Anda di halaman 1dari 20

PERLINDUNGAN HUKUM RAHASIA PERUSAHAAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
YANG DIAMPU OLEH BU SULIKAH S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KEVIN SETYABUDI PUTRA 180422623099
KHANSAA NABILA 180422623168
LAILY FITRI ALFUNI’MAH 180422623076

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya serta tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini dilakukan demi menyelesaikan
salah satu tugas mata kuliah untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum Ekonomi dan
Bisnis yang diampu oleh ibu Sulikah, S.Pd, M.Pd dengan judul “Perlindungan Hukum
Rahasia Perusahaan”.
Dalam penyusunan makalah ini tidak selamanya berjalan dengan baik, dengan
berbagai penghambat, tetapi penulis mendapatkan berbagai dukungan baik dari keluarga,
teman, maupun dosen untuk tetap menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Maka
penulis mengucapkan terimakasih  yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua, segenap
keluarga besar, dan teman-teman penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar, serta kepada dosen dalam penulisan makalah ini.
Tidak ada kesempurnaan di dunia ini kecuali hanya milik Allah SWT. Termasuk
dalam pembuatan karya tulis ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka penulis
dengan senang hati apabila ada kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan karya
tulis ini.

Malang, 9 September 2018

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….....1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………..1
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………...….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….2
2.1……………………………………………………………………………...2
2.1.1 Pengertian Perusahaan.………………………………………………...2
2.1.2 Bentuk-bentuk Perusahaan…………………………………………….2
2.1.3 Penggolongan Perusahaan……………………………………………..3
2.1.4 Jenis-jenis Perusahaan……………………………………………...….3
2.1.5 Unsur-unsur dalam Perusahaan…………………………………….….4
2.1.6 Manfaat Perusahaan…………………………………………………...4
2.2………………………………………………………………………..…….5
2.2.1 Pengertian Hukum………………………………………………….….5
2.2.2 Pengertian Hukum dalam Perusahaan………………………………....5
2.2.3 Bentuk-bentuk Hukum Perusahaan………………………………….5
2.2.4 Sumber Hukum Perusahaan…………………………………………...5
2.2.5 Perlindungan Rahasia Perusahaan……………………………………..6
2.2.6 Hukum Kerahasiaan Informasi Perusahaan …………………………..7
2.3……………………………………………………………………………...7
2.3.1 Pelanggaran Rahasia Perusahaan ……………………………………..7
2.3.2 Hak Pemilik Rahasia Dagang…………………………………….…..13
2.3.3 Pelanggaran Pihak Lain Menggunakan Rahasia Dagang…………….13
2.3.4 Larangan Pengungkapan Rahasia Dagang Kepada Pihak Ketiga……13
2.3.5 Pelanggaran dan Perlindungan Hukum………………………………14
2.3.6 Gugatan Perdata……………………………………………………...14
2.3.7 Tuntutan Pidana……………………………………………………....14

ii
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..…16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua negara di dunia memiliki aturan, tetapi tidak semua negara menganut sistem
hukum. Indonesia, merupakan salah satu contoh negara yang menganut sistem hukum.
Artinya, semua tindakan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia harus
berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang berlaku di Indonesia
berdasarkan Pancasila, karena status Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Hukum di Indonesia mencakup berbagai aspek, salah satu aspeknya menyangkut
aspek ekonomi. Hukum perekonomian yang berlaku di Indonesia tergantung kesepakatan
yang berlaku. Adanya kesepakatan tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Agar tujuan tersebut tercapai, perlu diatur dengan hukum supaya sumber daya
ekonomi, pemanfaatn, dan kegiatannya dapat berjalan baik, dengan memperhatiakn sisi
keadilan bagi pelaku ekonomi.
Perusahaan merupakan salah satu contoh pelaku ekonomi. Perusahaan adalah badan
yang menjalankan suatu usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan
juga memberlakukan hukum yang mengatur prosedur kerja demi kelancaran usaha.
Kelancaran usaha merupakan salah satu faktor penting umtuk mengembangkan perusahaan.
Dalam mengembangkan usahanya, perusahaan memiliki informasi umum dan khusus.
Informasi khusus bersifat rahasia, oleh karena itu hanya boleh diketahui oleh pihak
perusahaan. Informasi khusus meliputi inovasi yang dikembangkan oleh perusahaan yang
beraset penting. Karena inovasi tersebut muncul dari kreativitas yang sifatnya pribadi.
Karena sifatnya yang rahasia, informasi tersebut perlu diatur hukum dan undang-
undangnya. Banyaknya kasus plagiat, mendukung perlunya dibuat hukum dan undang-
undang dalam perusahaan. Kasus plagiat sendiri merupakan salah satu contoh pelanggaran
hukum kerahasiaan perusahaan. Tidak hanya kasus plagiat, segala bentuk pelanggaran
kerahasiaan perusahaan akan mendapatkan sanksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hukum perlindungan rahasia perusahaan?
2. Mengapa rahasia perusahaan perlu dilindungi?
3. Bagaimana cara melindungi rahasia perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui hukum rahasia perusahaan
2. Untuk mengetahui alasan rahasia perusahaan perlu dilindungi
3. Untuk mencari tahu cara melindungi rahasia perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian


Agar memperluas wawasan para pembaca mengenai perlindungan hukum rahasia
perusahaan sekaligus untuk dijadikan bahan pembelajaran dan evaluasi pembangunan
ekonomi.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah tempat suatu kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor
produksi, kegiatan usaha yang bersifat tetap, dilakukan secara terus menerus dan dikelola
dengan organisasi yang baik, dengan tujuan menghasilkan barang dan jasa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus mencari keuntungan atau laba.

2.1.2 Bentuk-bentuk Perusahaan


1. Perusahaan perorangan (PO)
Perusahaan Perorangan (PO) adalah jenis perusahaan yang dimiliki oleh seseorang
dan orang itu bertanggungjawab sepenuhnya atas semua resiko dan kegiatan perusahaan.

2. Firma (Fa)
Firma (Fa) adalah jenis perusahaan yang dimiliki oleh 2 orang atau lebih dan
pengoperasian perusahaan umumnya dengan menggunakan nama brand bersama.

3. Perseroan Komanditer (CV)


Perseroan Komanditer atau comanditaire vennootschaap (CV) adalah jenis perusahaan
yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dan salah satunya atau beberapa anggota
bertanggungjawab tidak terbatas atas hutang perusahaan dan anggota yang lain
bertanggungjawab terbatas atas hutang perusahaan.

4. Perseroan Terbatas (PT)


Perseron Terbatas (PT) adalah perusahaan yang dimiliki oleh perorangan atau lebih
sebagai pemegang saham yang bertanggungjawab terbatas atas hutang perusahaan.

5. Perseroan Terbatas Negara (Persero)


Perseroan Terbatas Negara (Persero) adalah perusahaan terbatas yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Negara atau pemerintah pusat.
6. Perusahaan Negara Umum (Perum)
Perusahaan Negara Umum (Perum) yaitu perusahaan yang dimiliki oleh Negara
atau pemerintah pusat yang bergerak dalam bisnis jasa publik (Publik Utilytas) bertujuan
untuk mencari laba dan melayani kepentingan umum atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

7. Perusahaan Negara Jawatan (Perjan) 


Perusahaan Negara Jawatan (Perjan) adalah perusahaan yang dimiliki oleh Negara
atau pemerintah pusat yang bergerak dalam bisnis jasa publik (Pulik Srvice) bertujuan
untuk mencari laba danmelayani kepentingan umum.

2
8. Perusahaan Daerah (PD)
Perusahaan Daerah (PD) adalah jenis perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah.
2.1.3 Penggolongan Perusahaan
Secara garis besar perusahaan dapat di golongkan menjadi : 
1. Perusahaan Jasa ( service firm ) yaitu perusahaan yang kegiatannya menjual jasa.
Contohnya adalah kantor akuntan, kantor pengacara, Salon dll.

2. Perusahaan Dagang ( merchandising firm ) yaitu perusahaan yang kegiatannya


membeli barang jadi dan menjualnya kembali tanpa melakukan pengolahan terhadap
barang tersebut. Contohnya dealer, Toserba, toko kelontong, dll.

 3. Perusahaan Manufaktur / Pabrik / Industri ( manufacturing firm ) yaitu perusahaan


yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual
barang jadi tersebut. Contohnya adalah pabrik sepatu, pabrik roti, dll.

