Anda di halaman 1dari 18

BADAN USAHA NON BADAN HUKUM PERSEKUTUAN PERDATA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perusahaan

Dosen Pengampu:

Erry Fitrya Primadhany, S.HI, M.H.

Disusun Oleh:

Norrahimah 2112130189

Wulan Fitriani 2112130126

Hafidz Maulana Hanafi 2112130133

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

2023M/1445H
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Badan Usaha Non

Badan Hukum Persekutuan Perdata”.

Tak ada gading yang tak retak karena itu kami sebagai tim penulis menyadari bahwa

dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun

penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan

maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi penulis dan seluruh

pembaca.

Palangka Raya, 31 Agustus 2023

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah

satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan bekerja dan berusaha. Manusia dapat

melakukan atau menjalankan usaha apa saja asalkan hal tersebut tidak melanggar

kesopanan, kesusilaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya ada yang menjadi karyawan di suatu perusahaan dan ada juga yang

memulai mendirikan perusahaannya sendiri. Perusahaan didefinisikan sebagai bentuk

usaha yang dijalankan oleh seseorang secara terus menerus, bersifat tetap dan harus

didirikan di wilayah Indonesia, dengan tujuan utama untuk memperoleh laba.1

Di Indonesia terdapat beragam bentuk badan usaha baik yang bersifat

perseorangan, persekutuan maupun badan hukum seperti Perusahaan Dagang (PD),

Comanditter Vennotschap (CV), Firma, Persekutuan Perdata (Maatschap), Perseroan

Terbatas (PT). semua yang disebutkan merupakan bentuk badan usaha bukan badan

hukum.

Pada makalah ini akan dikhususkan untuk menjelaskan badan usaha tidak

berbadan hukum persekutuan perdata (Maatschap), dimulai dari pengertian, unsur dan

jenis, hingga pembubaran persekutuan perdata.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ditulis di atas maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud badan usaha non badan hukum?


1
Putu Devi Yustisia Utami, “Pengaturan Pendaftaran Badan Usaha Bukan Badan Hukum Melalui Sistem
Administrasi Badan Usaha Putu Devi Yustisia Utami Fakultas Hukum Universitas Udayana.”

1
2

2. Apa yang dimaksud persekutuan perdata?

3. Apa saja unsur-unsur dan jenis-jenis persekutuan perdata?

4. Bagaimana pendirian persekutuan perdata?

5. Bagaimana pengurusan dan pembubaran persekutuan perdata?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas ialah

sebagai berikut:

1. Memahami pengertian dan maksud dari badan usaha yang tidak berbadan hukum.

2. Memahami pengertian persekutuan perdata.

3. Memahami unsur-unsur dan jenis-jenis persekutuan perdata.

4. Memahami pendirian persekutuan perdata.

5. Memahami cara pengurusan dan pembubaran persekutuan perdata.

D. Metode Penulisan

Jenis penulisan yang digunakan penulis adalah library research (kajian pustaka).

Dengan demikian, pembahasan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka

serta beberapa tulisan yang ada relevansinya dengan objek kajian. Dalam hal ini objek

yang penulis maksud adalah buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan badan

usaha non badan hukum persekutuan perdata dan sumber-sumber pendukung lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Badan Usaha Non Badan Hukum

Badan usaha sering juga disebut dengan perusahaan, badan usaha maksudnya

bentuk organ dari suatu yang dikenal dengan perusahaan, dapat berbentuk badan hukum

atau juga bukan badan hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 tentang

Wajib Daftar Perusahaan pada Pasal 1 butir (b) disebutkan perusahaan adalah setiap

bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan

didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan

memperoleh keuntungan dan atau laba. Pada butir (c) disebutkan bahwa pengusaha

adalah setiap orang atau perorang atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan

sesuatu jenis perusahaan. Pada butir (d) disebutkan usaha adalah setiap tindakan,

perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan setiap

pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.2

Badan usaha bukan badan hukum adalah bentuk usaha bukan badan hukum

didirikan berdasarkan perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk

bekerja sama secara terus menerus dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang,

tenaga, keahlian, dan/atau klien/pelanggan guna diusahan bersama, mempunyai nama dan

tempat kedudukan tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama keuntungan yang

diperoleh.3

2
Djuhaendah Hasan, “Naskah Akademik RUU Tentang Badan Usaha Di Luar PT Dan Koperasi.”,
bphn.go.id (2009), hlm. 22.
3
Pemerintah Republik Indonesia, “Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Tentang Usaha Perseorangan
Dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum.”, Ditjenpp.kemenkumham.go.id, hlm. 3.

3
4

Karakteristik badan usaha yang tidak berbadan hukum yaitu tanggung jawab

pemilik perusahaan tidak terbatas, artinya bila ada tuntutan dari pihak ketiga terhadap

perusahaan yang tidak berbadan hukum, asset pribadi pemilik perusahaan bisa disita jika

asset perusahaan tidak mencukupi untuk melunasi utang-utang perusahaan kepada pihak

ketiga.4

Badan usaha bukan badan hukum dapat dapat berbentuk perorangan atau

persekutuan. Contohnya perusahaan dagang termasuk kedalam bentuk badan usaha bukan

badan hukum perorangan, sedangkan firma, Persekutuan Komanditer, dan Persekutuan

perdata termasuk kedalam bentuk badan usaha bukan badan hukum persekutuan.

B. Pengertian Persekutuan Perdata

Perjanjian dalam persekutuan perdata, firma, dan CV pada dasarnya menjadi

suatu perikatan yang mengakibatkan lahirnya entitas baru dari perjanjian persekutuan

yang dilakukan, inilah yang menjadi bibit dari lahirnya badan usaha. Lahirnya badan

usaha ini pada dasarnya adalah bentuk implementasi dari asas mengikatkan kontrak

dimana kontrak itu harus ditepati atau pacta sunt servanda, asas hukum perjanjian

bersifat mengatur, asas Freedom of Contract, asas Konsensual dan asas Obligator.5

Persekutuan artinya persatuan orang-orang yang sama kepentingannya terhadap

suatu perusahaan tertentu. Sedangkan sekutu artinya peserta dalam persekutuan. Jadi,

persekutuan berarti perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada perusahaan

4
Lim, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perseroan Terbatas Yang Belum Melakukan Penyesuaian Anggaran
Dasar Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Studi Perbandingan Hukum Dengan Law of Malaysia
Act A1299 Companies (Amandment) Act 2007).” (Skripsi—Universitas Internasional Batam, Batam, 2013), hlm. 8.
5
Raendhi Rahmadi, “Aspek Hukum Pendirian Dan Pengesahan Badan Usaha Non Badan Hukum.”,
Supremasi Hukum, Vol. 17, No. 2 (Juni 2021), hlm. 107
5

tertentu. Persekutuan perdata adalah suatu badan usaha termasuk dalam hukum perdata

khusus (hukum dagang), sebab menjalankan perusahaan.6

Menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu organisasi kerja sama

dalam bentuk taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksud taraf permulaan disini

adalah Maatschap merupakan suatu badan yang belum menjadi perkumpulan badan

hukum, ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana. Jadi, Maatschap belum

memiliki pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan

hukum.7

Persekutuan perdata (Maatschap) diartikan sebagai perjanjian antara dua orang

atau lebih yang saling mengikatkan dirinya untuk memasukan (inbreng) sesuatu ke dalam

persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan (manfaat) yang terjadi

karenanya. (Pasal 1618 KUHPerdata)8

C. Unsur-Unsur dan Jenis-Jenis Persekutuan Perdat

Unsur-unsur persekutuan perdata yaitu:

1. Persekutuan perdata merupakan perjanjian (kontrak)

2. Prestasi para pihak dengan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan.

3. Tujuan untuk membagi keuntungan.

Persekutuan perdata merupakan suatu perjanjian yang konsekuensinya dalam

persekutuan perdata modalnya tidak selalu uang, akan tetapi dapat berupa barang,

kerajinan, atau keterampilan. Dalam persekutuan perdata harus ada pembagian

keuntungan, dan tidak boleh ada perjanjian yang keuntungannya untuk satu orang,

6
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia., (Bogor: Ghalia Indonesia, Mei
2010), hlm. 35.
7
Ibid., hlm. 36.
8
Zainal Asikin dan L. Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan., (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2016), hlm. 9.
6

walaupun hal ini telah disepakati kedua belah pihak. Unsurnya harus membagi

keuntungan, jika tidak maka batal demi hukum.9

Cara mendirikan persekutuan perdata adalah secara konsensual sebagaimana diatur pada

Pasal 1624 KUHPerdata. Dengan demikian, keberadaan akta notaris: dimaksudkan untuk

menghindari dari persengketaan atau perselisihan di kemudian hari mengenai tanggung

jawab, pembagian hak dan kewajiban masing-masing pihak.10

Pasal 1621-1623 KUHPerdata membagi persekutuan perdata menjadi tiga jenis, yaitu:11

1. Persekutuan perdata sangat umum (Pasal 1621 KUHPerdata)

Jenis persekutuan perdata pertama ini memiliki ciri, baik inbreng (pemasukan)

maupun jenis usaha yang dijalankan masih sangat umum atau belum dibatasi. Dengan

kata lain, usaha yang dijalankan boleh apa saja asalkan menghasilkan keuntungan.

Demikian juga halnya pemasukan atau modal awal yang dimasukkan oleh para sekutu

boleh dalam jumlah terbatas dan dalam bentuk apa saja. Karena sifatnya yang

demikian maka oleh undang-undang jenis persekutuan perdata ini dilarang untuk

dijalankan.

2. Persekutuan perdata umum (algehele maatschap), (Pasal 1622 KUHPerdata)

Persekutuan perdata jenis ini usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas) yang

penting inbreng (modal awalnya) sudah ditentukan atau dibatasi dengan jelas,

sehingga lebih mudah membagi keuntungan kepada para sekutu. Persekutuan jenis ini

lebih sering digunakan untuk mendirikan perkumpulan/perhimpunan/persekutuan

orang, seperti asosiasi profesi seperti Ikatan Notaris Indonesia (INI), persekutuan

9
Ibid., hlm. 10.
10
Ibid,.
11
Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia., (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, Januari 2017), hlm. 42-43.
7

Advokat Indonesia (Peradi), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), atau Himpunan

Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

3. Persekutuan perdata khusus (bijzondere maatschap), (Pasal 1623 KUHPerdata)

Persekutuan perdata jenis ini bidang usahanya ditentukan secara spesifik, bisa hanya

mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan

didapat dari barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha (bisnis) tertentu atau

penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap. Perbedaan persekutuan

perdata jenis ini penentuan membagi keuntungannya lebih ditekankan pada jenis

usaha yang dikelola secara khusus dan professional bukan pada inbreng.

D. Pendirian Persekutuan Perdata

Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, persekutuan perdata adalah persekutuan yang

didirikan atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan,

yaitu perjanjian konsensual (consensuelle overeenkomst) dan perjanjian riil (reele

overeenkomst). Perjanjian dalam mendirikan persekutuan perdata adalah perjanjian

konsensual, yaitu perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan dari para pihak atau

kesepakatan sebelum ada tindakan. Jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk

mendirikannya, meskipun belum ada inbreng maka persekutuan itu sudah dianggap ada.12

Undang-undang tidak mengatur mengenai cara pendirian persekutuan perdata,

sehingga perjanjian persekutuan bentuknya bebas. Tetapi dalam hal praktik, dilakukan

dengan akta autentik ataupun akta di bawah tangan. Dan juga sesuai dengan sifatnya,

tidak ada ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan pengumuman bagi persekutuan

perdata.13

12
Ibid., hlm. 45.
13
Ibid,.
8

Perjanjian untuk mendirikan persekutuan perdata, juga harus memenuhi syarat-

syarat yang tidak dilarang oleh hukum, tidak bertentangan dengan tata susila dan

ketertiban umum, dan harus merupakan kepentingan bersama yaitu keuntungan.14

E. Pengurusan dan Pembubaran Persekutuan Perdata

Di dalam hukum Belanda, perbuatan pengurusan atau pengelolaan dapat dibedakan

menjadi dua macam pengurusan yaitu:15

1. Perbuatan yang bersifat sehari-hari yang merupakan perbuatan rutin (deden van

beheren), dilakukan oleh pengurus. Perbuatan rutin yang diberikan kewenangan

persekutuan tanpa perlu meminta persetujuan dari sekutu lainnya yang tidak menjadi

pengurus. Tetapi apabila perbuatan yang menyangkut kepemilikan maka harus

mendapat persetujuan dari seluruh sekutu.

2. Perbuatan yang tidak bersifat sehari-hari, tidak rutin, yang bersifat baru atau

khusus/istimewa (deden van besckking atau deden van eigendom).

Pada praktiknya tidak mudah untuk membedakan antara perbuatan rutin dan perbuatan

kepemilikan. Jadi perbuatan rutin dan perbuatan kepemilikan tersebut bersifat relative.

Untuk memudahkan dalam menentukan perbuatan rutin dan perbuatan kepemilikan

sebaiknya ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Anggaran dasar yang

menentukan yang mana saja yang termasuk dalam perbuatan rutin dan perbuatan

kepemilikan. Yang termasuk kedalam kategori perbuatan kepemilikan dalam anggaran

dasar yaitu:16

1. Perbuatan meminjamkan atau meminjam uang (tidak termasuk dalam hal penarikan

warkat bank sebagai realisasi kredit yang telah disepakati);


14
Ibid,.
15
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia., (Yogyakarta: FH UII Press, Juli 2013),
hlm. 36.
16
Ibid., hlm. 37.
9

2. Membebani barang-barang harta kekayaan persekutuan untuk jaminan utang;

3. Mengalihkan atau menjual barang-barang tidak bergerak milik persekutuan;

4. Ikut serta dalam perusahaan lain.

Pembebanan pengurusan persekutuan perdata dapat dilakukan dengan cara, sebagai

berikut:17

1. Diatur sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Sekutu pengurus

persekutuan perdata semacam ini disebut sekutu statute (grant statutaire).

2. Diatur dengan akta tersendiri atau khusus (bizondere geding) sesudah persekutuan-

persekutuan perdata berdiri. Sekutu pengurus semacam ini dinamakan sekutu

mandater (grant mandataire).

Terdapat beberapa ketentuan yang mengatur hal-hal pengurusan sebagai berikut:18

Pertama, pengurusan berdasarkan Pasal 1637 KUHPerdata

a. Memungkinkan masing-masing sekutu mempunyai wewenang untuk melakukan

semua hal yang berhubungan dengan tugas pengurusan persekutuan,

b. Kecuali ada perjanjian yang membatasi berupa klausul bahwa setiap tindakan

sepengetahuan sekutu atau pengurus yang lain.

Kedua, pengurusan atas bantuan pengurus lain sesuai dengan Pasal 1638 KUHPerdata:

a. Berdasarkan kesepakatan pengurusan dilakukan bersama-sama,

b. Dengan demikian pengurusan yang satu tidak dapat bertindak tanpa bantuan pengurus

yang lain.
17
Ibid., hlm. 38.
18
Ibid,.
10

Ketiga, masing-masing sekutu dari persekutuan boleh melakukan pengurusan dengan

cara sebagai berikut:

a. Semua anggota sekutu dianggap berwenang melakukan pengurusan dengan saling

bergantian,

b. Tindakan anggota sekutu mengikat sekutu yang lain meskipun tindakan itu dilakukan

tanpa izin dan persetujuannya,

c. Setiap sekutu berwenang mewajibkan anggota sekutu yang lain memikul biaya untuk

keperluan persekutuan,

d. Anggota sekutu yang tidak punya hak pengurus, tidak boleh mengasingkan benda-

benda maupun membebaninya.

Selama berjalannya persekutuan perdata, seorang sekutu statute tidak dapat

diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan berdasarkan hukum. Sekutu mandater

kedudukannya sama dengan seorang pemegang kuasa, yang kuasanya dapat dicabut

sewaktu-waktu. Dia sendiri juga dapat meminta kekuasaannya dicabut. Pengurusan pada

persekutuan perdata biasanya sekutu sendiri. Namun, para sekutu dapat pula menetapkan

orang luar yang dianggap cakap sebagai pengurus persekutuan perdata. Hal ini dapat

ditetapkan dalam akta pendirian atau perjanjian khusus.19

Pasal 1646 KUHPerdata menentukan bahwa suatu persekutuan perdata akan

berakhir disebabkan beberapa hal yaitu:20

1. Lampaunya waktu yang diperjanjikan

19
Ibid,.
20
Asikin dan Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, hlm. 29-32.
11

Pasal 1647 KUHPerdata menentukan bahwa persekutuan perdaata dibuat untuk

waktu tertentu, sebelum waktu itu tidak dapat dituntut oleh salah seorang pihak

sekutu berakhirnya, kecuali dengan alasan yang sah. Seperti, seorang sekutu tidak

memenuhi kewajibannya atau jika salah seorang sekutu sakit secara terus menerus

menjadi tidak cakap melakukan pekerjaannya untuk persekutuan.

2. Hancurnya benda yang menjadi objek persekutuan

Pasal 1648 KUHPerdata menentukan bahwa jika salah seorang sekutu berjanji

untuk memasukkan barang miliknya ke dalam persekutuan, kemudian barang itu

musnah sebelum pemasukan terlaksana maka persekutuan menjadi bubar terhadap

semua sekutu lainnya. Tetapi apabila hanya manfaat atas itu saja yang dimasukkan ke

dalam persekutuan, sedangkan hak miliknya tetap berada pada sekutu, hal yang

demikian persekutuan tidak menjadi bubar karena musnahnya barang yang menjadi

miliknya setelah barang tersebut dimasukkan ke dalam persekutuan.

3. Selesainya perbuatan pokok persekutuan

Jika proyek pokok persekutuan sudah selesai terlaksana, maka persekutuan

perdata tersebut demi hukum bubar.

4. Pengakhiran oleh beberapa atau salah seorang sekutu

Pasal 1649 KUHPerdata, persekutuan perdata yang diadakan untuk waktu tidak

tertentu dapat dibubarkan atas kehendak beberapa atau seorang sekutu. Pembubaran

yang demikian terjadi dengan pemberitahuan penghentian kepada semua sekutu

lainnya serta harus disampaikan dengan itikad baik, dan tidak dilakukan secara tidak

memberitahukan.
12

Pemberitahuan penghentian menurut Pasal 1650 dianggap telah dilakukan tidak

dengan itikad baik apabila sekutu menghentikan persekutuannya dengan maksud

untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, sedangkan para sekutu telah

berencana akan bersama-sama menikmati keuntungan tersebut.

5. Kematian salah satu sekutu atau adanya pengampuan atau kepailitan terhadap salah

seorang sekutu

Pada Pasal 1651 ayat (1) KUHPerdata, kematian salah seorang sekutu dapat tidak

berakibat pada bubar persekutuan perdata, jika diperjanjikan bahwa dengan

meninggalnya salah seorang sekutu mengakibatkan persekutuan bubar, persekutuan

dilanjutkan oleh ahli warisnya atau oleh sekutu yang ada.

Di lanjutkan Pasal 1651 ayat (2) menentukan bahwa dalam hal ahli waris tidak

memiliki hak lebih daripada atas pembagian persekutuan menurut keadaannya ketika

meninggalnya sekutu, tetapi ia mendapat bagian dari keuntungan serta turut memikul

kerugian yang merupakan akibat-akibat mutlak dari perbuatan yang terjadi sebelum

sekutu meninggal dunia.

Apabila persekutuan perdata sudah bubar, langkah selanjutnya adalah tindakan

pemberesan atau likuiditas. Orang yang melakukan likuidasi disebut likuidator.

Seseorang yang menjadi likuidator biasanya ditunjuk oleh anggaran dasar, jika

anggaran dasar tidak menunjuk likuidator maka aka nada rapat sekutu yang terakhir

untuk menunjuk likuidator. Jika rapat terakhir tidak ada, pengurus terakhir yang

melakukannya.

Tugas-tugas yang dilakukan likuidator yaitu meliputi:

a. Menginventarisasi kekayaan persekutuan perdata yang bersangkutan


13

b. Menagih semua piutang persekutuan perdata dari para debiturnya

c. Melaksanakan hak reklame terhadap barang-barang yang masih ada di tangan

pembeli, menuntut pengembalian barang-barang yang ada di tempat pihak ketiga

d. Membayar semua tagihan kreditur persekutuan, termasuk tagihan likuidator

e. Membagi sisa keuntungan kepada para sekutu yang masih berhak

f. Likuidator dapat mewakili persekutuan di muka dan di luar pengadilan

g. Likuidator memberikan laporan lengkap kepada pengurus yang memberi tugas.

Setelah proses likuidasi tersebut selesai dan sudah tidak ada lagi persoalan

persekutuan perdata yang bersangkutan, maka persekutuan perdata itu berakhir.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Zainal dan Suhartana, L. Wira Pria. Pengantar Hukum Perusahaan. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016.

Hasan, Djuhaendah. “Naskah Akademik RUU Tentang Badan Usaha Di Luar PT Dan Koperasi.”
Bhpn.go.id, no. 2009 (2009).

Khairandy, Ridwan. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. Yogyakarta: FH UII Press, 2013.

Lim, Fandri. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perseroan Terbatas Yang Belum Melakukan
Penyesuaian Anggaran Dasar Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Studi
Perbandingan Hukum Dengan Law of Malaysia Act A1299 Companies (Amandment) Act
2007).” Skripsi--Universitas Internasional Batam, Batam, 2013.

Mulhadi. Hukum Perusahaan : Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2017.

———. Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia. Bogor: Ghalia


Indonesia, 2010.

Pemerintah Republik Indonesia. “Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Tentang Usaha


Perseorangan Dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum,” 2009.

Rahmadi, Raendhi. “Aspek Hukum Pendirian Dan Pengesahan Badan Usaha Non Badan
Hukum.” Supremasi Hukum Vol. 17, No. 02 (2021).

Utami, Putu Devi Yustisia. “Pengaturan Pendaftaran Badan Usaha Bukan Badan Hukum Melalui
Sistem Administrasi Badan Usaha Putu Devi Yustisia Utami Fakultas Hukum Universitas
Udayana.” Jurnal Komunikasi Hukum Vol. 6, No. 1 (2020).

15

Anda mungkin juga menyukai