Anda di halaman 1dari 18

PERTEMUAN KE- 6

PENDAHULUAN:

Materi pada perkuliahan ke Enam ini diarahkan Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif dinamika pelaksanaan UUD 1945, amandemen
UUD 1945, Pancasila sebagai paradigma kehidupan kehidupan bangsa, serta paradigma pembaharuan
hukum dan pembangunan ekonomi dan IPTEK dan Permasalahannya, sebagai orientasi pendidikan
pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif dinamika
pelaksanaan UUD 1945, amandemen UUD 1945, Pancasila sebagai paradigma kehidupan
kehidupan bangsa, serta paradigma pembaharuan hukum dan pembangunan ekonomi dan IPTEK dan
permasalahannya, sebagai orientasi pendidikan sosiologi dan politik agar menjadi pedoman
berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

DESKRIPSI SINGKAT MATERI:

Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian :

a. Dinamika pelaksanaan UUD 1945 (periode-periode pelaksanaan UUD) ;

b. Amandemen UUD 1945 ;

d. Istilah/pengertian paradigma Pancasila sebagai paradigma kehidupan bangsa Indonesia

e. Pancasila sebagai paradigma pembaharuan tatanan hukum, pembangunan ekonomi dan

IPTEK

c. Permasalahan.

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi mahasiswa untuk
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif dinamika pelaksanaan
UUD 1945, amandemen UUD 1945, Pancasila sebagai paradigma kehidupan kehidupan
bangsa, serta paradigma pembaharuan hukum dan pembangunan ekonomi dan IPTEK dan
permasalahannya, di perguruan tinggi. Meyakini nilai-nilai Tinjauan bewrbagai kebijakan
sektor pendidikan di Indonesia dari sisi ekonomi, social dan politik beserta permasalahannya
sebagai orientasi Pendidikan Pancasila agar menjadi pedoman berkarya di Perguruan Tinggi.

Secara khusus, materi ini akan membekali mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif dinamika pelaksanaan UUD 1945, amandemen
UUD 1945, Pancasila sebagai paradigma kehidupan kehidupan bangsa, serta paradigma
pembaharuan hukum dan pembangunan ekonomi dan IPTEK dan permasalahannya, sebagai
orientasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Meyakini nilai – nilai Pancasila sebagai
otientasi agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

PENYAJIAN:

Dinamika pelaksanaan UUD 1945 (periode-periode pelaksanaan UUD) di


Indonesia

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk


pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa
sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila.

Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk
menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang
akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena
hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa
Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia mengalami


perkembangan yang pesat, hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi hukum-hukum di
beberapa Negara termasuk Indonesia. Indonesia mengalami perubahan hukum yang mendasar,
ditandai dengan adanya amandemen pada UUD 1945. Pada awal terbentuknya, UUD 1945
memiliki 37 pasal, hingga sekarang setalah mengalami beberapa amandemen UUD 1945 telah
memiliki pasal seumlah 39 pasal. Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali.
Amandemen pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal, amandemen
kedua pada tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal, amandemen ke tiga pada tanggal 10
november 2001 sejumlah pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 agustus 2002
sejumlah 10 pasal ditambah 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. pasal-pasal
yang di amandemen diharapkan dapat memberikan perubahan bangsa kea rah yang lebih baik.

1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29 Desember
1949)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan pemerintahan


parlementer karena khawatir dengan pemberian kekuasaan yang begitu besar pada presiden
oleh UUD. Karena itu pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum yang
meminta presiden untuk segera membentuk MPR, menanggapi hal itu, presiden mengeluarkan
maklumat wakil presiden pada tanggal 16 oktober 1945 yang berisi “bahwa komite nasional
pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan
GBHN, serta membentuk badan pekerjaan”, dan pada tanggal 3 november 1945, wakil presiden
mengeluarkan maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai. Terbentuknya
cabinet pertama berdasarkan system parlementer dengan perdana menteri syahrir pada tanggal
14 november 1945. Hal itu berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang ekonomi, politik
maupun pemerintahan.

Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara kesatuan
republic Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS. Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat
Negara bagian republic Indonesia yang ber ibukota di Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus
1950, terjadi kesepakatan antara Negara RI yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali
membentuk Negara kesatuan berdasarkan pada undang-undang dasar.
2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 – 11 maret
1966.

Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu presiden
mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :

a) Menetapkan pembubaran konstituante.


b) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan terhitung
mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan lagi.
c) Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah- daerah
dan dewan agung sementara.

Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde lama
yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme. Penyimpanagan ideologis
tersebut berakibat pada penyimpangan konstitusional seperti Indonesia diarahkan menjadi
demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang jelas menyimpang dari apa yang tercantum
dalam UUD 1945. Puncaknya adalah adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil
dihentikan oleh generasi muda Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat)
yang isisnya:

a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga mengakibatkan dikeluarkannya


surat perintah 11 maret 1966 yang memberiaka kekuasan pada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan Negara.

3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)

Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi mengembalikan
keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga mempelopori pembangunan nasional
sehingga sering dikenal sebagai orde pembangunan.
MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :

a. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan agar
presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.
b. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali
pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.
c. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber
tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
d. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan
dan kekaryaan.
e. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia,
dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan
faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di bidang
politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari 1967, GDRGR
mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR agar mengadakan siding istimewa pada bulan
maret 1967. Keputusan yang diperoleh dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.

Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang


pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto.

Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal


8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam kaitan dengan itu di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam
Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang
susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan perwakilan rakyat dan dewan
rakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah OrdeBaru
berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil pemilu pertama tersebut pemerintah
bertekat untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.
4. Pelaksanaan UUD 1945 masa Reformasi ( 22 Mei 1998 – sekarang)

Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun 1998
membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi seperti yang
tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas
dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan
nepotisme(KKN). Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama
karena adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia
hancur. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh
generasi muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya
reformasi disegala bidang Negara. Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya
presiden Soeharto dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada
tanggal 21 mei 1998.

Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 45 yang berlaku pada jaman orde
baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu diadakan amandemen lagi. Berbagai
macam produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara
lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun
1999, tentang pemilihan umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang
pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar
pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara
yangbersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah
mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD hasil
aspirasi rakyat secara demokratis.
Amandemen UUD 1945

Pengertian Amandemen

Sudah 65 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak pula sejarah yang tercatat bangsa ini.
Mulai dari yang sedih mapun yang menyenangkan. Undang-Undang Dasar kita pun sudah
sering bergonta ganti. Sebagai Mahasiswa kita harus tahu baik secara rinci maupun secara
pokoknya saja. Kita juga harus tanggap dan kritis dalam mengkaji masalah ini. Karena ini
sangat penting sebagai pelajaran untuk kebijakan-kebijakan masa depan. Sehingga tidak
terulang kebijakan-kebijakan yang salah yang telah dilaksanakan bangsa kita. Demokrasi
merupakan bentuk kekuasaan dari, oleh dan untuk rakyat.

Harapan terbesar adalah Undang-Undang 1945 menjadi paying hokum bagi Undang-
Undang. Akan Tetapi Undang-Undang bukan merupakan syarat mutlak untuk adanya suatu
Negara dan juga buksn merupakan syarat mutlak untuk adanya penyelengggaraan Negara yang
baik. Tetepi dizaman modern sekarang ini, Undang-Undang Dasar adalah perlu adnya. Dengan
adanya Undang-Undang Dasar dapat diketahui dengan jelas dan dapat dijamin adanya suatu
system yang tertentu dari ketatanegaraan yang dimengerti oleh rakyanya serta
penyelenggaranya, sehingga kekuasaan dari pada penguasa dapat dibatasi.

