Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu: Utmanto, SH., MH.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Ilham Rahmadhani Mahmud 4164070
Muni Ledia Astuti 4164075
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dimana atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas
pembelajaran yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan yaitu Utmanto, SH., MH. Adapun isi
tugas ini adalah tentang Badan Hukum Yayasan.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan isi
dari tugas ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu kami dalam
mennyelesiakna tugas ini diantaranya:
1. Dosen pembimbing yaitu Ibu Utmanto, SH., MH. yang telah memberikan saran, motivasi,
bimbingan dan kritik sehingga tugas ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang Ilmu Hukum Bisnis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1.3.1 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.3.2 Manfaat Penulisan: .......................................................................................... 2
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................... 16
ii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tiak mempnyai anggota”.Namun demikian dalam Pasal
2 disebutkan bahwa: yayasan mempunyai organ yang terdiri atas pembina, pengurus dan
pengawas.
Scholten sebagaimana dikutip oleh R. Ali Rido berpendapat bahwa yayasan adalah
suatu badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukkan,
bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi
kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal sebuah yayasan didirikan bukan
untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan tetapi tujuannya didirikan yayasan
adalah untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam makalah ini tentu akan menambah
pemahaman dan pandangan baru tentang yayasan, dimana hal ini akan menjadi masukan bagi
pemerintah untuk lebih giat lagi dalam mengembangkan dunia pendidikan dan untuk
mengembalikan tujuan asli dari bentuknya Yayasan.
2
B. Manfaat Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca baik rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan terhadap
yayasan. Sehingga pendirian yayasan tidak hanya berkedok sebagai badan hukum dan juga tidak
hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri saja. Hal ini dimaksudkan agar registrasi yayasan
dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum
yang dilakukan yayasan yang dapat merugikan yayasan.
3
2 BAB II
PEMBAHASAN
Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan adalah suatu
badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang
bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat komersial.
Untuk dapat mengetahui apakah yayasan itu ada beberapa pandangan para ahli, antara lain:
a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan
sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak mempunyai anggota).
b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu (seperti: rumah
sakit dsb).
2. Menurut Achmad Ichsan, Yayasan tidaklah mempunyai anggota, karena yayasan terjadi
dengan memisahkan suatu harta kekayaan berupa uang atau benda lainnya untuk maksud-
maksud idiil yaitu (sosial, keagamaan dan kemanusiaan) itu, sedangkan pendirinya dapat
berupa Pemerintah atau orang sipil sebagai penghibah, dibentuk suatu pengurus untuk
mengatur pelaksanaan tujuan itu.
3. Menurut Zainul Bahri dalam kamus umumnya memberikan suatu definisi yayasan sebagai
suatu badan hukum yang didirikan untuk memberikan bantuan untuk tujuan sosial.
4
4. Yayasan adalah suatu paguyuban atau badan yang pendiriannya disahkan dengan akte
hukum atau akte yang disahkan oleh notaris, dimana yayasan itu aktifitasnya bergerak di
bidang sosial, misalnya mendirikan sesuatu atau sekolah.
Menurut UU No.28 Tahun 2004 Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.( UU No.28 Tahun 2004 pasal 1).
Yayasan dapat pula dipahami sebagai Badan Hukum yang mempunyai unsur-unsur:
a. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu suatu
pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang.
b. Mempunyai tujuan sendiri yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan.
c. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina dan pengawas.
5
Jika melihat dalam teori kekayaan yang bertujuan maka tampaknya hal ini sesuai dengan
kondisi yayasan dimana kekayaan badan hukum terlepas dari yang memegangnya, sehingga hak-
hak badan hukum sebenarnya adalah kekayaan yang terikat oleh satu tujuan
Karena kondisinya yang tidak mempunyai anggota, akibatnya tidak ada keuntungan yang
diperoleh yayasan dibagikan kepada para pembina, pengurus maupun pengawas, hal ini secara
tegas ditentukan dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi:
“Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina pengurus dan
pengawas”.
Demikian juga ditentukan lebih lanjut dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
yang menyebutkan: “Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada pembina, pengurus, dan pengawas, karyawan atau pihak
lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan.”
Keuntungan yang didapat oleh yayasan dalam menjalankan usahanya tersebut digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditentukan oleh para pendiri pada saat pendirian
yayasan tersebut. Kondisi inilah yang diharapkan oleh para pembuat undang-undang sehingga
yayasan tidak didirikan untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, namun digunakan
untuk memperkaya para pendiri, pengurus.
Singkatnya kekayaan yang dimiliki oleh yayasan adalah milik tujuan yayasan itu baik berupa
sosial, keagamaan maupun kemanusiaan.
