Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perusahaan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Norrahimah 2112130189
2023M/1445H
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Badan Usaha Non
Tak ada gading yang tak retak karena itu kami sebagai tim penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun
penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan
maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi penulis dan seluruh
pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan bekerja dan berusaha. Manusia dapat
melakukan atau menjalankan usaha apa saja asalkan hal tersebut tidak melanggar
kebutuhan hidupnya ada yang menjadi karyawan di suatu perusahaan dan ada juga yang
usaha yang dijalankan oleh seseorang secara terus menerus, bersifat tetap dan harus
Terbatas (PT). semua yang disebutkan merupakan bentuk badan usaha bukan badan
hukum.
Pada makalah ini akan dikhususkan untuk menjelaskan badan usaha tidak
berbadan hukum persekutuan perdata (Maatschap), dimulai dari pengertian, unsur dan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ditulis di atas maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1
2
Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas ialah
sebagai berikut:
1. Memahami pengertian dan maksud dari badan usaha yang tidak berbadan hukum.
D. Metode Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan penulis adalah library research (kajian pustaka).
Dengan demikian, pembahasan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka
serta beberapa tulisan yang ada relevansinya dengan objek kajian. Dalam hal ini objek
yang penulis maksud adalah buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan badan
usaha non badan hukum persekutuan perdata dan sumber-sumber pendukung lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Badan usaha sering juga disebut dengan perusahaan, badan usaha maksudnya
bentuk organ dari suatu yang dikenal dengan perusahaan, dapat berbentuk badan hukum
atau juga bukan badan hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 tentang
Wajib Daftar Perusahaan pada Pasal 1 butir (b) disebutkan perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Pada butir (c) disebutkan bahwa pengusaha
adalah setiap orang atau perorang atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
sesuatu jenis perusahaan. Pada butir (d) disebutkan usaha adalah setiap tindakan,
perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan setiap
Badan usaha bukan badan hukum adalah bentuk usaha bukan badan hukum
didirikan berdasarkan perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk
bekerja sama secara terus menerus dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang,
tenaga, keahlian, dan/atau klien/pelanggan guna diusahan bersama, mempunyai nama dan
tempat kedudukan tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama keuntungan yang
diperoleh.3
2
Djuhaendah Hasan, “Naskah Akademik RUU Tentang Badan Usaha Di Luar PT Dan Koperasi.”,
bphn.go.id (2009), hlm. 22.
3
Pemerintah Republik Indonesia, “Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Tentang Usaha Perseorangan
Dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum.”, Ditjenpp.kemenkumham.go.id, hlm. 3.
3
4
Karakteristik badan usaha yang tidak berbadan hukum yaitu tanggung jawab
pemilik perusahaan tidak terbatas, artinya bila ada tuntutan dari pihak ketiga terhadap
perusahaan yang tidak berbadan hukum, asset pribadi pemilik perusahaan bisa disita jika
asset perusahaan tidak mencukupi untuk melunasi utang-utang perusahaan kepada pihak
ketiga.4
Badan usaha bukan badan hukum dapat dapat berbentuk perorangan atau
persekutuan. Contohnya perusahaan dagang termasuk kedalam bentuk badan usaha bukan
perdata termasuk kedalam bentuk badan usaha bukan badan hukum persekutuan.
suatu perikatan yang mengakibatkan lahirnya entitas baru dari perjanjian persekutuan
yang dilakukan, inilah yang menjadi bibit dari lahirnya badan usaha. Lahirnya badan
usaha ini pada dasarnya adalah bentuk implementasi dari asas mengikatkan kontrak
dimana kontrak itu harus ditepati atau pacta sunt servanda, asas hukum perjanjian
bersifat mengatur, asas Freedom of Contract, asas Konsensual dan asas Obligator.5
suatu perusahaan tertentu. Sedangkan sekutu artinya peserta dalam persekutuan. Jadi,
4
Lim, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perseroan Terbatas Yang Belum Melakukan Penyesuaian Anggaran
Dasar Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Studi Perbandingan Hukum Dengan Law of Malaysia
Act A1299 Companies (Amandment) Act 2007).” (Skripsi—Universitas Internasional Batam, Batam, 2013), hlm. 8.
