Ditulis untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas C / Semester 1
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nama
resmi UUD 1945 yang telah diamandemen pada tahuan 1999-2002. Sungguhpun
UUD ini belum berapa lama diamandemen, namun akhir-akhir ini tepatnya pada
tahun 2007, suara untuk melakukan perubahan atas UUD 1945 mulai mengemuka.
Dipelopori oleh beberapa Anggota DPD yang menuntut penambahan kewenangan
agar DPD memeiliki otoritas dalam memutus pembentukan undangundang. Suara
yang diusung oleh DPD inipun akhirnya kandas karena tidak mendapat dukungan 1/3
anggota MPR sebagai syarat pintu masuk perubahan UUD. Kegagalan gerakan
menuju perubahan UUD ini juga karena tidak adanya momentum yang kuat
sebagaimana momentum perubahan UUD tahun 1999-2002.
Pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden Negara RI pada 21 Mei 19983 , yang
diikuti runtuhnya sebuah mitos atau suatu pandangan yang sengaja dibangun oleh
Presiden Soeharto pada waktu itu bahwa Undang Undang Dasar 1945 bernilai
“keramat” merupakan titik awal memontum penggerak lokomotif perubahan undang-
undang dasar. Tanpa momen yang kuat wacana perubahan undang-undang dasar akan
tetap menjadi wacana, isu perubahan undang-undang dasar hanya akan berjalan
ditempat.
Bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki konstitutusi sejak pra kemerdekaan,
yaitu pada masa pendudukan tentara Jepang. Konstitusi yang pertama adalah Hukum
Dasar yang disahkan oleh BPUPKI5 . Kemudian pada 18 Agustus 1945 satu hari
setelah pernyataan Kemerdekaan, PPKI membentuk undang-undang dasar, yang
diberi nama Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (kemudian dikenal dengan
sebutan UUD 1945). Pada tahun 1949, UUD 1945 diganti dengan Konstitusi RIS, dan
satu tahun kemudian diganti oleh UUD Sementara 1950. Beberapa tahun kemudian
UUDS itu diganti oleh UUD 1945 melalui keputusan Presiden yang dikenal dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan demikian, konstitusi Indonseia yang berlaku
hingga sekarang ini adalah UUD 1945 atau dapat juga disebut ”UUD Dekrit 1959”.
Konstitusi inilah yang mengalami amandemen.
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis
tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific
Revolution” paradigma juga merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-
asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai). sehingga merupakan
suatu sumber hukum-hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paradigma itu juga sendiri merupakan asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai
(merupakan sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan sendiri.
Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa diantaranya, menurut
bahasa inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan menurut bahasa
yunani paradigma yakni ‘para’ yang berarti disamping, disebelah, dan dikenal.
Kemudian menurut kamus psikologi paradigma diartikan sebagai satu model atau pola
mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang tersajikan. Ilmu
pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu
kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang
telah ada, dan jika demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar
serta asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
kembali meng-kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain
perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
BAB III
KASUS
PEMBAHASAN
1) Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29
Desember 1949).
Saat diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik Indonesia belum
mempunyai UndangUndang Dasar. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang
pertama adalah UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, berlaku
secara nasional sampai dengan tanggal 27 Desember 1949. Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mensahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang
Dasar di Negara Republik Indonesia. Penyusunan naskah Rancangan Undang-Undang
Dasar 1945 dimulai dari pembentukan BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei
1945. Sidang pertama mulai dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 menghasilkan
Pancasila dan masa persidangan kedua tanggal 10 Juli-17 Juli 1945 menghasilkan
UUD 1945. Dari persidangan-persidangan BPUPKI tersebut berhasil disusun naskah
komplit Rancangan Undang-Undang Dasar meliputi pernyataan Indonesia merdeka,
Pembukaan Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar teridiri atas pasal-
pasal. Pada 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena
Indonesia disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Pada tanggal 7 Oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum yang meminta
presiden untuk segera membentuk MPR, menanggapi hal itu, presiden mengeluarkan
maklumat wakil presiden pada tanggal 16 oktober 1945 memutuskan bahwa
kekuasaan legislatif diserahkan kepada Komite Nasional Indoesia Pusat (KNIP),
karena MPR dan DPR belum terbentuk. Dan pada tanggal 3 november 1945, wakil
presiden mengeluarkan maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai.
