PERSEROAN PERORANGAN
KELOMPOK 4 :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………
BAB I Pendahuluan
C. Tujuan Masalah……………………………………………
BAB II Pembahasan
A. Perseroan perorangan………………………………………
B. Kedudukan Perseroan……………………………………..
C. Analisa kasus………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………..………….
B. Saran……………………………………………………….
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan perseorangan adalah badan hukum orang perseorangan
yang didirikan oleh hanya 1 (satu) orang perseorangan dan memenuhi
kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja. Perusahaan
perseorangan disebut juga perusahaan UMK, perseorangan perseroan
terbatas dan Perseroan perseorangan. Dengan adanya PT Perorangan
memungkinkan mendirikan perusahaan hanya dengan satu orang saja
dan memungkinkan adanya pemisahan harta pribadi dan perusahan.
Meskipun keduanya didirikan oleh satu orang, namun perusahaan
perseorangan berbeda dengan perusahaan perseorangan yang dikenal
sebelumnya karena perusahaan perseorangan bukanlah badan hukum
menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. Juga, pemisahan
tugas antara pemilik dan perusahaan perorangan adalah perbedaan
antara perusahaan perorangan dan perusahaan perorangan.Perusahaan
mandiri yang didirikan oleh seorang pendiri berkewarganegaraan
Indonesia yang berusia minimal 17 tahun dan memiliki kapasitas
hukum. Perseroan perorangan juga dikenal sebagai kepemilikan
perseorangan atau kepemilikan perseorangan. Bentuk usaha ini
merupakan bentuk usaha yang paling sederhana. Zainal Asikin dan
Wira Pria Suhartana mendefinisikan perusahaan perseorangan sebagai
perusahaan yang dijalankan oleh seorang pengusaha. Perusahaan
didirikan dengan satu orang, satu orang dikapitalisasi, satu orang
dioperasikan1.
Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap penurunan
pembangunan ekonomi di Indonesia, bahkan dalam kondisi global.
Adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
1
Hendri Raharjo.Hukum Perusahaan,cetakan ke 1,(Yogyakarta,Penerbit pustaka
yustisia,2009),hlm 26.
1
(selanjutnya disebut UU Cipta Kerja) dinilai dapat mendukung dan
membantu dalam pertumbuhan ekonomi. UU Cipta Kerja bertujuan
untuk menjadi stimulus positif bagi pertumbuhan dan perbaikan
ekonomi nasional dengan menggerakan seluruh sektor untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5.7% - 6% melalui
penciptaan lapangan kerja yang berkualitas seluas-luasnya,
peningkatan investasi, peningkatan konsumsi, peningkatan
produktivitas dan peningkatan upah sehingga dapat mengikat daya beli
dan konsumsi2. Seiring dengan perkembangan zaman ada beberapa
norma yang dinilai dan dianggap tidak lagi sesuai dengan situasi dan
kondisi kini serta merugikan kepentingan masyarakat banyak sehingga
adanya urgensi untuk pemangkasan serta penyederhanaan Undang-
Undang. Hadirnya UU Cipta Kerja menyederhanakan puluhan regulasi
menjadi satu Undang-Undang yang khusus, sehingga dapat menjadi
jalan pintas untuk menyelaraskan kebijakan dan perampingan regulasi
di Indonesia3.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perseroan perorangan ?
2. Bagaimana kedudukan perseroan perorangan pada usaha mikro
dan kecil?
3. Bagaimana Pendirian Perseroan Terbatas (PT) Perorangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tentang perseroan perorangan
2. Menjadikan kedudukan perseroan perorangan sebagai
pembelajaran
2
Prabu, A., Harahap, I. N., Ernasari, N., Primagani, T., Nirpana, B., Andriyas, I., &
Susanto, S. (2020). Kemudahan Berusaha Dalam Cluster Omnibus Law. Jurnal Lex Specialis, 1(2),
hlm. 172.
3
Arief, A., & Ramadani, R. (2021). Omnibus Law Cipta Kerja dan Implikasinya
Terhadap Konsep Dasar Perseroan Terbatas. Al-Adalah: Jurnal Hukum dan Politik Islam, 6(2),
106-120. hlm. 107.
2
3. Untuk mengetehaui Pendirian Perseroan Terbatas (PT)
Perorangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perseroan Perorangan
1) KTP Pendiri
2) NPWP Pendiri
3) Alamat Perseroan Perorangan (Jika alamat di Jakarta, maka harus
memenuhi syarat zonasi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi
4
Ridwan Khairandy, “Karakter Hukum Perusahaan Perseroan dan Status Hukum Kekayaan yang
dimiliki,” Jurnal Hukum Ius Quia Lustum 20, No.1 (2020)
4
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
5
5. Perseroan Perorangan didirikan oleh WNI dengan mengisi peryataan
pendirian dalam Bahasa Indonesia
6. WNI sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat yaitu : harus
berusia paling rendah 17 tahun dan cakap secara hukum.
a) Teguran tertulis;
b) Penghentian hak akses atas layanan; atau
c) Pencabutan status badan hukum.
