Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Analisis Laporan Keuangan kelas VII.A

Dosen Pengampu:

Mursidah S.E, M. SI, AK

Kelompok : 1

Anggota :Aldea Nisya (190420001)


:Nur Intan Safira (190420005)
:Maulina (190420010)
:Ismuhardi (190420014)
:Rahmat Haris (190420015)
:Fatmawati (190420172)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan makalh ini yang berjudul: “ANALISIS AKTIVITAS
INVESTASI”

  Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai pihak lain
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian


makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh
karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini dan juga dalam
penyelesaian tugas-tugas serta makalah berikutnya.

Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan analisis


aktivitas investasi, berharap dapat berguna dikemudian hari.

P
enulis

     Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Analisis ....................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGENALAN ASET LANCAR .......................................................................... 7
1.1 Kas Dan Setara Kas ........................................................................................... 7
1.2 Piutang ............................................................................................................... 8
1.3 Beban Dibayar Dimuka ...................................................................................... 11
B. PERSEDIAAN ......................................................................................................... 11
2.1 Akuntansi dan Valuansi Persediaan ................................................................... 11
2.2 Analisis Persediaan ............................................................................................ 14
C. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG ....................................................... 19
3.1 Akuntansi Aset Jangka Panjang ......................................................................... 20
3.2 Kapitalisasi Versus Pembenahan ....................................................................... 21
D. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM ...................................................... 22
4.1 Menilai Aset Tetap Dan Sumber Daya Alam .................................................... 22
4.2 Menganalisis Aset Tetap Dan Sumber Daya Alam ........................................... 26
E. ASET TAK BERWUJUD ........................................................................................ 28
5.1 Akuntansi Aset Tak Berwujud ........................................................................... 28
5.2 Analisis Aset Tak Berwujud .............................................................................. 29
5.3 Goodwill ............................................................................................................. 29
5.4 Aset Tak Berwujud tak Tercatat dan Kontinjensi .............................................. 29
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aset merupakan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh seseorang
atau suatu perusahaan yang dapat digunakan masa mendatang dan
merupakan hasil dari kejadian atau transaksi di masa lalu. Aset memiliki
sifat sebagai manfaat ekonomi (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomi(economic resources). Hal ini dikarenakan manfaat
ekonomi tidak membatasi bentuk ataupun jenis dari sumber ekonomi yang
dapat dikategorikan sebagai aset.
Aset dapat dibagi dalam dua jenis yaitu tangible ( berwujud) dan
intangible (tidak berwujud).Asset berwujud yaitu asset yang terlihat fisik
aslinya dan asset yang nilainya sesuai dengan wujudnya misalnya
bangunan, mesin yang harganya sesuai dengan ongkos pembuatannya
(walaupun tanah tidak ada ongkos pembuatannya namun tanah termasuk
asset berwujud).Asset tidak berwujud yaitu asset yang tidak terlihat fisik
aslinya dan asset yang nilainya tidak sebanding dengan wujud fisiknya
misalnya surat berharga saham yang wujud fisiknya hanya secarik kertas
yang ongkos pembuatannya relatif murah dan tidak sama dengan nilai atau
harga jika secarik kertas tersebut kita jual. 

B. Rumusan Masalah
Yang menjadi Rumusan Masalah pada “Analisis Aktivitas Investasi”,
yaitu :
1. Apakah yang di maksud dengan Aset LAncar ?
2. Apa sajakah yang termasuk dalam penilaian Persediaan ?
3. Bagaimanakah Pengenalan Aset Jangka Panjang ?
4. Apa sajakah yang termasuk didalam Aset Tetap dan Sumber Daya
Alam ?
5. Bagaimanakah Aset Tak Berwujud dalam aktivitas investasi ?
C. Tujuan Analisis
Tujuan analisis aktivitas investasi pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mendefinisikan Aset Lancar dan Relevansinya terhadap Analisis.
2. Menjelaskan manajemen Kas dan Implikasinya terhadap Analisis.
3. Menganalisis piutang, pentisishan piutang tak tertagih, dan sekuritasi
piutang.
4. Menginterpretasi dampak alternative metode persediaan dalam
berbagai kondisi usaha.
5. Menjelaskan konsep asset jangka panjang dan implikasinya terhadap
analisis.
6. Menginterpretasi penilaian dan alokasi biaya asset tetap dan sumber
daya alam.
7. Mendeskripsikan dan menganalisis asset tak berwujud dan
pengungkapannya.
8. Menganalisis laporan keuanagan untuk melihat asset yang tidak
tercatat dan aset kontijen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGENALAN ASET LANCAR

Asset lancar  merupakan sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang


langsung dapat diubah menjadi kas. Asset lancar adalah adalah asset yang
diharapkan akan dijual, ditagih atau digunakan selama satu tahun atau satu siklus
operasi, tergantung dari mana yang akan menjadi lebih panjang.

Selisish antara asset lancar dengan kewajiban  lancar disebut modal kerja.