Undang-Undang Dasar 1945 di negara Indonesia telah mengalami beberapa kali


perubahan, atau yang sering disebut amandemen. Sebenarnya apakah yang dimaksud
amandemen itu? Secara bahasa, amandemen berasal dari Bahasa Inggris, to amend atau to
make better. Amandemen adalah penambahan atau perubahan, ada beberapa pengertian tentang
perubahan ini, diantaranya: penggantian naskah yang satu dengan naskah yang sama sekali
berbeda, perubahan dalam arti dalam naskah UUD dengan menambahkan, mengurangi, atau
merevisi sesuatu rumusan dalam naskah UUD itu menurut tradisi negara-negara Eropa
Kontinental, perubahan dengan cara melampirkan naskah perubahan itu pada naskah UUD
yang sudah ada, dan inilah yang biasa disebut dengan istilah amandemen menurut tradisi
Amerika Serikat.

Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian dasar negara, baik
itu Pancasila, bentuk negara kesatuan, maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Tetapi hanya
menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap
pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam
UUD 1945 itu sendiri.

Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, adalah : untuk


menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam
mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kekuatan rakyat, memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi, menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak
agar sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat
negara hukum, menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat
dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman

Atau secara umum, tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara


2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan modern
5. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
6. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara

Tahapan – Tahapan Amandemen UUD 1945

1. Perubahan Pertama, disahkan 19 Oktober 1999

• SU MPR 14-21 Oktober 1999

• Terdiri dari 9 pasal:

Ps. 5; Ps. 7 ;Ps.9; Ps.13; Ps.14; Ps.15; Ps.17; Ps.20;Ps.21.

• Inti perubahan: Pergeseran kekuasaan


Presiden yang dipandang terlampau kuat (executive heavy)

2. Perubahan Kedua, disahkan 18 Agustus 2000

• SU MPR 7-8 Agustus 2000

• Perubahan:

5 Bab dan 25 pasal:

Ps. 18; Ps.18A; Ps. 18B ; Ps. 19 ; Ps.20 ; Ps.20A ; Ps.22A ; Ps.22B ; Bab IXA, Ps 25E;
Bab X, Ps. 26 ; Ps.27; Bab XA, Ps. 28A ; Ps.28B; Ps.28C ; Ps.28D; Ps.28E ; Ps.28F ; Ps.28G
; Ps.28H ; Ps.28I ; Ps.28J ; Bab XII, Ps. 30; Bab XV, Ps. 36A ; Ps.36B ; Ps.36C.

• Inti Perubahan: Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi

Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.

3. Perubahan Ketiga, disahkan 10 November 2001

• ST MPR 1-9 November 2001

• Perubahan 3 Bab dan 22 Pasal:

Ps. 1; Ps. 3 ;Ps.6 ; Ps.6A ; Ps.7A ; Ps.7B ; Ps.7C ; Ps.8 ; Ps.11 ; Ps.17, Bab VIIA, Ps.
22C ; Ps.22D ; Bab VIIB, Ps. 22E ; Ps.23 ; Ps.23A ; Ps.23C ; Bab VIIIA, Ps. 23E ; Ps. 23F ;
Ps.23G ; Ps.24 ; Ps.24A ; Ps.24B ; Ps.24C.

• Inti Perubahan: Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan,


Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman

4. Perubahan Keempat, disahkan 10 Agustus 2002

• ST MPR 1-11 Agustus 2002

• Perubahan 2 Bab dan 13 Pasal:

Ps. 2; Ps. 6A ; Ps.8 ; Ps. 11 ; Ps.16 ; Ps.23B ; Ps.23D ; Ps.24 ; Ps. 31 ; Ps.32 ; Bab XIV,
Ps. 33 ; Ps.34 ; Ps.37.
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang,
perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan,
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


Indonesia telah sejak lama mengakui bahwa Pancasila adalahdasar negara, Pancasila
adalah ideologi nasional dan Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Sebagai dasar
negara, Pancasila mengandung makna nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi
pedoman atau dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekuensinya, seluruh gerak
langkah penyelenggaraan pemerintahandan pelaksanaannya, termasuk pembentukan
peraturan-peraturan, harus mencermikan nilai-nilai dari Pancasila.

