Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MEMBANDINGKAN ATURAN FIRMA DI INDONESIA DENGAN


NEGARA LAIN (AMERIKA DAN BELANDA)”

Dosen Pengampu: Dr. Hendra Raza, S.E., M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh:
1. Prisma Ramdhania Phasa (190421628832)
2. Nur Anisatuz Zahro (190421628912)
3. Alicya Nurmayanti (191011201816)
4. Yuni Listiawati (2019220096)
5. Maulina (190420010)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Membandingkan Aturan Firma di Indonesia
dengan Negara Lain (Amerika dan Belanda)” yang menjadi salah satu tugas
kelompok dari mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I.
Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Ka m i se ba ga i pe n yusun m a ka l a h i ni m e nya da ri se pe nuhn ya
ba hwa da l am penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami semua
selaku mahasiswa dan bagi para pembaca sebagai acuan referensi tambahan
untuk mata kuliah Akuntansi Keungan Lanjutan I.

Pamekasan, 21 November 2021

Penulis

ii
Daftar Isi
Judul ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujan .........................................................................................................................1
1.4 Manfaat .....................................................................................................................1
BAB II ..............................................................................................................................2
LANDASAN TEORI ......................................................................................................2
2.1 Firma .........................................................................................................................2
BAB III .............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
3.1 Aturan Firma di Indonesia .......................................................................................3
3.2 Sistem Hukum Firma Yang Dianut Negara Lain ..................................................4
3.2.1 Negara Amerika.......................................................................................... 4
3.2.2 Negara Belanda .......................................................................................... 5
3.3 Perbandingan Aturan Hukum atau Undang-Undang Yang Ada di Indonesia
dengan Negara Lain (Amerika dan Belanda) ...............................................................6
3.3.1 Indonesia ..................................................................................................... 6
3.3.2 Amerika ....................................................................................................... 7
3.3.3 Belanda ........................................................................................................ 8
BAB IV ...........................................................................................................................10
KESIMPULAN .............................................................................................................10
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................10
4.2 Saran .........................................................................................................................10
Daftar Pustaka ................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Firma dapat dikatakan persekutuan (Partnership) yang merupakan bentuk
perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk memperluas usahanya
atau dengan tujuan memperoleh laba. Firma bukan merupakan badan hukum seperti
halnya perseroan terbatas. Firma diatur sebagai badan usaha yang dibentuk
berdasarkan persekutuan, bukan sebagai bahan hukum menurut undang-undang.
Selain itu, firma juga tidak memenuhi persyaratan badan hukum lainnya yaitu
kekayaan yang terpisah dengan kekayaan milik pengurusnya masing-masing.
Meskipun firma termasuk dalam badan usaha bukan badan hukum, maka
bukan berarti firma tidak akan ada aturan di dalamnya. Sebab firma itu merupakan
persekutuan yang berdiri atas suatu perjanjian dengan para sekutu berdasarkan
sistem kepercayaan. Pada pembahasan kali ini penulis akan lebih fokus pada
pembahasan tentang perbandingan aturan firma yang ada di Indonesia dengan
Negara lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem hukum yang dianut oleh Negara lain (Amerika dan
Belanda) mengenai persekutuan firma?
2. Bagaimana perbandingan aturan dan Undang-Undang yang ada di
Indonesia dengan Negara lain (Amerika dan Belanda)?
1.3 Tujan
1. Untuk mengetahui dan memahami sistem hukum yang dianut oleh Negara
lain mengenai persekutuan firma.
2. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan hukum atau aturan
menurut Undang-Undang yang ada di Indonesia dengan Negara lain.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan bagi para pembaca tentang aturan firma yang ada di
Indonesia dengan Negara lain.
2. Memahami mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut I khususnya materi
tentang “Persekutuan Firma”

1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Firma
Secara etimologi kata Firma berasal dari bahasa Belanda, yaitu Vennootschap
Onder Firma yang berati perserikatan dagang antara beberapa perusahaan. Istilah
Firma biasanya disingkat dengan Fa. Menurut Undang-Undang Hukum Dagang RI,
pengertian Firma adalah tiap-tiap perserikatan yang didirikan guna menjalankan
suatu perusahaan yang dibawahi oleh satu nama bersama.
Adapun menurut para ahli tentang Perseroan Firma, diantaranya:
1. Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan
untuk menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama.
2. Menurut Prof. sukardono, perseroan firma adalah suatu perikatan perdata
yang khusus, kekhususan menurut pasal 16 KUHD yaitu adanya 3 unsur
mutlak diantaranya: 1. Menjalankan perusahaan
2. Dengan pemakaian nama bersama
3. Bertanggung jawab tiap-tiap sekutu mengenai
seluruh perikatan dengan firma.
Sedangkan menurut pasal 16 dan 18 KUHD, yang dimaksud dengan firma
ialah tiap-tiap perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan sesuatu
perusahaan dibawah satu nama bersama, dimana masing-masing anggota
bertanggung jawab seluruhnya.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena tidak ada
pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐sekutu, setiap
sekutu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dan firma telah
memenuhi syarat materiil namun syarat formalnya berupa pengesahan atau
pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal
inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang
berbadan hukum. Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah
modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain, Perusahaan
dengan berbentuk Firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti
perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntansi politik.