Perusahaan memerlukan modal kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun
modal kerja mahal karena akan menggunakan investasi yang paling
mnguntungkan . banyak perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitas dan
arus kasnya dengan mengurangi investasi pada asset lancar melalui metode seperti
pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan yang efektif, serta persediaan tepat
waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai asset lancara mereka dengan
kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai usaha mengurangi modal kerja.

1.1 Kas Dan Setara Kas

Kas merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito
dana, money orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang sangat
lancar, investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir
jatuh tempo sehingga risiko perubahanj harga yang disebabakan pergerakan
tingkat bunga minimal.

Kosep likuidasi penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti


jumlah kas atau setra kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat
diperoleh dalam waktu singkat. Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan
pada neraca sangat beragam. Umumnya perusahaan dalam industry yang dinamis
membutuhkan likuiditas yang lebih tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau
untuk bereaksi terhadap perubahan yang cepat pada lingkungan yang kompetitif.
Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus
mempertimbangkan hal berikut :

1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan


dapat mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi
tersebut turun.
2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi
untuk mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan
hutang.

1.2 Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang
atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji
lisan untuk membayar yang perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit.
Wesel tagih mengacu pada janji tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan
ke dalam asset lancar jika diharapkan akan direalisasi atau ditagih dalam waktu
satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang lebih panjang.
a. Penilaian Piutang
Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi
asset dan arus laba yang saling terkait. Realitanya banyak perusahaan
yang tidak mampu menagih semua piutangnya. Kerugian piutang dapat
menjadi sangat berarti dan mengurangi asset lancar serta laba bersih
sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa
lalu kurang bisa memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita
gagal mencerminkan kondisi terkini.

b. Analisis Piutang

Kita harus waspada terhadap insentif manajemen dan auditor


dalam melaporkan laba dan asset. Dengan memperhatika hal tersebut,
terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis piutang.

Resiko kolektabilitas. Manajemen sering kali lebih mementingkan


pengalaman masa lalu karena kondisi ekonomi sulit diprediksi. Analisis
harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan dengan rumus
untuk menghitung penyisishan piutang tak tertagih sangat mudah dan
praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang
menghasilkan kesalahan. Informasi yang berguna harus diperolaeh dari
sumber atau perusahaan lain. alat analisis untuk memeriksa kolektabilitas
mencangkup:

1. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan


pesaing dengan perusahaan yang sedang dianalisis. 
2. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang
terkosentrasi pada satu atau sedikit pelanggan.
3. Menghitung menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang
disbanding dengan syarat kredit pelanggan untuk industry yang
bersangkutan.
4. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang
atau wesel tagih masa lalu.

Analisis posisis keuangan terkini  dan kemampuan perusahaan


memenuhi utang lancar yag tercermnin dalam pengukuran seperti rasio
lancar juga harus mengakui pentingnya siklus operasi untuk
mengklasifikasi piutang lancar. Siklus operasi dapat menghasilkan
piutang cicilan nyang belum dapat tertagih selama beberapa tahun dapat
dilaporkan sebagai asset lancar. Analisis asset lancer dan kaitanya
dengan kewajiban lancer harus diakui  dan disesuaikan dengan risiko
waktu ini.

Keaslian piutang. Pemahaman mengenai praktik industry dan


sumber informasi tambahan digunakan untuk menambah keyakinan.
Pelanggan pada industry tertentu mengembaikan hak untuk
mengembakikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak
pengembalian  tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat
menurunkan kualitas piutang.
Skuritas piutang. Salah satu masalah analisis penting adalah saat
perusahaan menjual semua atau again piutanganya pada pihak ketiga
yang disebut anjak piutang atau skuritisasi, piutang dapat dijual dengan
ataupun tanpa recourse pada pembeli jaminan kolektabilitas.

Skuritas piutang sering kali dilakukan dengan menciptakan entitas


bertujuan kusus seperti perwalian pembelian piutang dari perusahaan dan
mendanai pembelian ini melalui penjualan obligasi ke pasar.

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi


dengan penyisihan piutang tidak tertagih, yang diestimasi berdasarkan
penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang. Piutang dihapuskan pada
saat piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih.

Terdiri dari piutang usaha : pihak ketiga dan pihak hubungan


istimewa, piutang lainnya yang terdiri dari pihak ketiga dan pihak
hubungan istimewa.

Analisis umur piutang :

Lancar                                Rp374,413

Jatuh tempo:                      

1 - 30 hari                         46,975

31 - 60 hari                         2,471

61 - 90 hari                         1,833 

> 90 hari                            4,339

Jumlah                    Rp 430,031

Dikurangi:

Penyisihan P.T.T                 (554)

Bersih                            Rp429,477
Mutasi penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebagai, berikut:

Saldo pada awal tahun            8,752

Penambahan penyisihan         6,405

Tahun berjalan

Penghapusan                        (14,603)

Saldo pada akhir tahun              554

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-


masing pelanggan pada akhir tahun, manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan
piutang tidak tertagih tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas
tidak tertagihnya piutang usaha di kemudian hari.

