Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BADAN HUKUM YAYASAN

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu: Utmanto, SH., MH.

Disusun oleh:
Kelompok 7
Ilham Rahmadhani Mahmud 4164070
Muni Ledia Astuti 4164075

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN BISNIS


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dimana atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas
pembelajaran yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan yaitu Utmanto, SH., MH. Adapun isi
tugas ini adalah tentang Badan Hukum Yayasan.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan isi
dari tugas ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu kami dalam
mennyelesiakna tugas ini diantaranya:

1. Dosen pembimbing yaitu Ibu Utmanto, SH., MH. yang telah memberikan saran, motivasi,
bimbingan dan kritik sehingga tugas ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan materil dan nasihat-nasihat.

3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan komentar.

Akhirnya, penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang Ilmu Hukum Bisnis.

Bandung, 20 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulis.................................................................................. 2

1.3.1 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.3.2 Manfaat Penulisan: .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Yayasan ............................................................................................... 4


2.2 Macam-Macam Pembagian Yayasan .................................................................... 5

2.2.1 Yayasan Terdiri Atas Kekayaan yang Dipisahkan .......................................... 5


2.2.2 Yayasan Tidak Terdiri dari Anggota ............................................................... 5

2.3 Syarat-Syarat Pendirian Yayasan .......................................................................... 6


2.4 Langkah-Langkah Pendirian Yayasan .................................................................. 8
2.5 Organ-Organ Yayasan ........................................................................................... 9
2.6 Pihak yang Terkait Dengan Yayasan .................................................................. 11
2.7 Kegiatan Usaha Yayasan ..................................................................................... 12
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Yayasan .................................................................. 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Faisal Santiago Hukum adalah satu aturan tertulis yang dibuat oleh penguasa
diperuntukkan untuk masyarakat demi terciptanya ketertiban dan ketentraman atau dapat
dikatakan yang dimaksud dengan hukum adalah sebagai himpunan peraturan-peraturan mengurus
tata tertib masyarakat, yang harus ditaati oleh semua orang baik terkait dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di Indonesia terdapat banyak badan hukum maupu badan tidak berbadan hukum yang
memberikan konstribusi cukup besar dalam pembangunan Indonesia, seperti PT, CV, Firma,
koperasi, yayasan dll.
Yayasan pada dasarnya merupakan bentuk badan hukum yang diakui secara legal
oleh pemerintah. Sebagai badan hukum, pendirian yayasan harus memenuhi persyaratan. Yayasan
didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya,
sebagai kekayaan awal. Di samping itu, pendirian yayasan juga harus dilakukan dengan akta
notaris sebagai bentuk penetapan kekuatan hukum dari pemerintah.
Melihat hal di atas, maka yayasan adalah badan hukum atau badan hukum bagi hukum.
Hukum yang dimaksudkan adalah bahwa yayasan merupakan suatu hubungan, suatu hubungan
dimana antara pihak-pihak terdapat titik pertalian antara subjek dan objek. Dengan kata lain antara
subjek dengan benda, dan bukan benda dengan benda. Dengan demikian jelas, bahwa yayasan
mengatur antara subjek dengan kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan umum, dan bukan untuk
kepentingan pribadi.
Abdul Muis sebagaimana dikutip oleh Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi Lubis, bahwa
yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai harta yang dipisahkan dari
pemiliknya, bersifat mandiri dengan maksud dan tujuan tertentu yang bersifat idiil dan diurus oleh
suatu badan pengurus tanpa mempunyai anggota.
Hal ini juga dipertegas dalam undang-undang RI No. 16 Tahun 2001 tentang pada Bab I
Pasal 1 ayat 1 tentang “Ketentuan Umum”, sebagai berikut: “Yayasan adalah badan hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang

1
sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tiak mempnyai anggota”.Namun demikian dalam Pasal
2 disebutkan bahwa: yayasan mempunyai organ yang terdiri atas pembina, pengurus dan
pengawas.
Scholten sebagaimana dikutip oleh R. Ali Rido berpendapat bahwa yayasan adalah
suatu badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukkan,
bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi
kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal sebuah yayasan didirikan bukan
untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan tetapi tujuannya didirikan yayasan
adalah untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Yayasan?
2. Apa syarat-syarat dalam pendirian sebuah yayasan?
3. Bagaimana prosedur pendirian yayasan?
4. Bagaimana struktur kepengurusan yayasan?
5. Bagaimana cara mendirikan yayasan?
6. Bagaimana cara pembubaran yayasan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulis


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mempermudah mahasiswa dalam mempelajari hukum dagang
2. Sebagai pedoman untuk mengetahui organ yayasan dalam hukum dagang secara rinci
3. Mengetahui langkah-langkah untuk membuat sebuah yayasan.
1.3.2 Manfaat Penulisan:
A. Manfaat Teoretis

Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam makalah ini tentu akan menambah
pemahaman dan pandangan baru tentang yayasan, dimana hal ini akan menjadi masukan bagi
pemerintah untuk lebih giat lagi dalam mengembangkan dunia pendidikan dan untuk
mengembalikan tujuan asli dari bentuknya Yayasan.

2
B. Manfaat Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca baik rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan terhadap
yayasan. Sehingga pendirian yayasan tidak hanya berkedok sebagai badan hukum dan juga tidak
hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri saja. Hal ini dimaksudkan agar registrasi yayasan
dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum
yang dilakukan yayasan yang dapat merugikan yayasan.

3
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Yayasan


Yayasan pada mulanya digunakan sebagai terjemahan dari istilah Stichting yang berasal dari
kata Stichen yang berarti membangun atau mendirikan dalam Bahasa Belanda dan Foundation
dalam Bahasa Inggris.

Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan adalah suatu
badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang
bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat komersial.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan


mendefinisikannya sebagai berikut: Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Untuk dapat mengetahui apakah yayasan itu ada beberapa pandangan para ahli, antara lain:

1. Menurut Poerwadarminta dalam kamus umumnya memberikan pengertian yayasan sebagai


berikut:

a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan
sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak mempunyai anggota).
b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu (seperti: rumah
sakit dsb).
2. Menurut Achmad Ichsan, Yayasan tidaklah mempunyai anggota, karena yayasan terjadi
dengan memisahkan suatu harta kekayaan berupa uang atau benda lainnya untuk maksud-
maksud idiil yaitu (sosial, keagamaan dan kemanusiaan) itu, sedangkan pendirinya dapat
berupa Pemerintah atau orang sipil sebagai penghibah, dibentuk suatu pengurus untuk
mengatur pelaksanaan tujuan itu.
3. Menurut Zainul Bahri dalam kamus umumnya memberikan suatu definisi yayasan sebagai
suatu badan hukum yang didirikan untuk memberikan bantuan untuk tujuan sosial.

4
4. Yayasan adalah suatu paguyuban atau badan yang pendiriannya disahkan dengan akte
hukum atau akte yang disahkan oleh notaris, dimana yayasan itu aktifitasnya bergerak di
bidang sosial, misalnya mendirikan sesuatu atau sekolah.
Menurut UU No.28 Tahun 2004 Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.( UU No.28 Tahun 2004 pasal 1).
Yayasan dapat pula dipahami sebagai Badan Hukum yang mempunyai unsur-unsur:
a. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu suatu
pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang.
b. Mempunyai tujuan sendiri yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan.
c. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina dan pengawas.

2.2 Macam-Macam Pembagian Yayasan


2.2.1 Yayasan Terdiri Atas Kekayaan yang Dipisahkan
Sebuah badan hukum sudah tentu Yayasan memiliki kekayaan yang tersendiri, dipisahkan
dari para pendiri sebagaimana disimpulkan yang dapat ditarik pada ketentuan Pasal 1 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan kemudian ditekankan lagi bahwa yayasan tidak
mempunyai anggota.
Hal ini dianggap sudah cukup jelas oleh pembuat undang-undang sehingga tidak perlu
dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan, ketentuan Pasal 1 ayat 1 juncto Pasal 26 ayat 1.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa sebuah yayasan selain merupakan kekayaan
yang dipisahkan tidak terdiri atas, orang-orang sehingga tentunya bukan berdiri atas badan hukum
juga.
2.2.2 Yayasan Tidak Terdiri dari Anggota
Sebagaimana sudah diuraikan pada penjelasan di atas, yayasan tidak mempunyai anggota.
Individu yang bekerja di dalam yayasan baik pendiri, pembina, pengurus dan pengawas bukanlah
anggota.
Hal inilah yang sedikit lain jika dibandingkan badan hukum seperti Perseroan Terbatas yang
terdiri atas saham dan terdapat pemegang saham maupun koperasi yang memiliki anggota
sehingga konsekuensinya tidak ada yang memiliki kekayaan mereka untuk mendirikan yayasan
tetapi mereka sendiri bukan anggota dan atau pemilik yayasan tersebut.

