Anda di halaman 1dari 130

PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN/
PPKN
Oleh : Tito Sugito ,SH, M.Pd,
MH.
Tujuan Pendidikan Pancasila
 Peserta didik/mahasiswa dapat memahami dan mampu
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sebagai warga negara RI.
 Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
beragam masalah dasar kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
 Memupuk sikap dan prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
dan norma Pancasila, sehingga mampu menaggapi
perubahan yang terjadi dalam rangka keteraduan Ipteks
dan pembangunan.
 Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses
berfikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan
dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
 Kompetensi yang diharapkan; mampu memahami,
menganalisis dan menjawab masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat bangsa secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita
dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945. Dapat menghayati filsafat
dan Ideologi Pancasila sehingga menjiwai tingkah
laku sebagai WNI dalam melaksanakan profesinya.
 Dapat menjadikan warga negara Indonesia yang
unggul menguasai Ipteks dan seni namun tidak
kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Garis Besar Proses Pembelajaran M.K
Pancasila dan PPKN
GBPP MK Pancasila
1. Memahami landasan dan tujuan Pendidikan Pancasila
2. Memahami dan menginternalisasikan nilai Sejarah
Perjuangan Bangsa.
3. Memahami sistem ketatanegaraan RI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945
4. Memahami dinamisasi pelaksanaan UUD1945
5. Memahami Pancasila sebagai sistem fisafat
6. Memahami Pancasila sebagai idilologi
7. Memahami Pancasila sebagai sistem etika
8. Memahami aktualisasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Ruang Lingkup MK PPKN
 Pendahuluan; Pengertian,Tujuan PPKN,
Ruang lingkup, Sistem Evaluasi.
 Negara dan Bangsa
 Hak dan Kewajiban Warganegara
 Hak Asasi Manusia
 Demokrasi
 Wawasan Nusantara
 Ketahanan Nasional dan Bela Negara
 Politik Nasional dan Strategi Nasional
 Literatur.
1. Santiaji Pancasila, Prof. Darji
Darmodihardjo, S.H. Dkk.
2. Pendidikan Pancasila( SK Dirjen Dikti
No.38/Dikti/Kep/2002), Drs.H.Kaelan,M.S.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
4. UUD RI 1945 ( Amandemen oleh MPR),
Sekretariat Jenderal MPR 2006.
Tujuan Instruksional Umum MK PPKN
 Terbentuk sikap dan cara berfikir komprehensif
integral pada seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
 Menumbuhkan rasa cinta tanah air untuk

membela keutuhan dan tegaknya negara


/NKRI,serta keutuhan bangsa
 Menumbuhkan wawasan warga negara dalam

persahabatan, perdamaian dunia, kesadaran


bela negara, sikap dan perilaku yang
bersendikan nilai-nilai budaya bangsa
 MK Pengembangan Kepribadian meliputi ;
Agama,Pancasila dan Pend. Kewarganegaraan
 Dibeberapa negara didunia melaksanakan MK.
General Education/Humanities ini melalui dunia
pendidikan, seperti;
Amerika Serikat mempunyai; History Humanity And
Philosophy;
Jepang mempunyai ; Japanese History, Ethis,
Philosophy and Science Religion,
Phillipina mempunyai; Family Planning,Taxtion And
Land Reform, The Phillipina New Constitution, Study
of Human Right .
LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
A. Pancasila ditinjau dari Landasan Historis
 Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses yang
cukup panjang sejak kerj. Kutai, Sriwijaya, Majapahit
sampai datangnya bangsa lain yang menjajah Indonesia.
Selama ratusan tahun bangsa Indonesia berjuang
menemukan jati dirinya,yang digunakan sebagai filosofi
hidup dan bangsa yang dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara Indonesia. Yang sekarang kita kenal sebagai
Pancasila dan tiada lain sebagai nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 Pada masa sebelum kemerdekaan sampai dengan


kemerdekaan RI yaitu dalam ketatanegaraan RI dilakukan
upaya menyusun rancangan UU Ketatanegaraan RI dalam
sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) digunakan pertama kali istilah
Pancasila oleh Ir. Soekarno dan Moch. Yamin.
 Istilah Pancasila digunakan untuk memberikan nama
pada 5 (lima) Prinsip dasar kenegaraan Indonesia oleh
Soekarno dan Moh. Yamin.``

 Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah


kemerdekaan/ Proklamasi RI. PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) menetapkan dan mensahkan
UUD 1945 yang dikenal dengan UUD 1945. Dalam
Pembukaan UUD’45 tercantum 5 (lima) dasar negara yang
kini dikenal dengan sebutan Pancasila. Meskipun istilah
Pancasila sendiri tidak tercantum di dalam UUD’45
tersebut.
B. Pancasila Sebagai Landasan Kultural
Pancasila dalam hal ini berkaitan erat
dengan budaya kehidupan bangsa
Indonesia dan menentukan eksistensi
bangsa Indonesia. Selain itu sikap mental,
tingkah laku ataupun amal perbuatan setiap
bangsa Indonesia harus mencerminkan dari
sila-sila Pancasila, karena nilai-nilai budaya
Pancasila ada dan tumbuh sebagai budaya
bangsa Indonesia.
C. Pancasila sebagai Landasan Yuridis
Sebagai landasan Yuridis Pancasila
tercantum dalam Pembukaan UUD’45.
Pancasila adalah dasar negara RI, hal ini
berarti bahwa Pancasila dipergunakan
sebagai dasar dan pedoman dalam
mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan negara. Isi dan tujuan dari
semua perundang-undangan di Indonesia
harus berdasarkan Pancasila.
D. Pancasila sebagai Landasan Philosofis
Falsafah berasal dari kata Yunani
“philosophia”.
• “Philos” berarti “mencintai” atau “mencari”
• “Sophia” berarti “kebijaksanaan”/ “kebenaran”
(wisdom).
Secara harfiah falsafah berarti mencintai
kebenaran.Istilah filsafat dalam bahasa arab
adalah “falsafah”. Menurut al-farobi (ahli filsafah
Islam) falsafat ialah ilmu pengetahuan tentang
alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Pancasila sebagai Filsafat Negara
Dalam hal ketatanegaraan terdapat 3
(tiga) faktor utama yang harus ada dan
satu sama lain saling mempengaruhi
dan mempunyai hubungan yang erat,
yaitu :
1. Faktor Filsafat Negara
2. Faktor Konstitusi/ UUD
3. Faktor Garis Politik
1. Faktor Filsafat Negara
 Dasar filasafat negara yang disebut juga
dasar atau landasan ideal. Filsafat ini
berakar pada pandangan hidup masyarakat
yang mendukung negara tersebut. Sebagai
contoh: Pancasila adalah dasar filsafat
Negara RI yang berakar pada pandangan
hidup, termasuk cita-cita ketatanegaraan,
watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
2. Faktor Konstitusi UUD