1.3 Beban Dibayar Dimuka

Beban dibayar dimuka merupakan  pembayaran dimuka atas barang atau


jasa yang belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset
lancar karena mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan
penggunaan asset lancar lain.

B. PERSEDIAAN
2.1 Akuntansi Dan Valuasi Persediaan

Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal


perusahaan. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan
disebabakan oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode
persediaan digunakan untukm mengalokasikan biaya barag tersedia untuk dijual
pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir.

Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan.


Untuk perusahaan: (persediaan awal + pembelian bersih – harga pokok penjualan
= persediaan akhir). Persamaan ini menekankan arus biaya dalam perusahaan.
Arus ini secara alternative dapat dinyatakan pada grafik sebelah kiri.
Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual,
biaya ini dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai
harga pokok penjualan. Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada
waktu bersamaan, melainkan dapat dicatat pada neraca sebagai beban masa depan,
atau diakui saat ini pada lapiran laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan
pendapatan  penjualan.

Konsep penting akuntansi persediaa adalah arus biaya. Jika seluruh


persediaan diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya
pembelian barang. Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi,
penting untuk menentukan persediaan mana yang telah terjual dan iaya mana yang
tersdia pada neraca.

Arus Biaya Persediaan:

Untuk memberikan ilustrasi asumsi arus biaya yang tersedia, misalanya


catatan persediaan suatu persahaan sebgai berikut:

Persediaan tanggal 1 januari, 2009 40 unit @$500 = $20.000

Persediaan dibeli sepanjang tahun 60 unit @$600 = $36.000

Harga pokok barang tersedia untuk dijual 100 unit $56.000

Selanjutnya, jika sepanjang tahun terjual 30 unit seharga $800 dan


menghasilkan pendapatan penjualan sebesar $24.000. GAAP memeberikan  tiga
pilihan bagi perusahaan untuk menentukan biaya mana yang akan dikaitkan
dengan poen jualan:

First- in, firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli


pertama merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah laba kotor perusahaan
jika menggnakan FIFO:                           

Penjualan $24.000

HPP (30@$500) $15.000

Laba  kotor                              $ 9.000
Oleh karena biaya persediaan sebesar $15.000 telah dipindahkan dari
neraca, biaya persediaan yang dilaporkan pada neraca akhir periode adalah
$41.000.

Last-in, first-out (LIFO), metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli


terakhir merupaka yang pertama dijual. Sehingga laba kotornya adalah sebgai
berikut:

Penjualan $24.000

Harga Pokok Penjualan (30@$600) $18.000

Laba kotor $6.000

Oleh karena biaya persdiaan sebesar $18.000 telah dipindahkan dari


neraca dan tercemin pada HPP, biaya yang tersisa pada neraca sebesar $38.000
dilaporkan sebgai persediaan.

Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit dijual tanoa


memperhatikan uutan pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir
seagai rata-rata tertimbang sedrrhana sebgai berikut:

Penjualan                                        $24.000

HPP (30@$560) $16.800                                     


Laba kotor $ 7.200

HPP dihitung dengan menggunakan rat-rata tertimbang dari biaya barang


tersedia untuk dijual total dibagi dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual
($56.000/100=$560). Persediaan akhir dilaporkan pada neraca adalah $39.200.

2.2 Analisis Persediaan

a. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas

Ringkasan hasil perhitungan dengan tiga alternative metode diatas adalah :


Harga
Persediaan Persediaan
Metode Pembelian Pokok
Awal Akhir
Penjualan
FIFO $20.000 $36.000 $42.000 $15.000
LIFO $20.000 $36.000 $38.000 $18.000
Average
$20.000 $36.000 $30.200 $16.800
Cost

Laporan laba rugi berdasarkan ketiga metode berikut adalah:

Harga Pokok
Metode Penjualan Laba kotor
Penjualan
FIFO $24.000 $15.000 $9.000
LIFO $24.000 $18.000 $6.000
Average Cost $24.000 $16.800 $7.200

Kesimpulan : laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan


biaya perusahaan.
Pada periode dimana harga meningkat, FIFO memberikan laba kotor yang
lebih tinggi disbanding LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan
dengan pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. Hal ini sering
dinyatakan segai keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor
sebenarnya  merupakan penjumlahan dari laba ekonomi dan laba kepemilikan.

Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisish
antar harga juala dsan biaya penggantian persdiaan seperti dibawah ini:
Laba ekonomi = 30 unit X ($800-$600) = $6.000

Laba kepemilikan merupakan  kenaikan biaya penggantian karena


persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikalikan dengan
selisish biaya penggntian terkini dengan biaya perolehan awal, seperti dibawah
ini:
Laba kepemilikan = 30 unit x ($600-$500) = $3.000

Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar $3.000 terkait dengan keuntungan
inflasi yang diperoleh perusahaandari pembelian persdiaan masa lalu.
Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perpuratan persediaan – berapa
lama persediaan tersimpan- dan tingkat inflasi. Salah satu masalah serius adalah
bahwa keuntungan ini telah hilang selama beberapa decade terakhir karena inflasi
yang lebih rendah dan pengawasan manajemen atas kuantitas persediaan melalui
proses manufaktur yang lebih baik, serta pengendalis persdiaan yang lebih
baik.pada negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi disbanding Amerika Serikat,
keuntungan kepemilikan FIFO masih menjadi masalah.

b. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Neraca

Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum


melikuidasi laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhitr pada
harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga,
neraca perusahan yang menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan
investasi lancaryang dimiliki perusahaan dalam persediaan.

c. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas

Peningkatan laba ktor dengan metod FIFO juga menyebabkan laba


sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih
tinggi. Pada periode ini di mana harga meningkat, perusahaan dapat terjebak pada
penguranagan arus kas karena membeyar pajak yang lebih tinggi dan perlu
mengganti persediaan yang terjuala pada biaya penggantianyang lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya pembelian awal.

Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan kewajiban


pajak pada periode harga meningkat. Namun IRS mengharuskan bahwa perushaan
yang menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus menggunakan metode ini
untuk laporan keuangan. Ini merupakan aturan ketaan LIFO (LIFO conformity
rule).
Perusahaan yang menggunakan biaya persediaan LIFO diharuskan untuk
mengungkapkan jumlah yang akan dilaporkan jika perusahaan menggunakan
metode FIFO. Selisish anatar kdua metode ini dinamankan cadangan LIFO. Hal
ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah yang akan memengaruhi arus kas
kumulatif maupun periode berjalan karena penggunaan LIFO.

d. Masalah Penilaian Persediaan Lainnya

Likuidasi LIFO. Perusahaan diwajibkan mencatat setiap tingkat biaya


sebagai kelompok npersediaan terpisah. Untuk biaya persediaan LIFO, persediaan
akhir diloaporkan pada biaya pembelian terdahilu yang dapat lebih rendah atau
lebih tinggi secara signifikandari buaya saat ini. Pada periode harga meningkat
pengurangan  kuantitas masalah disebut sebagai likuidasi LIFO menghasilkan
peningkqatan pada laba kotor seperti penggunaan pada biaya persediaan
FIFObegitu juga sebaliknya. Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat pada catatan
kaki persediaan laporan tahunan. Perusahaan mengindikasikan bahwa
pengurangan kuantitas persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat
dengan biaya masa lalu yang berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi
LIFO harus hati-hati terhadap dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.

Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari LIFO ke FIFO. Metode


LIFO merupakan metide yang diharapkan oleh penganalisis, karena laporan laba
rugi tidak membutuhkan penyesuaian besar disebabakan harga pokok penjualan
telah mendekati biaya terkini. Namun metode ini menyebabkan persediaan neraca
tidak mencerminkan harga saat ini-sering kali dinyatakan lebih rendah. Hal ini
dapat mengurangi kegunaan berbagai pengukuran seperti rasio lancar atau rasio
perputaran persediaan. Hal ini menyebabakan kemampuan perusahaan dalam
memebayar utang terlalau rendah, perputara persediaan terlalau tinggi. Untuk
mengatasinya, dapat menggunakan teknik analisis untuk menyesuaikan LIFO agar
lebih mendekati situasi performa dengan mengasumsikan FIFO.

Penyesuaian neraca dimungkinkan jika perusahaan mengungkapakan


selisish lebih biaya kini atas persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau
cadanagn LIFO. Maka diperlukan tiga penyesuain berikut :
1. Persediaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadangan
LIFO
2. Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X
tariff pajak)
3. Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif
pajak)

Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih kecil pada laba FIFO.
Namun, dampak bersih dari penyajian kembali pada tahun manapun tegantung
oada dampak kombinasi dari perubahan persediaan awal dan akhir serta factor lain
termasuk likuidasi lapisan LIFO.

Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke


LIFO.  Penyesuaian ini membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan
kesalahan. Laba LIFO mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat
manfaat untuk menghitung persediaan awal (PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini
persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan:
HPPLIFO  = HPPFIFO + (PAFIFO x r), dengan r sebagai tingkat inflasi.