6
Untuk mendirikan suatu yayasan diperlukan syarat-syarat sebagai pendukung berdirinya
yang terdiri dari 2 yaitu:
1. Syarat Material yang terdiri dari:
a. Harus ada suatu pemisahan kekayaan yaitu adanya kekayaan yang dipisahkan dalam
bentuk uang dan barang.
b. Suatu tujuan yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
c. Suatu organisasi yaitu suatu organisasi yang terdiri dari pengurus, pembina dan
pengawas.
2. Syarat Formal
a. Dengan akta otentik
Yaitu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu dan
dalam bentuk menurut ketentuan yang ditetapkan untuk itu, baik dengan maupun tanpa bantuan
dari yang berkepentingan, di tempat mana pejabat berwenang menjalankan tugasnya.
Sebelum diaturnya UU tentang yayasan, pendirian yayasan didirikan dengan akte notaris
sebagai syarat terbentuknya suatu yayasan. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah untuk
mengadakan pembuktian terhadap yayasan tersebut.
Dalam akta pendiriannya memuat anggaran dasar yang memuat:
a) Kekayaan yang dipisahkan
b) Nama dan tempat kedudukan yayasan
c) Tujuan yayasan yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
d) Bentuk dan susunan pengurus serta penggantian anggota pengurus.
e) Cara pembubaran
f) Cara menggunakan sisa kekayaan dari yayasan yang telah dibubarkan.
Anggaran dasar dalam akta pendiriannya dapat diubah mengenai maksud dan tujuan yayasan.
Perubahan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat Pembina. Perubahan anggaran
dasar yang meliputi nama dan kegiatan yayasan harus mendapat persetujuan Menteri. Anggaran
Dasar yayasan dapat dirubah pada saat Yayasan dinyatakan dalam keadaan pailit, kecuali atas
persetujuan kurator.
Kedudukan yayasan sebagai badan hukum diperoleh bersamaan pada waktu berdirinya
yayasan itu. Adapun cara-cara untuk memperoleh status badan hukum dari suatu yayasan, harus
dipenuhi beberapa syarat yaitu:
7
a. Harus didirikan dengan akta notaris
b. Harus ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan orang yang mendirikan, dan
dimaksudkan untuk tujuan tertentu, dan yang mendirikan tidak boleh masih mempunyai
kekuasaan atas harta yang telah dipisahkan itu
c. Harus ada pengurus tersendiri
d. Harus ditunjuk atau disebut orang yang mendapat manfaat dari yayasan itu.
e. Tidak mempunyai anggota artinya bahwa dengan tidak adanya keanggotaan yayasan ini,
maka suatu yayasan tidaklah dapat diwariskan kepada ahli waris (baik oleh Badan pendiri
maupun oleh pengurus) sebab yayasan (termasuk segala harta yayasan) bukanlah
merupakan milik Badan Pendiri maupun pengurus secara pribadi/individu terpisah) dengan
sendirinya tidaklah dapat diwariskan kepada para ahli waris Badan Pendiri maupun ahli
waris Badan Pengurus.
8
6. Notaris mengajukan nama yayasan yang Anda usulkan ke Departmen Hukum dan HAM. Ini
butuh waktu dua minggu untuk mendapatkan konfirmasi apakah nama tersebut dapat
digunakan atau tidak. Bila keputusan ya, akte pendirian yayasan akan disahkan dihadapan
Notaris
7. Pendiri/pembina bersama-sama dengan ketua, sekretaris, bendahara dan pengawas
menandatangani AD dihadapan notaris.
8. Notaris akan mengajukan Anggaran Dasar ke Departemen Hukum dan HAM untuk
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.
1. Pembina
9
penyingkatan sesuai Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Kewenangan yang
besar tersebut sesuai ketentuan Pasal 28 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 berbunyi:
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. Kebutuhan mengenai perubahan anggaran dasar.
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas.
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan.
d. Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan.
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.
Dengan kewenangan tersebut di atas tampaknya seperti segalanya ditentukan dan diatur oleh
pembina. Namun jika dicermati ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun
2001 tersebut di atas, kewenangan tersebut hanya kewenangan yang tidak diserahkan kepada
pengurus atau pengawas. Sehingga disamping kewenangan pembina ternyata ada juga
kewenangan pengurus dan pengawas, jadi sesungguhnya pembina. mengangkat pengurus dan
pengawas, namun pembina tidak boleh mencampuri urusan pengurus dan pengawas, hal ini
dipertegas kembali dalam ketentuan Pasal 29 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang
berbunyi: “Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus dan atau anggota
pengawas. Demikian juga ketentuan Pasal 31 ayat 3 juncto Pasal 40 ayat (4)”.
Yang dapat dilakukan oleh pernbina adalah menilai tindakan pengurus dalam menjalankan
kegiatannya mengurus yayasan tanpa anggota tetapi yayasan mempunyai pengurus kekayaan dan
penyelenggaraan tujuannya.
Kewenangan yang diberikan kepada pembina adalah kewenangan yang besar, karena pada
umumnya pembina adalah pendiri yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina dapat
diangkat oleh rapat pembina jika dalam pembina tersebut dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi
untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, maupun pengangkatan sesuai Pasal 28 ayat (3)
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pembinaan bukanlah badan tertinggi dalam yayasan tidak seperti yang ditentukan RUPS
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi: “Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah orfan perseroan
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris.”
10
2. Pengurus
Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan kegiatan/ pengurusan yayasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Adapun
guna menjalankan kegiatan pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
Karena pengurus diberikan wewenang untuk menjalankan kegiatan yayasan, maka
pengurus bertanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan.
3. Pengawas
Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas untuk melaksanakan
pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan tentang
pengertian pengawas yayasan ini termuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pengawas di dalam menjalankan tugasnya wajib dengan itikad baik dengan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan seperti yang dimuat dalam Pasal 40 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pengadilan negeri adalah sebuah institusi resmi yang mempunyai kemampuan dalam
memberikan perlindungan hukum dan sekaligus memproses permasalahan hukum. Pengadilan
negeri adalah pihak yang mengesahkan berdirinya sebuah yayasan.
B. Notaris
Notaris adalah pejabat netral yang merupakan tanah dan saksi legal terhadap pendirian suatu
badan hukum. Notaris umumnya memberikan nasehat hukum dan berada dalam keadaan netral,
tidak memihak pada satu pihak.
C. Kejaksaan
Kejaksaan adalah suatu badan yang berwenang untuk menggugat bubar sebuah yayasan jika
terbukti yayasan tersebut tidak berjalan dengan baik dalam waktu tertentu. Kejaksaan ini bertugas
sebagai instansi penuntut kelayakan keberadaan yayasan. Dalam hal ini, kejaksaan bisa dikatakan
sebagai pengawas sebuah yayasan.
11
D. Akuntan publik
Akuntan publik adalah akuntan yang bukan merupakan bagian dari yayasan atau perusahaan
tertentu. Tugas akuntan publik adalah mengaudit laporan atau kondisi keuangan perusahaan.
Akuntan publik akan melakukan evaluasi dan pemeriksaan terhadap kondisi serta laporan
keuangan yang dilakukan yayasan. Hal ini merupakan salah satu syarat kelayakan sebuah yayasan.
Jika terjadi penyimpangan, maka akuntan publik dapat menyampaikan hal tersebut pada kejaksaan.
Selain pihak-pihak yang terkait dengan yayasan tersebut diatas, ada pihak lain yang
berkaitan dengan yayasan, yakni masyarakat yang ada di sekitar yayasan tersebut atau yang
menjadi sasaran kerja yayasan tersebut. Jika masyarakat menilai bahwa sebuah yayasan tidak dapat
memberikan kinerja yang baik, masyarakat dapat mengajukan gugatan dengan melaporkan hal
tersebut kepada kejaksaan. Selain itu masyarakat dapat memberikan hukuman sosial kepada
sebuah yayasan yang tidak melaksanakan fungsinya dengan baik yakni dengan tidak mau bekerja
sama dengan yayasan tersebut. Misalnya jika yayasan memiliki badan usaha pendidikan berupa
sekolah, masyarakat bisa tidak memasukkan anak-anaknya ke dalam sekolah tersebut jika sekolah
tersebut tidak bisa memberikan pelayanan pendidikan yang baik.
12
2) Penjelasan Pasal 3 ayat (1) sebagaimana tersebut dalamPenjelasan Pasal Demi Pasal UU Nomor
28 Tahun 2004 Tentang Perubahan UU Nomor 16 Tentang Yayasan menjelaskan sebagai
berikut: “Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Yayasan tidak
digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat melakukankegiatan usaha secara
langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha
laindimana Yayasan menyertakan kekayaannya”.
3) Dengan adanya ketentuan sebagaimana tersebut dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (1)di atas, dapat
disimpulkan bahwa, Organ Yayasan tidak diperbolehkan menjadikan Yayasan sebagai Wadah
Usaha dan Yayasan tidak boleh menjalankan kegiatanusaha secara langsung melainkan harus
melaluibadanusahayangdidirikannya atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan
menyertakan kekayaannya.
b) Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan mensyaratkan penyertaan kekayaan
Yayasan dalam bidang usaha yang bersifat Prospektif maksimal sebesar 25%.
c) Pasal 7 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan melarang organ-organ Yayasan
seperti : Anggota Pembina,Pengurus dan Pengawas yayasan merangkap sebagai Anggota Direksi
atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
d) Mengenai Kegiatan Usaha dari Badan Usaha yang didirikan Yayasan, Pasal 8 UU Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasanmenentukan dan memberikan batasan sebagai berikut : Kegiatan
usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud
dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau
peraturan perundang-undanganyang berlaku.”
Dalam yayasan terdapat suatu maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar.
Adapun manfaat dari suatu yayasan akan terlihat tergantung kepada bidang kegiatan yang
bersangkutan. Ada beberapa kategori bidang kegiatan yayasan yaitu :
1) Yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan, yang bertujuan ikut membantu Pemerintah
dalam menunjang kesejahteraan masyarakat dalam bidang usaha pelayanan medik (kesehatan).
3) Yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan, bertujuan ikut membantu Pemerintah
dalam menunjang kesejahteraan masyarakat terutama dalam melestarikan Kebudayaan
Bangsa.
13
4) Yayasan yang bergerak dalam bidang keagamaan, bertujuan ikut membantu Pemerintah dalam
menunjang kesejahteraan masyarakat, terutama dalam kehidupan beragama atau peribadatan.
5) Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, bertujuan ingin memebantu pemerintah dalam
menunjang kesejahteraan masyarakat, terutama berkaitan dengan masalah sosial seperti :
menyantuni anak yatim, fakir miskin.
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Yayasan
A. Kelebihan
B. Kelemahan
2. Keuntungan yang didapat hanya untuk menutup biaya yang digunakan yayasan
14
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan dan
keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari berbagai macam sumber. Yayasan ini
sifatnya tidak memiliki anggota. Menilik dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit atau
keuntungan. Yayasan selanjutnya memiliki kewenangan untuk mendirikan sebuah atau beberapa
buah badan usaha sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh yayasan. Berdasarkan hasil
penelitian maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. a. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang -Undang Nomor 28,
wewenang pengesahan Yayasan berada di tangan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Notaris wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia dalam jangka waktu 10 hari sejak Yayasan ditandatangani.
b. Sekalipun sudah ditentukan bahwa Yayasan tidak boleh memakai nama yang sama dengan
Yayasan lain (di seluruh Indonesia), hingga saat ini belum digunakan sistem pengecekan nama
yang baik seperti internet, melalui Sisminbakum dalam pengecekan nama Perseroan Terbatas.
Sehingga hal ini menyulitkan pendiri maupun Notaris untuk melakukan pemeriksaan pemakaian
nama yang pada gilirannya jika sudah digunakan dan ternyata sudah dipakai, maka harus dilakukan
perubahan Akta Pendirian Yayasan yang berakibat pada lamanya proses pengesahan dan tentu saja
penambahan biaya.
2. a. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang – Undang Nomor 28 tidak mengatur
tentang tanggung jawab Pendiri Yayasan, sebelum Yayasan didirikan.
b. Setelah Yayasan didirikan, jelas Pendiri menjadi hilang tidak ada Pendiri Yayasan dapat
menduduki jabatan sebagai Pembina. Namun pihak lainpun dapat menjadi Pembina sepanjang
memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
c. Tanggung jawab terhadap tindakan yang diambil Yayasan sebelum disahkan sebagai badan
hukum berada di tangan Pengurus. Karena semua tindakan yang dilakukan atas nama Yayasan
setelah Yayasan didirikan dilakukan oleh Pengurus.
15
3.2 Saran
a. Sebaiknya sebelum melakukan tanda tangan atau setidaknya– tidaknya pada saat tanda
tangan semua persyaratan sudah harus dipenuhi sehingga dalam waktu 10 (sepuluh) hari
sudah dapat diajukan permohonan pengesahannya oleh Notaris.
b. Sebaiknya Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengadakan proses pendaftaran
Yayasan seperti yang diterapkan pada Perseroan Terbatas melalui Sisminbakum sehingga
memudahkan proses pengecekan nama dan pemantauan dalam pengesahan Yayasan.
c. Karena tanggung jawab atas tindakan Yayasan sebelum disahkan sebagai badan hukum
maka segala tindakan Yayasan harus sepengetahuan dan seijin para Pendiri, serta para
Pendiri dan Pengurus memiliki kesatuan sikap dan pandangan demi kemajuan Yayasan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17