 Ketentuan hukum mengenai struktur


negara dan pemerintahannya, termasuk
bentuk dan susunan negaranya, alat-alat
perlengkapannya, tugas alat-alat
perlengkapan tersebut, serta hubungan
satu sama lain.
3. Faktor Garis Politik
 Garis kebijaksanaan atau pengarahan
jalannya pemerintahan negara, sehingga
dapat dicapai tujuan negara dan ini berarti
program kerja pemerintahan yang
dilaksanakan terus menerus sesuai dengan
tujuan negara menurut tertib hukum yang
ditetapkan dalam UUD/ Konstitusi serta
peraturan dibawahnya.
 Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Faktor filsafsat memberi jiwa dan
semangat, cita-cita dan pandangan hidup
bagi struktur dan administrasi pemerintahan
maupun bagi pengarahan yakni garis politik.
Suatu struktur dan mekanisme pemerintahan
harus sesuai dengan dasar filsafat negara
dan tujuan negara yang akan dicapai melalui
program kerja pemerintah. Peran ketiga
faktor tersebut akan mempengaruhi terhadap
kestabilan atau mantap atau tidaknya suatu
negara dan jalannya pemerintahan.
Pancasila Dalam Konteks Sejarah
Perjuangan Bangsa
 Secara kronologis Pancasila sebagai filsafat
negara tumbuh dan berkembang sejalan
dengan sejarah perjuangan Indonesia yang
cukup panjang.
 Lahirnya falsafah Pancasila tidak terlepas

dari sejarah perjuangan bangsa ang telah


dimulai sejak zaman kerajaan Sriwijaya,
Majapahit, Mataram, yang mengalami masa
pasang surut dan terpecah dengan
masuknya bangsa barat.
 Melalui perjuangan pergerakan nasional Budi
Utomo tahun 1908 (melalui cita-cita politik yang
dilaksanakan melalui pendidikan dan pengajaran)
juga pergerakan nasional yang melahirkan
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Serta
pembentukan BPUPKI dengan panitia kerja (Panitia
9 sebagai Tim Perumus) yang menghasilkan
naskah rancangan Pembukaan UUD’45 (tanggal
22 Juni 1945) yang terdiri dari 4 alinea. Kemudian
dikenal sebagai “Piagam Jakarta” dalam rancangan
inilah untuk pertama kalinya Pancasila
dicantumkan sebagai Dasar Negara Indonesia.
Dan selanjutnya ditetapkan dalam UUD’45 pada
Pembukaan Alinea 4 (UUD’45 disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI).
 Usulan Rumusan dasar ketatanegaraan Indonesia oleh Muh. Yamin (20 Mei
1945):
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Lima prinsip tersebut diusulkan dalam rancangan UUD Indonesia pada alinea
pembukaan dengan rumusan sebagai berikut :
6. Ketuhanan YME
7. Kebangsaan persatuan Indonesia
8. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
9. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
10. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Usulan dari Ir. Soekarno pada pidato sidang ke-3 BPUPKI (1 Juni 1945):
11. Kebangsaan Indonesia
12. Internalisme/ perikemanusiaan
13. Mufakat dan demokrasi
14. Kesejahteraan sosial
15. Ketuhanan yang berkebudayaan
 Rumusan Pancasila pada Piagam Jakarta
(22 Juni 1945):
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Pancasila dalam dokumen sejarah a.l:
1. Pidato Muh. Yamin tanggal 29 Juni 1945
2. Pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945
3. Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945
4. Dalam Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945
5. Dalam alinea ke-4 Mukaddimah Konstitusi RIS
tanggal 27 Desember 1945
6. Dalam alinea ke-4 Mukaddimah UUDS 1950
tanggal 17 Agustus 1950
7. Dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia
Masa Sebelum Masa Sesudah
Kemerdekaan Kemerdekaan
Sebelum Masa Ord
1945 1950 Ord
Penjajaha Penjajah e
- - e
Masa
n an Lam
Kejayaan 1950 1959 Baru
a
Beland
- Jepang
a
Sriwijay Pergerakan
a • Budi Pergeraka
- n
Utomo
Majapa • Sumpah • Putera
hit Pemuda • Peta
• Serikat
Islam
Masa Sebelum Penjajahan Belanda
 Tahun 400-600 M.:
- KerajaanKutai (KALTIM):
 Raja Kudungga
 Raja Asywawaman
 Raja Mulawarman (Prasasti Batu Tulis)

- KerajaanTarumanegara (Bogor):
 Raja Purnawarman(Prasasti Batu Tulis)
 Abad ke 13( Tahun 1227);
Agama Islam masuk melalui Aceh dibawa
pedagang Parsi dan Gujarat. Kerajaan pertama
“Samudra Pasai”, kemudia disusul
KerajaanIslam di Pulau Jawa, di Banten, Tuban,
Gresik, Cirebon.

 Abad ke 16;
Masuk agama Kristen yang dibawa oleh
pedagang Portugis danBelanda.
Masa kejayaan bangsa kita tampak pada:
 Masa KerajaanSriwijaya
 Masa Kerajaan Majapahit:

SumpahPalapa – Patih Gajah Mada


(untuk mempersatukan nusantara).
Masa setelah masuknya penjajahan Belanda:
Melalui perdagangan bangsa Belanda
membentuk VOC (Vereenigde Oost Indische
Compania)sebagai bentuk kongsi dagang.

Reaksi yang timbul:


 Perlawanan di berbagai daerah seperti:
 Di Mataram – Sultan Agung
 Di Banten – Sultan Agung Tirtayasa
Kebangkitan Nasional
 Pergerakan Nasional Budi Utomo (20 Mei 1908)
Bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran
melalui program mengusahakan perbaikan
pendidikan dan pengajaran.
 Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)

Mengumandangkan persatuan bangsa, tanah air,


dan Bahasa Indonesia.
Tokohnya:
Muh. Yamin, Wangsanagara,
Kuntjoro Purbopranoto.
Masa Penjajahan Jepang
Setelah Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942
berbagai kegiatan politik ataupun rapat-rapat
dilarang, dikeluarkan pula peraturan
membubarkan semua perkumpulan.