5
Jika melihat dalam teori kekayaan yang bertujuan maka tampaknya hal ini sesuai dengan
kondisi yayasan dimana kekayaan badan hukum terlepas dari yang memegangnya, sehingga hak-
hak badan hukum sebenarnya adalah kekayaan yang terikat oleh satu tujuan
Karena kondisinya yang tidak mempunyai anggota, akibatnya tidak ada keuntungan yang
diperoleh yayasan dibagikan kepada para pembina, pengurus maupun pengawas, hal ini secara
tegas ditentukan dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi:
“Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina pengurus dan
pengawas”.
Demikian juga ditentukan lebih lanjut dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
yang menyebutkan: “Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada pembina, pengurus, dan pengawas, karyawan atau pihak
lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan.”
Keuntungan yang didapat oleh yayasan dalam menjalankan usahanya tersebut digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditentukan oleh para pendiri pada saat pendirian
yayasan tersebut. Kondisi inilah yang diharapkan oleh para pembuat undang-undang sehingga
yayasan tidak didirikan untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, namun digunakan
untuk memperkaya para pendiri, pengurus.
Singkatnya kekayaan yang dimiliki oleh yayasan adalah milik tujuan yayasan itu baik berupa
sosial, keagamaan maupun kemanusiaan.

2.3 Syarat-Syarat Pendirian Yayasan


Yayasan didirikan oleh 1 (satu) orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta
kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Hal ini menunjukkan bahwa pendiri bukanlah
pemilik yayasan karena sudah sejak semula telah memisahkan sebagian dari kekayaannya menjadi
milik badan hukum yayasan. Yayasan dapat juga didirikan berdasarkan surat wasiat, dalam hal ini
bila penerima wasiat atau ahli waris tidak melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk mendirikan
yayasan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, Pengadilan dapat memerintahkan ahli
waris atau penerima wasiat untuk melaksanakan wasiat tersebut. Dalam prakteknya yayasan-
yayasan yang didirikan menurut hukum diakui mempunyai hak dan kewajiban, sebagai salah satu
pihak dalam hubungan hukum dengan subyek hukum yang lain.

6
Untuk mendirikan suatu yayasan diperlukan syarat-syarat sebagai pendukung berdirinya
yang terdiri dari 2 yaitu:
1. Syarat Material yang terdiri dari:
a. Harus ada suatu pemisahan kekayaan yaitu adanya kekayaan yang dipisahkan dalam
bentuk uang dan barang.
b. Suatu tujuan yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
c. Suatu organisasi yaitu suatu organisasi yang terdiri dari pengurus, pembina dan
pengawas.
2. Syarat Formal
a. Dengan akta otentik
Yaitu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu dan
dalam bentuk menurut ketentuan yang ditetapkan untuk itu, baik dengan maupun tanpa bantuan
dari yang berkepentingan, di tempat mana pejabat berwenang menjalankan tugasnya.
Sebelum diaturnya UU tentang yayasan, pendirian yayasan didirikan dengan akte notaris
sebagai syarat terbentuknya suatu yayasan. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah untuk
mengadakan pembuktian terhadap yayasan tersebut.
Dalam akta pendiriannya memuat anggaran dasar yang memuat:
a) Kekayaan yang dipisahkan
b) Nama dan tempat kedudukan yayasan
c) Tujuan yayasan yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
d) Bentuk dan susunan pengurus serta penggantian anggota pengurus.
e) Cara pembubaran
f) Cara menggunakan sisa kekayaan dari yayasan yang telah dibubarkan.
Anggaran dasar dalam akta pendiriannya dapat diubah mengenai maksud dan tujuan yayasan.
Perubahan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat Pembina. Perubahan anggaran
dasar yang meliputi nama dan kegiatan yayasan harus mendapat persetujuan Menteri. Anggaran
Dasar yayasan dapat dirubah pada saat Yayasan dinyatakan dalam keadaan pailit, kecuali atas
persetujuan kurator.
Kedudukan yayasan sebagai badan hukum diperoleh bersamaan pada waktu berdirinya
yayasan itu. Adapun cara-cara untuk memperoleh status badan hukum dari suatu yayasan, harus
dipenuhi beberapa syarat yaitu:

7
a. Harus didirikan dengan akta notaris
b. Harus ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan orang yang mendirikan, dan
dimaksudkan untuk tujuan tertentu, dan yang mendirikan tidak boleh masih mempunyai
kekuasaan atas harta yang telah dipisahkan itu
c. Harus ada pengurus tersendiri
d. Harus ditunjuk atau disebut orang yang mendapat manfaat dari yayasan itu.
e. Tidak mempunyai anggota artinya bahwa dengan tidak adanya keanggotaan yayasan ini,
maka suatu yayasan tidaklah dapat diwariskan kepada ahli waris (baik oleh Badan pendiri
maupun oleh pengurus) sebab yayasan (termasuk segala harta yayasan) bukanlah
merupakan milik Badan Pendiri maupun pengurus secara pribadi/individu terpisah) dengan
sendirinya tidaklah dapat diwariskan kepada para ahli waris Badan Pendiri maupun ahli
waris Badan Pengurus.

2.4 Langkah-Langkah Pendirian Yayasan


1. Anda merumuskan nama yayasan. Siapkanlah tiga nama yayasan. Siapa tahu nama yang
pertama ditolak oleh Departemen Hukum dan HAM. Tidak seperti pengecekan nama
perusahaan secara elektronik, pengecekan nama yayasan dilakukan secara manual. Kalau
pengecekan nama perusahaan bisa dilakukan dalam waktu tiga hari, pengecekan nama
yayasan butuh waktu dua minggu.
2. Tentukan bidang apa yang akan digeluti oleh yayasan misalnya : pendidikan, lingkungan,
sosial, keagamaan dll.
3. Siapkan fotocopy KTP pendiri, nama pembina, ketua, sekretaris, bendahara, dan pengawas
yayasan. Umumnya, rapat pembina yayasan menentukan siapa yang jadi ketua, sekretaris,
bendahara dan pengawas.
4. Tentukan kekayaan awal yayasan. Ini disisihkan dari kekayaan pribadi pendiri yayasan.
5. Datang ke notaris dengan membawa dokumen-dokumen berikut:
a. Nama Yayasan
b. Fotocopy KTP pendiri, Pembina, ketua, sekretaris, bendahara, dan pengawas
c. NPWP pendiri, Pembina, ketua, sekretaris, bendahara, dan pengawas
d. Dokumen-dokumen di atas dibutuhkan untuk mendirikan yayasan.

8
6. Notaris mengajukan nama yayasan yang Anda usulkan ke Departmen Hukum dan HAM. Ini
butuh waktu dua minggu untuk mendapatkan konfirmasi apakah nama tersebut dapat
digunakan atau tidak. Bila keputusan ya, akte pendirian yayasan akan disahkan dihadapan
Notaris
7. Pendiri/pembina bersama-sama dengan ketua, sekretaris, bendahara dan pengawas
menandatangani AD dihadapan notaris.
8. Notaris akan mengajukan Anggaran Dasar ke Departemen Hukum dan HAM untuk
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.

2.5 Organ-Organ Yayasan


Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badan yang membentuk
kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut.
Di sini tampaklah bahwa sebagai sebuah organisasi dalam hukum segala tindakan dari
yayasan diwakilkan oleh organ-organ pengurusnya, apa yang diputuskan oleh organ tersebut
adalah keputusan dari yayasan itu.
Yayasan sebagai organisme dalam hukum, dalam kegiatan rutin maupun tertentu yayasan
dibina, diurus, dan diawasi oleh organ yayasan. Adapun sesuai ketentuan Pasal 2 Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001 menyebutkan: “Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina,
pengurus dan pengawas”.