Selain itu, sebagai ideologi nasional Pancasila menjadi cita-cita normatif


penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, sehingga visi maupun arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus di dalam rangka mewujudkan kehidupan yang ber-
ketuhanan, yang ber-kemanusiaan, yang bersatu, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan.
Sementara, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum berarti bahwa Pancasila
adalah kaidah fundamental dan tertinggi kedudukannya, sehingga pembentukan peraturan-
peraturan berpedoman kepada kelima sila Pancasila.

Ketegasan bahwa Pancasila sebagai sumber hukum telah dilegitimasikan oleh beberapa
ketentuan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 (juncto Ketetapan MPR No.V/MPR/1973,
juncto Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978) tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber
Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perundang RI dan Ketetapan MPR
No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
Setelah reformasi, Pancasila kembali dikukuhkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
yang kemudian terakhir direvisi kembali dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Keseluruhan ketentuan, dengan empat kali
perubahan, itu memperlihatkan bahwa tidak ada lagi keraguan bahwa Pancasila adalah sumber
hukum tertinggi, sehingga konsekuensinya adalah setiap materi muatan perundang-
undanganyang dibentuk wajib hukumnya berlandaskan Pancasila.

Untuk itulah, materi muatan dilarang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
di dalam Pancasila. Ni’matul Huda berpendapat terdapat peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah bertentangan dengan ketentuan di atasnya, maka peraturan tersebut dapat dituntut
dibatalkan atau batal demi hukum. Konsekuensinya,pembentukan perundang-undangan
dimulai semenjak penggagasan, perencanaan sampai pengundangannya harus mengacu kepada
Pancasila sebagai sumber tertinggi dan sumbertertib hukum di Indonesia.

Diletakannya Pancasila sebagai sumber tertinggi dan sumber tertib hukum mengandung
makna bahwa pembentukan perundang-undangan atau produk-produk hukum lain harus
berlandaskan Pancasila. Hal ini, karena Pancasila memiliki tiga nilai dalam pembentukan
perundang-undangan yaitu pertama, nilai dasar yaitu asas-asas yang diterima sebagai dalil dan
sedikit banyaknya mutlak.
Nilai dasar Pacasila tersebut adalah ketuhanan, kemanusian, persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan. Kedua, nilai instrumental yaitu pelaksanaan pelaksanaan umum dari nilai-
nilai dasar. Terutama, berbentuk norma hukum yang selanjutnya dikristalisasi dalam peraturan
perundang-undangan. Ketiga, nilai praktis yaitu nilai sesungguhnya dilaksanakan dalam
kenyataan yang berasal dari nilai dasar dan nilai instrumental. Sehingga, nilai praktis
sesungguhnya menjadi batu uji apakah nilai dasar dan nilai-nilai instrumental benar-benar
hidup dalam masyarakat Indonesia. Ketiga nilai-nilai itu, kemudian, dikonkritisasikanlah ke
dalam norma-norma hukum. Konkritisasi dari ketiga nilai-nilai itu menjadi penting, karena
pembentukan perundang-undangan yang dibangun dapat dipadukan dan diselaraskan dengan
kepentingan nasional, regional dan global. Sehingga, pembentukan perundang-undangan akan
tetap berpijak ada nilai-nilai Pancasila bintang pemandu dan mengarahkan kepada hukum
positif di Indonesia yang akan berlaku di masa yang akan datang.

Disamping nilai dasar, maka nilai instrumental dan nilai praktik dari Pancasila, dalam
tahap selanjutnya dibutuhkan penjabaran nilai-nilai Pancasila akan diimplementasikan di
dalam pembentukan perundang-undangan berdasarkan nilai-nilai luhur dari Pancasila yang
terdiri dari : Nilai Ketuhanan, dengan nilai ini berarti bahwa dalam pembaharuan atau
pembangunan hukum harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai Ketuhanan atau keagamaan sebagai
rangka dasar dalam pembentukannya. Disamping itu juga, setiap pembaharuan atau
pembangunan hukum harus ada jaminan dalam kebebasan beragama dan tidak dibenarkan
hukum yang mengistimewakan salah satu agama tertentu dan tidak memperhatikan agama-
agama yang ada lainnya.