Propaganda 3A Jepang yaitu Jepang Pelindung


Asia, Cahaya Asia, dan Pemimpin Asia. Berkaitan
dengan keinginan Jepang untuk menguasai
Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 Puncak Pergerakan

Hal ini merupakan kelanjutan dari perjuangan


yang dilaksanakan berabad-abad lamanya.
Pergerakan 17 Agustus 1945 seperti telah
dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945
kemerdekaan tersebut adalah hak segala bangsa,
penjajahan tersebut tidak sesuai dengan
kemanusiaan dan keadilan.
Masa 1945-1950 ( Revolusi Fisik)
Masa bangsa Indonesia merebut memperbaiki
kekuasaan terhadap penjajah.
 22 Agustus 1945

Terbentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat)


 10 Nopember 1945

Perlawanan di Surabaya
 25 Maret 1947

Perjanjian Linggarjati (mendirikan negara


federasi – Negara Indonesia Serikat)
 Terjadinya pemberontakan RMS (Republik
Maluku Selatan), Tahun 1950 dibawah
pimpinan Mr.Dr.Soumokil gerakan ini ingin
melepaskan diri dari pemerintah RI.
 27 Desember 1949-17 Agustus 1950, masa

Republik Indonesia Serikat (RIS).


 17 Agustus 1950 diubah kembali menjadi

Negara Kesatuan, K/ bentuk negara ini lebih


tepat u/ mempersatukan dan
mempertahankan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.
 Tahun 1950 (tanggal 27September)Indonesia
menjadi anggota PBB ke-60, bendera
Indonesia berkibar disamping Negara lainnya.
Tahun 1950-1959 (Masa Survival)
Pada masa ini kita mempertahankan negara
kesatuan RI dari pemberontakan yang terjadi
seperti:
 PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik

Indonesia).dibawah pimpinan Ssyafrudin


Prawiranegara Tahun 1958.
 Pemberontak Aceh (1953), o/ Daud Beureuh

(DI/TII) – Aceh sbg.bagian Negara Islam


Indonesia.
 Pemberontak DI/TII di Sulawesi Selatan – Kahar

Muzakar (1952)
 Permesta (Piagam Perjuangan Semesta) di

Sulawesi 1958 – untuk melepaskan diri dari


pem.pusat.
Masa Kembali ke UUD 1945
Alasan pemikiran pemerintah u/ kembali ke UUD
1945:
1. UUD 1945 merupakan dokumen historis atas
dasar mana revolusi dimulai dan dapat digunakan
sebagai landasan guna menyelesaikan revolusi pd
tingkat saat itu/saat sekarang.
2. UUD 1945 adalah cukup demokrasi sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
3. UUD 1945 lebih menjamin terlaksananya prinsip
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin.
4. UUD 1945 menjamin adanya pemerintahan yg
stabil selama setahun oleh karena kekuasaan DPR
dibatasi (tidak dapat menjatuhkan
Pemerintah/Presiden) kekuasaan tertinggi
ditangan DPR .
Diktum Dekrit Presiden 5 Juli 1959
1. Menetapkan pembubaran konstituante.

2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
3. Menetapkan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

4. Akan diselenggarakan dalam waktu yang


sesingkat-singkatnya pembentukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat sementara yang
terdiri dari anggota-anggota dewan perwakilan
rakyat ditambah dengan utusan –utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan.
5. Akan diselenggarakan dalam waktu sesingkat-
singkatnya pembentukan Dewan
Pertimbangan Agung sementara.
Masa Orde Lama
Terjadi penyimpangan sebagai berikut:
 Pengangkatan Presiden seumur hidup.
 Menyamakan kedudukan Pancasila dengan

ajaran-ajaran Nasakom (yang mengajarkan


bersatunya golongan nasionalis agama
ekonomi).
 Kedudukan MPRS dan DPR GR sejajar dengan

kedudukan menteri: Dengan dmk MPRI


berada dibawah Presiden.
Masa Orde Baru
Lahirnya Supersemar (Surat Pemerintah Sebelas
Maret) tanggal 11 Maret 1966. o/ Presiden
Soekarno kepada Jendral Soeharto untuk
mengambil segala tindakan yang dianggap
perlu untuk menjalin keamanan dan
ketenangan serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan Revolusi Indonesia.
Masa Reformasi
 Kasus-kasus Tragedi Ambon, Poso, Sampit,
Kalimantan Barat,Perpecahan di Aceh dan
Irian Barat/Papua.
Kronologis Penyusunan Pancasila dan UUD 1945
 17 Desember 1941
Meletus perang fasitik, sekutu dikalahkan oleh Jepang
dengan membom Pearl Harbour sehingga daerah-daerah
jajahan sekutu (AS, Inggris,Belanda) di fasifik dikursi o/
Jepang, termasuk Indonesia.
 8 Maret 1942
Jepang masuk ke Indonesia , setelah itu Jepang tahu apa
yang menjadi keinginan bangsa Indonesia adalah
kemerdekaan bangsa dan tanah air.
 28 Mei 1945
Untuk memenuhi janjinya, pemerintah Jepang membentuk
suatu badan yang dinamakan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) /
dokumen Ritzu Junbi Choosakai, yang bertugas menyelidiki
segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia
demi membentuk panitian kerja.
I. Panitia 9 Sebagai Perumus Naskah
Rancangan Pembukaan UUD 1945

