DIVI KUSUMANINGRUM,S.H.,M.H.
ISTILAH DAN PENGERTIAN FIDUSIA
Fidusia dalam dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “fiduciary transfer of ownership” .
Sedangkan dalam bahasa Belanda secara lengkap disibut dengan “Fiduciaire Eigendoms Overdracht
(FEO)” . Namun demikian dijumpai pula pengungkapan jaminan fidusiaini dengan istilah-istilah sbb
:
1. Zakerheids eigendom (hak milik sebagai jaminan)
2. Bezitloos Zakerheidsrecht (jaminan tanpa mengusai)
3. Verruimd pand begrip (gadai yg diperluas)
4. Eigendom overdracht tot zakerheid (penyerahan hak milik secara jaminan)
5. Bezitloos pand (gadai tanpa pengusaan)
6. Een verkapt pand recht (gadai terselubung)
7. Uitbaouw dari pand (gadai yg diperluas)
ISTILAH DAN PENGERTIAN FIDUSIA
Menurut asal katanya fidusia berasal dari bahasa latin “fides” yang berati “kepercayaan” . Dengan
demikian fidusia adalah bahwa hubungan hukum antara debitur pemberi fidusia dan kreditur
penerima fidusia merupakan hubungan hukum yang berdasarkan atas kepercayaan.
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia,pengertian fidusia adalah “Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya yang diadakan tersebut tetap dalam pengusaan
pemilik benda tersebut”.
“pengalihan kepemilikan” adalah pemindahan hak kepemilikan dari pemberi fidusia kepada pemerima fidusia
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya yang diadakan tersebut tetap
dalam pengusaan pemilik benda itu.
ISTILAH DAN PENGERTIAN FIDUSIA
Pada prinsipnya pengertian fidusia terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Merupakan penyerahan hak milik suatu benda dari pemiliknya atas dasar
kepercayaan.
2. Adanya benda yg diserahkan
3. Adanya perjanjian utang piutang
4. Merupakan jaminan utang debitur kepada kreditur
5. Benda yg diserahkan hak kepemilikannya tetap dikuasai oleh pemilik bendanya
6. Pemilik benda bukan lagi sebgai pemilik,tetapi sebagai peminjam
ISTILAH DAN PENGERTIAN FIDUSIA
Munir Fuady mengemukakan dalam bukunya yg berjudul Jaminan Fidusia tahun 2003, ada
beberapa prinsip utama jaminan fidusia, yaitu :
1. Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsu sebagai pemegang jaminansaja, bukan
sebagai pemilik sebenarnya .
2. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada wanprestasi
dari pihak debitur.
3. Apabila utang sudah dilunasi, maka objek jaminan fidusia harus dikembalikan kepada pihak
pemberi fidusia.
4. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah utangnya, maka hasil
penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.
SEJARAH FIDUSIA
• Jaman Romawi
Ada dua bentuk jaminan fidusia, yaitu fidusia cum creditore dan fidusia cum amicco. Keduanya
timbul dari perjanjian yang disebut pactum fiduciae yang kemudian diikuti dengan penyerahan hak
atau in iure cessio. Dalam bentuk yang pertama, seorang debitur menyerahkan barang dalam dalam
pemilikan kreditur, kreditur sebagai pemilik mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pemilikan
atas barang itu kepada debitur bila debitur telah memenuhi kewajibannya.
Sedangkan fiducia cum amico terjadi bilamana seorang menyerahkan kewenangannya kepada pihak
lain atau menyerahkan barang kepada lain untuk diurus. Dalam bentuk ini, berbeda dengan fiducia
cum creditore kewenangan diserahkan kepada pihak pemberi atau dengan kata lain penerima
menjalankan kewenangannya untuk kepentingan pihak lain.
SEJARAH FIDUSIA
• Di Negara Belanda
Pada pertengahan abad ke-19 terjadi krisis pertanian yang melanda negara-negara Eropa, terjadi penghambatan pada
perusahaan-perusahaan pertanian untuk memperoleh kredit. Pada waktu itu sebagai jaminan kredit menjadi agak kurang
populer, kreditur menghendaki jaminan tambahan di samping jaminan tanah tadi. Kondisi ini menyulitkan perusahaan-
perusahaan pertanian dengan menyerahkan alat-alat pertaniannya sebagai jaminan gadai dalam pengambilan kredit. Untuk
mengatasi hal tersebut dicari terobosan-terobosan dengan mengingat konstruksi hukum yang ada, yaitu jual beli dengan hak
membeli kembali dengan sedikit penyimpangan.
Bentuk ini dikenakan untuk menutupi suatu perjanjian peminjaman dengan jaminan. Pihak penjual (penerima kredit) menjual
barangnya kepada pemberi (pemberi kredit) dengan ketentuan bahwa dalam jangka waktu tertentu penjual akan mambeli
kembali barang-barang itu dan barangbarang tersebut masih tetap berada dalam penguasaan penjual dengan kedudukan sebagai
peminjam pakai.