Artinya, tidak diterima diskriminasi dalam pembaharuan atau pembangunan hukum di


Indonesia. Dengan dasar pemikiran ini, maka hukum di Indonesia dibentuk dengan sebuah
harapan bersama bahwa pembentukannya akan menciptakan bangsa dan negara yang
menjunjung agama sebagai dasar puncaknya. Nilai Kemanusian, Nilai ini dapat menunjukkan
arah bahwa di dalam pembaharuan atau pembangunan hukum harus dapat dan mampu
menciptakan bangsa yang beradab dan selalu menjunjung tinggi terhadap penghormatan hak-
hak asasi manusia. Untuk maksud itu, maka nilai-nilai ini harus masuk di dalam rancangan atau
draft perundang-undangan atau peraturan lainnya yang ada di Indonesia dengan harapan akan
dapat memperkuat nilai-nilai kemanusian sebagai darah baru yang akan mengalir di dalam
pemikiran pembentukannya. Hal ini juga sebagai bagian tidak terpisahkan dari penghargaan
terhadap nilai kemanusia yang harus selalu ada dalam aturan yang akan berlaku di Indonesia.

Nilai Persatuan, dengan nilai ini, pembaharuan atau pembangunan menjadi wajib untuk
selalu diperhatikan di dalam pembentukan dan perumusannya dengan berpegangan kepada
nilai persatuan atau integritas sebagai sebuah bangsa dan negara. Tidak dapat dibenarkan
bahwa akibat dari pembaharuan atau pembangunan hukum akan berdampak tumbuh
perpecahan atau disintegrasi dan berakibat memecah belah bangsa dan negara. Dengan
semangat persatuan, maka kehadiran perundang-undangan atau peraturan lainnya akan dapat
mempererat rasa dari persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara.

Nilai Kerakyatan, yang dimaksudkan dengan nilai-nilai ini adalah pembaharuan atau
pembangunan hukum harus dilandasi oleh nilai-nilai yang demokratis dengan melibatkan
semua unsur yang ada di negara Indonesia (seluruh stakeholders), baik itu dari eksekutif,
legislatif, yudikatif mauapun semua rakyat Indonesia. Dengan keterlibatan semua komponen
bangsa dan negara, maka diharapkanlah bahwa keseluruhnya warga negara Indonesia akan
mendukung terbangunnya suatu demokrasi di dalam pembentukannya dan diterima dalam
pelaksanaannya. Nilai Keadilan Sosial, nilai ini menjadi penting untuk diperhatikan, karena
tujuan akhir di dalam pembaharuan atau pembangunan hukum nasional adalah dalam rangka
membuka dan memberikan jalan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya, keseluruhan hal ini titik akhirnya adalah untuk kebaikan di dalam keadilan bersama
warga bangsa melalui ketentuan hukum nasional yang akan mengaturnya.

Dengan berpegang Pancasila sebagi sumber hukum tertinggi dan sumber tertib hukum;
sebagainilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktik; serta konkritisasi dari nilai ketuhanan,
nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan sosial menunjukkan
kedudukan kuatnya Pancasila. Untuk menjadikan pasal-pasal, perundang-undangan yang akan
diaturnya, memiliki cita-cita, karsa dan rasa Pancasila, maka dibutuhkanlah politik hukum yang
menjadi katalisator idealisasi Pancasila. Hal ini karena dengan politik hukum, maka nilai-nilai
luhur sila-sila Pancasila dapat dijabarkan atau kemudian diimplementasikan darah,semangat
dan nafas Pancasila dalam undang-undang yang akan diaturnya, sehingga undang-undang baru
menjadi bagian yang integral dan tidak bertolak belakang pengaturannya denganberaura dan
roh positif Pancasila.

