Anda di halaman 1dari 57

1

PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG, ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)


DAN CASH RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Pada Perusahaan Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di


Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020)

Proposal Penelitian

Oleh:

Saangu
NIM 181811610

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sembilanbelas November Kolaka
Kolaka
2022
2
3

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN


Judul : Pengaruh Kebijakan Hutang, Economic Value Added (EVA) dan
Cash Ratio Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2020)

Nama : Saangu
NIM : 181811610
Prodi : Akuntansi

Telah diperiksa dan di setujui untuk di pertahankan di hadapan Komisi Penguji

Pembimbing I

Sabarudin, S.E., M.M., Ak


NIDN 0629038801

Pembimbing II

Arnadi Chairunnas, S.E., M.Acc., Ak., CA


NIDN 0911019102

ii
4

DAFTAR ISI
Cover .. ................................................................................. i
Halaman Pengesahan. .......................................................... ii
Daftar Isi. .............................................................................. iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang . ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. ....................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian. ........................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian. ...................................................... 7

Bab II Kajian Pustaka


2.1 Hutang. ....................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Hutang .......................................... 11
2.1.2 Jenis-jenis Hutang. .......................................... 12
2.1.3 Kebijakan Hutang. .......................................... 14
2.1.4 Indikator Kebijakan Hutang. ........................... 18
2.2 Economic Value Added (EVA). .................................. 19
2.3 Cash Ratio (CR). ......................................................... 22
2.3.1 Pengertian Cash Ratio (CR) . ........................... 23
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi CR. ........... 24
2.3.3 Pengukuran Cash Ratio (CR). .......................... 25
2.4 Dividen. ....................................................................... 27
2.4.1 Pengertian Dividen. ........................................... 27
2.4.2 Jenis-jenis Dividen. ........................................... 28
2.4.3 Kebijakan Dividen. ........................................... 29
2.4.4 Indikator Kebijakan Dividen............................. 31
2.5 Penelitian Terdahulu. ................................................... 33
2.6 Kerangka Pikir. ............................................................ 36
2.7 Hipotesis Penelitian...................................................... 36

iii
5

Bab III Metodologi Penelitian


3.1 Rancangan Penelitian. .................................................. 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian. ...................................... 38
3.3 Jenis dan Sumber Data. ................................................ 38
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian. .................................. 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data. .......................................... 40
3.6 Variabel dan Definisi Operasional. .............................. 40
3.7 Teknik Analisis Data. ................................................... 43
3.8 Uji Hipotesis................................................................. 46

Daftar Pustaka

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan laporan yang menyajikan kondisi finansial

suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Setiap akun yang disajikan pada

laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam proses evaluasi suatu perusahaan

sehingga dalam proses penyajian akun-akun tidak dapat diabaikan siklus

pembuatannya. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) laporan keuangan yang

lengkap meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan posisi keuangan,

serta Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang tidak dapat dipisahkan

dari laporan keuangan.

Menurut (Libby, Robert, Libby, Patricia A, and Short 2007) laporan laba

rugi merupakan laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja operasional dalam

satu periode akuntansi tertentu, penyusunan laporan keuangan laba rugi bermanfaat

untuk dapat mengevaluasi hasil kinerja suatu entitas dimasa lalu, dan digunakan

sebagai basis untuk mempertimbangkan kinerja entitas dimasa mendatang, serta

mampu menilai risiko pencapaian arus kas dimasa mendatang.

Kemudian laporan keuangan Neraca didefinisikan oleh (Skousen 2007)

yakni suatu laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan

yakni aktiva, kewajiban (utang) serta klaim kepemilkan terhadap sumber daya

yakni ekuitas pemilik. Pada laporan keuangan neraca pada sisi kiri disajikan jenis-

jenis aktiva (assets) dari suatu entitas, sedangkan pada sisi kanan disajikan

kewajiban beserta modal yang dimiliki suatu perusahaan. Kemudian Menurut


2

(Kasmir 2016) laporan keuangan perubahan modal berisi jumlah dan jenis modal

yang dikuasai oleh suatu entitas pada saat ini, laporan ini bermanfaat

mengidentifikasi penyebab ekuitas pemiik perusahaan atas nilai aktiva yang

menjadi haknya. Dalam sebuah entitas laporan arus kas juga sering disebut sebagai

laporan sumber dan penggunaan dana. Menurut (Warren 2017) laporan arus kas

adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu entitas

dalam jangka waktu tertentu, dalam penyajiannya laporan arus kas digolongkan

dalam tiga kelompok, yakni aktivitas opersional (operating), Aktivitas Investasi

(Investing) dan aktivitas pendanaan atau pembiayaan (financing). Kemudian jenis

laporan keuangan yang kelima yakni laporan catatan atas laporan keuangan,

menurut (Riyanto 2013) laporan CaLK berguna untuk memberikan informasi

berupa penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga

menjadi jelas penyebabnya.

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dapat bermanfaat bagi

perusahaan itu sendiri, yakni melalui laporan keuangan perusahaan akan

mendapatkan informasi terkait kondisi maupun keadaan keuangan (financial) dari

kegiatan operasional yang sedang dijalankan. Disamping itu, dengan adanya

laporan keuangan entitas dapat memiliki dasar dalam hal membandingkan keadaan

keuangan dalam suatu periode tertentu, contohnya perbandingan pada tahun ini dan

satu tahun sebelumnya. Hasil dari perbandingan tersebut dapat digunakan sebagai

acuan untuk mengetahui apakah bisnis perusahaan berada dalam jalur yang tepat

serta mengalami peningkatan laba. Informasi tersebut juga dapat digunakan dalam
3

hal mempertimbangkan pengambilan keputusan strategis demi kemajuan

perusahaan.

Keputusan strategis salah satunya yakni kebijakan hutang. Kebijakan

hutang merupakan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk

mendanai kegiatan operasional perusahaan dengan modal yang berasal dari hutang.

Kebijakan hutang perusahaan akan menentukan kinerja perusahaan dalam

melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko

perusahaan. Keberadaan perusahaan tidak terlepas dari tujuan untuk mencapai

tingkat laba yang maksimal, serta memakmurkan pemilik perusahaan maupun para

pemegang saham, dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan melalui nilai

yang tertera pada saham perusahaan tersebut.

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu ukuran

dari rasio likuiditas adalah cash ratio yaitu rasio likuiditas yang paling konservatif

yang menghubungkan kas dan setara kas perusahaan dengan hutang lancar. Pada

rasio likuiditas tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi nilainya maka likuiditas

perusahaan semakin baik. Kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko

ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Oleh

karena itu, setiap perusahaan harus memahami rasio likuiditas dalam laporan

keuangan.

Hubungan yang muncul antar investor dengan perusahaan bersumber ketika

perusahaan membutuhkan dana dan calon investor tertarik untuk menanamkan

modalnya dengan membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan, dengan adanya
4

suntikan dana yang diperoleh oleh perusahaan akan berpotensi mampu

mengembangkan kegiatan bisnis suatu perusahaan. Investor merupakan individu,

sekolompok orang, bahkan perusaah yang melakukan penanaman sejumlah modal.