6
Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
7
Adapun format isian pernyataan pembubaran Perseroan
perseroangan adalah sebagai berikut :
8
c) Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari RP1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp5.000.000.000.00, (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
d) Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
5
Rita Numaningsih and Dadin Solihin,”kedudukan Perseroan Terbatas sebagai bentuk badan
Hukum Perseroan Modal di tinjau menurut Undang-Undang PT,” Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan”, No. 2 (2020)
6
Alexander Prabu,”Kemudahan Berusaha dalam Cluster Omnibus Law,” Jurnal Lex Specialis”1,
no.2 (2020), hlm. 172.
9
a) Kekayaan yang terpisah dari para pendirinya
b) Adanya tujuan kepentingan sendiri,serta
c) Memiliki organisasi yang teratur7
7
Lembaga Bantuan Hukum Pengayoman “Pro dan Kontra Perseroan Untuk Usaha Mikro dan
Kecil”.dalam https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/pro-dan-kontra-perseroan-perorangan-untuk-
usaha-mikro-dan-kecil/ dikunjungi 27 Maret 2023
10
kedudukan organ PT Perorangan adalah Pemegang Saham Tunggal
dan Direksi, oleh karena dilakukan oleh satu orang maka orientasinya
masih sebagai usaha perseorangan yang diberi dispensasi
pertanggungjawaban sebatas modal disetor. Kekuasaan tertinggi adalah
pemegang saham melalui Keputusan pemegang saham, sebagai
pelaksana pengurusan perusahaan dipegang oleh direktur yang juga
adalah pemegang saham tunggal. Jadi jelas bahwa keberadaan Komisaris
tidak dibutuhkan disini, hal ini menjadi sebab mengapa tidak diatur
keberadaan Komisaris dalam PT perorangan.” Tidak diaturnya organ
Komisaris dalam PT Perorangan dapat menimbulkan kekosongan
hukum.8
8
Nofarid Darianto,”Kedudukan Organ Perseroan Perorangan Pada Usaha Mikro Dan Kecil
Berdasarkan Undang Undang Cipta Kerja”,artikel,Januari 2023,hlm 227
9
Wuri Sumampouw, Kana Kurnia, and Imam Ridho Arrobi,” perlindungan hukum Terhadap usaha
Mikro kecil dan menengah pasca pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerj”, Jurnal de Jure 13, no.1 (2021)
11
peran serta negara dalam menunjang perkembangan ekonomi nasional.
Perkembangan aktivitas masyarakat banyak menyebabkan perubahan
dalam berbagai hidup diantaranya ekonomi, sosial, pembangunan, dan
lain-lain. Kondisi ini menuntut pemerintah agar dapat menciptakan
berbagai macam produk jasa yang dibutuhkan masyarakat. Produk jasa
yang dikeluarkan pun harus menguntungkan konsumen maupun pelaku
usaha.10
Banyaknya UMK yang tidak terbentuk usaha formal sebagaimana
berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan
bahwa sampai saat ini jenis UMK masih berbadan usaha informal atau
tanpa bentuk usaha yang jelas, jauh lebih banyak ketimbang UMK
berbadan usaha formal dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT),
Commanditaire Vennotschap (CV), dan Firma.11
Kenaikana perekonomian Indonesia sejalan dengan pertumbuhan
UMKN, UMKM melalui penyerpaan tenaga kerja yang tinggi, perihal ini
membuat Pemerintahan Jokowi mempertimbangkan perkebangan UMKM
beserta permasaahan regulasi, salah satunya adalah melalui pembentukan
Omnibus Law. Konsep Omnibus Law memberikan alternatif pembenahan
permasalahan yang disebabkan karena peraturan yang terlalu banya serta
tumpang tindih. Omnibus Law adalah undang-undang yang merubah serta
mencabut berbagai pasal dalam berbagai undang-undang. Jadi Omnibus
Law merupakan sebuah konsep pembentukan undang-undang yang
mencapurkan sebagai ketentuan yang akar pengaturannya berlainan,
menjadi suatu peraturan utama yang berfungsi sebagai payung hukum.12
10
Rino Laksono Aji dan Anis Mashdurohatun, “Perlindungan Konsumen Terhadap Pemeliharaan
Jaringan Oleh Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara”, Prosiding Konstelasi Ilmiah
Mahasiswa Unissula 5, Maret 2021, hlm.76
11
Chalim, M.A., “Peran Pemerintah dalam pengembangan koperasi modern dan UMKM
Berdasarkan PP No.7 Tahun 2021, Jurnal Penelitian Hukum, Vol. 1 No.1, 2022.
12
Safitri, “Omnibus Law RUU Cipta Kerja dalam Perspektif komunikasi pembangunan partisipatif,
Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 2020, hlm. 42
12
A. Analisa masalah
1. Pelanggaran-pelanggaran PT.Sumalindo lestari jaya
PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) merupakan perusahaan
terbuka yang besar dan terbilang cukup sukses, namun ternyata gagal
memberikan rasa keamanan dan kepercayaan para pemegang sahamnya.
Berbagai alasan digunakannya untuk dapat melancarkan sejumlah
pelanggaran yang dilakukannya, termasuk pemberian utang tanpa
jaminan pengembalian ketika perusahaan sedang merugi, pembelian Zero
Coupon Bond (ZCB) dari anak perusahaannya, penjualan kembali ZCB
tersebut, divestasi seluruh sahamnya sebesar 60% di anak perusahaannya,
serta inbreng aset ke anak perusahaannya, yang seluruhnya dilakukan
tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 13 Setelah
berbagai forum RUPS sudah diusahakan oleh pemegang saham
minoritas, namun selalu digagalkan, akhirnya permohonan pemeriksaan
terhadap perseroan dilancarkan. Namun, SULI menolak membuka data
dan dokumen perusahaan. Gugatan untuk meminta ganti rugi kembali
dilancarkan sekali lagi oleh pemegang saham minoritasnya pada tahun
2013, namun mengejutkannya, gugatan ini ditolak dengan dalih
subjektivitas hakim serta penggunaan Pasal 138 sampai 141 UU PT.
Pasal-pasal tersebut yang menjadikan dasar permohonan pemeriksaan
SULI justru berbelit-belit, gagal menjamin kepastian hukum, dan pada
akhirnya menyulitkan pemegang saham minoritas dalam
memperjuangkan hak-haknya. Semuanya menjadi tanda tanya besar oleh
karenanya.
Di zaman modern ini, Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha
yang berbadan hukum merupakan bentuk usaha yang paling banyak
dipilih untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Hal ini bukan
tanpa alasan. Sebagai badan usaha yang berbadan hukum, PT diakui
13
Agus rianto, https://business-law.binus.ac.id/2021/03/18/pelanggaran-pelanggaran-pt-sumalindo-
lestari-jaya-tbk-dan-kritik-terhadap-pasal-138-141-uupt-part-ii/, dikunjungi 27 Maret 2023
13
sebagai subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan sendiri, dan
memiliki hartanya sendiri. Ada kredibilitas dan jaminan peraturan yang
dapat mempermudah penyelesaian masalah dan panduan menjalankan
PT. Ini juga dapat menarik investor dan mitra eksternal lainnya untuk
bekerja sama. Tak hanya itu, PT juga merupakan badan usaha yang
modern dengan pembagian tugas dan wewenang antar organ-organnya
yang jelas. Terakhir, keunggulan PT yang paling menguntungkan adalah
karena tanggung jawab pemegang saham sebagai pemiliknya terbatas,
yakni hanya sebesar saham yang mereka miliki, berbeda dengan jenis
badan usaha lain yang tanggung jawab pemiliknya tidak terbatas dan
dapat mengancam harta pribadi ketika terjadi masalah keuangan. Namun,
berkembangnya bisnis dan semakin diminatinya bentuk PT juga
membuat masalah dan kasus-kasus yang timbul di dalamnya semakin
rumit dan baru. Ada saja celah-celah yang dimanfaatkan untuk
memperoleh keuntungan finansial sebesar-besarnya meski dengan cara
‘mencurangi’ orang lain. Sebagai sebuah subjek hukum tentu PT dapat
melakukan perbuatan atas namanya sendiri. Namun harus disadari pula
bahwa PT hanya dapat melakukan tindakan melalui direksinya, meski
tanggung jawabnya ada pada institusi PT tersebut. Sehingga tak jarang,
kecurangan-kecurangan justru dilakukan oleh jajaran direksi yang
seharusnya memberikan pertanggunjawaban atas setiap perbuatannya
dalam PT kepada para pemilik PT, yakni para pemegang saham. Alhasil,
direksi menjadi pihak yang merugikan dan mengecewakan para
pemegang saham.
2. Analisa
Pasal 1 angka 5 UU No. 40 tahun 2007 tentang PT menyatakan
bahwa direksi adalah organ perseroan yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab penuh untuk mengurus perseroan bagi kepentingan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan itu, serta
mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan sesuai ketentuan
anggaran dasar. Dalam menjalankan posisinya itu, direksi diawasi oleh
14
dewan komisaris (Pasal 1 angka 6 UU No. 40 tahun 2007). Sebagai organ
yang bertanggung jawab mengurus perseroan untuk kepentingan
perseroan, sudah sepantasnyalah setiap tindakan yang dilakukan direksi
dalam perseroan adalah untuk menguntungkan perseroan itu dan bukan
sebaliknya. Salah satu perseroan terbuka yang besar di Indonesia adalah
SULI, atau yang sekarang mengganti namanya menjadi PT SLJ Global
Tbk. SULI adalah perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan,
perindustrian, dan pertambangan. Namun, besarnya nama perusahaan ini
tidak membuatnya menjadi semakin dapat melindungi para pemiliknya.
Perusahaan justru patutlah di duga telah ‘mencederai’ kepercayaan
pemegang sahamnya dengan melakukan sejumlah pelanggaran yang tak
sepantasnya dilakukannya. Terhadap berbagai pelanggaran tersebut
pemegang saham minoritas pun tak tinggal diam. Mereka memutuskan
mengajukan permohonan pemeriksaan dan gugatan yang kemudian juga
ditahan oleh SULI dengan sejumlah upaya hukum lain.
Hal ini apabila dianalisis dari segi hukumnya, maka tergambar
beberapa kejanggalan yang menerangkan bahwa sesungguhnya hukum
yang ada saat ini belumlah memadai. Pasal 139 ayat (6) memang telah
mewajibkan anggota direksi, anggota dewan komisaris, dan semua
karyawan perseroan untuk memberikan semua data dan keterangan yang
diperlukan untuk pemeriksaan. Namun jika keseluruhan UU No. 40 tahun
2007 dilihat, maka tak ada satupun pasal yang memberikan sanksi atas
pelanggaran kewajiban yang tercantum dalam Pasal 139 ayat (6) tersebut.
Ini adalah suatu kesalahan yang cukup fatal bagi hukum untuk
memberikan kewajiban tanpa sanksi atas pengingkaran kewajibannya.
Pasal 139 ayat (5) pun juga hanya secara idealis memberi hak pada ahli
yang ditunjuk untuk memeriksa semua dokumen dan kekayaan perseroan
yang dianggapnya perlu diketahui. Secara realistis, tak diberikan
prosedur atau hak lain yang melekat pada ahli yang ditunjuk ketika ia
harus memeriksa perseroan yang menjadi tugasnya itu. Ketika perseroan
yang harus diperiksa kemudian menolak memberikan dokumen dan data-
15
data terkait kekayaannya kepadanya, tak ada upaya hukum dan/atau
bantuan dari pihak polisi, jaksa, atau hakim yang dapat dimintakan oleh
sang ahli. Maka, pemeriksaan terhadap perusahaan, jikapun dikabulkan
oleh pengadilan, eksekusinya sangat bergantung kepada itikad baik dan
kooperasi setiap unsur dalam perusahaan. Padahal jika dipikir dengan
akal sehat, jika perusahaan benar melakukan kecurangan, dan pemegang
saham yang mencurigainya membutuhkan bukti untuk dapat menggugat
perusahaan, sedang bukti tersebut hanya dapat diperoleh melalui
pemeriksaan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam perumusan maupun pembuatan perseroan perorangan harus
memuat sejumlah syarat-syarat yang berlaku dimana itu akan menjadi
landasan dasar kita sebagai orang yang akan membuat perseroan
perorangan nantinya. Di dalam pembuatan harus merujuk terhadap
undang-undang yang berlaku sesuai yang ada pada undang-undang
perseroan terbatas. Dalam hal ini perseroan perorangan adalah hal yang
baru di Indonesia. Sehingga patut kita lakukan literasi yang baik supaya
17
tidak salah kaprah dalam pengaturan pembentukan perseroan perorangan
guna melancarkan pembuatan perseroan perorangan.
DAFTAR PUSTAKA
Prabu, A., Harahap, I. N., Ernasari, N., Primagani, T., Nirpana, B.,
Andriyas, I., & Susanto, S. (2020). Kemudahan Berusaha Dalam
Cluster Omnibus Law. Jurnal Lex Specialis, 1(2), hlm. 172.
Arief, A., & Ramadani, R. (2021). Omnibus Law Cipta Kerja dan
Implikasinya Terhadap Konsep Dasar Perseroan Terbatas. Al-
Adalah: Jurnal Hukum dan Politik Islam, 6(2), 106-120. hlm. 107.
18
Ridwan Khairandy, “Karakter Hukum Perusahaan Perseroan dan Status
Hukum Kekayaan yang dimiliki,” Jurnal Hukum Ius Quia Lustum
20, No.1 (2020)
19