Terbentuknya kabinet pertama berdasarkan Kabinet Semi-Presidensial (Semi
Parlementer), sehingga peristiwa ini merupakan perubahan pertama dari sistem
pemerintah Indonesia terhadap UUD 1945. Dalam perjalannya ternyata ada beberapa
penyimpangan praktik kenegaraan yang sebenarnya sudah diatur dalam UUD 1945,
misalnya para menteri tidak bertanggungjawab kepada presiden, tetapi kepada badan
legislatif dan masih banyak lagi contoh yang lain. Pada periode pertama berlakunya
UUD 1945, ketentuan-ketentuan UUD 1945 itu dalam pelaksanaannya belum bisa
sepenuhnya dilaksanakan, hal itu dikarenakan kondisi dalam negara yang masih
belum stabil, baik kondisi politik, ekonomi maupun pemerintahan keamanan
2) Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
Sejak tanggal 27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950, seiring dengan terjadinya
perubahan bentuk Negara Republik Indonesia dari Negara Kesatuan menjadi Negara
Serikat sebagai hasil dari Konperensi Meja Bundar yang berlangsung pada tanggal 23
Agustus 1949 sampai dengan 2 Nopember 1949 di Kota Den Haag (Belanda), UUD
1945 pada kurun waktu itu hanya berlaku di Negara Bagian Republik Indonesia.
Sedangkan untuk seluruh wilayah negara diberlakukan Konstitusi RIS 1949, yang
berlangsung dari tanggal 27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950.
Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS. Pada masa ini, sistem
pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk
negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara, yang
masing-masing memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat Negara bagian republic Indonesia yang ber
ibukota di Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi kesepakatan antara
Negara RI yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara
kesatuan berdasarkan pada undang-undang dasar.Hal ini merupakan perubahan UUD
1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan.
Pada Sidang Konstituante 1959, banyak kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru. Maka pada 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan
Dekrit Presiden yang salah satu isinya, memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan Undang-undang Dasar Sementara 1950. Namun
dalam pelaksanaanya ada 2 penyimpangan UUD 1945, di antaranya :
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta wakil ketua
DPA menjadi Menteri Negara.
MPRS menetapkan Sukarno sebagai presiden seumur hidup.
Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945 sebagai satu-
satunya Undang-Undang Dasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa
pemerintahan orde lama (17 Agustus 1945 s.d. 10 Maret 1966), berbagai kebijakan
yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sering bertentangan dengan ketentuan UUD
1945, seperti misalnya:
Tindakan Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955 dan
kemudian menggantikannya dengan DPRGR merupakan suatu tindakan yang sangat
bertentangan dengan UUD 1945, karena di dalam Penjelasan UUD 1945 dengan jelas
disebutkan bahwa “Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat. Dewan ini
tidak bisa dibubarkan oleh Presiden.”
Pembentukan MPRS oleh Presiden yang anggota-anggotanya terdiri atas anggota
DPRGR ditambah dengan utusan daerah dan utusan golongan yang seluruhnya
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, merupakan tindakan yang bertentangan
dengan UUD 1945. Karena di dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang
memberikan wewenang kepada Presiden untuk membentuk MPR serta mengangkat
dan memberhentikan seluruh anggotal-anggotanya. Di samping itu Presiden juga
mengangkat Ketua MPRS dan DPRGR serta mendudukannya sebagai menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden.
Tindakan MPRS yang telah mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor: III / MPRS /
1963 tentang Pengangkatan Ir. Soekarno Menjadi Presiden Seumur Hidup, jelas telah
melanggar ketentuan Pasal 7 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Presiden dan
Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan setelah itu dapat
dipilih kembali.” Selanjutnya akibat dari pengangkatan Presiden seumur hidup itu
menyebabkan kekuasaan Presiden menjadi semakin besar dan tidak terbatas yang bisa
mengakibatkan Presiden dapat bertindak diktator, serta semua lembaga-lembaga
negara yang ada menjadi tidak dapat berfungsi atau lumpuh.
5) Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Pada masa orde baru (11 Maret 1966 s.d. Mei 1998) yang diawali dengan naiknya
Soeharto menjadi Presiden R.I. menggantikan Ir. Soekarno, pelaksanaan
ketentuanketentuan UUD 1945 pun masih mengalami beberapa penyimpangan, hal itu
tampak dari terjadinya beberapa peristiwa di bawah ini :
Kebebasan / kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 UUD 1945 sangat dibatasi.
Adanya rumusan Pasal 115 Ketetapan MPR R.I. Nomor: I / MPR / 1978 tentang
Peraturan Tata Tertib MPR.
Maraknya perbuatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam lingkungan
pemerintahan negara.
Penafsiran atas suatu ketentuan UUD 1945 yang harus dipakai adalah menurut versi
penguasa, sedangkan MPR hanya mengesahkan saja.
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan
UUD 1945, dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde Baru, UUD
1945 menjadi konstitusi yang sangat 'sakral', di antara melalui sejumlah peraturan :
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum. Undang-undang Nomor 5 Tahun
1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1983.
Sudah 65 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak pula sejarah yang tercatat
bangsa ini. Mulai dari yang sedih mapun yang menyenangkan. Undang-Undang Dasar
kita pun sudah sering bergonta ganti. Sebagai Mahasiswa kita harus tahu baik secara
rinci maupun secara pokoknya saja. Kita juga harus tanggap dan kritis dalam
mengkaji masalah ini. Karena ini sangat penting sebagai pelajaran untuk kebijakan-
kebijakan masa depan. Sehingga tidak terulang kebijakan-kebijakan yang salah yang
telah dilaksanakan bangsa kita. Demokrasi merupakan bentuk kekuasaan dari, oleh
dan untuk rakyat.