2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aturan Firma di Indonesia
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan
firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan
dengan memakai nama bersama. Persekutuan firma merupakan bagian dari
persekutuan perdata, maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16
sampai dengan Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan
pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
yang terkait.
Menurut pasal 17 ayat 2 KUHD tentang pembebanan tanggung jawab solider
hanya dibebaskan apabila tindakan yang dilakukan anggota firma itu melampaui
batas kewenangan dan kapasitas firma. Tindakan yang demikian di kategori ultra
virus yang membebaskan anggota firma yang lain dari tanggung jawab solider
kepada pihak ketiga. Tanggung jawabnya menjadi tanggung jawab pribadi
(personal liability) dari anggota firma yang yang bersangkutan. Meskipun pada
dasarnya firma mempunyai modal yang terpisah dari kekayaan para anggotanya:
1. Penerapan tanggung jawab tidak ditegakkan berdasar prinsip tanggung
jawab terbatas (limited liability) hanya kepada harta kekayaan firma tetapi
menjangkau kekayaan pribadi anggotanya.
2. Dengan demikian Poma kreditor tidak hanya berhak menuntut tanggung
jawab pemenuhan pembayaran utang dari kekayaan firma, tetapi menembus
terhadap milik pribadi anggota peserta firma.
Memang dalam praktik tanggung jawab setiap anggota sekutu, tidak
dilakukan secara langsung kepada harta pribadi mereka. Akan tetapi, penagihan
lebih dulu dilakukan terhadap kas atau harta kekayaan firma. Apabila harta firma
tidak mencukupi, barulah pemenuhan ditimpakan terhadap kekayaan pribadi para
sekutu secara solider.
Perseroan firma didirikan dihadapan notaris dengan akta otentik. Akta
pendirian itu harus didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri dalam daerah
hukumnya tempat perseroan firma berkedudukan, dan diumumkan dalam berita
Negara Republik Indonesia.

3
Menurut pasal 22 KUHD tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan
akta otentik, tetapi ketiadaan apa yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga. Kalimat pertama pasal 22 KUHD yang berbunyi: "tiap-
tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik" berarti merupakan syarat
mutlak bagi pendirian Perseroan firma.
 Dalam kalimat terakhir pasal 22 KUHD yang berbunyi: "akan tetapi
ketiadaan akta yang demi tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak
ketiga ", berkesimpulan bahwa akta pada pendirian firma tidak merupakan
syarat mutlak terbentuknya perseroan firma. Dengan demikian akta
pendirian itu hanya sebagai alat bukti saja, yaitu alat bukti terbentuknya
firma yang membawa hak dan kewajiban bagi masing-masing persero serta
hak dan kewajiban Persero terhadap pihak ketiga. Perseroan firma telah
terbentuk sejak adanya kata sepakat secara lisan antara para Persero atau
pendiri dan karenanya bentuk persetujuan mendirikan perseroan firma
adalah persetujuan konsensual.
 Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian
dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di mana
firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
3.2 Sistem Hukum Firma Yang Dianut Negara Lain
3.2.1 Negara Amerika
Di Amerika terdapat beberapa bentuk organisasi bisnis, di antaranya
adalah persekutuan (partnership) dan korporasi (corporation). Persekutuan atau
partnership sebagaimana diatur oleh Uniform Partnership Act (UPA) di
definisikan sebagai asosiasi dari dua atau lebih pemilik untuk menjalankan
usaha yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau profit. Selain itu,
beberapa aspek yang ada dalam partnership adalah bahwa hak dan kewajiban
dari tiap sekutu diatur oleh perjanjian khusus. Di sisi lain, suatu korporasi
adalah suatu entitas hukum yang dibentuk berdasarkan prosedur formal,
sebagai contoh, adanya keharusan untuk mengisi sejumlah dokumen yang jika
telah terpenuhi akan diberikan sertifikat pendirian. Sistem hukum yang dianut
Amerika adalah sistem hukum Common Law.