Maksudnya, undang-undang yang baru dibentuknya itu akankah sejalan dan senafas
dengan kehendak dan kemurnian niat baik atau positif dari Pancasila. Nilai-nilai yang telah ada
dan hadir di kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia sejak dahulu kala, sehingga politik
hukum dapat mewujudkannya ke dalam nilai-nilai Pancasila itu ke dalam produk-produk
hukum yang dibentuknya.

Hal ini, karena politik hukum adalah kebijaksanaan negara tentang hukum. Kebijakan
negara terhadap hukum yang bagaimanakah yang ingin dicita-citakan (ius constituendum)
dengan sistem hukum yang ada saat ini, strategi dan dengan cara apakah yang dipandang
sebagai paling tepat untuk mencapai tujuan tersebut, kapan sesungguhnya waktu yang tepat
untuk merubah dan bagaimanakah perubahan itu sebaiknya dilakukan, dan dapat dirumuskan
pola yang baku dan mapan yang akan dapat membantu memutuskan proses pemilihan tujuan
dan cara-cara yang dapat untuk mencapai tujuan tersebut melalui politik hukum dasar kerangka
utamnya. Dengan hal ini, maka politik hukum dapat diterjemahkan merupakan aktivitas
kebijakan negara untuk menentukan pola dan cara membentuk hukum (hukum baru atau
mengganti hukum lama), mengawasi bekerjanya hukum dan untuk dapat memperbaharuhi
hukum sesuai dengan tujuan negara sebagaimana diatur UUD 1945.

Politik hukum dapat dijadikan sebagai alat atau sarana dan langkah yang tepat dan dapat
digunakan pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan
dengan sistem hukum nasional akan dapat diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang lebih
besar. Melalui politik hukum yang bersendikan kelima sila Pancasila akan berpengaruh besar
terhadap materi atau substansi kalimat pasal-pasal yang akan diaturnya undang-undang yang
dibentuknya. Strategi dengan memasukan dan menjadikan Pancasila sebagai bagian kesatuan,
akan dihasilkan pembangunan hukum nasional yang menyatunya nilai-nilai luhur dari
Pancasila dalam setiap peraturan perundang-undangan yang diaturya adalah refleksi semangat,
cita-cita dan nilai-nilai luhur Pancasila yang telah ada dan hidup serta menjadi bagian
kehidupan seluruh bangsa Indonesia.
A. Pengertian Paradigma
Sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, azas serta arah dari tujuan dlm suatu
perkembangan, perubahan serta proses dlm bidang tertentu

Suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yg umum, sehingga merupakan sumber hukum
dan metode, serta penerapannya dlm ilmu pengetahuan sangat menentukan.

➢ Mengandung konotasi pengertian :

a) Kerangka berpikir

b) Sumber nilai

c) Orientasi arah

➢ Pancasila sbg Paradigma pembangunan

Pancasila sbg kerangka berpikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber azas serta arah
dan tujuan dari pembangunan nasional

Secara filosofis mengandung konsekuensi bahwa dlm segala aspek pembangunan


nasional hrs berdasarkan pd hakekat nilai sila’s Pancasila.

➢ Pancasila sbg Paradigma Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sila I :

Menciptakan → akibat ada yg dirugikan

Manusia sbg bagian yg sistematik dari alam yg di olahnya


Sila II

Dasar moralitas, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi hrs beradab

Mencapai kesejahteraan hidup, bukan kesombongan atau keserakahan

Sila III

Mengembangkan nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran bangsa

Dengan Iptek mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

Sila IV

Mengembangkan Iptek secara demokratis, menghormati & menghargai kebebasan orang lain

Sila V

Keseimbangan keadilan dlm kehidupan selaras, serasi dan seimbang.