1. Ir. Soekarno (ketua)


2. Dr.M. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. Abikusno Tjokrosuyoso
5. Abdul Kohar Muzakhir
6. H. Agus Salim
7. Mr. Ahmad Subondjo
8. K.H.A.W. Hasyim
9. Mr. M.Yamin
Panitia 9 (Perumus)
menghasilkan
Naskah Rancangan Pembukaan
UUD (Tgl 23 Juni 1945 yang
terdiri dari 4 alinea, dikemudian
dikenal dengan Piagam Jakarta
dalam Rancangan Pembukaan
UUD inilah untukPertama Kali
Pancasila dicantumkan sebagai
Dasar Negara Indonesia (dan
diterima pada Sidang Pleno 16 Juli
1945
II. Panitia Perancang UUD
1. Marumis 8. Wachid 15. Singgit
2. Oho Hasyim 16. Tan Eng Hoa
Iskandardinata 9. Paradi 17. Husein Dirja
3. Poeroebejo Hantap Ningrat
4. Agus Salim 10. Ratu 18. Sukimin
5. Achmad Hantory 19. Soekarno
Subendjo 11. Susanto (ketua)
6. Soeparno 12. Sartono
Tugas
7. Ny. Ulfah: 13.
Santoso Wongsangoro
Merancang UUD dengan membentuk Tim Kecil
mengenai Muatan UUD
14. seperti. Kedaulatan, Badan
Pemusyawaratan Rakyat, Presiden, Menteri-Menteri,
Warjuningrat
Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan
Rakyat (Membahas Tentang Isi Batang Tubuh UUD)
III. Panitia Ekonomi dan Keuangan
Diketua Oleh Drs. Moch Hatta
IV. Panitia Pembela Tanah Air
Diketua Oleh. Abikusno
Tjokrosuyoso
 17 Agustus 1945 : Proklamasi Kemerdekaan RI
 18 Agustus 1945 :Pengesahan UUD 1945, dengan
keputusan sbb:
a. Menetapkan dalam mensahkan Pembukaan UUD
1945, yang bahan-bahannya hampir seluruhnya
diambil dari Rancangan Pembukaan UUD, yang
disusun oleh Panitia Perumus pada Tgl 22 Juni
1945 (Piagam Jakarta)
b. Menetapkan dan mensahkan UUD 1945 yang
bahan-bahannya hampir seluruhnya diambil dari
Rancangan UUD yang disusun oleh Panitia
Perancang UUD pada Tgl 16 Juli 1945
c. Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno dan Wakil Ketua
PPKI Drs. Moch Hatta Masing-masing menjadi
Presiden dan Wakil Presiden RepublikIndonesia
d. Pekerjaan Presiden untuk sementara dibantu oleh
sebuah Komite Nasional
 19 Agustus 1945 Sidang PPKI memutuskan:

a. Pembentukan 12 Depertemen Negara


b. Pembagian Wilayah Indonesia atau.8
Propinsi tiap Propinsi dibagi dalam
Kresidenan-Kresidenan
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat

 Pancasila terdiri dari 5 sila yang pada hakikatnya merupakan


sistem filsafat.
 Sistem adalah:
“Suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan ,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh”.
 Ciri-ciri sistem:
1.Satu kesatuan bagian-bagian

2.Bagian-bagian tersebut merupakan fungsi sendiri-sendiri

3.Saling berhubung, saling ketergantungan

4.Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan


bersama
5.Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore &
Vioich 1974,122)
Susunan Pancasila adalah sistem hirarkhis dari keliam sila Pancasila
tersebut yang menunjukan satu rangkaian urutan yang terttinggi
(sebagai satu totalitas) dengan uraian sebagai berikut:
Sila kesatu”Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” adalah menunjukan
rangkaian tingkat baik dalam luas dan isi sifatnya. Meliputi dan
menjiwai Sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.

Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” diliputi dan dijiwai
sila kesatu, meliputi dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima.

Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila kesatu dan
kedua, meliputi dan menjiwai sila keemat dan kelima.

Sila Keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan” diliputi dan dijiwai sila kesatu,
kedua, ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.

Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, diliputi


dan dijiwai sila kesatu, kedua, ketiga, dan keempat.
Kesimpulan
 Pancasila adalah suatu sistem filsafat yang merupakan suatu
kesatuan organis atau satu kesatuan yang bulat, antara sila yang
satu tidak bisa dipisahkan dengan sila lainnya.
 Antara sila yang satu dengan sila lainnya saling berhubungan
atau senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila yang lainnya,
berhubungan erat sehingga membentuk suatu struktur yang
menyeluruh.
 Pemikiran tentang manusia dengan Tuhan YME, hubungan antar
sesama manusia dengan masyarakat dan negara.
 Hal ini memberikan suatu pola pemikiran bangsa Indonesia yang
menjadikan Pancasila sebagai sistem filsafat. Dengan demikian
dalam Pancasila sebagai filsafat Bangsa Indonesia bahwa paham
kemanusiaan, persatuan bangsa, kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan tersebut, dilandasi atau diliputi dan dibimbing
oleh Tuhan YME.
Paham integralistik dalam negara Indonesia hubungannya dengan penetapan
dasar negara

 Integralistik merupakan paham yang terdapat


dalam Pancasila.Pola pikir integralistik yang
disesuaikan dengan budaya bangsa
Indonesia.Pancasila merupakan satu kesatuan
yang bulat dari kelima sila, masing-masing
sila tidak berdiri sendiri-sendiri. Hal ini
menggambarkan adanya pikiran persatuan
atau pandangan integralistik sebagaimana
tertuang dalam 4 pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD 1945.
 Paham negara integralistik berdasar pada Pancasila
berbeda dengan paham negara yang berdasarkan
paham liberalisme yang dalam ketatanegaraan dan
ekonominya berdasarkan kebebasan politik dan
ekonomi.
 Demikian pula pada paham materialime, yang semata-
mata bersandar pada kebendaan (materi) menjadi
sebab segala yang ada dan terjadi didunia ini.
 Sedangkan pada paham komunisme,pahamyang
bertujuan untuk menghapuskan hak milik perorangan
dan dasarnya sama rata sama rasa.
 Pada paham sosialisme paham dalam
ketatanegaraannya berusaha agar harta/milik, industri,
perusahaan menjadi milik negara.
 Dengan paham integralistik bangsa Indonesia
dengan segala keaneka ragamannya telah
membentuk suatu kesatua integrasi sebgai
suatu bangsa yang merdeka yang dituangkan
dalam Pokok Pikiran 1 (pertama)
Secara yuridis-filosofis Pancasila sebagai dasar
filsafat negara tercantum dalam Alinea IV UUD
1945;
 … maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar


Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Kedudukan Pancasila merupakan sumber
tertib hukum Indonesia yang terdaat dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang
diwujudkan kedalam empat pokok pikiran
yaitu:
- Pokok pikiran pertama intinya “persatuan”
Negara...melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
atas persatuan dengan menjadikan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Dalam pembukaan ini diterima aliran
pengertian negara kesatuan, negara
melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya. Dengan demikian segenap
penyelenggara negara dan setiap warga
negara wajib mengutamakan kepentingan
negara diatas kepentingan perorangan dan
golongan.
 Pokok Pikiran Kedua “Keadilan Sosial” Negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Dengan
demikian perlu diwujudkan negara bagi seluruh rakyat Indonesia
atau hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan kedilan
sosial dalam kehidupan masyarakat.
 Pokok Pikiran Ketiga “Kedaulatan Rakyat” negara yang
berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Oleh karenanya sistem negara
yang bebrbentuk dalam UUD harus berdasar kedaulatan rakyat
dan berdasar atas permusyawaratan/perwakilan.
 Pokok pikiran keempat “Ketuhanan YME dan Kemanusiaan yang
adil dan beradab” negara berdasar atas ke-Tuhanan YME
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh ......UUD harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang tengeh cita-cita .....rakyat yang luhur.
Pancasila Sebagai Idiologi Negara
 Pengertian
Ideologi berasldari kata Idein (Yunani)
atau Idea yang berati : gagasan,
bentuk,konsep, cita-cita, pengertian
dasar.
logos artinya : Ilmu, ajaran.
secara hartiah ideologi diartikan
sebagai ilmu tentang idea, cita-
cita,gagasan atau buah pikiran
Dalam perkembangannya kemudian idiolosi
menjadi berarti “sistem dasar tentang nilai-nilai
dan tujuan serta sarana-sarana pokok-pokok
untuk mencapainya”

Dalam hubungannya dengan negara, ideologi


diartikan samadengan weltanshauung atau sebagai
konsensus mayoritas warga negara tentang nilai-
nilai dasar yang ingin diwujudkan

Penerapan idiologi dibidang kenegaraan termasuk


kehidupan berpolitik, dimana idiologi mewarnai
cara berpolitik. Idiologi bersifat asasi, sedangkan
politik adalah kebijaksanaan atau pelaksanaan
idiologi
Pancasila sebagai idiologi berarti
bahwa idiologi Pancasila merupakan
paduan gagasan dasar mengenai
hidup dan kehidupan bangsa
Indonesia dalam bernegara,berbangsa
dan bermasyarakat.
Pancasila bukanlah idiologi yang
tertutup bagi ide baru dan realitas.
Idiologi Pancasila mengakui adanya
pergeseran dan perubahan nilai
sebagai pertanda adanya dinamika
masyarakat untuk mencapai
kemajuan.
Pancasila adalah idiologi
terbuka,berarti : Pancasila harus
dikembangkan secara kreatif dan
dinamis untuk dapat menjawab
tantangan zaman yang terus berubah.
Caranya: dengan
mengembangkannya melalui
konsensus nasional,melalui
interprestasi yang kritis, menjadi
idiologi yang dinamis sejalan dengan
perkembangan kehidupan
masyarakat,bangsa dan negara,
sekaligus mengupayakan agar realita
Keterbukaan Pancasila bukan berarti
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung
di dalamnya,namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih konkrit untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang
senantiasa berkembang seiring dengan
aspirasi perkembangan IPTEK serta jaman

Bagi suatu bangsa dan negara,idiologi


adalah wawasan,pandangan hidup atau
falsafah kebangsaan dan kenegaraannya.
Idiologi juga sebagai landasan negara dan
sekaligus sebagai tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Secara Struktural Pancasila sebagai idiologi
terbuka memiliki 3 (tiga) dimensi yaitu :
1. Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis, nasional dan menyeluruh,
dimana hal ini terkandung dalam hakikat
nilai-nilai Pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusian, persatuan,kerakyatan dan
keadila sosial.
Nilai-nilai Pancasila yang hakikatnya
bersumber pada filsafat nilai filosofis.
2. Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalamPancasila perlu dijabarkan
norma, sebagaimana terkandung dalam
norma kenegaraan. Dalam hal ini Pancasila
terkandung dalam Pembukaan UUD 45 yang
merupakan norma tertib hukum tertinggi
dalam ketatanegaraan Indonesia
(Staatstumdamental norm).
Pancasila sebagai idiologi yang dijabarkan ke
dalam langkah yang operasional perlu
memiliki norma yang jelas.
 Dimensi Realistis;
adalah sebagai idiologi yang harus mampu
mencerminkan realita hidup dan berkembang
dalam masyarakat, dan dijabarkan dalam
kehidupan masyarakat secara konkrit baik
dalam kehidupan sehari-hari mupun dalam
penyelenggaraan negara
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bangsa
 Pandangan hidup suatu bangsa adalah : inti sari
(kristalisasi) dan nilai-nilai yang dimiliki bangsa
tersebut, dan yang diyakini kebenarannya berdasar
pengalaman sejarah, serta yang telah menimbulkan
tekad bangsa tersebut untuk mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
 Guna menentukan arah tujuan yang ingin dicapai

oleh suatu bangsa dan negara, diperlukan


pandangan hidup suatu bangsa. Dengan pandangan
hidup ini suatu bangsa akan memandang persoalan
yang akan dihadapinya dan sebagai penentu arah
serta cara untuk memecahkan persoalan tadi.
 Pengalaman hidup suatu bangsa lahir dan
diambil dari pengalaman hidup dan sejarah
bangsa tersebut. Didalamnya terkandung a.l;
a. Cita-cita bangsa.
b. Pikiran-pikiran yang mendalam,
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan
yang baik.
Nilai-nilai dalam Pancasila
Nilai : merupakan konsepsi abstak dalam diri
manusia mengenai apa yang benar dan
apa yang salah ( nilai kebenaran), apa yang
indah dan yang buruk (nilai estetis), apa yang
religius dan apa yang tidak religius ( nilai
agama), apa yang baik dan apa yang buruk
(nilai moral atau nilai etis ).
Menurut Prof.Notonegoro :
ada 3 kelompok nilai:
1. Nilai material ; yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi umat manusia
2. Nilai vital; yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan dan aktivitas
3. Nilai kerohanian; yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia,terdiri dari:
- nilai kebenaran yang bersumber kepada
unsur akal, budi manusia
- nilai keindahan, yang bersumber pada
unsur manusia
 Nilai religius,merupakan nilai Ketuhanan,
kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai
religius ini bersumber pada kepercayaan dan
keyakinan manusia.
 Nilai kebenaran/nilai moral, yang bersumber

pada unsur kehendak/kemauan manusia.


 Dalam pelaksanaannya nilai-nilai tersebut

dijabarkan dalam bentuk norma/kaidah,


seperti : norma agama dengan sanksi agama.
Norma kesusilaan dengan sanksi rasa susila,
normasopan santun dengan sanksi sosial,
norma hukum dengan sanksi hukum dari
pemerintah
 Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu obyek.
 Didalam nilai terkandung cita-cita, harapan-

harapan,dan keharusan ( das Sollen).