Undang-Undang Dasar 1945 di negara Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan, atau yang sering disebut amandemen. Amandemen adalah penambahan
atau perubahan, ada beberapa pengertian tentang perubahan ini, diantaranya:
penggantian naskah yang satu dengan naskah yang sama sekali berbeda, perubahan
dalam arti dalam naskah UUD dengan menambahkan, mengurangi, atau merevisi
sesuatu rumusan dalam naskah UUD itu menurut tradisi negara-negara Eropa
Kontinental, perubahan dengan cara melampirkan naskah perubahan itu pada naskah
UUD yang sudah ada, dan inilah yang biasa disebut dengan istilah amandemen
menurut tradisi Amerika Serikat.
Pasal 5
“(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat”
Diubah menjadi
Pasal 7
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali”
Diubah menjadi
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan”
Pasal 9
“(1) Sebelum memangku jabatannya selama masa lima tahun, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Atau Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 13
“(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta Negara lain”
Diubah menjadi
Pasal 14
“Presiden memberi grasi,amnesti, abolisi, dan rehabilitasi”
Diubah menjadi
Pasal 15
“Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.”
Diubah menjadi
“Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan undang-undang.”
Alasan Dilakukannya Amandemen Pertama
2) Amandemen kedua
Pasal 18
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.
Pasal 18A
1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Pasal 18B
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta
hakhak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
Pasal 20
Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan.
3) Amandemen ketiga
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Tahun 2001 tanggal 1–9 November 2001.
4) Amandemen keempat
Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
E. Permasalahan
1. Pembangunan ekonomi hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi di Indonesia memiliki permasalahan dalam orientasinya,
dimana pada hal ini banyak proses pembangunan ekonomi yang terfokus pada
pertumbuhan ekonominya saja, sedangkan pemerataan jauh dari perhatian pemerintah
dan birokrasinya, sehingga pada permasalahan ini sering kali proses pembangunan
ekonomi dianggap hanya pernyataan verbal belaka bagi penguasa dan pemerintah.
Ketidakadaannya nilai keadilan pada pembangunan ekonomi menimbulkan
ketimpangan sosial ekonomi secara meluas, hal ini bertentangan dengan paradigma
Pancasila sebagai dasar pembangunan ekonomi di Indonesia.
Pemerintah dan birokrasinya patut dipertanyakan tentang keberpihakannya
kepada nilai keadilan, yaitu ketika pemerintah dan kaki tangannya secara berulang
terus menggusur pelaku ekonomi kecil dan menggantikannya dengan pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
Dengan demikian dalam pembangunan ekonomi yang berpusat pada pertumbuhan
ekonomi telah meminggirkan nilai keadilan bagi masyarakat miskin dan tak berdaya.
Diharapkan pemerintah dan birokrasinya dapat memperbaiki orientasi pembangunan
ekonomi di Indonesia menjadi lebih mengutamakan keadilan sebagaimana yang
terncantum pada Pancasila yang juga sebagaia paradigma pembangunan ekonomi di
Indonesia.
Melihat kepada dua periode berlakunya UUD 1945, yaitu baik pada periode 18
Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949, maupun periode 5 Juli 1959 s.d. sekarang, yang selalu
terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan UUD 1945 yang dilakukan oleh
pihak penguasa, maka patut diduga bahwa hal tersebut dimungkinkan terjadi karena keadaan
UUD 1945 pada waktu itu masih memiliki kelemahan-kelemahan ataupun kekurangan-
kekurangan, dimana beberapa ketentuan UUD 1945 masih ada yang tidak sesuai dengan
perubahan atau perkembangan jaman, baik dalam tingkat nasional maupun global. Di
samping itu, banyak pula hal-hal yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara
yang belum diatur dalam UUD 1945. Sampai dengan sekarang, UUD 1945 telah mengalami
empat kali amandemen (perubahan). Amandemen UUD 1945 tersebut dilakukan dalam
bentuk: Memperbaiki atau menghilangkan sebagian susunan katakatanya, menghilangkan
seluruh katakatanya, serta menambahkan sesuatu yang belum diatur dalam UUD 1945.
Sekalipun telah dilakukan 4 (empat) kali amandemen UUD 1945, akan tetapi masih belum
menghasilkan suatu Undang-Undang Dasar yang lengkap, untuk itu amandemen UUD 1945
masih perlu dilanjutkan guna mendapatkan UUD 1945 yang lengkap. Selanjutnya, karena
wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD 1945 ada di tangan MPR, maka untuk itu
diperlukan anggota-anggota MPR yang kwalified, yaitu yang mampu, matang, serta
menguasai teknik mengubah UUD, maupun yang memahami kebutuhan serta dinamika.
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
SARAN
Diharapkan pembaca mengetahui dan dapat menjelaskan dinamika pelaksanaan UUD
1945 dan Amandemen UUD 1945, serta menetapkan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan di Indonesia dengan segala aspeknya.