4
3.2.2 Negara Belanda
Dalam kepustakaan dan ilmu hukum, istilah persekutuan bukanlah istilah
tunggal, karena ada istilah pendampingnya yaitu perseroan dan perserikatan.
Ketiga istilah ini sering digunakan untuk menerjemahkan istilah bahasa
Belanda Maatschap dan vennootschap. Maat maupun Vennoot dalam bahasa
aslinya (Belanda) berarti kawan atau sekutu. Istilah persekutuan terjemahan
dari kata maatschap (partnership) yang berarti dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memberikan sesuatu berupa uang, barang atau tenaga
dalam bentuk suatu kerjasama. Persekutuan firma disebut juga sebagai
perikatan perdata yang khusus. Sedangkan persekutuan perdata dapat
dikatakan kemitraan karena ada entitas sekutu di dalamnya.
Negara Belanda menganut sistem hukum Civil Law yang mana sistem
ini lebih menitik beratkan kepada penegakan hukum/rechtstastaat. Kemitraan
yang menganut sistem Civil Law dijelaskan dalam Pasal 1 Partnership Act
1890, yaitu hubungan antara orang yang menjalankan kegiatan bisnis dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan di dalam hukum Belanda,
Vennotschapsretchts diterjemahkan lebih sempit dibanding di negera yang
menganut Common Law. Hukum Belanda dalam menerjemahkan
Vennotshapsretchts hanya sebatas pada NV, Firma dan CV diatur dalam
KUHD. Sedangkan pengaturan mengenai persekutuan perdata di mana menjadi
induk dari padanya diatur dalam KUHPerdata. Artinya, persekutuan perdata
adalah bentuk umum dari kerjasama dalam bentuk persekutuan. Sedangkan
bentuk khususnya dari perjanjian persekutuan ini adalah CV dan firma.
Kemitraan atau yang lebih dikenal dengan persekutuan perdata terdapat dalam
Pasal 1618 KUHPerdata, yaitu perjanjian antara dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbrengen) ke dalam
persekutuan dengan membagi keuntungan yang diperoleh karenanya. Dengan
melihat perkembangan hukum kemitraan antara Common Law dan Civil Law
yang memiliki perbedaan sistem hukum sudah tentu berbeda pula akibat
hukumnya.

5
3.3 Perbandingan Aturan Hukum atau Undang-Undang Yang Ada di
Indonesia dengan Negara Lain (Amerika dan Belanda)

Pembandingnya Indonesia Amerika Belanda

1. KUHD dan
KUHPerdata The Uniform of
Hukum yang Niew Burgerlijk
2. Peraturan Pemerintah Partnership Act
mengatur Wetboek (NBW)
Hukum & HAM No. (UPA)
17 Tahun 2018

3.3.1 Indonesia
Hukum yang mengatur di Indonesia:
1) KUHD dan KUHPerdata
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda,
berdasarkan asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah
Indonesia merdeka berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD
1945 kedua kitab tersebut berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku,
buku I berjudul perdagangan pada umumnya, buku II berjudul Hak dan
Kewajiban yang timbul karena perhubungan kapal. Hukum Dagang ini
merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain Hukum
Dagang merupakan perluasan dari Hukum Perdata.
Badan Usaha Bukan Badan Hukum masih didasarkan pada KUHPerdata
dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang mengatur
Persekutuan Perdata dan Persekutuan Firma. Peraturan yang mengatur
tentang Badan Usaha tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan hukum dan kebutuhan dunia usaha, sehingga perlu dilakukan
pengaturan kembali. Kebutuhan pengaturan atau perangkat hukum ini
bukan disebabkan oleh tidak adanya peraturan namun lebih dikarenakan
oleh peraturan yang ada (dalam KUHD dan KUHPerdata) masih merupakan
peninggalan kolonial Belanda, yaitu: Persekutuan Perdata (Maatschap)
masih diatur di dalam Bab Kedelapan, bagian kesatu, buku Ketiga Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dengan judul “Tentang
Perseroan” yang terdiri dari Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652.

6
2) Permenkumham No.17 Tahun 2018
Sebelum berlakunya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 tentang
Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma dan Persekutuan
Perdata, pendaftaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata dilakukan melalui
Pengadilan. Namun sejak, tertanggal 1 Agustus 2018 dengan berlakunya
Permenkumham No. 17 Tahun 2018 maka pendaftaran CV harus dilakukan
melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) pada Direktorat
Administrasi Hukum Umum (AHU). Penerapan pendaftaran CV, Firma,
dan Persekutuan Perdata secara online ini mengadopsi sistem pendaftaran
online PT yang sudah berlangsung hingga saat ini.16 Permenkumham No.
17 Tahun 2018 merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik yang disahkan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 21 Juni 2018.
Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud tertulis pada Pasal 19, termasuk penerbitan dokuman lain yang
berkaitan dengan Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga
Online Single Submission (OSS).
Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 secara hierarki kedudukannya
berada di bawah KUHD sehingga konsekuensi hukumnya adalah
Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 tidak dapat mengesampingkan
KUHD. Dengan demikian, semua kewajiban/pengaturan yang ada di dalam
KUHD demi hukum harus dianggap tetap berlaku. Dengan pemberlakuan
Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 maka terdapat tumpang tindih
peraturan karena di satu sisi KUHD memberikan kewajiban bagi para
sekutu firma dan CV untuk mendaftarkan pendirian persekutuan firma dan
CV di Pengadilan Negeri serta mengumumkannya di berita negara, namun
di sisi lain Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 juga mewajibkan
pendaftaran pendirian persekutuan firma dan CV.
3.3.2 Amerika
Ketentuan utama dari Partnership Act Uniform
( U P A ) d a r i 1 9 9 7 Telah diberlakukan oleh sebagian besar negara untuk
mengatur kemitraan yang beroperasidi negara-negara. UPA 1997 menjelaskan