2.1.4 Jenis-jenis Perusahaan


1. Jenis-jenis Perusahaan Berdasarkan Lapangan Usaha
 Perusahaan Ekstratif, yaitu perusahaan yang fokus di bidang pemanfaatan
kekayaan alam, mulai dari penggalian, pengambilan dan pengolahan kekayaan
alam yang tersedia. Misalnya: tambang batu bara.
 Perusahaan Agraris, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan lahan
atau ladang. Misalnya perusahaan yang bekerja di bidang pertanian, perikanan
darat, perkebunan, kehutanan, dan lainnya.
 Perusahaan Industri, yaitu perusahaan yang memproduksi barang mentah menjadi
setengah jadi atau setengah jadi menjadi produk siap jual. Bisa juga perusahaan
yang meningkatkan nilai guna barang.
 Perusahaan Perdagangan, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang jual beli
barang, membeli barang yang sudah jadi tanpa diolah lagi. Misalnya usaha
pertokoan, usaha minimarket, dan lainnya.
 Perusahaan Jasa, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang jasa atau
layanan. Misalnya jasa perbankan, asuransi, perhotelan, pembiayaan, dan lainnya.

2. Jenis-jenis Perusahaan Berdasarkan Kepemilikan


 Perusahaan milik negara, yaitu perusahaan yang dimodali dan didirikan oleh
negara.
 Koperasi, yakni perusahaan yang dimodali dan didirikan oleh anggotanya.
 Perusahaan swasta, yaitu perusaaan yang dimodali dan didirikan oleh sekelompok
orang luar (di luar negara).

3
2.1.5 Unsur-unsur dalam Perusahaan
 Badan usaha. Perusahaan memiliki bentuk tertentu, baik yang berupa badan hukum
maupun yang bukan badan hukum. Contohnya Perusahaan Dagang, Firma,
Persekutuan Komanditer, Perseroan Terbatas, Perusahaan Umum, Perusahaan
Perseroan dan Koperasi.
 Kegiatan dalam bidang perekonomian, meliputi bidang perindustrian, perdagangan,
perjasaan, dan pembiayaan.
 Terus-menerus. Artinya adalah kegiatan usaha dilakukan sebagai mata pencarian,
tidak insidental dan bukan pekerjaan sambilan.
 Bersifat tetap. Maksudnya ialah kegiatan usaha yang dilaksanakan tidak berubah atau
berganti dalam waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama.
 Terang-terangan, berarti kegiatan usaha ditujukan kepada dan diketahui oleh umum,
bebas berhubungan dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang.
 Keuntungan dan atau laba, berarti tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh
keuntungan dan atau laba.
 Pembukuan. Maksudnya ialah perusahaan wajib untuk menyelenggarakan pencatatan
mengenai kewajiban dan hak yang berkaitan dengan kegiatan usahanya.

2.1.6 Manfaat Perusahaan


1. Penyedia Produk (Barang dan Jasa)
Manfaat perusahaan yang pertama adalah sebagai penyedia produk berupa
barang dan jasa. Seperti yang kita ketahui bersama, aktivitas atau pun kegiatan
perusahaan biasanya berkaitan dengan aktivitas penyediaan produk dan juga jasa
bagi masyarakat umum / khusus, yang mana setiap pengguna produk dan jasa
yang disediakan harus membayar dengan jumlah / nominal uang tertentu.
2. Penyedia Lapangan Kerja
Dalam menjalankan aktivitas usahanya setiap perusahaan biasanya
membutuhkan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi. Dengan adanya
perusahaan, berbagai macam lowongan pekerjaan akan tercipta secara otomatis
sehingga angka pengangguran dapat ditekan.
3. Media Investasi
Bagi kalangan pebisnis, perusahaan merupakan salah satu lahan investasi yang
sangat menguntungkan.
4. Media Mencari Keuntungan
Seperti yang dijelaskan di atas, perusahaan biasanya dijalankan untuk
menghasilkan keuntungan bagi para pemilik perusahaan / pemegang saham.
5. Pemasukan Negara
Dalam aktivitas usahanya, setiap perusahaan biasanya diwajibkan untuk
menyetorkan pajak kepada negara. Beberapa jenis pajak yang harus disetorkan
perusahaan kepada negara yaitu pajak badan usaha, pajak penghasilan tenaga
kerja, pajak kendaraan bermotor dan berbagai macam pajak lainnya.