Pancasila sbg Paradigma Pembangunan ID-POL-EK-SOSBUD-HANKAM


Pancasila sbg Paradigma Reformasi

a. Pengantar

Ps sbg sumber nilai, dasar moral etik, dlm kenyataannya digunakan sbg alat legitimasi
politik penguasa jaman tsb
Reformasi terutama dalam politik, ekonomi dan hukum.

b. Masyarakat Madani (“civil society”)

➢ Ciri-ciri :
a) Kebebasan menyampaikan pendapat

b) Persamaan hak

c) Toleransi

d) Religius

e) Modern

c. Sayarat/kondisi

a) Dilaksanakan krn ada penyimpangan (KKN)

b) Cita-cita yang jelas

c) Kerangka struktural tertentu sbg acuan

d) Kearah perubahan kondisi yg lebih baik

e) Dasar moral Ketuhanan YME dan persatuan serta kesatuan bangsa

d. Pancasila sbg Dasar Cita-cita Reformasi

1) Berdasarkan nilai’s Pancasila

2) Sila I :

✓ Reformasi berlandaskan moral religious.


✓ Tdk membenarkan pengerusakan, penganiayaan, merugikan orang lain, &
bentuk kekerasan lainnya.

3) Sila II

a. Nilai’s dan martabat yang luhur


b. Hindari eksploitasi, diskriminasi, penindasan, kebrutalan, anarkisme
c. Memberantas KKN

4) Sila III

a. Menjamin tetap tegaknya NKRI


b. Hindari disintegritas bangsa, separatisme, kedaerahan
c. Kekuatan persatuan dan kesatuan, keyakinan sbg satu bangsa

5) Sila IV

a. Prinsip’s kerakyatan, mengembalikan tatanan yg betul’s demokratis


b. Hindari diktator, feodalisme, totaliterisme

6) Sila V

➢ Visi : terwujudnya keadilan sosial bg seluruh rakyat Indonesia

d. Pancasila sbg Paradigma Reformasi Hukum

e. Pancasila sbg Paradigma Reformasi Politik

f. Pancasila sbg Paradigma Reformasi Ekonomi

g. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi obyektif dan subyektif

i. Tri Dharma Perguruan Tinggi

a) Pendidikan Tinggi

b) Penelitian

c) Pengabdian Kepada Masyarakat

j. Budaya akademik

a) Kritis

b) Kreatif

c) Obyektif

d) Analitis

e) Konstruktif

f) Dinamis
g) Dialogis

h) Menerima kritik

i) Menghargai prestasi

j) Bebas dari prasangka

k) Orientasi ke depan

l) Tradisi ilmiah, hargai waktu

k. Kampus sebagai “moral force” dalam pengembangan Hukum dan HAM

DAFTAR PUSTAKA

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan

Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan

Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989.

KMKLU Universitas Kristen Maranatha,Diktat Kuliah Pendidikan Pancasila,2009.

Hatta,Mohamad cs. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara,1980.

Kaelan,M.S, Pancasila Sebagai Filsafat,Pancasila Sebagai Etika Politik,


Paradigma Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Paradigma Yogyakarta,2003.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang.Glossarium Sekitar Pancasila.

Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Mubyarto. Dalam Pancasila Sebagai Ideologi. Pncasila Sebagai Ideologi Dalam

Kehidupan Kebudayaan. Jakarta BP-7 Pusat,1981.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, Jakarta : PN Balai


Pustaka,1981.

Poespowardojo, soerjanto. Falsafah Pancasila. Jakarta Gramedia,1991.

Sumantri, Sri.Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi,Bandung,Alumni 1979.

Suseno, Franz Magins. Etika Poltik. Jakarta Gramedia,1988.

Tim Penyunting Setneg. Risalah Sidang BPUPKI, PPKI,

Jakarta : Sekertaris Negara R.I, 1992.

Wahjono, Padmo (ed) Masalah - Masalah Aktual Ketatanegaraan. Jakarta, Yayasan

Wisma Djokosutarto,SH.,1991.

https://herlambangperdana.files.wordpress.com/2008/06/herlambang-amandemen-uud-1945-
i-iv1.pdf

Anda mungkin juga menyukai