Perhatikan bahwa r, bukan m,erupakan tingkat inflasi umum seperti IHK


atau IHP. Indeks ini merupakan inflasi yang terkait dengan lini persediaan tertentu
yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan memiliki beberapa lini produk, indeks
prodeuksinya harus diestimasi secara terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi
pada umumnya seperti CPI tau IHP, dan dimaksud adalah indeks inflasi
sehubungan dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan.Dalam hal
ini perusahaan mempunyai berapa lini produk, secara teori, tiap lini tersebutharus
diestimasi secara terpisah.
Estimasi r dapat menggunakan angka yang dikeluarkan opelh departemen
perdagangan untuk industriu kusus perusahaan. Selain itu jika perusahaan
menjalankan usaha erdasarkan komuditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa
komponen biaya biaya persediaan lain berubah secara proporsional terhadap
bahan bakunya. Analisis juga dapat menggunakan tingkat inflsi perusahaan
pesaing. Jika perusahaan dengan lini produk serupa menggunakan biaya
persediaan LIFO, tingkat inflasi dapat diestimasi sebesar peningkatan cadangan
LIFO : persediaan perusahaan pesaing erdasarkan FIFO pada akhir periode lalu
sebagai berikut :
R =        perubahan cadangan LIFO
Persediaan FIFO dari akhir periode lalu  

e. Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan


Produksi
Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen :
1. Bahan baku atau bahan mentah – biaya dari bahan dasar yang digunakan
untuk membuat produk.
2. Tenaga kerja – biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
produk jadi.
3. Overhead – biaya tidak langsung pada prises manufaktur.

Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan


paling sulit diukur untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada
seluruh hasil produksi. Analisi biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya
overheadbukan merupakan ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang
digunakan. Jika peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir
meningkat, lebih banyak viaya overhead yang tinggal dineraca dan profitabilitas
meningkat. Kemudian saat kuantitas persediaan menurun, laporan laba rugi tidak
hanya terbebano niaya overhead periode berjalan tetapi juga biaya overhead
perode sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan, karenanaya laba
menjadi turun. Oleh karena itu analisi harus waspada terhadap dampak perubahan
tingkat prduksi terhadap laba yang dilaporkan

f. Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi adalah menilai


pada biaya perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower
of cost or market- LOCOM). Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai
biaya penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu,
nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai
realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. Batas atas nilai
pasar, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya oenyelesaian dan
penyerahan yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan
bahwa jika nilai persediaan  diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi nilai
pasar, angka penurunan yang terjadi telah mencakuo realisasi laba kotor normal
atas penjualan ayng akan dilakukan.

Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung


dengan salah satu dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau
Biaya Rata-rata. Analisis persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan
LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu
rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan
menekan rasio lancar. Dalam praktik, beberapa perusahaan dengan sukarela
mengungkapkan biaya persediaan terkini, biasanya pada catatan.

C. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG

Aset jangka panjang metupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan


penghasilan operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode.
Asset jangka panjang yang paling umum adalah asset tetap berwujudseperti
bangunan, pabrik dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak
berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright, dan goodwill.

3.1 Akuntansi Aset Jangka Panjang

a. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai

Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah,


diantaranya kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization)
merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi
manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode di masa
depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun asset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset)
secara periodic sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses
alokasi ini dinamakna penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset
tak berwujud, dan deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment)
merupakan proses penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak
lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yan masih tercatat pada neraca.
Kapitalisasi Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi.
Kapitalisasi berarti menempatkan aset di neraca, bukan membebankan biayanya
dilaporan laba rugi. Untuk aset berwujud (hard asset) seperti Plant Property and
Equiptment (PPE), aset dicatat sesuai nilai perolehan. Sedangkan untuk aset tak
berwujud (soft asset) seperti litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi lebih
bermasalah. Semua aset ini tidak menghasilkan keuntugan di masa depan,
meskipun dapat ditempakan sebagai aset. Konsekuensinya, biaya aset tidak
berwujud segera dibiayakan dan tidak dicatat pada neraca.
Alokasi merupakan pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang
periode manfaat yang diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan
(depreciation) jika terkait dengan aset tetap, amortisasi (amortization) jika
digunakan untuk aset tak berwujud, dan deplesi (depletion) untuk sumber daya
alam, ketiga istilah tersebut mengacu pada alokasi. Alokasi biaya meruoakan
proses untuk mengaitkan biaya aset dengan manfaatnya dan bukan merupakan
proses valuasi. Nilai tercatat aset (niali kapitalisasi dikurangi alokasi biaya
kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai wajar.
Tiga faktor ayng menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat,
nilai sisa, dan metode alokasi.
Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak
didiskonto) lebih kecil disbanding dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi
akumulasi penyusutan), aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar
nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk
mengurangi nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar
jumlah yang sama.
Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu.
a.  Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset
dapat diturunkan namun tidak dapat dinaikkan
b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang
mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan
kegunaan nilai aset pada neraca.

3.2 Kapitalisasi Versus Pembebanan

1. Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio.


Kapitalisasi merupakan bagian penting dari akuntansi modern.
Kapitalisasi mempengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya.
Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus
kas sebagai pengukuran kinerja keuangan.

2. Dampak Kapitalisai terhadap Laba


Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi
menangguhkan pengakuan biaya. Sehingga menghasilkan laba yang lebih
tinggi selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada periode
berikutnya jika dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua,
kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba.

3. Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi


Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio
tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset
menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan
fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi laba diperbesar dengan
digunakannya basis investasi, ayng mengarah pada rasio tingkat
pemgembalian yang lebih berfliktuasi dan kurang bermanfaat.
Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena
laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada
tahun-tahun berikutnya.
4. Dampak Kapitalisasi  terhadap Rasio  Solvabilitas
Biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang
terhadap ekuitasmencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari
kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung
menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk perusahaan yang
memiliki aset produktif.

5. Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi


Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan
sebagai arus kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset
dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan
menyatakan arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar
investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan degngan
kapitalisasui biaya.

D. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM

Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud
tak lancar yang digunakan dalam proses menafkur, penjualan, atau jasa untuk
menhasilkan pendapat dan arus kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena
itu, aset ini memiliki periode manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang
meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam
aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau
potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya
merupakan aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan  biaya real estat:
pabrik mengacu pada bangunan dan struktur operasi: dan peralatan mengacu pada
mesin yang digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga
aset produktif, aset model, dan aset tetap.

4.1 Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Bagian ini mendiskripsikan penilaian aset dan sumber daya alam.


a. Menilai Properti, Pabrik, dan Peraalatan
Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut
berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan
jasa seperti baiya angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan (set up).
Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset.
Alasan digunakan biaya historis terutama sehubungan dengan
objektivitasnya. Penilaian aset tetap dengan biaya historis, jika
diterapkan secara konsisten, biasanya tidak menghasilkan distorsi yang
serius. Bagian ini akan mempertimbangkan beberapa masalah khisus
yang akan terjadi saat menilai aset.

b. Menilai Sumber Daya Alam


Sumber daya alam yang digunakan disebut aset yang dihabiskan
(wasting asset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi
sumber daya alam.Juga sering kali terdapat biaya cukup tinggi untuk
menemukan sumber daya yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini
langsung dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan,
dikonsumsi, atau dijual. Perusahaan biasanya mengalikasikan biaya
sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadang yang tersedia.

c. Penyusutan
Prinsip dasar penyusutan laba adalah , laba yang mendapatkan
manfaat dari penggunaan aset jangka panjang, harus menanggung bagian
proporsional dan biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alikasi biaya
bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa
manfaatnya.
Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atau nenan
non kas, penyusutan tidak menghasilkan dana bagi penggantian aset. Hal
ini merupakan kesalahan konseo yang umum terjadi. Pendanaan dari
biaya modal dicapai melalui kegiatan arus kas operasi maupun
pendanaan.
1. Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan tergantung pada dua faktor , masa
manfaat dan metode alokasi.
Umur masa manfaat. Kerusakan fisik merupakan faktor
penting yang membatasi masa manfaat, dan hamper seluruh
aset mengalaminya. Frekuensi dan kualitas pemeliharaan
mempengaruhi kerusakan fisik. Pemeliharaan dapat
memperpanjang masa manfaat namun tidak bisa membuat
masa manfaat menjadi takterbatas. Faktor pembatas lainnya
adalah keusangan, yang mengurangi masa manfaat melalui
perkembangan teknologi, pola konsumsi dan kekuatan
ekonomi. Keusangan bisa terjadi jika perkembangan teknologi
membuat aset menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis
sebelum masa manfaatnya habis.
Metode Alokasi. Keragaman penyusutan secara signifikan
disebabkan oleh metode yang dipilih. Kita akan melihat ada
dua jenis metode yang biasa digunakan, garis lurus dan
dipercepat.
1. Garis Lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight
line) mengalokasikan biaya aset pada masa manfaat
berdasarkan beban periodic yang sama. Bangunan
dibandingakan untuk mesin dimana penggunanya
merupakan faktor yang lebih penting. Penentu
penyusutan lain, keusangan, tidak selalu terjadi
seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak adanya
informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin,
metode garis lurus memiliki keunggulan karena
sederhana. Karakteristik ini, memungkinkan yang
menjadikan metode ini popular, diandingkan
karakteristik lainnya.
Analisis kita harus mewaspadai kelemahan
konseptual penyusutan garis lurus. Penyusutan garis
lurus secara implist mengasumsikan bahwa penyusutan
pada tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya
saat mungkin aset telah kurang efisien dan
membutuhkan pemeliharaan yang lebih
tinggi.Penyusutan garis lurus menghasilkan bias yang
makin besar pada pola tingkat pengambilan aset
sepanjang waktu.
Meskipun biaya pemeliharaan dapat menurunkan
laba sebeum penyusutan, biaya ini tidak menghilangkan
dampak meningkatnya pengembalian seiring waktu.
Tentunya, peningkatan aset yang sudah tua tidak
tercermin pada sebagian besar perusahaan.
2. Dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat
(acceleranted) mengalokasikan biaya aset sepanjang
masa manfaat dengan pola yang semakin menurun.
Penggunaan metode ini didukung oleh penerimaan dan
interval Revenue Code. Daya penarik metode ini untuk
tujuan pajak adalah percepatan alokasi biaya dan
berikut penangguhan laba kena pajak. Semakin cepat
aset dihapuskan untuk tujuan pajak semakin besar
penangguhan  pajak untuk masa depan, dan semakin
banyak dana yang tersedia lagsung untuk operasi.
Konsep yang mendukung metode dipercepat adalah
padangan bahw beban penyusutan yang semakin kecil
sepanjang waktu merupakan kompensasi atas (1)
peningkatan biaya perbaikan dan perawatan, (2)
penurunan pendapatan dan efisiensi operasi, serta (3)
peningkatan ketidakpastian pendapatan atas aset
berumur di masa depan (karena keusangannya).
3. Khusus. Metode penyusutan khusus ditentukan pada
industrui tertentu seperti baja dan mesin berat.
Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban
penyusutan pada aktivitas penggunaan asset. Jika
metode  aktivitas atau yang biasa juga disebut sebagai
metode unit produksi dietapkan, perlu menelaah
estimasi masa manfaat secara periodic.