1. Pembina

Pembina dalam yayasan memiliki kedudukan tertinggi dimana pengawas sebagaimana


ditentukan dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi:
“Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada
pengurus atau pengawas oleh undang-undang ini atau anggaran dasar”.
Kewenangan yang diberikan kepada adalah kewenangan yang benar, karena pada umumnya
pembina adalah pendiri yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina adalah pendiri
yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina dapat diangkat oleh rapat pembina jika
calon pembina tersebut dinilai diangkat oleh rapat pembina jika calon pembina tersebut dinilai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, maupun

9
penyingkatan sesuai Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Kewenangan yang
besar tersebut sesuai ketentuan Pasal 28 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 berbunyi:
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. Kebutuhan mengenai perubahan anggaran dasar.
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas.
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan.
d. Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan.
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.
Dengan kewenangan tersebut di atas tampaknya seperti segalanya ditentukan dan diatur oleh
pembina. Namun jika dicermati ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun
2001 tersebut di atas, kewenangan tersebut hanya kewenangan yang tidak diserahkan kepada
pengurus atau pengawas. Sehingga disamping kewenangan pembina ternyata ada juga
kewenangan pengurus dan pengawas, jadi sesungguhnya pembina. mengangkat pengurus dan
pengawas, namun pembina tidak boleh mencampuri urusan pengurus dan pengawas, hal ini
dipertegas kembali dalam ketentuan Pasal 29 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang
berbunyi: “Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus dan atau anggota
pengawas. Demikian juga ketentuan Pasal 31 ayat 3 juncto Pasal 40 ayat (4)”.
Yang dapat dilakukan oleh pernbina adalah menilai tindakan pengurus dalam menjalankan
kegiatannya mengurus yayasan tanpa anggota tetapi yayasan mempunyai pengurus kekayaan dan
penyelenggaraan tujuannya.
Kewenangan yang diberikan kepada pembina adalah kewenangan yang besar, karena pada
umumnya pembina adalah pendiri yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina dapat
diangkat oleh rapat pembina jika dalam pembina tersebut dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi
untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, maupun pengangkatan sesuai Pasal 28 ayat (3)
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pembinaan bukanlah badan tertinggi dalam yayasan tidak seperti yang ditentukan RUPS
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi: “Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah orfan perseroan
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris.”

10
2. Pengurus
Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan kegiatan/ pengurusan yayasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Adapun
guna menjalankan kegiatan pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
Karena pengurus diberikan wewenang untuk menjalankan kegiatan yayasan, maka
pengurus bertanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan.
3. Pengawas
Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas untuk melaksanakan
pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan tentang
pengertian pengawas yayasan ini termuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pengawas di dalam menjalankan tugasnya wajib dengan itikad baik dengan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan seperti yang dimuat dalam Pasal 40 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001.

2.6 Pihak yang Terkait Dengan Yayasan


A. Pengadilan Negeri

Pengadilan negeri adalah sebuah institusi resmi yang mempunyai kemampuan dalam
memberikan perlindungan hukum dan sekaligus memproses permasalahan hukum. Pengadilan
negeri adalah pihak yang mengesahkan berdirinya sebuah yayasan.

B. Notaris

Notaris adalah pejabat netral yang merupakan tanah dan saksi legal terhadap pendirian suatu
badan hukum. Notaris umumnya memberikan nasehat hukum dan berada dalam keadaan netral,
tidak memihak pada satu pihak.

C. Kejaksaan

Kejaksaan adalah suatu badan yang berwenang untuk menggugat bubar sebuah yayasan jika
terbukti yayasan tersebut tidak berjalan dengan baik dalam waktu tertentu. Kejaksaan ini bertugas
sebagai instansi penuntut kelayakan keberadaan yayasan. Dalam hal ini, kejaksaan bisa dikatakan
sebagai pengawas sebuah yayasan.

11
D. Akuntan publik

Akuntan publik adalah akuntan yang bukan merupakan bagian dari yayasan atau perusahaan
tertentu. Tugas akuntan publik adalah mengaudit laporan atau kondisi keuangan perusahaan.
Akuntan publik akan melakukan evaluasi dan pemeriksaan terhadap kondisi serta laporan
keuangan yang dilakukan yayasan. Hal ini merupakan salah satu syarat kelayakan sebuah yayasan.
Jika terjadi penyimpangan, maka akuntan publik dapat menyampaikan hal tersebut pada kejaksaan.