4
6. Peningkat Cadangan Devisa
Manfaat perusahaan yang terakhir adalah sebagai media untuk meningkatkan
cadangan devisa negara. Semakin banyak perusahaan yang mengekspor produk
buatan Indonesia ke luar negeri, maka semakin besar pula cadangan devisa yang
dimiliki oleh negara Indonesia.
2.2.1 Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kelembagaan.
2.2.2 Pengertian Hukum dalam Perusahaan
Hukum Perusahaan adalah pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH Perdata dan
KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan lain yang mengatur
tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi).
2.2.3 Bentuk-bentuk Hukum Perusahaan
Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan
undang-undang, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam KUHD,
Perseroan Terbatas diatur dalam undang-undang No. 40 tahun 2007, Koperasi diatur dalam
UU No. 25 tahun 1992, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan diatur dalam UU No. 9
tahun 1969, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) adalah bukan badan hukum,
sedangkan Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero) adalah Badan Hukum. Perseroan Terbatas dan Koperasi adalah Badan
Usaha Milik Swasta sedangkan Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan
(Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara.
2.2.4 Sumber Hukum Perusahaan
Berdasarkan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia, sumber hukum
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang
 Undang undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
 PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,
 Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,
 Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja,
 Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
 Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
 Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
 Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-undang No.6
Tahun 1982,
 Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

5
2. Yurisprudensi
Yurisprudensi di bidang hukum perusahaan misalnya mengenai penggunaan merek
dagang, jual-beli perdagangan, pilihan hukum, dan sewa guna usaha.
3. Kebiasaan
Kebiasaan berkaitan dengan perusahaan, kebiasaan yang dimaksudkan adalah
perbuatan berulang-ulang yang diikuti oleh para pengusaha guna mencapai tujuan
yang disepakati. Menurut Abdul Kadir Muhammad (2002:6), kebiasaan yang dapat
diikuti dalam praktik perusahaan adalah kebiasaan yang memenuhi kriteria antara
lain:
a) Perbuatan yang bersifat keperdataan.
b) Mengenai kewajiban dan hak yang seharusnya dipenuhi.
c) Tidak bertentangan dengan undang-undang atau kepatutan.
d) Diterima oleh pihak-pihak secara sukarela karena dianggap hal yang logis
dan patut.
e) Menuju akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.
4. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih
(bilateral atau multiteral). Perjanjian internasional ini mempunyai kedudukan yang
sama dengan undang-undang karena perjanjian dengan negara lain hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan DPR.
5. Doktrin /Pendapat Para Ahli
Pendapat para ahli mempunyai kekuatan mengikat sebagai sumber hukum. Pendapat
para ahli ini dapat dipergunakan sebagai landasan untuk memecahkan masalah-
masalah yang langsung atau tidak langsung berkaitan satu sama lain.

2.2.5 Perlindungan Rahasia Perusahaan

Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000 memberikan lingkup perlindungan


Rahasia Dagang yaitu meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau
informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum. Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan
apabila informasi tersebut sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga
kerahasiaannya melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya.

2.2.6 Hukum Kerahasiaan Informasi Perusahaan

6
Informasi adalah keterangan/berita mengenai gagasan, peristiwa, keadaan atau proses
tertentu dalam bentuk tertentu. Umumnya informasi dibagi menjadi dua:

1. Informasi terbuka
Informasi terbuka adalah informasi yang boleh diketahui siapa saja dan biasanya bermanfaat
karena mengandung pesan yang menguntungkan.

2. Informasi rahasia
Informasi yang tidak boleh diketahui orang banyak, kecuali petugas atau pejabat yang
berwenang.

2.3.1 Pelanggaran Rahasia Perusahaan


Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Perbuatan memperoleh informasi
rahasia dagang secara tidak sah adalah salah satu bentuk “business torts”. Business torts
adalah suatu perbuatan melawan hukum di bidang bisnis, yaitu perbuatan-perbuatan tidak
terpuji dari para pengusaha yang merupakan pelanggaran terhadap hak-hak perusahaan lain.
Pelanggaran kontrak, pelanggaran kepercayaan, usaha-usaha untuk menggoda orang
melakukan pelanggaran daripada kontrak dan diperolehnya rahasia dagang oleh pihak ketiga
yang mengetahui atau lalai karena sepatutnya mengetahui, bahwa praktek semacam ini
dipergunakan dalam memperoleh informasi rahasia bersangkutan itu. Pelanggaran Rahasia
Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan rahasia dagang,
mengingkari kepesapakatan, atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk
menjaga rahasia dagang yang bersangkutan.
Seseorang dianggap melanggar rahasia dagang pihak lain jika ia memperoleh atau
menguasai rahasia dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Suatu perbuatan tidak dianggap sebagai suatu
pelanggaran rahasia dagang jika tindakan mengungkapkan rahasia dagang atau penggunaan
pertahanan Keamanan, Kesehatan atau keselamatan masyarakat; serta tindakan rekayasa
ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan rahasia dagang milik orang lain yang
dilakukan dengan semata-mata untuk kepentingan pengembanganlebih lanjut produk yang
bersangkutan.
A. Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang
Secara garis besar penyelesaian sengketa rahasia dagang dapat diselesaikan dengan
cara sebagai berikut :
1.  Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Menurut pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang pemegang hak rahasia


dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan
tanpa hak melakukan pelanggaran rahasia dagang untuk melakukan :

7
a. Gugatan ganti rugi
Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, tanggal
5 Maret 1975 No. 1078 K/Sip/1975 dan Mahkamah Agung RI tanggal 17
Oktober 1973 No.325 K/Sip/1973, gugatan ganti rugi harus dirinci secara
jelas. Dan apabila gugatan ganti rugi tersebut tidak dirinci secara jelas maka
haruslah ditolak seluruhnya atau dinyatakan tidak diterima.[43] Pengadilan
dapat memutuskan bahwa tergugat yang menyalahgunakan informasi rahasia
penggugat harus member ganti rugi kepada penggugat atas kerugian yang
dialaminya. Seringkali sangat sulit menghitung kerugian komersial secara
akurat yang dialami penggugat sebagai akibat penyalahgunaan informasi.
Perhitungan jumlah      ganti rugi yang layak sering akan melibatkan bukti-
bukti sebagai berikut :
Jumlah uang yang dikeluarkan penggugat dalam menghasilkan
informasi. Jumlah uang yang dapat diminta penggugat dari tergugat untuk
tujuan yang sama dengan tindakan tergugat. Memerlukan saksi ahli dari
seorang akuntan atau konsultan ekonomi yang mengenal pasar yang menjadi
tujuan untuk menjelaskan harga yang biasanya dapat diminta bagi penggunaan
informasi tersebut. Laba yang tidak diperoleh penggugat sebagai akibat
tindakan tergugat. Ini sulit untuk ditentukan secara pasti. Akan tetapi, kalau
pencipta informasi atau konsep berusaha menggunakan informasi atau konsep
untuk meraihkontrak bernilai dengan pihak lain, kemudian tergugat
menyalahgunakan informasi atau konsep rahasia untuk meraih kontrak yang
sama, jelas terlihat pencipta informasi mengalami kerugian yang sama dengan
nilai kontrak. Dalam konteks ini, kerugian yang mungkin dialami mudah
dihitung.
b. Penghentian semua perbuatan berkaitan dengan pemanfaatan tanpa hak
Bila terbukti terjadi pelanggaran rahasia dagang hukuman selain
adanya ganti rugi ada sanksi lain yaitu penghentian semua perbuatan berkaitan
dengan usaha yang terkait dengan cara perolehan rahasia dagang yang dengan
cara memanfaatkan tanpa hak. Yaitu apabila seseorang mengambil rahasia
dagang dari perusahaan lain kemudian mendirikan usaha baru sejenis dengan
memanfaatkan rahasia dagang yang didapat dari perusahaan lain maka bisa
saja terjadi sanksi yang demikian.
Sedangkan untuk prosesnya diajukan ke Pengadilan Negeri. Sanksi
pidana ysng bersifat alternatif dan kumulatif dicantumkan dengan harapan
agar pelaksanaan UU Rahasia Dagang ini dapat berjalan baik dan memberikan
pilihan bagi hakim agar dapat memberikan putusan yang adil. UU ini juga
memberikan kesempatan bagi korban atau pelapor untuk mengajukan gugatan
perdata untuk mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan
tergugat atau terpidana jika perkara pidana itu telah berkekuatan hukum tetap.