Aktivitas menanamkan modal tersebut dinamakan investasi, kemudian para

investor tersebut mengharapkan keuntungan atau imbal hasil dari aktivitas investasi

yang sudah dilakukan.

Setelah mendapatkan dana dari para investor, perusahaan akan beroperasi

serta akan dituntut untuk mampu menghasilkan laba agar bisa memakmurkan para

pemegang saham. Investor tentunya akan senantiasa memantau kinerja perusahaan

untuk memastikan dana yang diinvestasikan pada perusahaan dikelolah dengan

baik. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat

dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya.

Selama ini, metode yang sering dipakai dalam hal menilai kinerja

perusahaan yakni menggunakan analisis rasio keuangan, dengan menggunakan

metode perhitungan rasio keuangan dapat dengan mudah memberikan informasi

mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, namun pada kenyataannya metode

ini memiliki kelemahan yakni tidak dapat mengukur kinerja keuangan dari sisi nilai

perusahaan. Sehingga untuk mengatasinya, maka dikembangkan sebuah konsep

pengukuran kinerja keuangan bersumber dari nilai tambah (value added) atau biasa

disebut Economic Value Added (EVA). Penggunaan konsep Economic Value

Added dalam suatu perusahaan diyakini mampu mendorong perusahaan pada

penciptaan nilai perusahaan.


5

Kebijakan dividen yang optimal yang dapat memaksimalkan nilai

perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa

menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa

mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan. Menurut

(Darminto 2011) yakni Pada saat manajemen memutuskan berapa banyak laba yang

harus dibagikan kepada pemegang saham, harus selalu mengingat bahwa tujuan

perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Menurut (Wiagustini 2010) Kebijakan dividen merupakan salah satu

keputusan penting di dalam usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan,

sebagai mana diketahui bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh keputusan

investasi, keputusan pembiayaan, dan kebijakan dividen itu sendiri. Kemudian

Menurut (Wachowicz 2005) Kebijakan Dividen adalah bagian tidak terpisahkan

dalam keputusan pendanaan. Oleh karena itu dalam pembayaran dividen yang

memiliki jumlah relatif besar akan dapat memberikan perhatian bagi para investor

yang ingin membeli saham pada perusahaan karena perusahaan yang memiliki atau

dapat membayarkan dividen diartikan oleh sebagaian investor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaidir Thaib, Rita Taroreh, dengan

judul Pengaruh Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

menunjukkan menunjukan bahwa DER berpengaruh negatif pada DPR, semakin

rendah tingkat hutang dari perusahaan maka akan semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya pada pihak kreditur dan

semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada

para pemegang saham. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
6

(Hardi, S., & Andestiana 2018) menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen hasil penelitian menunjukkan

bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen. Semakin besar kebijakan utang menandakan struktur permodalan usaha

lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Sehingga

pembayaran dividen yang lebih besar meningkatkan kesempatan untuk

memperbesar modal dari sumber eksternal.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh (Chasanah 2008)menunjukkan bahwa

cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, hal ini berarti

bahwa keberadaan kas menjadi pertimbangan yang tidak begitu besar bagi

manajemen dalam menentukan jumlah dividen yang dibayarkan, namun berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ihwandi 2019) menunjukkan bahwa

Cash ratio memiliki koefisien positif dan signifikan. Hal ini berarti bila cash ratio

meningkat maka dividend payout ratio yang dibagikan juga positif atau meningkat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cash ratio yang tinggi bisa menjadi salah

satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan sebelum

membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan

kepada para pemegang saham.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dwi Varanty Marleadyani 2016)

menunjukkan bahwa Economic Value Added berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kebijakan Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di BEI periode

2013. EVA positif menunjukkan nilai perusahaan yang baik sehingga sebagaian

investor menaruh kepercayaan tinggi dan mempermudah perusahaan memperoleh


7

dana eksternal yang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba sehingga perusahaan dapat membagikan dividen tunai. Namun

hasil penelitian yang dilakukan oleh (Vita kumala sari 2019) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa economic value added tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi economic value added

maka tidak akan mempengaruhi pengambilan kebijakan dividen.

Variabel-variabel yang akan diteliti yakni variabel bebas kebijakan hutang,

economic value added, serta cash ratio diuji dengan variabel terikat yakni kebijakan

dividen, terlihat hasilnya masih tidak konsisten ada hasil penelitian yang

menujukkan berpengaruh positif dan signifikan namun ada juga hasil penelitian

yang menunjukkan tidak signifikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil sampel pada perusahaan sektor perbankan

yang terdaftar pada bursa efek Indonesia periode 2016 sampai dengan 2020.

Disamping masih adanya ketidak konsistenan hasil penelitian, faktor lain

sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian in, yakni adanya fenomena

penelitian melihat dari Kinerja perusahaan sektor perbankan dalam kuartal ketiga

tahun 2015 mengalami pelambatan dan penurunan yang mengakibatkan

pertimbangan investor dalam keputusan investasinya. Menurut Badan Pusat

Statistik (BPS), pertumbuhan produksi sektor perbankan dalam setahun hanya

2,63%. Pertumbuhan ini turun drastis, dari pertumbuhan keuangan pada kuartal

ketiga 2015 terhadap kuartal ketiga 2014 yang tumbuh 7,57%. BPS mencatat

beberapa bidang perbankan menunjukkan pertumbuhan negatif, seperti KPR yang

merosot 12,65%, pinjaman dengan agunan yang anjlok 15,38%, serta reksadana
8

yang turun 13,94%, sehingga dalam penelitian ini perusahaan sektor perbankan

memiliki potensi untuk pengembangan pelayanan jasa keuangan dengan lebih cepat

karena perusahaan perbankan mempunyai memiliki lebih banyak inovasi dan

sasaran pasarnya lebih luas dibandingkan dengan perusahaan industry manufaktur

maupun perusahaan jasa konstruksi.

Berdasarkan uraian diatas, seperti masih terdapat ketidak konsistenan hasil

penelitian serta adanya fenomena yang terjadi pada perusahaan sektor perbankan

dalam kurun waktu 2 tahun yakni tahun 2014 sampai dengan 2015, maka penulis

tertarik melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengangkat judul penelitian

yakni “Pengaruh Kebijakan Hutang, Economic Value Added (EVA) dan Cash

Ratio Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Perbankan

Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan dividen

pada perusahaan sektor perbankan terdaftar pada bursa efek Indonesia

(BEI) Periode 2016 sampai dengan periode 2020.

2) Bagaimana pengaruh Cash Ratio (CR) terhadap Kebijakan dividen pada

perusahaan sektor perbankan terdaftar pada bursa efek Indonesia (BEI)

Periode 2016 sampai dengan periode 2020.

3) Bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap

Kebijakan dividen pada perusahaan sektor perbankan terdaftar pada

bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2016 sampai dengan periode 2020.
9

4) Bagaimana pengaruh Kebijakan Hutang, Cash Ratio (CR), Economic

Value Added (EVA) terhadap Kebijakan dividen pada perusahaan sektor

perbankan terdaftar pada bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2016

sampai dengan periode 2020.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yakni, sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Kebijakan Hutang terhadap

Kebijakan dividen pada perusahaan sektor perbankan terdaftar pada

bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2016 sampai dengan periode 2020.

2) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Cash Ratio (CR) terhadap

Kebijakan dividen pada perusahaan sektor perbankan terdaftar pada

bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2016 sampai dengan periode 2020.

3) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Economic Value Added

(EVA) terhadap Kebijakan dividen pada perusahaan sektor perbankan

terdaftar pada bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2016 sampai dengan

periode 2020.

4) Untuk mengetahi pengaruh secara simultan Kebijakan Hutang, Cash

Ratio (CR), Economic Value Added (EVA) terhadap Kebijakan dividen

pada perusahaan sektor perbankan terdaftar pada bursa efek Indonesia

(BEI) Periode 2016 sampai dengan periode 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yakni, sebagai berikut:


10

1) Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam

memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya.

2) Bagi para investor dan calon investor hasil temuan ini dapat menjadi

masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk

membeli dan menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap

dividen yang diharapkan.

3) Bagi emiten hasil temuan ini diharapkan dapat memberikan masukan

terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi DPR khususnya

pada perusahaan sektor perbankan di Indonesia.

4) Bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama

diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pijak untuk

penelitian selanjutnya.
11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hutang

Pada kajian Pustaka ini penulis akan menguraikan ruang lingkup hutang

yang meliputi, pengertian hutang, jenis-jenis hutang, kebijakan hutang serta

indikator kebijakan hutang. Hal ini bertujuan agar memudahkan peneliti mencari

sumber-sumber referensi yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Hutang

Pengertian Hutang menurut (Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt 2011)

yang dimana menjelaskan hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa

depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu

untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa

depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.

Kemudian Definisi hutang menurut kerangka dasar pengukuran dan

pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) dalam (Martani 2012) adalah sebagai

berikut: “Liabilitas adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa

lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

entitas yang mengandung manfaat ekonomi”.

Sedangkan menurut Fahmi (2015:160): “Hutang adalah kewajiban

(liabilities). Maka liabilities atau hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh

pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber

pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya”.


12

Dari definisi tentang hutang diatas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah

permodalan diluar perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya.

Hutang disebut sebagai instrumen yang cukup sensitive terhadap perubahan nilai

perusahaan.

2.1.2 Jenis-jenis Hutang

Menurut (Samryn 2012) dalam bukunya “Pengantar Akuntansi”

Karakteristik ini memunculkan pembagian dasar hutang menjadi

1. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)

Hutang jangka pendek adalah kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan

dengan jangka waktu pelunasan tidak lebih dari satu tahun (Kasmir 2016).

Atau dapat didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan yang diharapkan

dapat dilunasi dalam waktu satu tahun dengan memakai sumber-sumber

yang termasuk didalam aktiva lancar. Aktiva lancar yaitu aset yang dimiliki

perusahaan dengan nilai waktu ekonomis kurang dari satu tahun.

Kemudian Menurut (Wadiyo 2018) manajemenkeuangan.net, Ada

empat jenis hutang jangka pendek, yaitu: Pertama, Hutang Dagang dan

Hutang Wesel Hutang ini timbul dari pembelian barang atau jasa dan dari

pinjaman jangka pendek. Kedua, Hutang Jangka Panjang Yang Jatuh

Tempo dalam Periode Tertentu Contoh hutang jangka panjang yang jatuh

tempo pada periode tertentu adalah hutang obligasi. Ketiga, Hutang

Deviden Deviden adalah bagian dari laba perusahaan yang jumlahnya

ditetapkan oleh direksi dan disahkan dalam rapat umum pemegang saham

untuk dibagikan kepada para pemegang saham. Keempat, Uang Muka dan
13

Uang Jaminan Uang muka yang berasal dari pembeli atas barang-barang

yang akan dibeli. Sebelum barang-barang tersebut diserahkan kepada

pembeli maka uang muka tersebut merupakan hutang jangka pendek.

2. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)

Sedangkan definisi hutang jangka panjang adalah kewajiban

perusahaan melunasi hutang tersebut jangka waktunya lebih dari satu tahun.

Biasanya jatuh tempo pelunasan hutang jangka panjang dalam satu periode

akuntansi adalah satu tahun atau bahkan bisa lebih. Pembiayaan yang

dilakukan untuk melunasi hutang jangka panjang bersumber dari aktiva

tidak lancar. Aktiva tidak lancar yaitu aset yang dimiliki perusahaan dengan

nilai waktu ekonomis yang lama atau bersifat permanen.

Adapun jenis dan bentuk utama dari hutang jangka panjang menurut

Budi Rahardjo (2007:72) antara lain:

1. Hutang Obligasi

Hutang obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang

panjang, untuk itu debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang

mempunyai nominal tertentu. Jangka waktu pinjaman obligasi

hendaknya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan.

2. Hutang Hipotek

Hutang hipotek adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi

uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak,

agar jika pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat

dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup
14

tagihannya. Penerbitan hutang jangka panjang biasanya disertai dengan

formalitas yang dapat dipertimbangkan secara layak. Pada umunnya,

hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasaan

(convenants or retrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun

pemberi pinjam. Ketentuan dan persyaratan persetujuan lainnya antara

peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam indenture obligasi

atau perjanjian wesel.

3. Hutang bank,

Hutang bank yaitu pinjaman yang didapat dari bank sebagai modal

kerja guna perluasan usaha. Hutang jangka panjang bank memiliki

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Besarnya

pinjaman yang yang dipinjam dari bank biasanya disesuaikan dengan

kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya, contohnya

kinerja keuangan perusahaan, laba yang diperoleh, arus kas perusahaan,

jaminan sertifikat-sertifikat bangunan atau tanah, dan lain sebagainya

yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan bank untuk menyetujui

sebuah pengajuan pinjaman perusahaan.

2.1.3 Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang yaitu kebijakan perusahaan dalam menentukan seberapa

besar kebutuhan pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang

berfungsi untuk mengurangi konflik keagenan yang ada di perusahaan (Ahmad et Al,

2012) oleh karena pembayaran bunga akan mengurangi total cash flow perusahaan. Selain

itu, alternatif ini juga dianggap sebagai alternatif berbiaya murah. Dikatakan murah, karena

biaya bunga yang harus ditanggung lebih kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan
15

hutang tersebut (Deniansyah, 2009 dalam Prayudi, 2010). Kebijakan hutang pada

umumnya lebih banyak digunakan oleh perusahaan daripada menerbitkan saham

baru karena dirasa lebih aman, sehingga dengan demikian semakin tinggi kebijakan

hutang yang dilakukan pada tingkat tertentu maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan.

Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang

bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur

modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal.

Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur

modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau

tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan

modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Hanafi 2016).

Lebih lanjut, mamduh mengatakan terdapat beberapa faktor yang memiliki

pengaruh terhadap kebijakan utang, antara lain:

a. NDT (Non-Debt Tax Shield)

Manfaat dari penggunaan utang adalah bunga utang yang dapat digunakan

untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak,

perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun.

Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan

utang yang tinggi

b. Struktur Aktiva Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan

besarnya penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam


16

jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aktiva

tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

c. Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas

investasinya akan menggunakan utang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang

tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

d. Risiko Bisnis Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan

menggunakan utang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.

e. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga

menurunkan risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih

mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.

f. Kondisi Internal Perusahaan Kondisi internal perusahaan menentukan

kebijakan penggunaan utang dalam suatu perusahaan.

Kebijakan utang menentukan jumlah utang yang akan digunakan

perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Semakin besar utang maka

semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban

bunga dan pokoknya. Untuk itulah perusahaan harus berhati-hati dalam

menentukan keputusan hutangnya agar tidak menurunkan nilai perusahaan.

Adapun teori dari Kebijakan Hutang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Trade off theory,

Teori ini menganggap bahwa penggunaan hutang 100 persen sulit

dijumpai. Kenyataannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi

beban yang harus ditanggung. Satu hal yang penting bahwa dengan

meningkatknya hutang, maka semakin tinggi probabilitas kebangkrutan.


17

Beban yang harus ditanggung saat menggunakan hutang yang lebih besar

adalah biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang semakin

besar dan sebagainya.

2. Pecking Order theory

Menurut (Hanafi 2016) Teori pecking order menetapkan suatu

urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan

memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham

sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya

yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya

penerbitan saham.

3. SignalingTheory

Menurut (Houston 2013) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu

tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan

petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan

mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru

dengan caracara lain seperti dengan menggunakan utang.

4. Agency Approach

Menurut (Hanafi 2016), struktur modal disusun sedemikian rupa

untuk mengurangi konflik antar berbagai kepentingan. Sebagai contoh,

pemegang saham dengan pemegang utang akan mempunyai konflik

kepentingan. Pemegang saham dengan manajemen juga akan mengalami

konflik kepentingan. Pada konflik pertama, jika utang mencapai jumlah


18

yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang saham akan

tergoda melakukan substitusi aset. Dalam hal ini, pemegang saham akan

beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan

yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena

kemungkinan memeroleh keuntungan tinggi semakin besar.

2.1.4 Indikator Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh

perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya. Penggunaan

kebijakan hutang dapat digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang

diinginkan. Penggunaan hutang tetaplah harus dikelola dengan baik karena itu

merupakan hal yang sensitif bagi perusahaan terhadap tinggi dan rendahnya nilai

perusahaan.

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh perusahaan untuk

melakukan pembiayaan melalui hutang. “Proxy dari kebijakan hutang pada

penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Tujuan dari rasio ini adalah untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang yang

dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada. Rumus debt to equity ratio adalah

sebagai berikut:” (Mardiyati 2012):

Total Hutang
Debt to equity Ratio (DER) =
Total Modal

Semakin tinggi proporsi hutang yang ditetapkan perusahaan pada tingkat

tertentu maka semakin tinggi nilai perusahaan, namun apabila tingkat hutang
19

melampaui proporsi hutang yang ditetapkan oleh perusahaan maka yang terjadi

adalah penurunan nilai perusahaan.

2.2 Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) menurut (Houston 2013) adalah nilai yang

ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu.

EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal

termasuk modal ekuitas dikurangkan. Hal ini senada dengan pendapat Endri (2005)

yang mendefinisikan EVA sebagai sisa laba (residual income) setelah semua

penyedia kapital diberi kompensasi yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang

dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan

laba tersebut dibebankan. Menurut Warsono (2003), EVA adalah perbedaan antara

laba operasi setelah dengan biaya modalnya. Jadi, EVA merupakan suatu estimasi

laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Dalam

menghitung EVA ada tiga variabel yang penting yaitu NOPAT (Net Operating

Profit After Tax) atau laba setelah pajak, COC (Cost of Capital) atau biaya modal

dan EVA atau nilai tambah ekonomis itu sendiri.

EVA adalah pendekatan dalam menilai kinerja operasional perusahaan

secara adil, dimana kepentingan dan harapan pemilik modal (kreditur dan

pemegang saham) diukur secara tertimbang dari struktur modal. EVA mengukur

nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan

biaya modal akibat investasi (Kusuma 2017).

EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan

biaya modal atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa
20

(residual income) yang menerangkan biaya modal terhadap laba operasi. Jadi EVA

ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah pajak dan

tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan

value dalam perusahaan, sedangkan biaya biaya modal dapat diartikan sebagai

pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses penciptaan value tersebut.

EVA bukanlah suatu konsep baru. Pengukuran akuntansi tentang kinerja

yang disebut residual income juga ditentukan sebagai laba operasi dikurangi dengan

biaya modal. Sedangkan nilai EVA merupakan suatu variasi dari residual income

dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan dalam perhitungan income dan

capital. EVA akan mengukur kinerja perusahaan secara tepat dengan

memperhatikan secara adil. EVA dapat dihitung dengan rumus, (Kusuma 2017)

EVA = NOPAT – (WACC X Invested Capital)

Dimana:
Net Profit After Tax (NOPAT) dapat dihitung dengan rumus:

NOPAT = Laba (Rugi) Usaha – Pajak

Weighted Average Cost Capital (WACC) dihitung dengan cara:

WACC = (D x rd) (1-Tax) + (E x re)

Dimana:

Tingkat Hutang (D) = Total Hutang

Beban
Total Bungadan Ekuitas
Hutang
Cost of Debit (rd) =
Total Hutang

Beban Pajak
Tax =
Laba Sebelum Pajak
21

Total Ekuitas
Tingkat Modal (E) =
Total Hutang dan Ekuitas

Laba bersih setelah pajak


Costs of Equity (re) =
Total Ekuitas

Invested Capital dapat dihitung dengan rumus:

Invested Capital = Hutang Jk Pendek + Hutang Jk Panjang + Ekuitas

Jika EVA > 0 maka telah ada tambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan

(bisnis) tersebut. Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomis

perusahaan impas atau Break Event Point Jika EVA < 0, maka tidak ada nilai

tambah ke dalam perusahaan tersebut (Widayanto, 1993 dalam Sunardi, 2010).

Selanjutnya dapat diterjemahkan dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1
Tolak Ukur EVA
Nilai EVA Pengertian
EVA > 0 Maka telah ada tambahan nilai ekonomis
ke dalam perusahaan (bisnis) tersebut.
EVA = 0 Bahwa secara ekonomis perusahaan
impas, karena semua laba digunakan
untuk membayar kewajiban kepada
investor, baik kreditur maupun
pemegang saham.
EVA < 0 Tidak ada nilai tambah ke dalam
perusahaan tersebut karena laba yang
tersedia tidak bisa memenuhi
harapanharapan investor terutama
pemegang saham.
22

EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi

pemilik modal kaena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang

melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuannya untuk

memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan

bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari

biaya modal (Utama, 1997). Sehingga dapat disimpulkan bahwa EVA adalah nilai

tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama

periode tertentu sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

EVA mampu mengungkapkan bagaimana perusahaan telah menciptakan nilai bagi

pemiliknya.

2.3 Cash Ratio

Dalam kajian Pustaka ini, penulis akan menyajikan ruang lingkup mengenai

cash ratio yang meliputi, Pengertian cash ratio, faktor-faktor yang mempengaruhi

cash ratio, pengukuran cash ratio.

2.3.1 Pengertian Cash Ratio

Cash ratio merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya melalui sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Selain itu pengertian

rasio kas menurut (Hanafi 2016) “Cash rasio merupakan alat ukur bagi kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan jumlah kas

yang dimiliki”. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Rasio kas

menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar. Rasio ini adalah rasio

yang paling likuid. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan
23

likuiditas perusahaan yang bersangkutan, namun dalam praktek akan

mempengaruhi profitabilitasnya.

Selanjutnya menurut (Kasmir 2016) bahwa “Rasio kas atau cash ratio

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang

tersedia untuk membayar utang”. Kesediaaan uang kas dapat ditunjukkan dari

tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau

tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Salah satu ukuran dari rasio

likuiditas adalah cash ratio. Cash ratio merupakan kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas yang dimiliki

perusahaan. Kemudian, menurut (Syamsuddin 2016) bahwa “Cash ratio merupakan

salah satu ratio finansial yang sering digunakan untuk menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dengan kas atau setara kas yang

dimiliki perusahaan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasio

lancar atau cash ratio merupakan salah satu rasio likuiditas. Likuiditas perusahaan

akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibayarkan,

sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap prospek kebutuhan

dana di waktu mendatang, makin tinggi dividen tunai yang dibayarkan. Hal ini

berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, maka kemampuannya untuk

membayar dividen akan semakin besar pula. Ada pula suatu perusahaan yang

keadaan likuiditasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba

yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk aktiva lainnya, bukan

disimpan dalam bentuk uang tunai.


24

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cash Ratio

Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain current

ratio, quick ratio, loan to deposit ratio dan cash ratio. Cash ratio merupakan salah

satu dari rasio likuiditas. Menurut (Syamsuddin 2016) bahwa ada dua faktor penting

yang perlu dipertimbangkan di dalam menilai atau mengukur tingkat likuiditas

termasuk didalamnya cash ratio dari suatu perusahaan yaitu kas dan setara kas dan

hutang jangka pendek (lancar).

Aktiva lancar meliputi kas dan lain-lain aktiva yang diharapkan akan dapat

dikonversikan menjadi kas, dijual atau dikonsumsikan dalam siklus operasi normal

perusahaan atau dalam jangka waktu satu tahun. Dalam pengertian aktiva lancar

semacam itu, jelaslah bahwa aktiva lancar (dalam keadaan normal) merupakan

sumber utama untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek bagi suatu

perusahaan.

Selain itu dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan, maka pihak

manajemen perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

yang antara lain:

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan.

Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan.

Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan

total penjualan, total aset, rata-rata tingkat penjualan.

2. Kesempatan Bertumbuh
25

Kesempatan bertumbuh perusahaan yang dihadapi di masa yang

akan datang merupakan suatu prospek yang baik untuk mendatangkan laba

bagi perusahaan. Kesempatan bertumbuh tersebut hanya dapat direalisasi

oleh perusahaan melalui kegiatan investasi. Kegiatan investasi jangka

panjang tersebut akan memerlukan biaya yang relatif besar.

3. Perputaran Modal Kerja

Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk

menjalankan aktivitas operasional sehari-hari. Periode perputaran modal

kerja (working capital turnover period) dihitung sejak suatu kas

diinvestasikan dalam bentuk komponen– komponen modal kerja sampai

kembali lagi menjadi kas.

2.3.3 Pengukuran Cash Ratio

Dalam penelitian ini, likuiditas diproksikan dalam cash ratio. Cash

ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang

merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas dan setara kas yang

dimiliki perusahaan.

Cash ratio adalah alat pengukuran likuiditas minimum yang wajib

dipelihara oleh setiap bank. Cash ratio merupakan perbandingan antara alat-

alat likuid yang dikuasai bank, dengan kewajiban yang segera dibayar.

Rumus cash ratio, (Wachowicz 2005), sebagai berikut:

Cash + cash equivalent


Cash Ratio = x 100 %
26

Current Liabilities

Kas dan surat berharga merupakan alat likuid yang paling dipercaya.

Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar

utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam

perusahaan dan surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan. Dalam

keadaan perekonomian yang baik walaupun cash ratio rendah tidak

mengkhawatirkan kreditur jangka pendek. Tetapi dalam keadaan

perekonomian sulit seperti situasi resesi kreditur jangka pendek biasanya

lebih menghendaki cash ratio yang lebih tinggi.

Alat-alat liquid yang dikuasai oleh bank adalah bagian dari kekayaan

bank (aktiva) yang berbentuk uang tunai (cash). Komponen-komponen alat

likuid untuk semua jenis bank adalah sama, yaitu saldo kas dan saldo

rekening BI. Untuk memperhitungkan cash ratio, hanya dua pos diatas saja

yang dianggap sebagai alat-alat likuid. Namun secara teoritis masih ada lagi

komponen alat liquid yang dikuasai yakni saldo giro pada bank lain

disamping saldo khusus untuk jaminan clearing. Khusus untuk jaminan

clearing jumlahnya telah termasuk dalam saldo rekening pada Bank

Indonesia (BI)

2.4 Dividen
Pada kajian Pustaka, penulis akan menyajikan ruang lingkup

mengenai Dividen menyangkut Pengertian Dividen, Jenis-jenis dividen,

Kebijakan dividen, Indikator pengukuran kebijakan dividen. Hal ini

bertujuan agar peneliti bisa fokus dalam mencari sumber-sumber referensi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


27

2.4.1 Pengertian Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibagikan kepada

investor yang dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham, (Ary

2011). Kemudian menurut (Sartono 2001) menmberikan definisi mengenai

Dividen, yakni keuntungan atau kerugian yang didapat perusahaan selama

berusaha dalam suatu periode yang dilaporkan kepada dewan direksi atau

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Lebih lanjut, menurut (Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt 2011)

mengatakan Dividen merupakan pembagian laba perusahaan kepada para

pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki

Adanya pemberian dividen oleh suatu perusahaan maka perusahaan akan

dianggap sudah memenuhi kewajibannya kepada para investor. Jika dividen

yang dibagikan oleh perusahaan tingi, maka perusahaan tersebut dianggap

memiliki kinerja yang baik.

Dividen merupakan presentase keuntungan yang dibayarkan kepada

investor dalam bentuk kas dan juga merupakan aspek utama dalam

kebijakan dividen yang bisa mempengaruhi nilai perusahaam bagi para

pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan dalam interval

waktu yang tetap yaitu setengah tahun atau satu tahun. Dividen ditentukan

pada saat rapat umum pemegang saham dan jenis pembayarannya

tergantung kepada kebijakan pemimpinnya.

Berdasarkan definisi dari para ahli mengenai Dividen, maka dapat

disimpulkan yakni dividen merupakan pembagian bagian keuntungan


28

kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan perusahaan

ditentukan oleh para pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS

(Rapat Umum Pemegang Saham).

2.4.2 Jenis-jenis Dividen

Dewan direksi dapat memilih untuk menerbitkan dividen dalam

berbagai kerangka waktu dan dengan tingkat pembayaran yang berbeda.

Dividen dapat dibayarkan pada frekuensi yang dijadwalkan, seperti

bulanan, triwulanan, atau tahunan. Menurut (Houston 2013), dividen dapat

dapat dibagi menjadi 5 (Lima), yakni:

1. Dividen tunai (cash dividend) Dividen tunai merupakan dividen yang

dibagikan dalam bentuk kas. Sebelum membagikan dividen, manajemen

harus memastikan bahwa persediaan uang kas tunai mencukupi untuk

operasional perusahaan maupun untuk pembayaran dividen tunai.

2. Dividen aktiva selain kas (property dividend) Dividen aktiva selain kas

merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas.

Aktiva yang dibagikan dapat berbentuk surat-surat berharga perusahaan

yang dimiliki perusahaan, barang dagangan, real estate atau investasi

bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

3. Dividen dengan utang wesel (script dividend) Dividen utang wesel

timbul apabila perusahaan tidak membayar dividen sekarang

dikarenakan saldo kas yang ada tidak mencukupi, sehingga manajemen

perusahaan akan mengeluarkan script dividend yaitu janji tertulis untuk

membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.


29

4. Dividen likuidasi (liquidating dividend). Apabila perusahaan membagi

dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahukan

mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan

pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa mengurangi

investasinya. Transaksi ini identik dengan penarikan modal sendiri oleh

pemegang saham.

5. Dividen saham (stock dividend). Dividen saham merupakan pembagian

tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang

saham sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dividen

saham kurang lebih merupakan penyusunan kembali modal perusahaan

(rekapitalisasi), sedangkan proporsi kepemilikan tidak mengalami

perubahan.

2.4.3 Kebijakan Dividen

Menurut (Sudana 2011), Kebijakan dividen merupakan bagian dari

keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan

pembelanjaan intern perusahaan. Hal ini karena, besar kecilnya dividen

yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba ditahan.

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber

dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada

pemegang saham atau “equity investors”. Setiap perusahaan selalu

menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak

dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain
30

pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin

tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang

ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate

of growth) dalam pendapatan dan harga sahammnya.

Menurut (Riyanto 2013), Kalau perusahaan ingin menahan sebagian

besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran deviden

memungkinkan semakin kecil, persentase dari pendapatan yang akan di

bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend atau disebut

dengan devidend payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakann bahwa

makin tingginya devidend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan

berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam

perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan.

Lebih lanjut (Margaretha 2005) Kebijakan terhadap pembayaran

dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan,

kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang

berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua

perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para

pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang

diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan

dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan

besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan

pihak perusahaan.
31

Dari uraian diatas terkait pengertian kebijakan dividen, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebijakan dividen merupakan subjek yang cukup sering

diperdebatkan oleh publik, pemegang saham dan manajemen. Secara

umum, para pemegang saham menginginkan dividen yang lebih banyak,

sedangkan manajemen lebih suka menahan laba dalam perusahaan demi

memperkuat perusahaan. Semakin kuat sebuah perusahaan, semakin kecil

kemungkinannya untuk membayar dividen, atau semakin kecil keinginan

para pemegang saham untuk menuntut dividen.

2.4.4 Indikator Kebijakan Dividen

Perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen apabila

manajemen yakin bahwa perusahaan akan mencapai tingkat profitabilitas

tinggi di masa depan dan akan menurunkan dividen apabila tidak terdapat

arus kas yang mencukupi. Menurut (Sartono 2001) pembayaran dividen

yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk

investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan

selanjutnya akan menurunkan harga saham dan sebaliknya, jika laba ditahan

besar maka akan menurunkan kekayaan pemegang saham. Menurut (Hanafi

2016) rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku.

Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau

calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap

rasio-rasio ini. Untuk mengukur kebijakan dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham oleh perusahaan secara sistematis sebagai berikut (Ary

2011):
32

a) Dividend Yield Dividend yield penting untuk dipahami karena

menyiratkan suatu ukuran dari komponen return total disumbang oleh

dividen. Untuk menghitung return total, investor harus memasukkan

unsur besarnya dividen yang diperoleh selain selisih harga saham antara

awal dan akhir, kepemilikan secara sistematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Dividen Tahun per saham


Dividen Yield = x 100%
Harga Perlembar Saham

b) Dividend Payout Ratio Ada cara lain untuk mengukur pembayaran

dividen yaitu dengan rasio dividend payout ratio, yaitu dengan membagi

besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per lembar

saham yang secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dividen tunai per lembar saham


Dividend Pay Out Ratio = x 100%
Laba bersih Per Lembar Saham

Dalam penelitian ini, penulis memilih mengukur kebijakan dividen

menggunakan Dividen Pay Out Ratio (DPR) hal ini dikarenakan karena

tersedianya sumber referensi berupa jurnal penelitian, buku referensi, yang

dapat memudahkan penulis menyelesaikan skripsi ini. Rasio pembayaran

dividen umumnya mengarah mengikuti siklus hidup perusahaan.

Pembagian dividen akan turun, bahkan tidak ada jika suatu perusahaan

berada dalam siklus pertumbuhan yang tinggi dan secara bertahap besarnya

akan meningkat pada siklus dewasa.

2.5 Penelitian Terdahulu


33

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang telah meneliti terkait

hal ini, berikut penulis sajikan daftar penelitian terdahulu, sebagai berikut:

Tabel. 2.2
Penelitian Terdahulu

No. Nama, tahun, dan Judul Hasil Perbedaan


Penelitian Penelitian
1 Albertus Karjono (2019): Menunjukkan Perbedaan
Pengaruh Cash Ratio, Net bahwa net profit penelitian yang
Profit Margin, Debt To margin, DER, dan sekarang yakni
Equity Ratio, Dan Firm Size firm size secara sampel perusahaan
Terhadap Kebijakan signifikan memiliki pada perusahaan
Dividen (Studi Empiris Pada pengaruh terhadap perbankan, dan
Perusahaan Manufaktur kebijakan dividen, waktu penelitian
Yang Terdaftar Di Bei sedangkan Cash yakni 2016 sampai
Periode 2013-2017). ratio tidak dengan 2020.
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.

2 Ihwandi, Lalu Rizal (2019) Cash Ratio (CR) Perbedaan


Pengaruh Cash Ratio, Roa, berpengaruh Penelitian pada
Der, Pertumbuhan positif dan penelitian yang
Perusahaan Dan Investment signifikan sekarang, penulis
Opportunity Set Terhadap terhadap dividend memasukkan
Dividend Payout Ratio payout ratio variabel
(Studi Pada Perusahaan (DPR). Hasil Economic value
Manufaktur Terdaftar Di penelitian ini added (EVA)
Bursa Efek Indonesia). menjelaskan untuk menguji
bahwa semakin pengaruhnya
tinggi cash ratio terhadap
maka dividend kebijakan
payout ratio dividen,
(DPR) makin disamping itu
meningkat. juga lokasi
penelitian yang
berbeda yakni
sektor perbankan.

3 Dwi Varanty Marleadyani Menunjukkan Perbedaan


Dan I Gusti Bagus bahwa EVA Penelitian, yakni
Wiksuana (2016) Pengaruh berpengaruh pada penelitian
Economic Value Added Dan positif terhadap yang sekarang
Investment Opportunity Set kebijakan dividen penulis menguji
34

Terhadap Kebijakan tunai dan IOS langsung pengaruh


Dividen Tunai Dengan berpengaruh antara Economic
Likuiditas Sebagai Variabel negatif terhadap Value Aded
Moderating kebijakan dividen terhadap kebijakan
tunai. Likuiditas dividen.
memoderasi EVA
terhadap
kebijakan dividen
tunai dan
likuiditas tidak
mampu
memoderasi
IOSterhadap
kebijakan dividen
tunai.