2. Deplesi

Deplesi merupakan alokasi biaya sumber daya


alam  berdasarkan tingkat pemungutan. Deplesiasi tergantung pada
produksi, menghasilkan lebih banyak produksi  berarti
mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.

3. Penurunan Nilai
Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama
masa manfaat berdasarkan prinsip alokasi dengan tujuan penentuan
laba. Nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan tidak dirancang
untyuk merefleksikan nilai sekarang dari asset.  Meskipun dengan
konservativ, akuntansi seringkali melakukan refleksi nilai, dengan
menurunkan nilai pada neraca (write down) untuk merefleksikan
nilai saat ini. saat Ini akuntansi tidak memperbolehkan menuliskan
nilai asset untuk merefleksikan nilai pasar.

4.2 Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber Daya Alam

Valuasi asset tetap dan sumberdaya alam menekankan objektivitas biaya


historis. Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga
biaya ini tidak dapat dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan,
dan tidak terlalu bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam
menilai kegunaan alternative dana. Dalam periode tingkat dana meningkat, biaya
histori mencerminkan daya beli yang bebeda.

Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan
dalam akuntansi. Namun, konservatismen mengizinkan adanya oenghapusan nilai
karena penurunan nilai yang permanen. Penurunana nilai menghilangkan beban
yang terkait dengan aktivitas operasi  pada periode masa depan.
Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang
merupakan penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil
yang dilaporkan. Jika taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat
asset, maka  nilai asset diturunkan. Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai
selisish nilai tercatat asset dengn nilai wajarnya.

a. Menganalisis Penyusutan Dan Deplesi


Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang
pada aktivitas operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi
masa manfaat asset.
Biasanya tidk adan pengungkapan mengenai hungun antar tingkat
penyusutan dan ukuran kelompok asset, maupun antara tingkat tersebut dan
metode akuntansi. Tantangan lain bagi analisis ini berasal dari perbedaan
metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan keuangan dan tujuan pajak.
Tiga kemungkinan yang umum adalah:
1.  Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan
pajak
2.  Penggunaan garis lurus untuk lapiran keuangan dan metode dipercepat
untuk pajak. Dampak pajak menguntungkan berasal dari penangguhan
pembayaran pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis.           
3.  Penggunaan metode dipercepat  baik untuk pelaporan keuangan maupun
tujuan pajak. Hal ini mengakibatkan penyusustan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal, yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun bagi
perusahaan yang sedang ekspansi.
Meskipun terdapat kelemanahan, informasi penyusustan tidak boleh
diabaikan.  Kesalahan konsep lain dalam penyerdehanaan arus kas adalah bahwa
penyusutan hanya meruoakan beban tata buku dan berbed dari beban lain seperti
tenaga kerja dan bahan baku, oleh karena itu, boleh dikeluarkan dan dianggap
tidak sepenting beban lainnya.
Menganalisa penyusustan memebutuhkan evaluasi kelayakan.  Evaluasi ini
dapat menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau
penyusustan terhadap faktir yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat
beberapa pengukuran yang terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk
membandingkan kebijakan penyusustan antar periode dan antar perusahaan
diantaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan umur sisa rata-rata.
Pengukuran tersebut memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan
yang menggunakan oenyusustan garis lurus tetapi tidak terlalau bermanfaat bagi
perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering
digunakan dalam analisis ini adalah :
Rata-rata jangkauan waktu total = umur rata-rata + umur sisa rata-rata

Tiap pengukuran dapat memebantu menilai kebijakan dan keputusan


penyusustan sepanjang waktu. Umur rata-rata bagunan dan perlengkapan berguna
untuk mengevaluasi bebrapa factor seperti margin laba dan persyaratan pendanaan
masa depan.

b. Analisis Penurunan Nilai


Tiga masalah analis yang timbul dari penurunan nilai adalah evaluasi
kelayakan jumlah penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan
analisis efek penurunan nilai terhadap laba.
Evaluasi waktu penurunan asset juga cukup penting dan merupaka tugas
analis tersulit. Pertama perlu melakukan identifikasi asset yang diklasifikasikan
akan turun, kemudian mengukur presentase asset yang dihapus dan evaluasi
apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk kelas asset yang bersangkutan.
Jika penghapusa terjadi, akibat kelemahan industry secara keseluruhan  maka
nakan sengan bermanfaat apabila membandingkan prosentase penghapusan yang
dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain di dalam industri yang sama.

E. ASET TAK BERWUJUD

Asset tidak berwujud merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan


atau pengendalian.. Dengan karakteristik umum tingginya ketidak pastian masa
manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak
dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak
terhingga, dan mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang
kompetitif.
Terdapat berbedaan penting antar akuntansi asset berwujid dan tak
berwujud. Jika perusahaan menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk
menciptakan asset berwujud, perusahaan akan mengkapitalisasi biaya dan
menyusutkannya sepanjang masa manfaat. Sebaliknya jika perusahaan
menghabisankan uang untuk mengiklankan suatu produk atau melatih agen
penjualan  perusahaan tidak dapat menkapitalisasi biaya ini meskipun terdapat
manfaat masa depan.

5.1 Akuntansi Aset Tak Berwujud


1. Asset tak berwujud yang dapat diidentifiksikan 
Merupakan asset tak berwujud yang dapat diindenifikasi terpisah
dan dikaitkan dengan hak   tertentu atau keistimewaaan selama periode
manfaat yang terbatas.
2. Asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan 
Merupakan asset yang dapat dikembangkan secara internal atau
dibelinamun tidak dapat diidentifikasikan dan sering kali memiliki
masa manfaat yang tak terhingga. Misalnya good will, perusahaan
harus membebankan biaya pengembangan, pemeliharaan dan
pemulihan asset tak berwujud saat terjadnya, kecuali goodwill.

5.2 Analisis Aset Tak Berwujud


Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat
diidentifikasi, biaya tersebut selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode
masa manfaat asset. Jangka masa manfaat tergantung pada dari jenis, kondisi
permintaan, situasi kompetitif, hokum, kontrak, aturan atau batasan ekonomis
lainnya. Misalnya, hak paten merupakan hak eksekutif yang diberikan pemerintah
kepada investor selama periode tertentu.
5.3 Goodwill ( Menganalisis Aset Tak Berwujud )

Analisis sering kali mencurigai asset tak berwujud saat menilai laporan
keuangan. Asset tak berwujud sering kali merupakan salah satu asset berharga
yang dimiliki perusahaan dan sering kali terjadi kesa;ahan penilaian yang serius.
Misalnya, good will dicatat hanya oada saat akuisisi, sebagian besar good
will mungkin terdapat pada neraca. Namun, sering kali good will tercermin dalam
kelebihan laba. Jika kelebihan laba tidak terbukti, maka good will aik dibeli
maupun tidak, hanyalah bernilai kecil atau bahkan tidak bernilai.
Dalam menganalisis asset tidak berwujud, diperlukan suatu estimasi
sendiri mengenai penilaian asset. Analisis juga harus waspada terhadap
komposisi, penilaian, dan di posisi good will.Good will dihapus jika klebihan laba
mendasari eksistensinya tidak ada lagi.

5.4 Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan Kontijensi

Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah good will yang


diciptakan secara internal. Pengeluaran untuk menciptakan good will sering kali
diebankan saat terjadinya. Jika good will diciptakan dan dapat dijual dan
menghasilkan laba yang lebih besar, laba saat ini terlalu rendah karena
pembebanan penegmbangan.
Salah satu asset tak tercatat  yang terkait dengan pembebanan yang terkait
dengan elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televises yang
dicatat sebesar biaya tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang
bernilai jutaan.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas setara


kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat dimasa yang akan datang berupa perolehan dan pelepasan investasi
baik jangka pendek (yang tidak termasuk dalam setara kas) maupun jangka
panjang (asset tetap, serta asset lainnya).

Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:

1. Penjualan asset tetap


2. Penjualan asset lainnya
3. Pencairan dana cadangan
4. Penerimaan dari divestasi
5. Penjualan investasi dalam bentuk sekuritas

Arus keluar kas dari aktivitas investasi:

1. Perolehan asset tetap


2. Perolehan asset lainnya
3. Pembentukan dana cadangan
4. Penyertaan modal pemerintah
5. Pembelian investasi dalam bentuk sekuritas
DAFTAR PUSTAKA

Subramanyam K.R dan Wild, J.J; 2010, Analisi Laporan Keuangan Jilid 1.


Jakarta: Salemba Empat

https://peraturan.bpk.go.id

https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-malang/
akuntan/analisis-aktivitas-investasi/12420317

https://www.academia.edu/9645635/ANALISIS_AKTIVITAS_INVESTASI

Anda mungkin juga menyukai