7
banyak hak-hak masing-masing pasangandan kreditur selama pembuatan,
operasi, atau likuidasi kemitraan. Di Amerika, terdapat beberapa bentuk
organisasi bisnis, di antaranya adalah persekutuan (partnership) dan korporasi
(corporation). Persekutuan atau partnership sebagaimana diatur oleh Uniform
Partnership Act (UPA) di definisikan sebagai asosiasi dari dua atau lebih
pemilik untuk menjalankan usaha yang bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan atau profit
Menurut The Uniform Of Partnership Act (UPA), undang-undang
Persekutuan di AS, pasal 31 menyebutkan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan suatu persekutuan dibubarkan yang pada intinya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sistem perkonomian masyarakat atau negara tidak mendukung adanya kegiatan
usaha, seperti adanya undang-undang pemerintah, sistem monopoli perusahaan
besar dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu
persekutuan hidup.
2. Ada faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen
perusahaan seperti bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang
kesemuanya tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan mempertahankan
hidupnya.
3. Adanya faktor-faktor intern di dalam persekutuan, seperti adanya perselisihan
antar anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja dan
sejenisnya yang kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi suatu
persekutuan dipertahankan hidupnya.
3.3.3 Belanda
Sejak tahun 1992 di Belanda sendiri telah melakukan perubahan hukum,
cara jauh lebih maju yakni mengaku pada NBW sebagai reformasi hukum acara
kebaruan yang diterapakan oleh Belanda dan mengikuti perkembangan dunia
usaha, khususnya di benua Eropa.
Tujuan dari Uniform Partnership Act adalah untuk memberikan panduan
bagi berbagai hubungan bisnis. Ini biasanya berlaku untuk bisnis kecil dan
kemitraan longgar karena bisnis yang lebih besar memiliki perjanjian terperinci
yang mengatur setiap perubahan dalam bisnis. Salah satu aspek terpenting UPA

8
menyatakan bahwa ketika satu mitra dalam bisnis pergi, mayoritas kepentingan
dari mitra yang tersisa dapat setuju untuk melanjutkan kemitraan dalam waktu
90 hari setelah pemisahan. Uniform Partnership Act secara efektif
menyelamatkan kemitraan dari pembubaran setelah disosiasi pasangan.
Sejak Uniform Partnership Act pertama dibuat pada tahun 1914, ia telah
direvisi berkali-kali, terakhir pada tahun 1997. Amandemen pada tahun 2011
dan 2013 ditambahkan pada undang-undang tersebut untuk memberikan
klarifikasi pada beberapa bahasa dalam versi 1997.

9
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Firma adalah tiap-tiap perseroan (maatschap) yang didirikan untuk
menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama, dimana masing-
masing anggota bertanggung jawab seluruhnya. Tujuan dari firma adalah untuk
memperluas usaha dan menambah modal agar lebih kuat dan mampu bersaing
perusahaan yang lain, Perusahaan dengan berbentuk Firma bisa dijumpai pada
berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan,
perusahaan jasa, kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik. Untuk
sistem hukum yang dianut oleh Amerika dan Belanda adalah civil law dan common
law. Aturan firma yang ada di Indonesia masih berupa peninggalan dari Belanda.
Sehingga untuk aturannya masih sangat minim dan sumber hukum yang belum
update.
4.2 Saran
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna. Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami penjelasan yang
tertulis dalam makalah ini sehingga dapat menambah wawasan yang lebih luas.
Untuk itu kritikan yang membangun dari pembaca juga saya harapkan untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya.

10
Daftar Pustaka
https://bismarnasution.com/sejarah-singkat-hukum-perusahaan-di-indonesia/
https://id.nesrakonk.ru/uniform-partnership-act-upa/

https://id.scribd.com/doc/148472768/akuntansi-keuangan-lanjutan
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30232/147011101.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y
http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/10855/1/HUKUM%20PERDAGANGAN%20INTERNASIO
NAL.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai