”

Pasal 15
“Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.”

Diubah menjadi

“Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan undang-undang.”
Alasan Dilakukannya Amandemen Pertama

Peristiwa yang terjadi sebelum amandemen pertama ialah peristiwa reformasi.


Pada reformasi 1998, isu yang sangat santer di bincangkan adalah adanya rezim
Soeharto yang berkuasa terlalu lama. Salah satu yang akibat yang dituntut dari
reformasi 1998 adalah amandemen UUD 1945. Oleh karena itu, amandemen pertama
yang dilakukan adalah untuk mempertegas manakah yang menjadi wewenang
presiden dan yang tidak bisa dilakukan oleh seorang penguasa (dalam hal ini
presiden). Dalam amandemen yang pertama ini, sebagian pasal yang dirubah adalah
pasal-pasal yang selama ini multi tafsir, terutama yang mengatur tentang wewenang
seorang presiden. Selain itu, sistem MPR yang berlaku sebagai pelaksana tertinggi
kedaulatan rakyat sudah dapat dipegang oleh Soeharto. Seharusnya yang terjadi
adalah, soeharto sebagai presiden melaporkan hasil kerjanya kepada MPR karena
MPR lebih berwenang daripada presiden.
Dari amandemen pertama UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa reformasi yang
terjadi pada 1998 adalah pemicu dari diamandemennya UUD 1945. Amandemen juga
terjadi karena sebab-sebab tertentu yang menyebabkan perubahan tersebut perlu
dilakukan. Sebagai contoh saat Reformasi 1998, keadaan di Indonesia sudah kacau
balau dari sisi ekonomi (krisis moneter) dan dari sisi lainnya yang terlihat dari
penjarahan, pembakaran dll. Amandemen yang dilakukan tentu saja tidak mengubah
namun memperbaiki agar lebih baik dan tidak multi tafsir. Selain itu, untuk
melakukan amandemen diperlukan suatu alasan yang sangat kuat untuk
melakukannya dan terdapat alur yang jelas agar amandemen dapat terjadi.

2) Amandemen kedua

Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 tanggal 7- 18 Agustus 2000. Perubahan Kedua
menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut :

Pasal 18
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

Pasal 18A
1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta
hakhak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.

Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun

Pasal 20

Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan.

Alasan Dilakukannya Amandemen Kedua


Alasan diamandemennya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 salah satunya untuk mengamanatkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan otonomi daerah dengan menerbitkan
peraturan perundang-undangan, sehingga pemerintahan daerah bisa dan mampu
mengatur rumah tangganya sendiri dan dapat mengatur dan melaksanakan otonomi
daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada pemerintahan daerah. Dengan
pemberian otonomi daerah, pemerintahan daerah mendapat kekuasaan dan wewenang
yang penuh membentuk peraturan daerah bersama Dewan Perwakilan Daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah yang sesuai dengan asas otonomi dan tugas
pembantuan, yang dapat memberi dampak yang besar terjadi perubahan pola
hubungan pusat dan daerah yang selama ini berlaku sistem sentralisasi berubah
menjadi desentralisasi dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, tujuan perubahan juga untuk
menyempurnakan dan memperjelas hal-hal tentang HAM, Lambang Negara dan Lagu
Kebangsaan.

3) Amandemen ketiga
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Tahun 2001 tanggal 1–9 November 2001.

Alasan Dilakukannya Amandemen Ketiga


Pasal ini diubah karena Indonesia adalah negara yang konstitusional jadi di
Indonesia menjunjung tinggi konstitusi dan demokrasi Demokrasi ada 2 macam,
demokrasi langsung dan tidak langsung Demokrasi langsung: rakyat diikut serta kan
dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintah. Demokrasi
tidak langsung: pengambilan keputusan dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat
yang dipilihnya melalui pemilu. Dengan kata lain, aspirasi rakyat disalurkan melalui
wakil-wakil rakyat yang duduik di lembaga perwakilan rakyat.