 Nilai sebagai das sollen (normatif) perlu direalisasikan

dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta.


 Nilai diformulasikan kedalam norma.
 Norma hukum sifatnya memaksa dan dapat

dipaksakan.
.
Pancasila sebagai etika politik
 Pengertian Etika
 Pengertian Nilai, Norma dan Moral
 Etika Politik
 Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber Etika

Politik
Etika (Ethics)dapat diartikan sebagai berikut :
 Merupakan dasar moral yaitu nilai-nilai tentang apa yang
baik dan apa yang buruk, dan berkaitan dengan hak dan
kewajiban.
 Sebagai pedoman perilaku, sikap atau tindakan yang
diterima dan diakui sehubungan dengan kegiatan manusia
atau kelompok tertentu.
 Merupakan persoalan pendidikan, memberikan contoh yang
benar dan pelayanan untuk mempraktekan perilaku moral
dengan dialog yang jujur. Dengan ini etika merupakan
proses pembelajaran mengenai benar dan salah dan
kemudian melakukan hal yang benar.
 Etika dipandang sebagai ilmu tentang berperilaku mencakup
aturan dasar yang dianut dalam hidup dan kehidupan.
Pengertian Politik
Kata politik berasal dari kata” Politics ”
“Suatu kegiatan/proses untu mencapai tujuan
yang berkaitan dengan konsep negara( state)
atau ketatanegaraan /kenegaraan,
kekuasaan( power), pengambilan keputusan
(decisionmaking), kebijaksanaan (policy),
pembagian (distribution) serta alokasi
( allocation),( Budiardjo 1981 : 89)
 Etika Politik berdasarkan prinsip-prinsip etika
penegakan dalam kehidupan berpolitik yang
mencakup : legitimasi negara, hukum,
kekuasaan dan penilaian terhadap legitimasi
tersebut.
 Pancasila sebagai sistem filsfat memenuhi

tugas dalam hal tersebut.


Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber
Etika Politik
 Bahwa pelaksanaan/penyelenggara negara
yang berdasarkan etika politik:
Menuntut agar kekuasaan dalam negara
di jalankan berdasarkan :
a. Asas legalitas (legitimasi hukum),yaitu
sesuai dengan hukum yang berlaku
b. Disahkan dan dijalankan secara
demokrasi( lagitimasi demokrasi )
c. Dilaksanakan berdsarkan prinsip-
prinsip moral (legitimasi moral )
 Pancasila sebagai sistem filsafat melaksankan
3 dasar tersebut, maka penyelenggara negara
harus berpegang pada ke 3hal tersebut.
 Etika politik harus dilaksanakan baik oleh

individu maupun dalam penyelengaraan


negara/pemerintahan ( pejabat eksekutif,
legislatif, dan yudikatif)
Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
 Pengertian
Paradigma adalah :
- sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,
arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta
proses dalam suatu bidang tertenru termasuk dalambidang
pembangunan reformasi maupun dalam bidang pendididkan.
- suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis
yang umum( merupakan sumber nilai), sehingga merupakan
suatu sumber-sumber hukum.
- Dengan demikian Pancasila digunakan sebagai dasar dan
sumber nilai dan hukum dalam pembangunan serta reformasi
(reformasi hukum, politik, ekonomi).
 Kampus sebagai Moral Force
 Perguruan Tinggi memliki 3 tugas pokok yang disebut
Tridharma Perguruan Tinggi yaitu :
1. Pendidikan
2. Penelitian
3. Pengabdian kepada masyarakat
 Perguruan Tinggi dalam pengembangan ilmu tidak
bebas nilai, tetapi terikat nilai, pendidikan tinggi
haruslah menghasilkan ilmuwan, intelektualserta pakar
yang bermoral Ketuhanan yang mengabdi pada
kemanusiaan
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN RI DAN UUD 1945
Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan RI
Pancasila sebagai staat fundamental norm
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
RI 1945. Pancasila sebagai filosofi negara.
 Hubungan Pembukaan UUD RI 1945

dengan Batang Tubuh UUD 1945 yang


mempunyai fungsi hubungan langsung
yang bersifat kausal organis dengan batang
tubuh UUD 1945, karena isi dalam
Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-
pasal UUD1945.
Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan UUD
RI 1945
 Secara formal yuridis Pancasila ditetapkan
sebagai dasar filsafat Negara RI. Pancasila
berkedudukan sebagai norma dasar hukum
positif, yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945.

 Secara material, Pancasila sebagai sumber


tertib hukum Indonesia dan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental.
UUD RI 1945
 UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis
 Hukum dasar tidak tertulis “Convensi”
 Struktur Pemerintahan Indonesia

berdasarkan UUD 1945:


 Demokrasi Indonesia dan penjabarannya

menurut UUD 1945 dalam sistem


ketatanegaraan Indonesia
 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD

1945(sistem kekuassan
 Asas Otonomi
 Hubungan antar lembaga negara
Kedudukan UUD 1945
 Sebagai hukum dasar yang tertulis
 Sebagai dasar sumber hukum
 Sebagai norma yang mengikat ; lembaga

pemerintahan.lembaga masyarakat, warga


negara.
 Sebagai hukum yang menempati hirarkhi

tertinggi dalam hukum tertulis negara(UU


No 10 Tahun 2004/UU No 12 / 2011 )
 Sebagai alat pengotrol, pengecek terhadap

produk hukum yang lebih rendah.