4 (Taroreh 2015) Pengaruh Menunjukan Perbedaan


Kebijakan Hutang Dan bahwa Kebijakan Penelitian, pada
Profitabilitas Terhadap Hutang dan penelitian yang
Kebijakan Dividen (Studi Profitabilitas sekarang penulis
Pada Perusahaan Foods secara simultan mengambil periode
And Beverages Yang berpengaruh tahun penelitian
Terdaftar Di Bei Tahun terhadap yakni selama 5
2010-2014) The Impact Kebijakan tahun, mulai dari
Debt Policy And Dividen pada tahun 2016 sampai
Profitability On Dividend Perusahaan Foods dengan tahun 2020,
Policy (Studied At Foods and Beverages disamping itu pada
And Baverages Company yang terdaftar di penelitian yang
Listed On Idx In 2010- BEI tahun 2010- sekarang penulis
2014) 2014. Sedangkan mengambil sampel
secara individual, pada perusahaan
Variabel sub sektor
Kebijakan perbankan.
Hutang memiliki
pengaruh secara
negatif dan
signifikan
terhadap
Kebijakan
Dividen. Satu
variabel lainnya
yaitu
Profitabilitas
memiliki
pengaruh secara
positif dan
35

signifikan
terhadap
Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan Foods
and Beverages
yang terdaftar di
BEI tahun 2010-
2014.

Sumber: Data Diolah Penulis


36

2.6 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikiri dalam penelitian ini yakni, sebagai berikut:

Kebijakan Hutang
(X1)
H1

Cash Ratio
(X2) Kebijakan Dividen
H2 (Y)

Economic Value Added


(EVA) H3
(X2)

H4

Sumber: Data Diolah Penulis

2.7 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 4 (Empat) Hipotesis penelitian yang

penulis akan uji, yakni:

H1 Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel kebijakan

hutang terhadap kebijakan dividen

H2 Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Cash

Ratio terhadap kebijakan dividen

H3 Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Economic

Value Added (EVA) Terhadap kebijakan dividen.


37

H4 Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel kebijakan

hutang, cash ratio dan economic value added (EVA) Terhadap

kebijakan dividen.
38

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dimana penelitian

kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan data, yang penting dapat merekam

data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Walaupun populasi

penelitian besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis, baik melalui rumus-

rumus statistik maupun computer. Jadi pemecahan masalahnya didominasi

oleh peran statistic (Santoso 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

5 tahun yakni mulai 2016 sampai dengan 2020. Dipilihnya BEI sebagai

tempat penelitian karena BEI merupakan bursa pertama di Indonesia, yang

dianggap memiliki data lengkap dan telah terorganisasi dengan baik.

Adapun waktu penelitian ini direncanakan selama 2 (dua) bulan yakni mulai

bulan awal bulan September sampai dengan akhir oktober 2022.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara, yang dapat berupa bukti, catatan, atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi), baik

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Ghozali 2013).


39

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

dokumenter yang diperoleh dari laporan keuangan pada perusahaan sektor

perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan

menggunakan data penelitian yang mencakup data periode tahun 2016-2020

dan dari situs resmi www.idx.co.id. Semua data yang digunakan tersebut

merupakan data tahunan perusahaan sejak tahun 2016 sampai dengan

Desember 2020 kurun waktu tersebut dipilih dengan alasan keterbatasan

sumber data yang dimiliki dan keterbatasan waktu yang tersedia.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini, yakni sebagai

berikut:

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020.

Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 46

perusahaan.

3.4.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan Teknik pengambilan sampel dengan

metode purposive sampling yaitu Teknik pengambilan sampel dari populasi

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah perusahaan sektor perbankan

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

memenuhi kriteria sebagai berikut:


40

1) Perusahaan subsector perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2020.

2) Perusahaan tidak di delisting selama tahun pengamatan yaitu untuk tahun

2016-2020.

3) Perusahaan memiliki laporan tahunan secara berturut-turut selama tahun

2016-2020

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder

sehingga metode pengumpulan data menggunakan cara non participant

observation. Data yang berupa variable Kebijakan Hutang, Econmic Value

Added (EVA), Cash Ratio serta Kebijakan Dividen yang diperoleh dari

laporan keuangan yang publikasi dan listing di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-2020.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

Adapun variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini,

yakni sebagai berikut:

3.6.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, dimana terdapat 3

(tiga) variabel bebas yakni Kebijakan hutang, Economic Value Added

(EVA), dan Cash Ratio, serta terdapat 1 (satu) variabel terikat yakni

kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividen Pay Out Ratio (DPR)
41

3.6.2 Definisi Operasional

Berikut definisi operasional dari tiap-tiap variabel dalam penelitian

ini, yakni sebagai berikut:

1) Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh

perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang. “Proxy dari

kebijakan hutang pada penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).

Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar hutang-hutang yang dimilikinya dengan modal atau

ekuitas yang ada. Rumus debt to equity ratio adalah sebagai berikut:”

(Mardiyati 2012).

Total Hutang
Debt to equity Ratio (DER) =
Total Modal
42

2) Economic Value Added (EVA)

EVA adalah pendekatan dalam menilai kinerja operasional

perusahaan secara adil, dimana kepentingan dan harapan pemilik modal

(kreditur dan pemegang saham) diukur secara tertimbang dari struktur

modal. EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara

mengurangi laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat

investasi. EVA dapat dihitung dengan rumus, (Kusuma 2017):

EVA = NOPAT – (WACC X Invested Capital)

3) Cash Ratio

Cash ratio adalah alat pengukuran likuiditas minimum yang wajib

dipelihara oleh setiap bank. Cash ratio merupakan perbandingan antara

alat-alat likuid yang dikuasai bank, dengan kewajiban yang segera

dibayar. Rumus cash ratio, (Wachowicz 2005) sebagai berikut:

Cash + cash equivalent


Cash Ratio = x 100 %
Current Liabilities
43

4) Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio yaitu membagi besarnya dividen per lembar

saham dengan laba bersih per lembar saham. Secara sistematis Dividend

Payout Ratio (DPR) dapat dirumuskan sebagai berikut (Ary 2011) :

Dividen tunai per lembar saham


Dividend Pay Out Ratio = x 100%
Laba bersih Per Lembar Saham

3.7 Teknik Analsis Data

Adapun Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi:

1) Analisis statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimun, sum, range, kurtosis dan

skewness (Ghozali 2013). Metode analisis data dilakukan dengan bantuan

suatu program pengolah data.

2) Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasanya

merupakan model regresi yang menghasilkan estimasimator linier tidak bias

yang terbaik, karena secara teoritis model regresi penelitian akan

menghasilkan nilai parameter penduga yang sah apabila asumsi klasik

regresi terpenuhi. Pada penelitian ini dilakukan lima pengujian asumsi


44

klasik yaitu multikolinieritas, heteroskedastisitas, normalitas, autokorelasi

dan linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau

tidak (Ghozali 2013). Normal atau tidaknya suatu data dapat dilihat

dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Penelitian

ini menggunakan taraf signifikasi 5%, maka distribusi data penelitian

dinyatakan normal apabila memiliki niai probabilitas (sig)>0,05. Selain

menggunakan perhitungan statistik, normalitas data dapat dilihat dengan

gambar P-P Plot Normalitas.

b. Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji model regresi

ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen) atau tidak.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama

dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat dengan Variance Inflation

Factor (VIF), bila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak

ada gejala multikolinieritas.


45

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Model regresi yang

baik, tidak terjadi autokorelasi. Autokorelasi dalam regresi linier dapat

menganggu suatu model, dimana akan menyebabkan terjadinya

kebiasan pada kesimpulan yang diambil. Ada beberapa cara yang

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, diantaranya

melalui uji Durbin Watson (DW-Test). Uji Durbin Watson akan

didapatkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel (dL dan dU ).

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5%.

Ghozali (2011:111) menyatakan bahwa untuk mengetahui ada tidaknya

masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan kriteria

sebagai berikut:

1) 0 < d < dl, berarti tidak ada autokorelasi positif dan keputusannya

ditolak.

2) dl ≤ d ≤ du, berarti tidak ada autokorelasi positif dan keputusannya

no desicison.

3) 4 – dl < d < 4, berarti tidak ada autokorelasi negatif dan

keputusannya ditolak.

4) 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, berarti tidak ada autokorelasi negatif dan

keputusannya no desicison.
46

5) du < d < 4 – du, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif

dan keputusannya tidak ditolak.

Tabel 1. Kriteria Autokorelasi

DW Keterangan Keterangan

< 1,550 Ada Autokorelasi

1,550 – 1,669 Tanpa Kesimpulan

1,669 – 2,331 Tidak Ada Autokorelasi

2,331 – 2,450 Tanpa Kesimpulan

> 2,450 Ada Autokorelasi

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011:

139). Penelitian ini dalam mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

menggunakan uji Glejser. Uji Glejser ini mengusulkan untuk meregresi

nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel

independen memiliki signifikansi < 0,05, maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas. Jika variabel independen memiliki signifikansi >

0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


47

3.8 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah sebuah proses untuk melakukan evaluasi kekuatan

bukti dari sampel, dan memberikan dasar untuk membuat keputusan terkait

dengan populasinya. Tujuan uji hipotesis adalah untuk memutuskan apakah

hipotesis yang diuji ditolak atau diterima. Dalam penelitian pengujian

hipotesis meliputi:

1) Metode Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini

digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga

menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Rumus dari regresi linier berganda (multiple linier

regresion) adalah sebagai berikut:

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e

Dimana :

Y = Kebijakan dividen

a = Konstanta

b1b2b3b4 = koefisien regresi

X1 = Kebijakan Hutang

X2 = Cash Ratio

X3 = Economic Value Added (EVA)

e = error

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)


48

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan seberapa besar persentase variasi variabel bebas

(independen) linear berganda dalam menjelaskan variasi variabel terikat

(dependen). Dengan kata lain pengujian model menggunakan (R2),

dapat menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang

digunakan dalam model regresi linear berganda adalah variabel-variabel

independen yang mampu mewakili keseluruhan dari variabel-variabel

independen lainnya dalam mempengaruhi variabel dependen, kemudian

besarnya pengaruh ditunjukkan dalam bentuk persentase.

3) Uji F (Pengujian Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

(Boedijoewono, 2001:290). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat

signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan

(degree of freedom) df = (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel

termasuk konstanta dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

1) Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti

semua variabel independen secara simultan tidak mempunyai

hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

2) Bila F hitung > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

semua variabel independen secara simultan mempunyai

hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

4) Uji t (Pengujian Secara Parsial)


49

Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan

yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-

2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan

kriteria uji yang digunakan adalah:

1) Bila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

2) Bila t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak, berarti tidak

ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.
50

DAFTAR PUSTAKA
Ary, Tatang Gumanti. 2011. Manajemen Investasi, Konsep, Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Chasanah, Amalia Nur. 2008. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia
(Perbandingan Pada Perusahaan Yang Sebagian Sahamnya Dimiliki Oleh
Manajemen Dan Yang Tidak Dimiliki Oleh Manajemen). Tesis Magister
Manajemen .”
Darminto, Dwi Prastowo. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Dwi Varanty Marleadyani, I Gusti Bagus Wiksuana. 2016. “Pengaruh Economic
Value Added Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen
Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderating.” E-Jurnal
Manajemen Unud.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Hanafi, Mamduh M. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Hardi, S., & Andestiana, R. 2018. “Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang
Dan Pertumbuhan Aset Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Food
And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2017).”
Houston, Brigham dan. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kese.
Jakarta: Salemba Empat.
Ihwandi, Lalu Rizal. 2019. “Pengaruh Cash Ratio, Roa, Der, Pertumbuhan
Perusahaan Dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividend Payout
Ratio (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia).”
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2011. Intermediate
Accounting, Volume 1. IFRS Editi. United States of America:
Quad/Graphic,Inc.
Kusuma, Gendro Wiyono dan Hadri. 2017. Manajemen Keuangan Lanjutan:
Berbasis Corporate Value Creation. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
Yogyakarta.
Libby, Robert, Libby, Patricia A, and Short, Daniel. 2007. Financial Accounting,
51

International Student Edition. New York.


Mardiyati. 2012. “Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010.” Jurnal Riset Manajemen
Sains Indonesia.
Margaretha, Farah. 2005. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Jakarta:
Grasindo.
Martani, Dwi. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Jakarta: Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keem.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk
Mengendalikan Aktivitas Operasi Dan Investasi. Edisi Pert. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Santoso, Singgih. 2012. Analisis SPSS Pada Statistika Parametrik.o Title. Jakarta:
PT. Glex Media Indoensia.
Sartono, R. A. (. 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Skousen, Jay M. Smith dan K. Fred. 2007. Akuntansi Intermediate. Edisi Semb.
Jakarta: Erlangga.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik.
Jakarta: Erlangga.
Syamsuddin, Lukman. 2016. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
Dalam: Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan. Edisi
Baru. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Taroreh, Chaidir Thaib & Rita. 2015. “Pengaruh Kebijakan Hutang Dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Foods
And Beverages Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2014).”
Vita kumala sari, nik amah. 2019. “Pengaruh EVA, FCF Terhadap Kebijakan
Dividen Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderasi.”
Seminar Inovasi Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi I (SIMBA).
Wachowicz, Horne V. James dan John M. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan (Fundamental of Financial Management). Edisi 12. ed. Dewi
Fitriasari. Jakarta: Salemba Empat.
Wadiyo. 2018. “Tips Jitu Pemasaran Agen Travel, Simpel Dan Mudah
Diterapkan!,” Manajemen Keuangan Dan Akuntansi.”
52

Warren, Carls S. 2017. Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia. Edisi Dua.


Jakarta: Salemba Empat.
Wiagustini, Ni luh Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar:
Udayana University Press. Jurnal: Deloof.

Anda mungkin juga menyukai