SEJARAH FIDUSIA
Akhirnya di negeri Belanda mulai dihidupkan kembali bentuk pengalihan hak milik
secara kepercayaan atas barang-barang bergerak, yang pernah dipraktekan di jaman
Romawi, yaitu fiducia cum creditore. Setelah fidusia pada jaman Romawi sekian Iama
berkembang dalam praktek bisnis, maka diakui lembaga jaminan tersebut dalam
yurisprudensi, yang dikenal dengan nama Bierbrowerij Arrest dalam kasus seorang
cape houder yang membutuhkan kredit dari pabrik bir, tetapi tidak mempunyai benda
lain untuk diperanggunkan dari inventarisnya. Jika inventarisnya diserahkan sebagai
jaminan, maka dia tidak dapat bekerja lagi, kemudian sebagai jalan keluarnya pemillk
cape menyerahkan hak milik atas barangnya dengan perjanjian bahwa penyerahan hak
milik atas dasar kepercayaan.
SEJARAH FIDUSIA
• Di Indonesia
Di Indonesia pada tahun 1932 barulah terdapat petunjuk bahwa dalam sistem hukumnya mengikuti
praktek di negeri Belanda. Yang dimaksud adalah keputusan Hooggerechtshof (HGH) tanggal 18
Agustus 1932. Keputusan yang dimaksud adalalah keputusan perkara antara Bataafsche Petroleum
Maatschappij (BPM) sebagai penggugat melawan Pedro Clignett sebagai tergugat. Dikenal dengan
BPM-Clignett Arrest keadaan demikian lahirlah yurisprudensi yang pertama mengenai lembaga
jaminan fidusia.
Pada perkembangan selanjutnya benda-benda yang tidak dapat diikat dengan hipotik atau gadai
dapat diikat dengan fidusia, misalnya bangunan yang berdiri di atas tanah milik orang lain, dalam UU
No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun dan UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
DASAR HUKUM JAMINAN FIDUSIA
Dalam ilmu hukum, yang merupakan sumber hukum dalam arti formil adalah Undang-
Undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi dan doktrin (pendapat para ahli hukum).
Adapun sumber-sumber hukum yang melandasi lembaga jaminan fidusia ini antara lain
adalah:
• Umum (general)
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Pasal ini
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat perjanjian yang mereka
buat, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum.
DASAR HUKUM JAMINAN FIDUSIA
Khusus
Ada prosedur tertentu yang harus ditempuh manakala suatu jaminan fidusia hapus, yakni harus dicoret
pencatatan jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia. Selanjutnya, Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan
surat keterangan yang menyatakan bahwa sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku
lagi. Dalam hal ini, jaminan fidusia tersebut dicoret dari buku daftar fidusia yang ada pada kantor pendaftaran
fidusia.
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA
• Apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi
objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengalihan hak atas piutang juga dijamin dengan fidusia yang mengakibatkan beralihnya demi
hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada Kreditur baru.
2. Penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi dan Penerima
Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para
pihak (Iihat Pasal 29 UU No. 40 Tahun 1999).
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA
Adapun jika sampai terjadi eksekusi benda jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan, debitur
perlu memastikan beberapa hal berikut:
• Proses eksekusi benda jaminan fidusia telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam perjanjian
pembiayaan, termasuk mengenai tahapan pemberian surat peringatan kepada debitur/konsumen
• Petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia merupakan pegawai Perusahaan
Pembiayaan atau pegawai alih daya Perusahaan Pembiayaan yang memiliki surat tugas untuk
melakukan eksekusi benda jaminan fidusia
• Petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia membawa sertifikat jaminan fidusia;
• Proses penjualan barang hasil eksekusi benda jaminan fidusia harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan mengenai jaminan fidusia.
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA
Berdasarkan ketentuan Pasal 21 s.d. Pasal 23 dan Pasal 51 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, telah diatur ketentuan
mengenai pembebanan jaminan fidusia oleh Perusahaan Pembiayaan, yaitu:
• Pasal 21 ayat (1) : Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan dengan pembebanan
jaminan fidusia, wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada kantor pendaftaran fidusia,
sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia
• Pasal 22 : Perusahaan Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran
fidusia paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan.
• Pasal 23 : Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan eksekusi benda jaminan apabila kantor
pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada
Perusahaan Pembiayaan.
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA
• Pasal 24 : Eksekusi benda jaminan fidusia oleh Perusahaan Pembiayaan wajib
memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang
mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian
pembiayaan
• Pasal 50 : Pegawai dan/atau tenaga alih daya Perusahaan Pembiayaan yang
menangani bidang penagihan wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan
dari lembaga yang ditunjuk asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada
OJK dan disertai dengan alasan penunjukan(Sertifikasi dilakukan oleh PT Sertifikasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai lembaga yang ditunjuk oleh Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai penyelenggara sertifikasi.)
TERIMA KASIH