 UUD menurut sifat dan fungsinya adalah
suatu naskah yang memaparkan kerangka
dan tugas-tugas pokok badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok cara kerja badan-badan tersebut.
SIFAT UUD 1945
 Singkat ( Pembukaan 4 alinea, 37 Pasal, 4
Pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Tambahan
 Memuat aturan pokok sebagai instruksi

kepada pemerintah.
 Luwes, supel artinya dinamis dan tidak

mudah ketinggalan zaman


 Mengandung semangat penyelengara negara

yang baik.
 Mengatur mekanisme dan sisitem

pemerintahan dalamsuatunegara
Kesimpulan :
 Sebagai hukum positif dalam tertib hukum

Indonesia yang tertinggi, UUD bersifat


tertulis, rumusannya harus jelas dan
mengikat pemerintah sebagai penyelengara
negara serta setiap warga negara.
 Norma-norma/aturan dalam UUD harus

dilaksanakan secara konstitusional


 Selain hukum dasar tertulis, terdapat “ konvensi”
sebagai aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaan negara meskipun
tidak tertulis.
 Syarat konvensi ;
- tidak bertentangan dengan UUD
- sebagai pelengkap UUD, pengisi kekosongan
karena UUD tidak mengatur
- berlaku berulang-ulang dan
dipelihara,merupakan kebiasaan dalam
penyelenggaraan negara
- tidak tertulis.
Negara dan Bangsa
Pengertian
 Negara adalah : suatu organisasi dari

sekelompok manusia yang bersama sama


mendiami suatu wilayah tertentu dan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tersebut.
Unsur-unsur Negara
 Unsur Konstitutif;
Unsur dasar negara yang bersifat kontitutif
meliputi; wilayah udara, darat, laut, dan
perasaan rakyat atau masyarakat dan
pemerintahan yang berdaulat
 Unsur Deklaratif;

Unsur negara yang bersifat deklaratif


meliputi unsur dasar konstitutif dan adanya
tujuan negara serta pengkuan dari
negaralain, secara de jure dan de facto
Tujuan Negara
 Teori yang berdasarkan kekuasaan (machstaat);
tujuan negara adalah untuk mencapai dan
mempertahankan kekuasaan.
 Teori yang mengutamakan kemakmuran
negara( etatisme)
 Teori yang mengutamakan kemakmuran orang
perorangan (individu); negara melalui undang-
undang menjamin kebebasan untuk mencapai
kemakmuran individu (liberty liberal)
 Teori tujuan negara yang mengutamakan
kemakmuran rakyat dicapai secara adil( tipe negara
hukum/material-social service state)
Tujuan bernegara bangsa Indonesia
dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
ke empat yaitu :
a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia,
b. memajukan kesejahteraan umum,
c. mencerdaskan bangsa,
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia,berdasar kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadialn sosial
Yang didasarkan pada/ diukur menurut ;1.Ketuhanan Yang
Maha Esa,2. Kemanusiaan yang adildan beradab,3. Persatuan
Indonesia, 4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawratan perwakilan dan,5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jadi teori kenegaraan kita dalam hal tujuan negara diarahkan


pada segi-segi nasional dan internasional dengan berdasar
pada Pancasila
Bentuk Negara
 Negara Kesatuan (Unitary State);
menghendaki satu negara yang bersatu atas
dasar kesatuan
 Negara Serikat (Federation); merupakan

bentuk negara yang terdiri dari negara-


negara bagian, tiap-tiap negara bagian
mempunyai hak untuk membentuk,
menyusun undang-undang dasar sendiri
serta mengatur urusan rumah tangga
pemerintahan secara bebas
 Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan
yang berbentuk Republik (sistem kekuasaan
negara).
 Dalam Pembukaan UUD 1945 ditegaskan:

“ Pemerintah melindungi segenap bangsa dan


seluruh tumpah darah Indonesia,Konstitusi Negara
Indonesia berbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik , Negara Indonesia berdasarkan
persatuan Indonesia”
Menurut Prof Moh .Yamin negara Indonesia
mempunyai corak istimewa 1. berbentuk Republik
dan 2.mewujudkan unitarisme-berotonomi (dari
atas sampai kebawah)
Paham Negara Persatuan
 Hakekat negara persatuan
 Negara yang merupakan suatu kesatuan

dan unsur-unsur yang membentuknya yaitu


rakyat yang terdiri atas berbagai macam
etnis suku bangsa, golongan, kebudayaan,
agama, wilayah-wilayah yang memiliki
karakter dan sifat yang berbeda-beda.
 Merupakan satu negara, satu rakyat, satu

wilayah, dan tidak terbagi-bagi seperti


halnya negara serikat, satu pemerintahan,
satu tertib hukum nasional, satu
bahasa,serta satu bangsa.
 Paham negara persatuan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, … yaitu Negara
Persatuan yaitu mengatasi segala paham
golongan dan paham perorangan dan tidak
berdasarkan individualisme pada negara
liberalisme.
 Makna persatuan dengan seloka Bhinneka

Tunggal Ika
 Paham negara kebangsaan berlandaskan

Pancasila
Paham Negara Integralistik

 Paham negara integralistik yang terkandung


dalam Pancasila meletakkan asas
kebersamaan hidup,keselarasan, dalam
hubungan antar individu maupun
masyarakat. Tidak mengenal dominasi
mayoritas, tidak memihak kepada yang
kuat, tidak mengenal tirani minoritas.
Didalam terkandung nilai kebersamaan,
kekeluargaan, ke”bhinneka-tunggal-ika”an.
Inti paham integralistik menurut
Moh.Yamin
 Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral
 Semua golongan bagian,bagian dan anggotanya berhubungan
erat satudengan lainnya
 Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan
persatuan masyarakat yang organis.
 Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah
perhimpunan bangsa seluruhnya
 Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau
perseorangan
 Negara tidak menganggap kepentingan ssesorang sebagai
pusat
 Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang
atau golongan saja
 Negara menjamin kepentingan seluruhnya sebagai suatu
kesatuan integral
 Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya
 Paham /idiologi liberalisme berprinsip bahwa
rakyat merupakan ikatan dan individu-individu
yang bebas dantumbuhnya berdsarkan sintesa dari
beberapa paham a.l. paham materialisme,
rasionalisme, empirisme, dan individualisme.
 Paham sosialime komunis (Karl Marx), memandang
bahwa hakikat kebebasan dan hak individu itu
tidak ada.pada hakikatnya manusia hanya sebagai
mahluk sosial saja.dalam kehidupan masyarakat
terjadi interaksi dialektis antara kelas kapitalis dan
kelas proletar,buruh.
LATAR BELAKANG PERUBAHAN UUD 1945

Tidak terjadinya fungsi pengawasan dan saling


mengimbangi (checks and balances) pada institusi-institusi
ketatanegaraan. Terjadinya penumpukan kekeuasaan pada
yang berada ditangan MPR, sehingga menyebabkan
kekeuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak
memeiliki hubungan dengan rakyat.
Terjadinya dominasi kekuasaan ditangan Presiden selaku
eksekutif, baik di bidang legislatif maupun yudikatif yaitu
adanya hak prerogatif (a.l. memberikan grasi, amnesti,
abolisi, dan rehabilitasi ) dan kekuasaan membuat undang-
undang. Hal ini tertulis dalam penjelasan UUD 1945 yang
berbunyi Presiden penyelenggara pemerintah Negara yang
tertinggidi bawah Majelis.