5
Raendhi Rahmadi, “Aspek Hukum Pendirian Dan Pengesahan Badan Usaha Non Badan Hukum.”,
Supremasi Hukum, Vol. 17, No. 2 (Juni 2021), hlm. 107
5
tertentu. Persekutuan perdata adalah suatu badan usaha termasuk dalam hukum perdata
dalam bentuk taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksud taraf permulaan disini
adalah Maatschap merupakan suatu badan yang belum menjadi perkumpulan badan
hukum, ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana. Jadi, Maatschap belum
memiliki pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan
hukum.7
atau lebih yang saling mengikatkan dirinya untuk memasukan (inbreng) sesuatu ke dalam
persekutuan perdata modalnya tidak selalu uang, akan tetapi dapat berupa barang,
keuntungan, dan tidak boleh ada perjanjian yang keuntungannya untuk satu orang,
6
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia., (Bogor: Ghalia Indonesia, Mei
2010), hlm. 35.
7
Ibid., hlm. 36.
8
Zainal Asikin dan L. Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan., (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2016), hlm. 9.
6
walaupun hal ini telah disepakati kedua belah pihak. Unsurnya harus membagi
Cara mendirikan persekutuan perdata adalah secara konsensual sebagaimana diatur pada
Pasal 1624 KUHPerdata. Dengan demikian, keberadaan akta notaris: dimaksudkan untuk
Pasal 1621-1623 KUHPerdata membagi persekutuan perdata menjadi tiga jenis, yaitu:11
Jenis persekutuan perdata pertama ini memiliki ciri, baik inbreng (pemasukan)
maupun jenis usaha yang dijalankan masih sangat umum atau belum dibatasi. Dengan
kata lain, usaha yang dijalankan boleh apa saja asalkan menghasilkan keuntungan.
Demikian juga halnya pemasukan atau modal awal yang dimasukkan oleh para sekutu
boleh dalam jumlah terbatas dan dalam bentuk apa saja. Karena sifatnya yang
demikian maka oleh undang-undang jenis persekutuan perdata ini dilarang untuk
dijalankan.
Persekutuan perdata jenis ini usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas) yang
penting inbreng (modal awalnya) sudah ditentukan atau dibatasi dengan jelas,
sehingga lebih mudah membagi keuntungan kepada para sekutu. Persekutuan jenis ini
orang, seperti asosiasi profesi seperti Ikatan Notaris Indonesia (INI), persekutuan
9
Ibid., hlm. 10.
10
Ibid,.
11
Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia., (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, Januari 2017), hlm. 42-43.
7
Persekutuan perdata jenis ini bidang usahanya ditentukan secara spesifik, bisa hanya
mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan
didapat dari barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha (bisnis) tertentu atau
perdata jenis ini penentuan membagi keuntungannya lebih ditekankan pada jenis
usaha yang dikelola secara khusus dan professional bukan pada inbreng.
didirikan atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan,
konsensual, yaitu perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan dari para pihak atau
kesepakatan sebelum ada tindakan. Jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk
mendirikannya, meskipun belum ada inbreng maka persekutuan itu sudah dianggap ada.12
sehingga perjanjian persekutuan bentuknya bebas. Tetapi dalam hal praktik, dilakukan
dengan akta autentik ataupun akta di bawah tangan. Dan juga sesuai dengan sifatnya,
tidak ada ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan pengumuman bagi persekutuan
perdata.13
12
Ibid., hlm. 45.
13
Ibid,.
8
syarat yang tidak dilarang oleh hukum, tidak bertentangan dengan tata susila dan
1. Perbuatan yang bersifat sehari-hari yang merupakan perbuatan rutin (deden van
persekutuan tanpa perlu meminta persetujuan dari sekutu lainnya yang tidak menjadi
2. Perbuatan yang tidak bersifat sehari-hari, tidak rutin, yang bersifat baru atau
Pada praktiknya tidak mudah untuk membedakan antara perbuatan rutin dan perbuatan
kepemilikan. Jadi perbuatan rutin dan perbuatan kepemilikan tersebut bersifat relative.
menentukan yang mana saja yang termasuk dalam perbuatan rutin dan perbuatan
dasar yaitu:16
1. Perbuatan meminjamkan atau meminjam uang (tidak termasuk dalam hal penarikan
berikut:17
2. Diatur dengan akta tersendiri atau khusus (bizondere geding) sesudah persekutuan-
b. Kecuali ada perjanjian yang membatasi berupa klausul bahwa setiap tindakan
Kedua, pengurusan atas bantuan pengurus lain sesuai dengan Pasal 1638 KUHPerdata:
b. Dengan demikian pengurusan yang satu tidak dapat bertindak tanpa bantuan pengurus
yang lain.
17
Ibid., hlm. 38.
18
Ibid,.
10
bergantian,
b. Tindakan anggota sekutu mengikat sekutu yang lain meskipun tindakan itu dilakukan
c. Setiap sekutu berwenang mewajibkan anggota sekutu yang lain memikul biaya untuk
keperluan persekutuan,
d. Anggota sekutu yang tidak punya hak pengurus, tidak boleh mengasingkan benda-
kedudukannya sama dengan seorang pemegang kuasa, yang kuasanya dapat dicabut
sewaktu-waktu. Dia sendiri juga dapat meminta kekuasaannya dicabut. Pengurusan pada
persekutuan perdata biasanya sekutu sendiri. Namun, para sekutu dapat pula menetapkan
orang luar yang dianggap cakap sebagai pengurus persekutuan perdata. Hal ini dapat
19
Ibid,.
20
Asikin dan Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, hlm. 29-32.
11
waktu tertentu, sebelum waktu itu tidak dapat dituntut oleh salah seorang pihak
sekutu berakhirnya, kecuali dengan alasan yang sah. Seperti, seorang sekutu tidak
memenuhi kewajibannya atau jika salah seorang sekutu sakit secara terus menerus
Pasal 1648 KUHPerdata menentukan bahwa jika salah seorang sekutu berjanji
semua sekutu lainnya. Tetapi apabila hanya manfaat atas itu saja yang dimasukkan ke
dalam persekutuan, sedangkan hak miliknya tetap berada pada sekutu, hal yang
demikian persekutuan tidak menjadi bubar karena musnahnya barang yang menjadi
Pasal 1649 KUHPerdata, persekutuan perdata yang diadakan untuk waktu tidak
tertentu dapat dibubarkan atas kehendak beberapa atau seorang sekutu. Pembubaran
lainnya serta harus disampaikan dengan itikad baik, dan tidak dilakukan secara tidak
memberitahukan.
12
untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, sedangkan para sekutu telah
5. Kematian salah satu sekutu atau adanya pengampuan atau kepailitan terhadap salah
seorang sekutu
Pada Pasal 1651 ayat (1) KUHPerdata, kematian salah seorang sekutu dapat tidak
Di lanjutkan Pasal 1651 ayat (2) menentukan bahwa dalam hal ahli waris tidak
memiliki hak lebih daripada atas pembagian persekutuan menurut keadaannya ketika
meninggalnya sekutu, tetapi ia mendapat bagian dari keuntungan serta turut memikul
kerugian yang merupakan akibat-akibat mutlak dari perbuatan yang terjadi sebelum
Seseorang yang menjadi likuidator biasanya ditunjuk oleh anggaran dasar, jika
anggaran dasar tidak menunjuk likuidator maka aka nada rapat sekutu yang terakhir
untuk menunjuk likuidator. Jika rapat terakhir tidak ada, pengurus terakhir yang
melakukannya.
Setelah proses likuidasi tersebut selesai dan sudah tidak ada lagi persoalan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Zainal dan Suhartana, L. Wira Pria. Pengantar Hukum Perusahaan. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016.
Hasan, Djuhaendah. “Naskah Akademik RUU Tentang Badan Usaha Di Luar PT Dan Koperasi.”
Bhpn.go.id, no. 2009 (2009).
Khairandy, Ridwan. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. Yogyakarta: FH UII Press, 2013.
Lim, Fandri. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perseroan Terbatas Yang Belum Melakukan
Penyesuaian Anggaran Dasar Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Studi
Perbandingan Hukum Dengan Law of Malaysia Act A1299 Companies (Amandment) Act
2007).” Skripsi--Universitas Internasional Batam, Batam, 2013.
Rahmadi, Raendhi. “Aspek Hukum Pendirian Dan Pengesahan Badan Usaha Non Badan
Hukum.” Supremasi Hukum Vol. 17, No. 02 (2021).
Utami, Putu Devi Yustisia. “Pengaturan Pendaftaran Badan Usaha Bukan Badan Hukum Melalui
Sistem Administrasi Badan Usaha Putu Devi Yustisia Utami Fakultas Hukum Universitas
Udayana.” Jurnal Komunikasi Hukum Vol. 6, No. 1 (2020).
15