8
Dengan sanksi dan adanya hak menggugat itu kita dapat berharap pelaksanaan
undang-undang ini dapat berjalan  efisien dan efektif. Di samping itu, UU juga
dapat memberikan kesempatan bagi pelapor atau korban untuk menentukan
pilihan penegakan hukum apakah melalui jalur perdata ataukah pidana.
Apabila seseorang terbukti melakukan Pelanggaran Rahasia Dagang
seseorang dengan cara sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari
kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk
menjaga rahasia dagang yang bersangkutan atau apabila ia memperoleh atau
menguasai suatu rahasia dagang dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00
Delik dalam Tindak Pidana Rahasia Dagang adalah merupakan delik aduan.
Sehingga, bila terjadi perdamaian antara pelaku dan korban, pelaporan atau
pengaduan itu dapat dibatalkan atau ditarik dari kepolisian. Bahwa dalam
delik aduan, pengaduan dapat dibatalkan dan ditarik kembali sepanjang sudah
ada perdamaian.
Tindak pidana terhadap pelanggaran hak atas rahasia dagang
merupakan delik aduan  dan bukan delik biasa. Penyidikan hanya dapat
dilakukan bila ada pengaduan dari yang berhak, yakni pemegang hak atau
penerima hak. Ada banyak perdebatan di kalangan ahli hukum tentang
penempatan delik atas tindak pidana terhadap hak atas rahasia dagang
( termasuk juga hak atas kekayaan intelektual lainnya, kecuali hak cipta )
antara lain ada pendapat yang mengatakan karena hak atas rahasia dagang itu
adalah merupakan hak privat sseorang. Jadi apabila ada pelanggaran atas hak
tersebut maka yang dirugikan hanya si pemilik hak, jadi tidak merugikan
kepentingan umum. Padahal tidak ada bedanya seseorang yang melakukan
pencurian atas barang yang dimiliki oleh orang lain, justru dalam KUH Pidana
Indonesia ditempatkan sebagai delik biasa.
Sedangkan untuk penyidikan selain penyidik pejabat kepolisian Negara
Republik Indonesia, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
departemen yang lingkup tudas dan tanggung jawabnya meliputi Hak
Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Rahasia Dagang;
Bukti biasanya diperlukan untuk membuktikan cara yang tepat
bagaimana informasi rahasia  telah disalahgunakan. Setelah terbukti informasi
tersebut bersifat rahasia dan bahwa informasi itu diberikan atau diperoleh
tergugat, penggunaan informasi sulit dibuktikan secara langsung, tetapi mudah
dilihat dari tindakan tergugat. Misalnya barangkali sulit untuk membuktikan
secara langsung bahwa tergugat menggunakan daftar pelanggan penggugat,

9
tetapi hal ini dapat dilihat dari bukti yang menunjukkan tergugat telah
memasarkan produknya hanya kepada pelanggan dari daftar tersebut kalau
sebelumnya tidak melakukan hal demikian.
Saksi ahli dapat menjadi penting dalam Membuktikan penggunaan
informasi tanpa ijin.    Misalnya, kalau diajukan bahwa seorang mantan
pegawai telah menggunakan metode pencampuran cat yang dimiliki
perusahaan cat, ahli kimia industri dapat member kesaksian bahwa isi kimia
atau presentase bauran cat mantan pegawai sama persis dengan perusahaan cat
tersebut. Saksi ahli juga dapat membuktikan bahwa sangat tidak mungkin atau
mustahil kalau si tergugat dapat mengembangkan konsep atau informasi yang
sama tanpa bantuan informasi yang diberikan atau yang diperoleh dari
penggugat.

2.  Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif


Selain penyelesaian sengketa melalui pengadilan seperti yang disebutkan
dalam pasal 12 Undang-Undang Rahasia Dagang memungkinkan adanya
penyelesaian melalui non-pengadilan artinya dapat melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa. Diantaranya dapat diselesaikan melalui arbitrase, konsiliasi,
mediasi, med-arb, negosiasi. Cenderung beberapa penyelesaian sengketa alternatif ini
tidak jarang menghasilkan sebuah penyelesaian win-win solution karena bisa
ditentukan oleh kedua belah pihak bahkan tanpa aturan yang terkadang bersifat kaku.
Dan penyelesaian secara alternatif penyelesaian sengketa terkadang merupakan
cerminan budaya asli dari sosiologis masyarakat kita yang mana mengedepankan
penyelesaian melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

a. Arbitrase
Dalam Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 disebutkan bahwa
arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa”.
Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa melalui “adjudikatif
privat”, yang putusannya bersifat final dan mengikat. Arbitrase sekarang
diatur diatur UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Dalam ketentuan Pasal 3 UU No. 30 Tahun 1999
disebutkan bahwa Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili
sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Adapun
objek pemeriksaan Arbitrase adalah memeriksa sengketa keperdataan, tetapi
tidak semua sengketa keperdataan dapat diselesaikan melalui arbitrase, hanya
bidang tertentu yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 30 tahun 1999
yaitu :

10
“sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”.
Penjelasannya tidak memberikan apa yang termasuk dalam bidang
perdagangan. Jika dihubungkan dengan penjelasan Pasal 66, termasuk dalam
ruang lingkup perdagangan adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang :
1.  Perniagaan
2.  Perbankan
3.  Keuangan
4.  Penanaman Modal
5.  Industri dan;
6.  Hak Kekayaan Intelektual

     Selanjutnya Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa :


“Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan
perdamaian”. Dengan menggunakan penafsiran argumentum a contrario, maka
kompetensi arbitrase adalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai
hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dapat diadakan
perdamaian.

Putusan arbirase umumnya mengikat para pihak. Penaatan terhadapnya


dipandang tinggi. Biasanya putusannya bersifat final dan mengikat.[50]  Itu
karena arbitrase dilaksanakan antara para pihak sendiri atas kesadaran akan
penyelesaian sengketa. Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang
diberikan oleh arbitrase ad-hoc maupun lembaga arbitrase atas suatu
perbedaan pendapat, perselisihan paham maupun persengketaan mengenai
suatu pokok persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar (yang memuat
klausula arbitrase) yang diajukan pada arbitrase ad-hoc, maupun lembaga
arbitrase untuk diputuskan olehnya.

b.  Mediasi
Pada prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar
pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat
netral (non intervensi) dan tidak berpihak (impartial) serta diterima
kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga tersebut disebut mediator atau penengah yang tugasnya
membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya,
tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Dengan
mediasi diharapkan dicapai titik temu dalam menyelesaikan masalah yang

11
dihadapi para pihak, yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan
bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator , tetapi di
tangan para pihak yang bersengketa.Berkenaan dengan tempat mediasi, para
pihak dapat menentukan sendiri dan memilih di mana mereka hendak
diselenggarakannya mediasi ini. Mediasi dapat diselenggarakan di manapun di
dunia.

c. Med-Arb
Med-Arb merupakan bentuk kombinasi penyelesaian sengketa antara
mediasi dan arbitrase atau merupakan proses penyelesaian sengketa campuran
yang dilakukan setelah proses mediasi tidak berhasil. Jika para pihak tidak
mencapai kesepakatan secara mediasi, mereka dapat melanjutkan pada proses
penyelesaian sengketa melalui prosedur arbitrase.
Caranya sebelum sengketa diajukan kepada arbitrator, terlebih dahulu
diajukan kepada mediator. Mediator membantu para pihak untuk melakukan
perundingan guna mencapai penyelesaian. Jika tidak mencapai kesepakatan,
maka mediator memberikan pendapat agar penyelesaian sengketa tersebut
diajukan kepada arbitrator. Yang dapat bertindak sebagai arbitrator bisa
mediator yang bersangkutan atau orang lain.

d. Negosiasi
Negosiasi merupakan komunikasi 2 arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai
kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana
bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya
tanpa keterlibatan pihak ketiga  penengah, baik yang tidak berwenang
mengambil keputusan (mediasi maupun yang berwenang (arbitrase dan
litigasi)).
Cara ini sesungguhnya adalah penyelesaian sengketa yang cukup
mudah dan efisien. Masing-masing pihak menunjuk juru runding yang sering
disebut dengan “negisiator”. Hasil kesepakatan juri runding dituangkan secara
tertulis. Sedikit Berbeda dengan mediasi, di sini para pihak/juri runding
berhadapan satu sama lain, tanpa ada seorang penengah.[55]

e. Konsiliasi
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun, Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan yang
eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Akan tetapi, rumusan itu dapat

12
ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 dan alinea 9 Penjelasan Umum, yakni
konsiliasi merupakan satu lembaga alternative dalam penyelesaian sengketa.
Dengan demikian, konsiliasi merukpakan proses penyelesaian sengketa
alternative dan melibatkan pihak ketiga yang diikutsertakan untuk
menyelesaikan sengketa. Konsiliator dalam proses konsiliasi harus memiliki
peran yang cukup berarti. Oleh karena itu, konsiliator berkewajiban untuk
menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai duduk persoalannya.
Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan
kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak
memihak kepada yang bersengketa.  Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk
membuat putusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga
keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh
para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan di
antara mereka.[56]

2.3.2 Hak Pemilik Rahasia Dagang

Pemilik rahasia dagang diberi hak oleh undang-undang nomor 30 tahun 2002 untuk
melakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut
1. Bahwa pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk menggunakan sendiri rahasia
dagangnya
2. Boleh memberikan lisensi kepada lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan
rahasia dagangnya
3. Melarang pihak lain menggunakan rahasia daganganya untuk kepentingan yang
bersifat komersial

2.3.3 Pelanggaran Pihak Lain Menggunakan Rahasia Dagang

Pemilik rahasia dagang berhak melarang pihak lain menggunakan rahasia dagangnya
untuk kepentingan yang bersifat komersial. Pemilik rahasia dagang dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan pemberian lisensi kepada
pihak lain dalam bentuk tuntutan ganti rugi dan/atau menghentikan perbuatan yang dilarang
tersebut.
2.3.4 Larangan Pengungkapan Rahasia Dagang Kepada Pihak Ketiga
Pasal 15 undang-undang nomor 30 tahun 2000, seseorang dianggap tidak melakukan
pelanggaran atas rahasia dagang apabila :
1. Tindakan pengungkapan rahasia dagang atau penggunaan rahasia dagang atau
penggunaan rahasia dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan keaman,
keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat

13
2. Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkandari penggunaan rahasia dagang
milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih
lanjut produk yang bersangkutan

2.3.5 Pelanggaran dan Perlindungan Hukum


1. Pasal 4 undang-undang nomor 30 tahun 2000
Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak untuk:
a. menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya;
b. memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.
2. pasal 13 undang-undang nomor 30 tahun 2000
Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan.
3. Pasal 14 undang undang nomor 30 tahun 2000
Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh
atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.6 Gugatan Perdata


Pasal 11 undang undang no 30 tahun 2000:
“pemegang hak rahasia dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud diatur dalam
pasal 4, pasal 13, pasal 14 undang-undang no 30 tahun 2002 berupa :
1. Gugatan ganti rugi
2. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud

Pasal 12 undang undang no 30 tahun 2000


“selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, para pihak dapat
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa.
“(negosiasi, rekonsiliasi, dan cara lain sesuai dengan undang-undang nomor 30 tahun 1999
tentang arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa)
2.3.7 Tuntutan Pidana
Pasal 17 undang-undang nomor 30 tahun 2000, yaitu
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan rahasia dagang pihak lain atau
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 atau pasal 14 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000 (tiga
ratus ribu rupiah)

14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelanggaran Rahasia Dagang dapat terjadi jika seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban
tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan. Untuk
mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka diperlukannya perlindungan hukum bagi
pemilik dan atau pemegang Rahasia Dagang yang bersangkutan. Dalam proses pengadilan
seseorang yang merasa hak atas informasi yang dirahasiakannya dilanggar oleh pihak lain
maka ia harus dapat membuktikannya. Oleh karena itu Undang-undang tentang Rahasia
Dagang dibuat dalam rangka memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional dimana diperlukan adanya jaminan perlindungan
terhadap Rahasia Dagang, terutama dari tindakan persaingan curang.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://chalouiss.blogspot.com/2012/09/pengertian-dan-bentuk-perusahaan-atau.html
https://www.kanal.web.id/2016/11/pengertian-dan-jenis-perusahaan.html
http://idemotivasibisnis.blogspot.com/2016/09/pengertian-perusahaan.html
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-perusahaan-dan-beberapa-bentuk-perusahaan-di-
indonesia/
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-perusahaan.html
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5731/bagaimana-melindungi-rahasia-
perusahaan?

16

Anda mungkin juga menyukai