4) Amandemen keempat
Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Alasan dilakukannya amandemen keempat


Tujuan dilakukan amandemen keempat salah satunya yaitu untuk
mengoptimalkan kepengurusan MPR dengan menjadikan MPR terdiri atas anggota
DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang. Selain itu, amandemen keempat juga menghapus Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan kemudian Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang. Alasan DPA dihapus karena nasehat
kepada presiden tidak perlu di berikan oleh lembaga negara yang kedudukannya
setara dengan presiden tetapi dapat diberikan oleh institusi yang keanggotaannya
ditentukan sendiri oleh presiden. Selain itu, amandemen keempat juga
menyempurnakan berbagai urusan ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan sosial.
C. Istilah/Pengertian Paradigma Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bangsa
Indonesia

Pancasila sebagai Paradigma

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif


menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar
negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup
manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

 Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga


 Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
 Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan


harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan
manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia


secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi
paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembaharuan Tatanan Hukum, Pembangunan
Ekonomi dan Permasalahan
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Politik Yang dimaksud pancasila sebagai
paradigma pembangunan politik adalah meletakkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila sebagai sumber nilai politik . Sumber nilai politik harus mengacu pada nilai-
nilai pancasila terutama sila ke-4 dimana semua praktik-praktik politik harus
berkembang atas asas kerakyatan.3 Hal ini dikarenakan warga negara merupakan
pelaku politik sehingga masyarakat harus mampu menempatkan kekuasaan
tertingginya sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem politik demokrasi
dimana kekuasaannyan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Warga indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subejek atau
pelaku politik bukan sekedar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari
kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat martabat
manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subyek harus
mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasan yang dimaksud
adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan
otoriter.
Berdasarkan hal tersebut sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan yaiyu terletak pada sila keempat pancasila. Pengembangan selanjutnya
adalah sistem politik di dasarkan pada asas-asas moral dari pada sila-sila pada
pancasila.
 Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja tetapi juga
rakyat Indonesia sebagai keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem dan keamanan
adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem keamanan rakyat semesta.
Menurut ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Pancasil merupakan sumber dari
segala sumber hukum, dengan demikian semua peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus tidak boleh bertentangan dengan pancasila sebagai Dasar Negara.
Pembukaan UUD 1945 yang memuat pancasila tidak boleh dirubah oleh siapapun
juga termasuk MPR. Hal ini didasarkan pada Pasal 3 dan Pasal 37 karena merubah isi
pembukaan berarti pembubaran negara.
 Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal itu
bertujuan untuk mensejahterakan rakyat secara keseluruhan. Pengembangan ekonomi
harus mampu menghindarkan diri dari monopoli serta persaingan bebas yang nantinya
akan memberikan keuntungan besar pada pihak-pihak yang kuat dalam bidang
ekonomi. Sedangkan, pengusaha-pengusaha kecil akan dirugikan dengan adanya
sistem persaingan bebas dalam perekonomian.
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33, menyebutkan bahwa sistem persaingan bebas
dan monopoli dilarang dalam perekonomian. Mengenai pasal 33 ini, penjelasan UUD
1945 menyatakan: “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan
anggotaanggota masyarakat.” Oleh sebab itu sistem perekonomian negara harus
mengutamakan kesejahteraan rakyat. Masyarakat pun harus ikut andil dalam kegiatan
pembangunan ekonomi. Sedangkan pemerintah berkewajiban memberikan
pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha.
 Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya adalah
mendasarkan pembangunan sosial budaya berdasarkan nilainilai yang telah ada dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada hakikatnya merupakan dasar
dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam rangka pembangunan sosial
budaya, Pancasila merupakan sumber normatif yang bertujuan untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Menjadikan warga negara menjadi masyarakat yang
beradab dan berbudaya.
Pada era globalisasi, nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat
sudah mulai tertimbun oleh budaya-budaya barat yang masuk ke Indonesia. Nyaris
semua penduduk Indonesia terpengaruh oleh budaya-budaya tersebut baik itu budaya
yang bersifat positive maupun budaya yang negative. Dengan masuknya berbagai
budayabudaya baru, masyarakat mulai meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah
berkembang dalam ruang lingkupnya dan mereka lebih memilih budaya-budaya
bangsa barat yang bahkan tidak sesuai dengan nilainilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Hal tersebut membuat masyarakat memiliki sifat-sifat biadab, contohnya seperti
gaya berpakaian yang meniru bangsa barat, berbagai macam tarian-tarian bangsa barat
yang mengandung unsur pornografi, dan lain sebagainya. Sudah menjadi tugas
pemerintah untuk mengingatkan serta mengarahkan masyarakat untuk kembali
menerapkan aspek budaya yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai ketuhanan,
dan nilai keberadaban.
 Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Kehidupan Antar Umat
Beragama.
Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indo-nesia
terjadikonflik sosial yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada
masalah agama. Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia ke arah
kehidupan beragamayang tidak berkemanusiaan. Tragedi di Ambon,Poso, Medan,
Mataram, Kupang serta daerah-daerah lainnya aenunjukkan betapa semakin
melemahnya toleransi kehidupan beragama yang berdasarkan kemanusiaan yang adil
dan beradab. Oleh karena itu merupakan suatu tugas berat bagi bangsa Indonesia
untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling
menghargai,saling menghormati dan saling mencintaisebagai sesama umat manusia
yang beradab.Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental bagi
umat bangsa Indonesiauntuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia tercinta ini. Manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh
karena itu manusia wajib untuk beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa dalam
wilayah negara di mana mereka hidup.
Pancasila juga telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat
beragama untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Sesuai dengan nilai7 nilai yang terkandung pada nilai pancasila sila
pertama dan sila kedua yang berbunyi ketuhanan yang esa dan kemanusiaan yang adil
dan beradab. Negara Indonesia sangat terbuka dengan umat beragama lainya. Negara
Indonesia juga memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama serta
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinanya masing-masing.
 Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia
yang meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan
martabat manusia. Pancasila memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan
IPTEK sebagai hasil kebudayaan manusia yaitu harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemudian ada beberapa makna
dalam pancasila dalam pembangunan IPTEK yaitu:
 Sila ketuhanan yang maha esa memberikaan arti bahwa iptek tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, namun juga dipertimbangkan
maksud-maksudnya dan akibatnya, apakah merugikan manusia dan alam sekitarnya.
 Sila kemanusiaan yang adil dan beradap memberikan dasar moralitas bahwa dalam
pengembangan IPTEK haruslah bersikap beradap, pengembangan iptek yang
merugikan tidak akan mewujudkan tujuan sebenarnya Iptek yaitu kesejahteraan.
 Sila persatuan indonesia memberikan arti bahwa pengembangan iptek hendaknya
dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, sehingga pengembangan iptek dapat
memunculkan persatuan.
 Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis, artinya setiap
individu bebas dalam melakukan pengembangan iptek. Para pengembang iptek harus
bersikap terbuka, artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan teori lainnya.
 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan.

E. Permasalahan
1. Pembangunan ekonomi hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi di Indonesia memiliki permasalahan dalam orientasinya,
dimana pada hal ini banyak proses pembangunan ekonomi yang terfokus pada
pertumbuhan ekonominya saja, sedangkan pemerataan jauh dari perhatian pemerintah
dan birokrasinya, sehingga pada permasalahan ini sering kali proses pembangunan
ekonomi dianggap hanya pernyataan verbal belaka bagi penguasa dan pemerintah.
Ketidakadaannya nilai keadilan pada pembangunan ekonomi menimbulkan
ketimpangan sosial ekonomi secara meluas, hal ini bertentangan dengan paradigma
Pancasila sebagai dasar pembangunan ekonomi di Indonesia.
Pemerintah dan birokrasinya patut dipertanyakan tentang keberpihakannya
kepada nilai keadilan, yaitu ketika pemerintah dan kaki tangannya secara berulang
terus menggusur pelaku ekonomi kecil dan menggantikannya dengan pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
Dengan demikian dalam pembangunan ekonomi yang berpusat pada pertumbuhan
ekonomi telah meminggirkan nilai keadilan bagi masyarakat miskin dan tak berdaya.
Diharapkan pemerintah dan birokrasinya dapat memperbaiki orientasi pembangunan
ekonomi di Indonesia menjadi lebih mengutamakan keadilan sebagaimana yang
terncantum pada Pancasila yang juga sebagaia paradigma pembangunan ekonomi di
Indonesia.

2. Masih adanya ketidakadilan pada tatanan hukum dan penegakkannya di


Indonesia.
Pembaharuan tatanan hukum di Indonesia masih memiliki permasalahan dalam
keadilannya. Hukum seharusnya ditegakkan sesuai aturan demi kemanusiaan, tetapi
penerapan yang kaku dan positivistik justru menciptakan ketidakadilan.
Kenyataan penerapan hukum di Indonesia masih sering ditemukannya keajdian
penegakan hukum tanpa menggunakan hati nurani. Pendekatan dalam penegakan
hukum hanya berlandaskan pada legal-formalistik, hanya mengacu pada teks undang-
undang. Sebagian penegak hukum merasa telah cukup puas apabila telah menegakkan
hukum dengan cara melaksanakan teks undang-undang. Mereka tidak berupaya keras
untuk mencari dan menemukan keadilan dan kebenaran di dalam atau dibalik teks
undang-undang tersebut. Akibatnya penerapan hukum di Indonesia kerap terkesan
kejam dan masih jauh dari rasa keadilan sejati. Banyak aparat penegak hukum belum
dapat memahami makna dari nilai-nilai keadilan di masyarakat.
Hukum sendiri harus tegas mengatur bahwa kesetaraan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban masyarakat dikawal oleh Undang-undang, dan diatur dalam ketentuan-
ketentuan rinci dengan sanksi-sanksi. Tidak boleh ada perbedaan perlakuan atas dasar
golongan, kedudukan politis, agama, etnis, warna kulit, atau strata masyarakat. Semua
orang sama di depan hukum. Penegakkan hak azasi manusia dan supremasi hukum
merupakan satu cara di mana keadilan bisa lebih terjamin. Keadilan tidak saja
menyangkut kesetaraan didepan hukum, tetapi juga keadilan untuk memperoleh
kesempatan pendidikan, pekerjaan dan informasi.

3. Belum meratanya pembangunan IPTEK di Indonesia


Pembangunan IPTEK di Indonesia belum menyeluruh dan masih banyak yang
tertinggal. Ketertinggalan itu disebabkan oleh berbagai hal, seperti :
 kondisi geografis yang sulit dikembangkan
 sumber daya alam yang tidak memadai
 kualitas sumber daya manusia yang rendah
 infrastruktur yang tidak memadai, dan
 kebijakan yang tidak tepat di masa lalu.
Hal ini seharusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
pemberian tekonologi yang merata agar kemajuan IPTEK di Indonesia menyeluruh
dan juga bisa memanfaatkan teknologi bagi peningkatkan ekonomi masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

Melihat kepada dua periode berlakunya UUD 1945, yaitu baik pada periode 18
Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949, maupun periode 5 Juli 1959 s.d. sekarang, yang selalu
terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan UUD 1945 yang dilakukan oleh
pihak penguasa, maka patut diduga bahwa hal tersebut dimungkinkan terjadi karena keadaan
UUD 1945 pada waktu itu masih memiliki kelemahan-kelemahan ataupun kekurangan-
kekurangan, dimana beberapa ketentuan UUD 1945 masih ada yang tidak sesuai dengan
perubahan atau perkembangan jaman, baik dalam tingkat nasional maupun global. Di
samping itu, banyak pula hal-hal yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara
yang belum diatur dalam UUD 1945. Sampai dengan sekarang, UUD 1945 telah mengalami
empat kali amandemen (perubahan). Amandemen UUD 1945 tersebut dilakukan dalam
bentuk: Memperbaiki atau menghilangkan sebagian susunan katakatanya, menghilangkan
seluruh katakatanya, serta menambahkan sesuatu yang belum diatur dalam UUD 1945.
Sekalipun telah dilakukan 4 (empat) kali amandemen UUD 1945, akan tetapi masih belum
menghasilkan suatu Undang-Undang Dasar yang lengkap, untuk itu amandemen UUD 1945
masih perlu dilanjutkan guna mendapatkan UUD 1945 yang lengkap. Selanjutnya, karena
wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD 1945 ada di tangan MPR, maka untuk itu
diperlukan anggota-anggota MPR yang kwalified, yaitu yang mampu, matang, serta
menguasai teknik mengubah UUD, maupun yang memahami kebutuhan serta dinamika.
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.

SARAN
Diharapkan pembaca mengetahui dan dapat menjelaskan dinamika pelaksanaan UUD
1945 dan Amandemen UUD 1945, serta menetapkan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan di Indonesia dengan segala aspeknya.

Anda mungkin juga menyukai