UUD 1945 menagandung pasal-pasal yang terlalu luwes


shingga dapat menimbulukan lebih dari satu tafsiran (multi
PENDAHULUAN 2
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada
tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999)

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000)

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu


Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002
Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
Hasil Amandemen UUD 1945
1. Perubahan Pertama UUD 1945
Perubahan pertama ditetapkan 19 Oktober 1999, dalam Sidang
Umum MPR yang berlangsung pada 14-21 Oktober 1999. Sebanyak 9
pasal berhasil diamandemen pada sidang ini.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16 ayat
sebagai berikut:
• Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
• Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
• Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
• Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
• Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
• Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
• Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
• Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan menteri
• Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
• Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang
(RUU)
2. Perubahan Kedua
Amandemen kedua dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2000, dalam sidang tahunan
MPR pada 7-18 Agustus 2000. Pasal yang diubah :
 Pasa18 Diubah menjadi:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Wali kota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.
Pasal 19 Diubah menjadi:
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Pasal 20 Diubah menjadi :


(4) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(5) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
(6) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
(7) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
(8) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan.
PASAL 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang
PASAL 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
BAB IXA WILAYAH NEGARA (PASAL 25A)
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK (PASAL 26)
Diubah menjadi:
1. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
2. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
PASAL 27
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
BAB XA HAK ASASI MANUSIA
PASAL 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
PASAL 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
PASAL 28C
(3) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(4) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
PASAL 28D
(5) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(6) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
(7) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(8) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.
PASAL 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
PASAL 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
PASAL 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
PASAL 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
PASAL 28I
(5) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
(6) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(7) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban.
(8) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.
(9) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
PASAL 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(2) Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA PASAL 30
Diubah menjadi:
(3) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
(4) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(5) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, sebagai
alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(6) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum
(7) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.
BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
PASAL 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
PASAL 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
PASAL 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur
dengan undang-undang.
3. Perubahan ketiga
Pasal 1
1) 2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
2) 3. Negara Indonesia adalah negara hukum.
Pasal 3
3) (1)Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar.
4) (3) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
5) (4) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan
tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang -
undang.
Pasal 6A
(3) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
(4) (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(5) (3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih lama dari lima
puluh presiden dari jumlah suara dalam pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum
(6) . (5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
Pasal 7B
1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan
dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir
dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan
Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk merumuskan usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan
Perwakilan Rakyat tersebut paling lama tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima
usul tersebut.
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai masa jabatannya.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
Pasal 11
1. (2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
2. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.
Pasal 17
3. (4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementrian negara diatur dalam undang-undang.
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.
(2) (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah Seluruh
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan
Perwakilan Daerah.
(3) (3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
(4) (4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas Rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan pemekaran, dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang
anggaran pendapatan dan belanja negara dan Rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-
syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
Pasal 23
(7) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(8) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
(9) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun yang lalu.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri
(2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangnnya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang.
Pasal 23F
(4) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
(5) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
(6) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di Ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.
Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
Pasal 24A
(3) Mahkamah Agung berwenang menjadi pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
(4) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, professional, dan
berpengalaman di bidang hukum.
(5) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
(6) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
(7) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan
dibawahnya diatur dengan undang-undang.
Pasal 24B
(8) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
(9) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang hukum serta memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
(10)Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(11)Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutuskan pembubaran partai politik, dan memutuskan
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-
Undang Dasar.
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung,
tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim konstitusi.
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai
pejabat negara.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang. Baca juga: Isi UUD 1945 Pasal
29 Ayat 1 dan 2 Beserta Maknanya
4. Perubahan Keempat
Amandemen UUD 1945 yang terakhir ditetapkan pada 10 Agustus
2002, dalam Sidang Tahunan MPR 1-11 Agustus 2002. Sebanyak 13
pasal berhasil diamandemen serta 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal
aturan tambahan.
Mengutip dari sumbarprov.go.id , hal-hal penting yang ditetapkan
melalui amandemen keempat UUD 1945 antara lain:
• Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah yang pilih melalui pemilihan umum dan daitur lebih lanjut
dengan undang-undang.
Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan


Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang pilih melalui
pemilihan umum dan daitur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6A

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih dua
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang
memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.
Pasal 8

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam
Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya
tigapuluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan
sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai akhir masa jabatannya.
Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat


menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain.
Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas


memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang.
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
Pasal 24
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.

BAB XIII PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
Pasal 31
(1)Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2)Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Pasal 32

(6)Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan mesyarakat dalam memelihara dalam
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
(7)Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.
BAB XI

PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33

(4)Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5)Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.


(2) Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
Pasal 37

(5) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam


sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(6) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
ATURAN PERALIHAN
Pasal I

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II

Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III

Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk
segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

ATURAN TAMBAHAN

Pasal I

Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
tahun 2003.
Pasal II

Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini,


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-6 (lanjutan)
tanggal 10 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia , dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
Tujuan Amandemen UUD 1945

Amandemen UUD 1945 harus dilakukan berdasarkan kajian dan


pertimbangan yang mendalam dan strategis. Sebab, tujuan utamanya
harus berorientasi mengubah kehidupan bernegara yang lebih baik.
Terutama bagi warga negara. Dilansir melalui beberapa sumber,
beberapa tujuan dari amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut.
• Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah yang pilih melalui pemilihan umum dan daitur lebih lanjut
dengan undang-undang.
• Pasal 6A (4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih dua pasangan calon yang memperoleh suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh
rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat
terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Beberapa manfaat yang mungkin didapatkan dari
amandemen UUD 1945 :
• Menghilangkan pasal-pasal yang multitafsir di dalam
UUD 1945.
• Memperjuangkan HAM masyarakat

Manfaat di atas berkaitan dengan sejarah perjalanan


amandemen UUD 1945 itu sendiri. Seperti pada masa Orde
Baru, lembaga tertinggi Negara adalah MPR. Lembaga
tersebut mengatasi semua lembaga negara yang lainnya,
yang kemudian dimanfaatkan untuk melanggengkan
kekuasaan totaliter Orde Baru. Saat ini, UUD 1945 yang
menjadi pedoman tertinggi dalam bernegara. Sehingga,
sudah tidak ada lagi lembaga tertinggi Negara yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai