Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Konstitusi Dalam Negara

Keberadaan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan suatu


hal yang sangat fundamental, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah
negara. Hampir tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusinya. Hal ini menunjukan betapa
pentingnya konstitusi sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi ibarat dua negara ibarat dua sisi
mata uang yang satu sama lain tidak terpisahkan.

Mengapa konstitusi menjadi suatu yang sangat penting dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan suatu negara, karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara, serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan
diri dan saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya. Menurut A.Hamid S.Attamimi,
konstitusi dalam negara sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus
dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalani. 1

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batasan kekuasaan tersebut,


kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam dua bagian, yaitu
membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau pengasa dalam
negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari segi
kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang
sebagai lembaga atau Kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi diantara
beberapa lembaga kenegaraan, seperti diantara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. 2

Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi digunakan sebagai alat untuk menjamin
hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup,
kesejahteraan hidup dan hak kebebasan. Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini.
Undang-undang sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan hasil
perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau, Tingkat-tingkat tertinggi pengembangan
ketatanegaraan bangsa, pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak di wujudkan baik untuk
sekarang atau dimasa yang akan mendatang.

1
M. Sholly Lubis, Asas-Asas Hukum Tata Negara, (Bandung: Alumni), 1982 h. 93
2
Moh. Kusnardi, et all, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 72
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan arti penting konstitusi dalam negara dapat
dijadikan sebagai barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan
pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara.3

Sejarah Konstitusi di Indonesia

Sejak awal didirikan, Indonesia sudah menyatakan dirinya sebagai Negara konstitusional.
Hal itu bisa dipastikan sekurang-kurangnya dalam empat hal. Pertama menjelang kemerdekaan
pemerintah penjajahan Jepang membentuk satu badan persiapan kemerdekaan, Dokoritzu Zunbi
Coosakai, 3 dengan tugas menyiapkan rancangan undang-undang dasar yang akhirnyarancangan
pembukaan dan UUD yang dibuatnya disahkan panitia berikutnya, Dokuritzu Zunbilinkai,
sebagai dasar dan UUD Negara yakni UUD 1945. Sebab negara yang dibentuk dengan sebuah
konstitusitentunya menganut konstitusionalisme, sebab UUD merupakan bagian dari, bahkan
sering kali disamakan dengan konstitusi. Kedua, dalam pembukuan UUD 1945 sendiri tepatnya
pada alenia empat dinyatakan bahwa secara eksplisit bahwa negara ini didirikan dalam susunan
undang-undang dasar negara seperti dikalimat “maka disususnlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam undang-undang dasar”.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana terakhir


diubah pada tahun 1999,2000,2001, samopai 2002 merupakan suatu kesatuan rangkaian
perumusan hukum dasar Indonesia dimasa depan. Isinya mencakup dasar-dasar normative yang
berfungsi untuk sarana pengendali terhadap penyimpangan dan penyelewengan dalam dinamika
perkembangan zaman dan sekaligus sarana pembaruan Masyarakat serta sarana perekayasaan.
Belajar dari kekurangan sistem demokrasi politik di berbagai negara di dunia, yang menjadikan
undang-undang hanya sebagai konstitusi politik. Disamping itu juga berisi dasar-dasar pikiran
mengenai demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Oleh sebab itu, undang-undang dasar ini
dapat disebut sebagai konstitusi politik, konstitusi ekonomi, dan sekaligus konstitusisosial yang
mencerminkan cita-cita kolektif bangsa, baik dibidang politik dan ekonomi maupun sosial
budaya, dengan tetap memelihara tingkat abstraksi perumusannya sebagai hukum dasar.4

Dalam Sejarah ketatanegaraan di Indonesia, Undang-Undang Dasar ternyata dapat


bertahan sebagai konstitusi Negara Indonesia tanpa perubahan naskahnya hingga sampai oktober

3
Dahlan Thain, et. All, Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2001), h. 65
4
Jimmly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta Timur: Sinar Grafik, 2011) h. 30-31
tahun 1999. Namun demikian, bukan berarti selama kurun waktu tersebut Negara Indonesia
hanya memiliki satu undang-undang dasar. Sejak proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia
pernah memiliki dua konstitusi yang bersifat sementara selain undang-undang dasar 1945 itu,
yaitu Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949-1950) ketika Negara Indonesia berbentuk
federasi dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950 ketika Indonesia kembali
menjadi kesatuan. Bahkan dalam kurun waktu Negara Kesatuan Republik Indonesia dibawah
sistem konstitusional Undang-Undang Dasar Sementara (1950-1959), lembaga pembentuk
undang-undang yang bernama “Konstituante” telah berhasil merumuskan sebagian besar draf
atau rancangan “undang-undang dasar tetap”. Ketua Majelis Konstituante, Mr. Wilopo
mengemukakan, Konstituante telah menyelesaikan lebih kurang 90% materi pekerjaannya.5

Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
macam Undang-Undang Dasar dalam empat priode yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949


2. Periode 27 Desember 1949- 17 Agustus 1950
3. Periode 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959
4. Periode 5 Juli 1959- Sekarang.

5
Jimmly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi h 87-89

Anda mungkin juga menyukai