Selain pihak-pihak yang terkait dengan yayasan tersebut diatas, ada pihak lain yang
berkaitan dengan yayasan, yakni masyarakat yang ada di sekitar yayasan tersebut atau yang
menjadi sasaran kerja yayasan tersebut. Jika masyarakat menilai bahwa sebuah yayasan tidak dapat
memberikan kinerja yang baik, masyarakat dapat mengajukan gugatan dengan melaporkan hal
tersebut kepada kejaksaan. Selain itu masyarakat dapat memberikan hukuman sosial kepada
sebuah yayasan yang tidak melaksanakan fungsinya dengan baik yakni dengan tidak mau bekerja
sama dengan yayasan tersebut. Misalnya jika yayasan memiliki badan usaha pendidikan berupa
sekolah, masyarakat bisa tidak memasukkan anak-anaknya ke dalam sekolah tersebut jika sekolah
tersebut tidak bisa memberikan pelayanan pendidikan yang baik.

2.7 Kegiatan Usaha Yayasan


Kegiatan usaha yayasan adalah untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya, yaitu
suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini mengakibatkan seseorang
yang menjadi organ yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah atau honor
tetap. Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Yayasan No.28 Tahun 2004, bahwa
kegiatan usaha yang dimaksud adalah untuk tujuan-tujuan yayasan dan bukan untuk kepentingan
organ yayasan.
a) Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan menentukan sebagai
berikut: Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
Catatan:
1) Dengan dirubahnya UU Nomor 16 Tahun 2001 dengan UU Nomor 28 Tahun 2004, ketentuan
Pasal 3 ayat (1) UU ini substansinya tetap, hanya saja yang dirubah adalah Penjelasan Pasal
demi Pasalnya.

12
2) Penjelasan Pasal 3 ayat (1) sebagaimana tersebut dalamPenjelasan Pasal Demi Pasal UU Nomor
28 Tahun 2004 Tentang Perubahan UU Nomor 16 Tentang Yayasan menjelaskan sebagai
berikut: “Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Yayasan tidak
digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat melakukankegiatan usaha secara
langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha
laindimana Yayasan menyertakan kekayaannya”.
3) Dengan adanya ketentuan sebagaimana tersebut dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (1)di atas, dapat
disimpulkan bahwa, Organ Yayasan tidak diperbolehkan menjadikan Yayasan sebagai Wadah
Usaha dan Yayasan tidak boleh menjalankan kegiatanusaha secara langsung melainkan harus
melaluibadanusahayangdidirikannya atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan
menyertakan kekayaannya.
b) Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan mensyaratkan penyertaan kekayaan
Yayasan dalam bidang usaha yang bersifat Prospektif maksimal sebesar 25%.
c) Pasal 7 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan melarang organ-organ Yayasan
seperti : Anggota Pembina,Pengurus dan Pengawas yayasan merangkap sebagai Anggota Direksi
atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
d) Mengenai Kegiatan Usaha dari Badan Usaha yang didirikan Yayasan, Pasal 8 UU Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasanmenentukan dan memberikan batasan sebagai berikut : Kegiatan
usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud
dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau
peraturan perundang-undanganyang berlaku.”
Dalam yayasan terdapat suatu maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar.
Adapun manfaat dari suatu yayasan akan terlihat tergantung kepada bidang kegiatan yang
bersangkutan. Ada beberapa kategori bidang kegiatan yayasan yaitu :
1) Yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan, yang bertujuan ikut membantu Pemerintah
dalam menunjang kesejahteraan masyarakat dalam bidang usaha pelayanan medik (kesehatan).
3) Yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan, bertujuan ikut membantu Pemerintah
dalam menunjang kesejahteraan masyarakat terutama dalam melestarikan Kebudayaan
Bangsa.

13
4) Yayasan yang bergerak dalam bidang keagamaan, bertujuan ikut membantu Pemerintah dalam
menunjang kesejahteraan masyarakat, terutama dalam kehidupan beragama atau peribadatan.
5) Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, bertujuan ingin memebantu pemerintah dalam
menunjang kesejahteraan masyarakat, terutama berkaitan dengan masalah sosial seperti :
menyantuni anak yatim, fakir miskin.
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Yayasan
A. Kelebihan

Kebaikan Badan Usaha Yayasan adalah :

1. Memiliki tanggung jawab yang terbatas

2. Dana berasal dari kekayaan pribadi pendiri

3. Tidak dikena pajak

4. Semua pendiri memiliki tanggung jawab yang terbatas

5. Membantu masyarakat sosial dengan tidak mencari keuntungan

B. Kelemahan

Kekurangan Badan Usaha Yayasan adalah :

1. Tambahan modal yang tidak tetap

2. Keuntungan yang didapat hanya untuk menutup biaya yang digunakan yayasan

3. Terbatasnya dana-dana yang diperlukan.

14
3 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan dan
keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari berbagai macam sumber. Yayasan ini
sifatnya tidak memiliki anggota. Menilik dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit atau
keuntungan. Yayasan selanjutnya memiliki kewenangan untuk mendirikan sebuah atau beberapa
buah badan usaha sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh yayasan. Berdasarkan hasil
penelitian maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. a. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang -Undang Nomor 28,
wewenang pengesahan Yayasan berada di tangan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Notaris wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia dalam jangka waktu 10 hari sejak Yayasan ditandatangani.
b. Sekalipun sudah ditentukan bahwa Yayasan tidak boleh memakai nama yang sama dengan
Yayasan lain (di seluruh Indonesia), hingga saat ini belum digunakan sistem pengecekan nama
yang baik seperti internet, melalui Sisminbakum dalam pengecekan nama Perseroan Terbatas.
Sehingga hal ini menyulitkan pendiri maupun Notaris untuk melakukan pemeriksaan pemakaian
nama yang pada gilirannya jika sudah digunakan dan ternyata sudah dipakai, maka harus dilakukan
perubahan Akta Pendirian Yayasan yang berakibat pada lamanya proses pengesahan dan tentu saja
penambahan biaya.
2. a. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang – Undang Nomor 28 tidak mengatur
tentang tanggung jawab Pendiri Yayasan, sebelum Yayasan didirikan.
b. Setelah Yayasan didirikan, jelas Pendiri menjadi hilang tidak ada Pendiri Yayasan dapat
menduduki jabatan sebagai Pembina. Namun pihak lainpun dapat menjadi Pembina sepanjang
memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
c. Tanggung jawab terhadap tindakan yang diambil Yayasan sebelum disahkan sebagai badan
hukum berada di tangan Pengurus. Karena semua tindakan yang dilakukan atas nama Yayasan
setelah Yayasan didirikan dilakukan oleh Pengurus.

15
3.2 Saran
a. Sebaiknya sebelum melakukan tanda tangan atau setidaknya– tidaknya pada saat tanda
tangan semua persyaratan sudah harus dipenuhi sehingga dalam waktu 10 (sepuluh) hari
sudah dapat diajukan permohonan pengesahannya oleh Notaris.

b. Sebaiknya Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengadakan proses pendaftaran
Yayasan seperti yang diterapkan pada Perseroan Terbatas melalui Sisminbakum sehingga
memudahkan proses pengecekan nama dan pemantauan dalam pengesahan Yayasan.

c. Karena tanggung jawab atas tindakan Yayasan sebelum disahkan sebagai badan hukum
maka segala tindakan Yayasan harus sepengetahuan dan seijin para Pendiri, serta para
Pendiri dan Pengurus memiliki kesatuan sikap dan pandangan demi kemajuan Yayasan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mdhidatazkia. 17 Des 2016.http://mdhidatazkia.blogspot.co.id/2016/12/makalah.html


Ilmu pengetahuan. Sumber.4 Jun 2015.http://sumber-ilmpengetahuan.blogspot.co.id/2015/06/
badan-hukum.html
https://www.scribd.com/document/364709961/ yayasan
https://www.academia.edu/24449105/ Yayasan
Levon.willy27 Des 2016.http://willylevon.blogspot.co.id/2016/12/ hukum-dagang.html

17

Anda mungkin juga menyukai