Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN KEBIJAKAN

DEVIDEN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA


PERUSAHAAN PERKEBUNAN YG TERDAFTAR
DI BEI PERIODE 2016-2021

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

LAMHOT ALFANDI
178330071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Rumusan Masakah...................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12

2.1 Landasan Teori.................................................................................12


2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)................................................12
2.1.2 Struktur Modal...............................................................................14
2.1.3 Profitabilitas...................................................................................16
2.1.4 Leverage..........................................................................................18
2.1.2 Kebijakan Deviden........................................................................19
2.2 Penelitian Terdahulu........................................................................20
2.3 Kerangka Konseptual............................................................................22
2.4 Hipotesis Penelitian...............................................................................23
2.4.1 Profitabilitas dengan Struktur Modal...........................................23
2.4.2 Leverage dengan Struktur Modal.................................................24
2.4.3 Kebijakan Deviden dengan Struktur Modal................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................27
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................27
3.2 Metode Pengumpulan Data...................................................................27
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................27
3.3.1 Populasi...........................................................................................28
3.3.2 Sampel.............................................................................................28
3.4 Defenisi Operasional.............................................................................29

i
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................30
3.5.1 Uji Asumsi Klasik..........................................................................31
3.5.1.1 Uji Normalitas........................................................31
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas...............................................31
3.5.1.3 Uji Autokorelasi......................................................32
3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas..........................................32
3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda................................................33
3.5.3 Uji Hipotesis...................................................................................33
3.5.3.1 Uji t atau Uji Parsial...............................................34
3.5.3.2 Uji F atau Uji Simultan...........................................34
3.5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)...............................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu.........................................................................18

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel Yang Memenuhi Kriteria....................................32

Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampe.................................33

Tabel 3.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel...................34

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.........................................................................22

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan

pendanaan, secara umum terdapat dua bentuk sumber pendanan pada peusahaan

yaitu sumber pendanaan internal dan external. Sumber pendanaan internal yaitu

suatu dana yang berasal dari dalam perusahaan seperti modal sendiri dan laba

ditahan. Modal sendiri yang dari modal saham dan laba ditahan berasal dari

sumber dana yang diperoleh dari laba usaha perusahaan dari kegiatan operasi

perusahaan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Seiring dengan

perkembangan ekonomi serta adanya perkembangan usaha, dana yang berasal dari

dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kinerja

perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha

mencari tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan external yaitu dana

yang diperoleh dari luar perusahan dengan cara meminjam atau berhutang kepada

pihak ketiga.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing

dan modal sendiri. Modal asing dalam hal ini adalah utang jangka panjang

maupun jangka pendek. Berapa besar modal sendiri dan berapa besar hutang yang

akan digunakan sehingga dapat optimal. Perusahaan yang mempunyai modal

optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula. Salah satu

faktor yang membuat suatu perusahaan memiliki daya saing dalam jangka panjang

karena faktor kuatnya struktur modal yang dimilikinya. Sehingga keputusan

sumber-sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur modal suatu


2

perusahaan tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki

dampak terhadap apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Perusahaan-perusahaan dengan profit tinggi cenderung menggunakan lebih

banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat pajak. Hal ini karena pengurangan

laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan

menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak

akan lebih tinggi (Maulina, 2019).. Penambahan jumlah utang akan

mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar oleh

perusahaan. Perusahaan yang memi liki rasio hutang yang tinggi akan memiliki

cadangan yang sedikit, karena perusahaan harus membayar kewajiban

hutangnya. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi tentunya memerlukan

dana yang tidak sedikit untuk membiayai aktivitas operasional perusahaannya.

Penelitian yang dilakukan Fahara (2021) dan Usnina (2021) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menemukan profitabilitas memiliki

hubungan negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Perusahaan yang sudah

memperoleh laba yang tinggi maka tidak perlu menggunakan hutang, karena laba

yang tinggi akan dapat membiayai operasional perusahaan. Hal ini sesuai dengan

pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih suka untuk

menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada dana eksternal (hutang dan

ekuitas saham) untuk membiayai pengeluaran modalnya sehingga dengan

profitabilitas yang tinggi perusahaan akan mengurangi tingkat penggunaan

hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Darma (2019) menemukan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Kondisi

ini terjadi karena semakin besar profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka
3

semakin besar pula potensi kenaikan laba ditahan sehingga akan meningkatkan

struktur modal perusahaan

Dengan demikian semakin tinggi nilai perusahaan, berarti semakin

meningkat kemakmuran para pemegang saham dan akan membuat investor baru

menginvestasikan dananya karena hal tersebut. Tingkat profitabilitas dapat

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya

sendiri. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang jangka panjang dan bunganya. Profitabilitas yang tinggi juga

merupakan daya tarik bagi penanam modal di perusahaan.

Faktor lain yang berhubungan dengan struktur modal yaitu leverage.

Leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya utang

yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasinya.

Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang

harus dibayar oleh perusahaan. komponen bunga akan mengurangi laba sebelum

kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan

menjadi berkurang (Danarwati, 2019). perusahaan yang memiliki likuiditas lebih

besar memilih untuk menggunakan dana internal perusahaan untuk pembiayaan

investasi. Perusahaan yang tidak memiliki leverage berarti menggunakan seluruh

modal sendirinya untuk membiayai investasi. Dengan menggunakan utang,

apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban

tetapnya, maka keuntungan pemilik perusahaan akan meningkat. Dengan

menggunakan hutang, maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan

kendali atas perusahaan. Leverage yang tinggi akan mengakibatkan perubahan

laba yang rendah, dan laba yang rendah tersebut akan membuat perusahaan
4

menggunakan dana eksternal untuk kegiatan operasionalnya. Hal ini sesuai

dengan pecking order theory bahwa leverage yang rendah akan menggunakan

dana eksternal, yang dimana perusahaan tersebut harus mengutamakan masa

depan yang baik, dan juga untuk meningkatkan pendapatan usaha. Semakin besar

tingkat risiko bisnis perusahaan akan semakin menaikkan struktur modal dari

perusahaan.

Selain leverage, faktor lain yang mempengaruhi struktur modal adalah

kebijakan deviden. Kebijakan dividen adalah keputusan keuangan yang dilakukan

oleh perusahaan setelah beroperasi dan memperoleh laba (Wiagustini, 2014:286).

Kebijakan dividen perusahaan dapat diukur dengan dividend payout ratio (DPR)

yang merupakan rasio yang mengukur pendapatan dari perusahaan yang

dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, dengan membagi

dividen per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. Hasil penelitian

Dharma (2019) pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2009-2012 menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh positif

terhadap struktur modal. Jika pembagian dividen kepada pemegang saham

semakin rendah maka cadangan modal sendiri yang dimiliki perusahaan akan

semakin besar, sehingga perusahaan menggunakan dana internal yang dimiliki

dan struktur modal perusahaan menjadi rendah.

Sedangkan Penelitian yang dilakukan Fahara (2021) menemukan bahwa

kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Semakin

rendahnya pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham maka

penggunaan utang semakin bertambah karena perusahaan memiliki profit yang

rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, perusahaan memberikan sinyal


5

kepada pasar untuk mencari dana eksternal (utang) kepada pihak luar dan struktur

modal perusahaan menjadi tinggi.

Perusahaan perkebunan merupakan salah satu subsector pertanian,

dan memiliki peluang yang sangat besar untuk memajukan perekonomian rakyat

untuk pembangunan ekonomi Indonesia . Sektor perkebunan ialah satu diantara

subsektor utama penyumbang penerimaan negara. Produk perkebunan seperti

karet, kopi, kakao, teh, dan minyak sawit sebagai penyumbang lebih dari

50% dari total output ekspor. Bisnis perkebunan sangat memegang peranan yang

strategis untuk mendukung perekonomian Indonesia dengan mengekspor hasil

perkebunan primer yang memberikan dukungan bagi negara berupa pendapatan

deviden, dan dapat langsung maupun tidak langsung eksis dalam perusahaan,

dan perkebunan turut ikut serta dalam perekonomian dan sosial. Naik turunnya

pendapatan subsektor perkebunan dapat diketahui dengan laporan keuangan

perusahaan dan juga dinilai dari kinerja keuangan perusahaan bahwa perusahaan

perkebunan mengalami laba ataupun tidak, karena investor-investor mampu

mengetahui perusahaan perkebunan untuk menjaminnya dalam berinvestasi

(Sugiharto, 2020).

Fenomena yang berkaitan dengan struktur modal antara lain yang dialami

oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. Perusahaan perkebunan yang bergerak

dalam produksi gula dan kelapa sawit memiliki catatan utang dalam bentuk mata

uang dolar Amerika Serikat (AS). Manajemen TBLA mengungkapkan bahwa

dana hasil penerbitan obligasi surat utang tersebut akan digunakan pembelian atau

pelunasan surat utang senior senilai US$250 juta dengan tingkat suku bunga 7

persen yang akan jatuh tempo 2023. Kemudian sisanya akan digunakan perseroan
6

untuk melunasi utang obligasi Senilai Rp1,5 triliun yang akan jatuh tempo 2023

dan 2025. Padahal dari sisi pendapatan, perusahaan yang bergerak di sektor

perkebunan ini, sanggup membukukan pendapatan Rp8,07 triliun selama tahun

2020, tumbuh 27,12% secara perhitungan dari tahun pertama yang menjadi dasar

terhadap tahun berikutnya (YoY). Di periode ini, laba kotor perseroan juga masih

menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7,96% secara YoY.

Manajemen TBLA menyebutkan penurunan laba bersih tersebut,

disebabkan oleh kenaikan beban usaha perseroan pada 2020. Mulai dari kenaikan

beban umum dan administrasi sebesar 20,6% secara YoY, kenaikan beban

penjualan sebesar 23,2% secara YoY, serta kenaikan beban bunga dan beban

keuangan lain sebesar 15,35% secara YoY. Selain itu, manajemen TBLA juga

menyebutkan adanya kerugian selisih kurs sebesar Rp71,05 miliar selama 2020.

Padahal di periode yang sama tahun lalu, perseroan sanggup mencetak

keuntungan dari selisih kurs sebesar Rp22,86 miliar.

Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk
Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2020
Tahun Total Liabilitas Total ekuitas DER
2018 Rp.11.556.300.000.000 Rp.4.783.600.000.000 241,6%
2019 Rp.12.000.100.000.000 Rp.5.362.900.000.000 223,8%
2020 Rp.13.542.400.000.000 Rp.5.888.900.000.000 230%
Rata-rata 231,8%
Sumber :www.idx.co.id (diolah)

Tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum perusahaan PT. Tunas

Baru Lampung, Tbk mendanai usahanya dari modal asing atau pinjaman. Hal

tersebut dapat dilihat dari rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) tiga tahun tersebut

menunjukkan angka di atas 100%. Di mana pada tiga tahun memiliki rata-rata

DER sebesar 231,8%, menyatakan bahwa untuk tiap-tiap Rp1 pendanaan ekuitas
7

terdapat Rp2,318 pendanaan dari kreditur atau hutang. Jika dilihat rata-ratanya,

dari tahun 2018 hingga 2020 yang memiliki kontribusi terbesar pada nilai DER

adalah tahun 2018 di mana nilai yang dihasilkan pada tahun tersebut mencapai

241,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk tiap-tiap Rp1 pendanaan ekuitas

terdapat Rp.2416 pendanaan dari kreditur atau hutang. Semakin tinggi rasio ini

berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi

perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri supaya

beban tidak terlalu tinggi.

Perusahaan TBLA memiliki profitabilitas yang tinggi setiap tahunnya

sebesar Rp. 37.098.800.000.000. Justru perusahaan tersebut cenderung

menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat. Hal ini karena

pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila

perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan

kena pajak akan lebih tinggi. Penambahan jumlah utang (leverage) akan

mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar oleh

perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi akan memiliki

cadangan yang sedikit, karena perusahaan harus membayar kewajiban

hutangnya. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi tentunya memerlukan

dana yang tidak sedikit untuk membiayai aktivitas operasional perusahaannya

serta kaitannya juga dengan pembagian dividen kepada pemegang saham semakin

rendah. Hal tersebut mengakibatkan cadangan modal sendiri yang dimiliki

perusahaan akan semakin besar, sehingga perusahaan menggunakan dana internal

yang dimiliki dan struktur modal perusahaan menjadi rendah


8

Berdasarkan uraian dan fenomena di atas menarik peneliti untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage

Dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Perkebunan

Yg Terdaftar Di BEI Periode 2016-2021”

1.2 Rumusan Masakah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan

perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021?

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan

perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021?

3. Apakah kebijakan deviden berpengaruh terhadap struktur modal pada

perusahaan perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021?

4. Apakah profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden berpengaruh secara

simultan terhadap struktur modal pada perusahaan perkebunan yg terdaftar

di BEI periode 2016-2021?

1.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian bersumber pada rumusan diatas, sehingga penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada

perusahaan perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap struktur modal pada

perusahaan perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021.


9

3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan deviden terhadap struktur modal

pada perusahaan perkebunan yg terdaftar di BEI periode 2016-2021.

4. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden

secara simultan terhadap struktur modal pada perusahaan perkebunan yg

terdaftar di BEI periode 2016-2021.

1.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi kegunaan dan manfaat, antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya sebagai

bahan acuan dan informasi tambahan agar penelitian selanjutnya dapat

memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi untuk pihak-pihak

yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam tingkatan

yang lebih lanjut dengan topik yang sejenis.

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat atau gambaran yang

lebih jelas mengenai pengaruh pengaruh profitabilitas, leverage dan

kebijakan deviden terhadap struktur modal, sehingga nantinya bisa menjadi

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan strategi perusahaan pada

masa yang akan datang.

4. Bagi Perusahaan
10

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi mengenai

beberapa veriabel yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan

sehingga bisa membantu perusahaan dalam menentukan manajemen laba.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)

Menurut Jansen dan Mecking dalam Kayoi (2019 : 5) menjelaskan bahwa

agency theory (teori keagenan) adalah teori yang menjelaskan mengenai sebuah

fenomena ketidaksamaan kepentingan antara principal dan agen. Theory agency

mendasari hubungan kontrak antara pihak pemegang saham (principal) dan pihak

manajer perusahaan (agen). Pemisahan pemilik dan manajemen didalam literatur

akuntansi disebut dengan agency theory (teori keagenan). Teori ini juga

merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi

yang merupakan alterai dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan

menambahkan aspek prilaku manusia dalam model ekonomi.

Teori keagenan bisa dipandang sebagai model kotrak apabila antara dua

atau lebih, dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lainya adalah

principal (Nurmalasari, 2021 : 358). Principal harus memberikan tanggungjawab

atas keputusan yang telah diberikan kepeda agent untuk melakukan tugasnya

tetentu sesuai dengan kontrak yang tela disepakati. Manajemen (agent), sebagai

pihak yang diberi amanah guna menjalankan dana dari pemilik (principal),

dimana majemen (agent) harus mempertanggungjawabkan dana yang telah

diamanahkan. Pemilik (principal) sebagai pemberi amanah akan memberikan

insentif pada manjemen berupa fasilitas baik finansial atau nonfinansial.


12

Akan ada masalah yang muncul akibat agent dan principal mempunyai

persepsi atau sikap yang berbeda dalam hal pemberian informasi oleh agent yang

akan digununakan oleh principal. Hal ini kemudian yang menimbulkan

permasalahan adalah persepsi kedua belah pihak dalan menggunakan risiko

(Nurmalasari, 2021 : 359). Menurut Lailiyah (2021 : 36), konflik kepentingan

antara manajer dengan pemegang saham akan mengakibatkan biaya keagenan

(agency cost). Saddam (2021 : 76) menyatakan bahwa biaya keagenan (agency

cost) bisa diminimalkan dengan beberapa cara yaitu:

1. Meningkatkan kepemilikan atas saham biasa pada perusahaan.

2. Meningkatkan deviden (deviden payout ration).

3. Menggunakan pembiayaan utang.

Laporan keuangan yang disiapkan oleh manajemen (agent) sebagai

pertanggungjawabannya kepeda principal tujuannya untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan. kinerja dan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat untuk sebagian besar pemakai laporan keuangan

dalam pengambilan keputusan keuangan ekonomi. Dalam hal ini manajemen yang

merupakan agen diberikan wewenang oleh pemegang saham yang bertindak

sebagai principal untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agent lebih

banyak memiliki informasi dibandingkan principal. Hal ini kemudian

menimbulkan ketimpangan informasi yang dimiliki oleh kedua belah pihak

tersebut yang disebut dengan asimetri informasi. Dengan adanya asimetri

informasi ini, memungkinkan bagi agent untuk melakukan manipulasi data dalam

pengungkapan informasi yang menurutnya tidak diharapkan oleh principal.


13

Menurut Scott (2000) dalam Lisa (2012:44), terdapat dua macam asimetri

informasi yaitu:

1. Adverse selektion, yaitu jenis asimetri informasi dimana para manajer serta

orang-orang dalam lainya biasanya mengetahui lebih banyak tentang

keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar.

2. Moral hazard, yaitu jenis asimetri informasi dimana kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh

pemegang saham maupun pemberi pinjaman.

2.1.2 Struktur Modal

Setiap perusahaan telah menetapkan struktur modal dengan

memperhatikan berbagai aspek atas dasar rencana strategis pemilik, kemungkinan

untuk mengakses dana, keberanian menanggung risiko, serta analisis biaya dan

manfaat yang diperoleh dari tiap sumber dana. Sumber dana bisa berasal dari

internal dan eksternal perusahaan. Sumber dana internal ini biasanya berasal dari

modal saham yang disetorkan dan laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal

berasal dari pinjaman dana pihak ketiga yaitu kreditur dan para investor. Ketika

modal sendiri yang dimiliki perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan

operasional secara optimal, maka perusahaan akan melakukan pinjaman

pendanaan dari luar melalui hutang, perusahaan yang sudah berstatus go public

dapat menggunakan pendanaan modal sendiri yang berupa saham atau hutang

kepada pihak ketiga serta melakukan pertimbangan untuk menjual sahamnya

kepada masyarakat luas jika membutuhkan pendanaan yang lebih besar lagi.

Perusahaan harus terbuka akan semua informasi perusahaan kepada publik

khususnya investor yang telah membeli saham serta kepada pihak-pihak lain yang
14

berkepentingan (Dewi, 2021). Panjang dengan modal, yang artinya seberapa

besaran hutang dan modal yang akan digunakan sehingga dapat optimal.

Dalam memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang

keuangan yang penting bagi perusahaan. Kebutuhan dana untuk kegiatan

operasional dibiayai dengan sumber dana jangka pendek. Dana yang akan

dikeluarkan ini akan kembali dalam jangka waktu pendek (kurang dari satu tahun)

melalui hasil penjualan perusahaan. Kebutuhan dana untuk pengeluaran modal

dibiayai dengan sumber dana jangka panjang seperti hutang bank, saham, obligasi

dan laba ditahan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membentuk struktur

modal. Menurut Yunus (2022) struktur modal sebagai bahan perbandingan antara

hutang jangka panjang dengan modal, yang artinya seberapa besaran hutang dan

modal yang akan digunakan sehingga dapat optimal.

Struktur modal adalah keputusan yang bersifat fundamental. Sebab

hubungannya dengan variabel keuangan lainnya. Hal ini manajer keuangan harus

dapat memahami dan menilai apa hubungan struktur modal dengan risiko,

pengembalian dan nilai perusahaan. Struktur modal efektif jika dapat

meminimalisasi biaya modal, sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan

nilai perusahaan dan profit. Sedangkan apabila terjadi kekeliruan dalam

pengambilan keputusan, maka struktur modal dapat menimbulkan biaya modal

yang cukup besar. Dalam keputusan pendanaan yang dilakukan, manajer harus

menghimpun dana dari internal dan eksternal. Hal ini diharapkan mampu

meminimalkan biaya modal yang nanti akan ditanggung oleh perusahaan serta

tercapailah stabilisasi keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2017)

struktur modal merupakan penentu kebijakan keuangan. Di dalam perusahaan


15

struktur modal berkaitan dengan investasi, maka hal ini menyangkut sumber dana

yang dipergunakan untuk membiaya proyek investasi.

Proaksi yang digunakan dalam mengukur struktur modal ini yaitu debt to

equity ratio. Rasio ini juga berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya dalam membayar utang dengan jaminan modal sendiri.

Total Hutang
DER=
Total Modal

2.1.3 Profitabilitas

Persaingan bisnis di Indonesia sekarang telah ketat dan sangat kompetitif.

Dengan hal ini mendorong para pemimpin perusahaan memfokuskan pada kinerja

perusahaan. Financial performance yang baik menunjukkan kinerja perusahaan

yang sehat. Paradigma ini yang berpikir sebagai profit oriented. Perusahaan yang

dapat memperoleh laba yang besar, dikatakan berhasil. Dan sebaliknya apabila

laba yang diperoleh relatif kecil, kinerjanya dinilai kurang baik. Laba yang

menjadi ukuran kinerja perusahaan harus dievaluasi setiap periode serta

melakukan perbandingan laba aktual dengan laba yang telah direncanakan. Setiap

manajer dituntun untuk tetap meningkatkan kinerja penjualan dengan biaya yang

tidak berubah akan laba meningkat, hal ini mengisyaratkan keberhasilan

menaikkan laba perusahaan.

Profitabilitas menjadi sebuah indikator penting bagi investor dalam

menilai kinerja suatu perusahaan karena menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memperoleh keuntungan dan tingkat pengembalian yang akan diterima oleh

investor. Profitabilitas menggambarkan apakah suatu entitas usaha memiliki

peluang atau prospek yang baik di masa yang akan datang. Semakin tinggi
16

profitabilitas badan usaha, maka kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya akan semakin terjamin dan ini menjadi salah satu nilai

tambah perusahaan (Yunus, 2022)

Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang

ditujukan dengan besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungan penjualan dan investasi (Dewi, 2021). Profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan menggunakan sumber dana yang dimiliki perusahaan

seperti aktiva, modal ataupun penjualan perusahaan (Wulan, 2021). Perusahaan

yang mempunyai profitabilitas tinggi cenderung akan menarik minat para

investor. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa ia memiliki prospek yang

baik di masa depan.

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan

menggunakan return on equity. ROE digunakan karena mudah dihitung dan

dipahami. ROE merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang

diperoleh pemilik atau pemegang saham atas investasinya di perusahaan. ROE

membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas. Semakin tinggi ROE

menunjukkan tingkat pengembalian terhadap investasi semakin besar dan semakin

rendah ROE maka tingkat pengembaliannya akan semakin kecil pula. Seorang

calon investor perlu melihat ROE sebelum memutuskan untuk berinvestasi supaya

dapat mengetahui seberapa banyak yang akan dihasilkan dari investasi yang

dilakukannya (Dewi, 2021). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak


ROE=
Total Ekuitas
17

1.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

2.1.4 Leverage

Saat ini perusahaan sering menggunakan dana yang berasal dari eksternal

seperti modal pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penggunaan

dana yang berasal dari eksternal akan menimbulkan hal yang biasa disebut

leverage. Leverage merupakan penggunaan dana yang kemudian akan

menimbulkan biaya tetap atau perusahaan akan membayar beban (Wulan, 2021).

Manajemen keuangan perusahaan akan mengenal tiga jenis leverage yaitu

financial leverage, operating leverage dan combined leverage. Pada penelitian ini

mengambil proksi degree of financial leverage (DFL).

Financial leverage menguntungkan apabila perusahaan memperoleh

pendapatan lebih besar dari beban tetap yang harus dibayar. Financial leverage

disebut merugikan apabila pendapatan lebih kecil dari beban tetap yang harus

dibayar dan jika itu terjadi maka perusahaan bisa mengalami gagal bayar.

Financial leverage merupakan pemakaian sumber dana yang mempunyai beban

tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar

dari pada beban tetapnya sehingga akan memberikan pengaruh pada keuntungan

bagi pemegang saham (Yunus, 2022). Tujuan penggunaan financial leverage


18

adalah untuk memberikan return yang besar kepada para pemegang saham.

Financial leverage digunakan sebagai pengukuran potensi biaya tetap untuk

meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

terhadap EPS. Menurut Dewi (2021) rumus sederhana untuk menghitung DFL

adalah sebagai berikut:

Persentase Perubahan EPS


Leverage=
Persentase Perubahan EBIT

2.1.5 Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang menentukan apakah laba

yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk

dividen atau akan disimpan oleh perusahaan menjadi laba ditahan yang digunakan

untuk membiayai investasi di masa yang akan datang (Hariyanti, 2021 : 14). Pada

kondisi ini perusahaan akan membagikan dividennya ketika mendapatkan

keuntungan serta optimis mengenai masa depan perusahaan, hal ini dilakukan agar

menjaga kepercayaan investor. Oleh karena itu keputusan dalam menentukan

kebijakan dividen harus dipertimbangkan dengan baik. Para investor akan

menganalisis bagaimana kinerja perusahaan, perusahaan yang mengoptimalkan

keuntungannya maka akan membagikan dividen, jika perusahaan tidak

membagikan dividennya maka perusahaan mengalami kerugian atau kekurangan

dana. Dividen akan dibagikan pada setelah Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Kebijakan dividen akan berdampak terhadap nilai perusahaan, apabila

perusahaan membagikan dividennya artinya itu sebagai sinyal harapan yang


19

diharapkan para investor tentang membaiknya manajemen kinerja perusahaan

(Qomariyah, 2021). Pembagian dividen dengan jumlah persentase yang rendah

mengisyaratkan perusahaan memperoleh profit kecil, untuk meningkatkan

kemampuan pembayaran dividen maka manajemen perusahaan harus memperoleh

keuntungan besar agar para investor dapat menikmati dividen yang besar dan

merasa puas. Perusahaan yang membagikan dividen dalam persentase tinggi akan

menumbuhkan nilai kepercayaan bagi investor. Karena investor senang dengan

kepastian atas tingkat pengembalian investasinya dan mengantisipasi adanya

risiko kebangkrutan perusahaan. Pembagian dividen yang tinggi akan menaikkan

permintaan saham. Kondisi ini membuat harga saham lebih besar daripada nilai

yang tercatat pada neraca, sehingga nilai perusahaan pun semakin baik (Dewi,

2021).

Dividend payout ratio adalah parameter untuk mengukur dividen yang akan

dibagikan kepada para pemegang saham. Pertumbuhan dividen kas perlembar

saham terhadap laba yang diperoleh perlembar saham. DPR untuk membayar

dividen kepada para shareholder serta penentuan besar dividen berdasarkan laba

setelah pajak. Besarnya dividen setiap tahun mengalami perubahan sesuai

kebijakan dividen yang diambil perusahaan. DPR akan menentukan jumlah

pendapatan yang bisa ditahan perusahaan sebagai sumber pendanaan. Sisa dari

pembagian dividen digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dalam

menaikkan harga saham setelah tanggal pembagian dividen (Wulan, 2021).

Pembagian dividen dapat berupa kas, wesel atau aset lainnya. Biasanya dividen

dibagikan dengan interval waktu yang tetap.


20

Menurut Dewi (2021) menyatakan bahwa pengukuran kebijakan dividen

menggunakan rumus:

Deviden Per Share


DPR=
Earning Per Share

2.1 Penelitian Terdahulu

penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional dan pengungkapan

sukarela terhadap cost of debt (biaya utang) telah banyak dilakukan peneliti

sebelumnya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil-hasil penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan cost of debt dan faktor yang

mempengaruhinya:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Judul penelitian Hasil penelitian
No
peneliti
1 Maulina, Pengaruh Faktor-Faktor Hasil penelitian
(2018) Penentu Struktur Modal menunjukkan bahwa ukuran
terhadap Struktur perusahaan, penghematan
Modal pajak, profitabilitas, struktur
aktiva, operating leverage,
dan tingkat pertumbuhan
secara simultan berpengaruh
terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil uji parsial
(uji t) variabel ukuran
perusahaan dan struktur
aktiva secara parsial
berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Variabel
penghematan pajak,
profitabilitas, operating
leverage, dan tingkat
pertumbuhan secara parsial
tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal.
Sumber : Skripsi
2 Siregar Pengaruh Kebijakan Hasil penelitian ini
(2019) Deviden, dan menunjukkan bahwa
Profitabilitas Terhadap kebijakan deviden dan
21

Struktur Modal Pada profitabilitas berpengaruh


Perusahaan Manufaktur positif dan signifikan
Yang Terdaftar Di terhadap Struktur Modal.
Bursa Efek Indonesia Sumber : Jurnal
(BEI)
3 Fahara Pengaruh Struktur Struktur Aktiva tidak
(2021) Aktiva, Profitabilitas berpengaruh signifikan
Dan Kebijakan terhadap Struktur Modal ,
Dividen Terhadap Profitabilitas berpengaruh
Struktur Modal Pada negatif signifikan terhadap
Perusahaan Manufaktur Struktur Modal, Kebijakan
Yang Terdaftar Di Bei Dividen tidak berpengaruh
Periode Tahun 2017- signifikan terhadap Struktur
2019 Modal, Struktur Aktiva,
Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen secara bersama-
sama (simultan)
memberikan pengaruh
terhadap Struktur Modal.
Sumber : Skripsi
4 Usnina Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas dan Likuiditas
(2021) Likuiditas, dan berpengaruh negatif
Leverage Terhadap signifikan terhadap Struktur
Struktur Modal Pada Modal, dan Leverage
Perusahaan berpengaruh positif
Pertambangan Di BEI signifikan terhadap Struktur
Periode 2014-2018 Modal.
Sumber : Jurnal
5 Oktaviana Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas berpengaruh
(2021) Bussines Risk, Growth negatif dan signifikan
of Assets, Operating terhadap Struktur modal.
Leverage Terhadap Bussines Risk berpengaruh
Struktur Modal (Studi negatif dan tidak signifikan
Empiris pada terhadapStruktur Modal.
Perusahaan Manufaktur Growth of assets
yang Terdaftar di Bursa berpengaruh positif dan
Efek Indonesia Periode tidak signifikan terhadap
2015- 2019) Struktur Modal dan
Operating Leverage
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
Struktur Modal
Sumber : .Skripsi
Sumber : Peneliti, 2022
22

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan suatu model yang

menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan

menghubungkan secara teoristis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel

independen dengan variabel dependen.

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah kepemilikan

institusional dan pengungkapan sukarela, sedangkan variabel dependennya adalah

cost of debt (biaya hutang) adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Profitabilitas
(X1)

Struktur Modal
(Y)
Leverage
(X2)

Kebijakan Deviden
(X3)

Gambar 2.1 kerangka konseptual


23

2.3 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Profitabilitas dengan Struktur Modal

Penelitian yang dilakukan Fahara (2021) yang berjudul “Pengaruh Struktur

Aktiva, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode Tahun 2017-2019”

menemukan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur

modal. Hal serupa ditemukan pada penelitian Anggraini (2021) dengan judul

“Pengaruh Profitabilitas, Bussines Risk, Growth of Assets, Operating Leverage

Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015- 2019)” yang mendapati bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

. Profitabilitas merupakan ukuran efektifitas pengelolaan manajemen

perusahaan (Wiagustini, 2013:76). Myers dan Maljuf (1997) dalam Hanafi

(2016:313) menjelaskan bahwa berdasarkan pecking order theory, tingkat

perolehan laba sebuah perusahaan yang besar memberikan potensi peningkatan

besarnya dana internal perusahaan, sehingga mendorong perusahaan

menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan atas investasi.

Berdasarkan tingkat keuntungan yang tinggi, maka perusahaan cenderung

menggunakan pendanaan secara internal, sebaliknya jika perusahaan dengan

tingkat keuntungan rendah akan menggunakan proporsi hutang lebih besar. Hal

tersebut disebabkan karena besarnya dana internal yang dimiliki perusahaan tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.

Perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang lebih besar cenderung

memiliki lebih banyak laba ditahan. Ketika perusahaan memiliki pertumbuhan


24

penjualan yang tinggi maka perusahaan akan meningkatkan penggunaan ekuitas

dibandingkan dengan hutang dalam rangka aktivitas penanaman modal yang baru

(Shah dan Tahir, 2011). Ketika penjualan tidak stabil, maka perusahaan sebaiknya

tidak dibiayai dengan hutang dalam jumlah yang besar, karena kemungkinan akan

menimbulkan risiko gagal bayar di kemudian hari.

Namun penelitian yang dilakukan Darma (2019) dengan judul “Pengaruh

Kebijakan Deviden, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” mendapati bahwa

profitabilitas memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap struktur

modal. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi cenderung menggunakan

pendanaan internal terlebih dahulu sebelum menggunakan pendanaan eksternal

(utang) sehingga tingkat utang perusahaan menjadi lebih rendah. Sebab,

perusahaan yang memiliki likuiditas lebih besar memilih untuk menggunakan

dana internal perusahaan untuk pembiayaan investasi (Pertiwi, 2018 : 3125).

2.4.2 Leverage dengan Struktur Modal

Optimalnya struktur modal pada suatu perusahaan harus meningkatkan

leverage, pastinya perusahaan banyak menggunakan utang jangka panjang

dibandingkan penggunaan terhadap modal sendiri. Modal asing yang digunakan

suatu perusahaan akan menimbulkan beban tetap, dan leverage perusahaan

terhadap modal sendiri. Penelitian yang dilakukan Anggraini (2021) dengan judul

“Pengaruh Profitabilitas, Bussines Risk, Growth of Assets, Operating Leverage

Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015- 2019)” mendapati bahwa


25

leverage berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap struktur modal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.

Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka semakin besar pengaruh

penjualan terhadap laba perusahaan yang berakibat pada semakin tingginya laba

yang diterima perusahaan apabila terjadi perubahan penjualan. Trade off theory

memprediksi bahwa dalam mencari hubungan antara capital structure dan nilai

perusahaan terdapat suatu tingkat leverage (debt ratio) yang optimal. Oleh karena

itu perusahaan akan selalu berusaha menyesuaikan tingkat leverage kearah yang

optimal. Jadi,tingkat leverage perusahaan bergerak terus dari waktu ke waktu kea

rah suatu target yang ingin dicapai.Sayangnya target leverage ini tidak bisa

diamati dalam praktik di perusahaan. Yang dapat kita amati adalah arah dan

kecepatan dari proses penyesuaian tersebut.

Menurut Anggraini (2021) untuk memperoleh laba perusahaan yang optimal

perusahaan harus mempertimbangkan penggunaan dana yang akan digunakan

oleh perusahaan. Laba operasi yang diperoleh suatu perusahaan akan dilihat dari

besar kecilnya rasio struktur modal untuk melihat penggunaan utang. Hal serupa

juga ditemukan oleh Maulina (2018) dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor

Penentu Struktur Modal terhadap Struktur Modal”. Dalam penelitiannya

menemukan hasil penelitian yang sama yakni leverage berpengaruh negative dan

tidak signifikan terhadap struktur modal.

2.4.3 Kebijakan Deviden dengan Struktur Modal

Darma (2019) dalam penelitian nya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan

Deviden, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” mendapatkan hasil


26

bahwa kebijakan deviden berhubungan positif dan signifikan terhadap struktur

modal. Sebab, dividen bisa disebut sebagai kompensasi atas kepemilikan saham

sebuah perusahaan. Dividen juga digunakan untuk mengetahui tingkat

kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi dividen yang diterima pemegang

saham menunjukkan semakin bagus kemakmuran pemegang saham. Kebijakan

dividen menyangkut keputusan-keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai

laba atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan.

Kebijakan dividen adalah menyangkut masalah penggunaan laba yang

menjadi hak para pemegang saham dengan kata lain seberapa besar laba itu akan

dibagi atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Sumani dan Rachmawati,

2012). Ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan pemberian

dividen dalam bentuk tunai (cash dividen) adalah dividen payout ratio (DPR)

yaitu prosentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen. Secara tidak

langsung kebijakan dividen akan mempengaruhi penggunaan hutang suatu

perusahaan. Pembayaran dividen akan mengurangi persediaan dana internal yang

dibutuhkan untuk operasi perusahaan. Akibat penggunaan dana untuk pembayaran

dividen perusahaan akan membutuhkan dana lebih untuk keperluan operasional

dan investasinya. Kebutuhan dana ini dapat memicu penambahan hutang

perusahaan.

Namun hal tersebut memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fahara (2021) berjudul “Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas

Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bei Periode Tahun 2017-2019”. Penelitian ini menemukan


27

bahwa kebijakan deviden berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap

struktur modal.

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal

H2 : Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal

H3 : kebijakan deviden berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal

H3 : Profitabilitas, leverage, kebijakan deviden memiliki pengaruh secara positif

dan simultan terhadap struktur modal


28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan

menggunakan data-data sekunder yang ada di www.idx.co.id yang berupa laporan

keuangan tahunan yang terdaftar di BEI dari tahun 2016-2021. Penelitian ini

dilakukan dari bulan Desember 2021 sampai dengan selesai.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara

mencatat serta mengkaji data sekunder yang memuat laporan tahunan perusahaan

perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2021,

yang memuat profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden terdapat dalam

laporan keuangan dan annual report.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut sugiyono (2014) populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan.

Populasi tidak hanya mencakup makhluk hidup, tetapi juga objek dan benda-

benda alam yang lain. Populasi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki

oleh subjek/objek itu. Objek atau subjek nilai disebut unit aliansi atau elemen
29

populasi. Adapun jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) untuk tahun buku 2016-2021 sebanyak 16 perusahaan.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2016). Sampel penelitian ini diambil dengan teknik porpusive

sampling dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Perusahaan perkebunan yang telah terdaftar di bursa efek indonesia (BEI)

selama periode 2016-2021.

2. Perusahaan perkebunanyang menyajikan laporan keuangannya dalam

bentuk rupiah periode 2016-2021.

3. Perusahaan perkebunan yang tidak menampilkan data dan informasi yang

lengkap terkait dengan variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian

Tabel 3.1
Pemilihan Sampel Yang Memenuhi Kriteria

No Keterangan Tahun 2016-


2021
1 Perusahaan perkebunan yang telah terdaftar di bursa efek 16
indonesia (BEI) selama periode 2016-2021
2 Perusahaan perkebunan yang tidak menyajikan laporan (1)
keuanganya dalam bentuk rupiah periode 2016-2021

3 Perusahaan perkebunan yang tidak menampilkan data dan (0)


informasi yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang dibutuhkan dalam penelitian
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 15
Jumlah sampel (15) x 6 tahun 80
30

Tabel 3.2.

Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampel

No KODE Nama Perusahaan


PERUSAHAAN
1 AALI PT. Astra Agro Lestari, Tbk
2 ANJT PT. Austindo Nusantara Jaya, Tbk
3 BWPT PT. Eagle High Plantation, Tbk
4 DSNG PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk
5 GOLL PT. Golden Plantations Tbk
6 GZCO PT. Gozco Plantations Tbk
7 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk
8 LSIP PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera
Indonesia Tbk
9 PALM PT. Providen Agro Tbk
10 SGRO PT. Sampoerna AgroTbk
11 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
12 SMAR PT. Sinar Mas Agro Resource and Techology
Tbk
13 SSMS PT. Sumber Mas Sarana Tbk
14 TBLA PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
15 UNSP PT. Bakri Sumatera Plantations Tbk
Sumber : www.idx.co.id

3.4 Defenisi Operasional

Penelitian ini menggunakan empat variabel, dimana variabel terdiri dari : 1

variabel dependen yaitu struktur modal dan tiga variabel independen yaitu

profitabilitas (X1) , leverage (X2) dan kebijakan deviden (X3). Masing-masing

penelitian memiliki definisi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Indikator Variabel Skala


Dependen (Y): Struktur modal adalah Rasio
Struktur Modal pembelanjaan permanen Total Hutang
dimana mencerminkan
DER=
Total Modal
perimbangan atau
perbandingan antara utang
jangka panjang dengan
modal sendiri. Struktur
modal diukur dengan Debt
31

to Equity Ratio (DER) yaitu


perbandingan hutang dan
ekuitas dalam pendanaan
dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya.
Independen Profitabilitas adalah Laba Setelah Pajak Rasio
(X1): kemampuan sebuah
ROE=
Total Ekuitas
Profitabilitas perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan
atau seberapa efektif
pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Profitabilitas
diukur dengan Return on
Equity (ROE) yaitu rasio
untuk mengukur
kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang
tersedia bagi pemegang
saham perusahaan
Independen kemampuan perusahaan PersentaseRasio
Perubahan EPS
(X2): dalam memanfaatkan biaya
Leverage=
Persentase Perubahan EBIT
Leverage tetap untuk memperbesar
perubahan hasil penjualan
terhadap perubahan earning
before intetest and taxes
(EBIT).
Independen Kebijakan dividen adalah Rasio
(X3): keputusan apakah laba yang
Kebijakan diterima perusahaan pada Deviden Per Share
Deviden akhir tahun akan dibagi
DPR=
Earning Per Share
kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau
akan ditahan untuk
menambah modal guna
pembiayaan investasi di
masa yang akan datang
Sumber : Data diolah, 2022

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan kuantitatif yang merupakan data

berupa angka-angka. Proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah

dibaca dan diinterpresentasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini

akan dimulai dengan memilah data ke dalam variabel-variabel yang digunakan


32

pada penelitian ini. Serta metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menyoroti suatu masalah, situasi, peristiwa sebagaimana adanya, atau

mengungkap fakta-fakta terkait variabel terkait (Sugiyono, 2004:34). Dari hasil

operasionalisasi variabel yang akan diuji, nilai variabel tersebut akan dimasukkan

dalam uji SPSS (statistical program for social science).

3.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2016: 211), statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk menguji mengenai ada atau

tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis

yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar empat asumsi klasik, dimana

empat asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengenali apakah model regresi variabel

independen dan variabel dependen, keduanya mempunyai distribusi wajar atau

tidak. Uji normalitas diperlukan sebab buat melaksanakan pengujian-pengujian

variabel lainnya dengan mengasumsikan kalau nilai residual menjajaki distribusi

wajar (Ghozali, 2018). Model regresi yang baik yaitu memiliki distribusi data

normal atau yang mendekati normal. Pada uji normalitas prinsipnya dapat
33

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik

atau dengan melihat histori residualnya. Jika data menyebar disekitar garis

diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya

menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitasnya.

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi maka

dilakukan dengan melihat nilai toleransi 0,10 dan sebaliknya, Sebab Variance

Inflasi Factor (VIF) < 10 menunjukkan jika data tidak mempunyai masalah

multikolinearitas.

3.5.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi adanya

kesalahan penggunaan periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul akibat observasi yang beruntun sepanjang

waktu yang berkaitan satu sama lain. Masalah itu muncul karena residual

(kesalahan penggang) tidak bebas dari observasi satu ke observasi yang lainnya.

(Ghozali, 2018). Salah satu cara untuk mengetahui gejala autokorelasi adalah

dengan melakukan uji Durbin Watson (DW). Dalam pengujian ini, akan

digunakan tabel DW untuk menentukan besarnya nilai DW-Stat pada tabel


34

pengujian statistik. Tabel DW bisa dicari dengan t=jumlah observasi dan

k=jumlah variabel independen. Angka yang diperlukan dalam uji DW adalah

(angka yang diperoleh dari tabel DW batas bawah), du (angka yang diperoleh dari

tabel DW batas atas), 4-d1, dan 4-du

3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya berbeda , disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Jika

angka probabilitas signifikan diperoleh atas persamaan regresi diatas tingkat

kepercayaan 5% maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2018).

3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur intensitas

pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen yaitu

profitabilitas, leverage, kebijakan deviden Terhadap struktur modal

Maka model analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Y = α +β1X1 + β2X2 + β1X3 + e

Keterangan :

Y = Struktur Modal

α = konstanta
35

β = koefisien regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Leverage

X3 = Kebijakan Deviden

e = Error

3.5.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian yang dicoba untuk bertujuan mencari

tingkatan signifikan paling tinggi dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen. Uji hipotesis dicoba dengan cara analisis regresi

berganda, disebabkan terdapatnya variabel independen yang lebih dari satu.

3.5.3.1 Uji t atau Uji Parsial

Uji t digunakan untuk pengujian regresi secara parsial (uji t) dilakukan guna

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X1,X2,....) secara

parsial terhadap variabel dependen (Gozhali, 2013). Uji t digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu.

Toleransi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 5% (α = 0,05) dengan

batasan:

1. Jika t hitung > t tabel atau Sig. t < 0,05, maka H 0 ditolak dan H1 diterima,

menunjukan adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

2. Jika t hitung < t tabel atau Sig. t > 0,05, maka H 0 diterima dan H1 ditolak,

menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas

dengan
36

3.5.3.2 Uji F atau Uji Simultan

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila

tingkat probabilitas lebih kecil dari 5% (0,05) maka model penelitian dapat

digunakan atau dinyatakan layak.

1. Jika F hitung > F tabel atau Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,

menunjukan adanya pengaruh signifikan secara simultan antara variabel

bebas dengan variabel terikat.

2. Jika F hitung < F tabel atau Sig > 0,05, maka H 0 diterima dan H1 ditolak,

menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan secara simultan antara

variabel bebas dengan

3.5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Ghozali (2018) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0 (nol) dan 1 (satu). Dari sini dapat

diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel

independennya, sedangkan sisanya akan dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar

model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

dependen. Koefisien determinasi (R2) yang nilainya berkisaran antara 0 < R2 < 1.

Nilai R2 dapat dinyatakan dalam presentase yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi


37

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada Rsquare.

Nilai Rsquare dikatakan baik jika jika diatas 0,5 karena Rsquare berkisar antara 0

dan 1.
38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel-variabel

penelitian yang diamati. Pengukuran statistik deskriptif dalam penelitian ini

menghasilkan perhitungan sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 80 .012 1.42 .6709 .2536184

X2 80 .70 .97 .8636 .0684056

X3 80 .0000 .434 .1134 .0623141

Y 80 .000 1.77 1.85914 4343.67706

Valid N (listwise) 80

Sumber : Data diolah oleh SPSS 25, 2022

Berdasarkan data pada tabel 4.1, dapat diketahui tentang data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Jumlah sampel analisis (N) dalam penelitian ini adalah 80 sampel .

Terdiri dari 15 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.

b. Variabel Profitabilitas dengan nilai minimum adalah 0.012 sedangkan

nilai maksimumnya adalah 1,42 Nilai rata-rata (mean) dari tahun

2016-2021 adalah 0.6709, dan standar deviasinya adalah 0,2536184.


39

c. Variabel leverage memiliki nilai minimum adalah 0,70, sedangkan

nilai maksimumnya adalah 0,97. Nilai rata-rata (mean) dari tahun

2016-2021 adalah 0,8636, dan standar deviasi dari tahun 2016-2021

adalah 0,0684056.

d. Variabel kebijakan deviden memiliki nilai minimum adalah 0,000,

sedangkan nilai maksimumnya adalah 0,434. Nilai rata-rata (mean)

dari tahun 2016-2021 adalah 0,1134, dan standar deviasi dari tahun

2016-2021 adalah 0, 0623141.

e. Variabel leverage memiliki nilai minimum adalah 0,00, sedangkan

nilai maksimumnya adalah 1,77. Nilai rata-rata (mean) dari tahun

2016-2021 adalah 1,8595, dan standar deviasi dari tahun 2016-2021

adalah 4343.67706.

4.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, dilakukan terlebih dahulu

uji normalitas. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam

model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan analisis grafik maupun

analisis statistik. Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan .

Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

b. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi


40

Tabel 4.2.
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 618
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.93867913
Most Extreme Differences Absolute .062
Positive .062
Negative -.057
Test Statistic .062
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : data diolah SPSS, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah

0,20 > 0,05. ini berarti nilainya diatas nilai signifikan 5% (0,05). Oleh karena itu,

dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) juga menyatakan bahwa data residual

berdistribusi normal.

Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021


Gambar 4.1
Hasil Uji normalitas dengan menggunakan pendekatan grafik normal
pobability plot
Berdasarkan gambar 4.1, hasil uji normalitas dengan pendekatan grafik

diatas, dapat diketahui bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang

normal, hal ini dapat dilihat dari penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal

dari grafik. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan pendekatan grafik diatas,
41

dapat diketahui bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal

ini dapat dilihat dari penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik.

Sumber: data diolah SPSS 25, 2021


Gambar 4.2
Hasil Uji normalitas data dengan pendekatan histogram

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan telah

berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari garis histogram tidak melenceng ke

kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran datanya telah berdistribusi secara normal.

Uji normalitas data dengan pendekatan histogram diatas menunjukkan bahwa

model regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari

garis histogram tidak melenceng ke kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran

datanya telah berdistribusi secara normal.

4.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi klasik yang kedua pada penelitian ini adalah uji

multikolonieritas. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (X).

Multikolonieritas berarti adanya hubungan yang kuat antara beberapa variabel


42

atau semua variabel independen dalam model regresi. Untuk menguji ada

tidaknya multikolonieritas di antara variabel indepeden maka digunakan nilai

variance sinflation factors (VIF) dan nilai tolerance. Bila nilai tolerance < 0,10

atau nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas. Bila tolerance > 0,10 atau nilai

VIF < 10 maka multikolonieritas ditolak. Uji multikolonieritas pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics


Model B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) .676 1.099
X1 .594 .116 .659 1.227
X2 -.105 -.093 .150 3.131
X3 -.124 -.149 .372 2.283
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2022

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui masing-masing nilai tolerance variabel

independen adalah > 0,10 yaitu 0,659, 0,150 dan 0,372. Sedangkan masing-

masing nilai VIF variabel independen adalah < 10 sebesar 1,227, 3,131 dan 2,283

sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.

4.2.3. Uji Heterokedastisitas

Pengujian asumsi klasik yang ketiga pada penelitian ini adalah uji

heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

dengan melihat Grafik Scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
43

ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas. Grafik uji heteroskedastisitas disajikan pada Gambar

4.3 berikut ini:

Sumber: data diolah SPSS 25, 2021


Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y.

dan ZPRED pada sumbu X. (Field. 2009. Ghozali. 2018). Field (2009) dan

Ghozali (2018) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu. seperti

titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur. maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas. serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berdasarkan Gambar 4.3. tidak terdapat pola yang begitu

jelas. serta titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. maka

tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


44

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pendeteksian asumsi autokorelasi

dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan kriteria pengujian yakni sebagai

berikut (Ghozali, 2018) :

a. Jika 0 < d < dL, tidak ada autokorelasi positif

b. Jika d-hitung<dL atau d-hitung > (4dL). maka terjadi autokorelasi

c. Jika dU > d-hitung < (4-dU). maka tidak terjadi autokorelasi negatif

d. Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL). maka tidak

dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi

Hasil uji autokorelasi disajikan pada Tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .528a .476 .311 3.1571 2.218

a. Predictors: (Constant). X1, X2,X3


b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Penelitian. 2022 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson

yang didapatkan sebesar 2,218. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi

dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. yaitu dengan membandingkan nilai

DW dari hasil regresi dengan nilai dL dan dU dari tabel Durbin Watson. Nilai

tabel batas bawah (dL) Durbin Waston pada jumlah observasi 256 dengan jumlah

variabel independen adalah dua dan batas atasnya (dU) sebesar 2,218. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa nilai du < DW < 4 atau 1 < 2.218< 4. Hal ini

menunjukkan tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif pada model regresi

yang digunakan.
45

4.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan

keputusan untuk uji statistik t. apabila t hitung > t tabel atau sig < α = 5%. maka

H1 diterima atau apabila t hitung < t tabel atau sig > α = 5%. maka H1 tidak dapat

diterima. Hasil uji hipotesis secara parsial dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini :

Tabel 4.5.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta


1 (Constant)
.676 1.099

X1
.594 .116 .128

X2
-.105 -.093 -.072

X3
-.124 -.149 -.201

a. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Penelitian. 2021 (Data diolah)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.5. maka persamaan regresi untuk

finansial distress sebagai variabel dependen yang dapat dibentuk adalah :

Y = 0.676 +0.594X1 - 0.105X2 – 0,124X3 + e

Keterangan:

Y = Struktur Modal

b0 = Koefisien konstanta

X1 = Profitabilitas
46

X2 = Leverage

X2 = Kebijakan Deviden

e = Koefisien error (variabel pengganggu)

Nilai konstansta adalah 0.676, artinya jika variabel-variabel independen (X1

dan X2) nilainya adalah 0, maka Struktur Modal (Y) nilainya adalah 0.676.

4.4. Pengujian Hipotesis

4.4.1. Uji Parsial ( Uji t)

Uji signifikansi parsial (uji t) dilakukan untuk menunjukkan apakah

masing-masing variabel independen (profitabilitas dan leverage) secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen (cost of capital). Dasar pengambilan

keputusan pengujian ini adalah jika sig. 2-tailed < α = 0,05, maka masing-masing

variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika

sebaliknya, maka masing-masing variabel independen tidak berpengaruh secara

parsial terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6.
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .676 1.099 4.151 .111
X1 .594 .116 .128 2.451 .001
X2 -.105 -.093 -.072 1.225 .178
X3 -.124 -.149 -.201 1.011 .113
a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai koefisien regresi dari profitabilitas dengan nilai Sig 0.001 < 0.05 dan

t hitung sebesar 2,451 > t tabel 1.99167. Maka profitabilitas berpengaruh


47

secara positif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Nilai konstan

(koefisien regresi) dari profitabilitas diperoleh 0.594. Hal ini berarti bahwa

apabila profitabilitas meningkat sebesar 1 satuan. maka Struktur Modal

akan meningkat sebesar 0.594. dengan asumsi variabel independen lainnya

dianggap konstan.

2. Nilai koefisien regresi dari leverage adalah -0.105. yakni bernilai negatif.

Nilai tersebut dapat diinterpretasikan leverage berpengaruh negatif

terhadap Struktur Modal. Hal ini berarti bahwa apabila leverage

meningkat sebesar 1 satuan. maka struktur modal akan menurun sebesar -

-0.105. dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.

Diketahui nilai Sig 0.178 > 0.05 dan t hitung 1,225 < t tabel 1.99167.

maka leverage berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap

struktur modal.

3. Nilai koefisien regresi dari kebijakan deviden Diketahui nilai Sig 0.113 >

0.05 dan t hitung sebesar 1,011 > t tabel 1.99167. Maka kebijakan deviden

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap struktur Modal.

Nilai konstan (koefisien regresi) dari profitabilitas diperoleh -0.124. Hal

ini berarti bahwa apabila kebijakan deviden meningkat sebesar 1 satuan.

Maka struktur modal akan menurun sebesar -0,124. Dengan asumsi

variabel independen lainnya dianggap konstan.

4.4.2. Uji Simultan ( Uji F)

Uji signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk melihat apakah variabel

independen (profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden) secara simultan

berpengaruh terhadap struktur modal. Dasar pengambilan keputusan pengujian ini


48

adalah jika F hitung > F tabel untuk α = 0,05, maka seluruh variabel independen

secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (struktur modal). Jika

sebaliknya, maka seluruh variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

terhadap struktur modal. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 93.123 2 18.866 4.121 .007b
Residual 37.119 254 2.823
Total 320.232 256
Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa Fhitung adalah 4,121 dengan

tingkat signifikansi 0,007. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) adalah 2,69. Oleh karena itu, Fhitung (4,121) > Ftabel (2,72) dan tingkat

signifikansinya 0,007 < 0,05 menunjukkan bahwa variabel bebas (profitabilitas,

leverage dan kebijakan deviden) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal.

4.4.3. Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Adjusted R
Model R R Square Square Durbin-Watson
1
.528a .476 .311 2.218

a. Predictors: (Constant), X1,X2,X3


b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021
49

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

kemampuan variabel independen yang digunakan dalam persamaan regresi

dalam menjelaskan variasi dependen. Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa

nilai Adjusted R Square sebesar 0,311 berarti 31,1% variasi variabel struktur

modal dapat dijelaskan oleh profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden.

Sedangkan sisanya sebesar 68.9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini seperti variabel manajemen laba, kepemilikan

majerial, likuiditas, struktur aktiva dan sebagainya.

4.5. Pembahasan

4.5.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Variabel profitabilitas dengan nilai Sig 0.001 < 0.05 dan t hitung

sebesar 2,451 > t tabel 1.96. Maka profitabilitas berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap Struktur Modal. Nilai konstan (koefisien regresi)

dari profitabilitas diperoleh 0.594. Hal ini berarti bahwa apabila

profitabilitas meningkat sebesar 1 satuan. maka Struktur Modal akan

meningkat sebesar 0.594. dengan asumsi variabel independen lainnya

dianggap konstana.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Siregar (2019) dengan

judul “Pengaruh Kebijakan Deviden, dan Profitabilitas Terhadap Struktur

Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”. Penelitian tersebut menemukan bahwa profitabilitas


50

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Profitabilitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam

menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka

akan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Perusahaan yang memilki profitabilitas yang cukup tinggi maka

return yang dihasilkan akan besar sehingga para investor berminat untuk

melakukan investasi pada perusaaan. Profitabilitas dapat mengukur

kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan, utang perusahaan

juga bisa mempengaruhi. Jika profitabilitas dalam keadaan baik maka akan

berdampak positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya dalam

perusahaan tersebut. Keputusan kreditur juga berdampak pada penyertaan

modal dengan pendanaan yang melalui utang.

4.5.2. Pengaruh Leverage Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai koefisien regresi dari

leverage adalah -0.105. yakni bernilai negatif. Nilai tersebut dapat

diinterpretasikan leverage berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal. Hal

ini berarti bahwa apabila leverage meningkat sebesar 1 satuan. maka

struktur modal akan menurun sebesar - -0.105. dengan asumsi variabel

independen lainnya dianggap konstan. Diketahui nilai Sig 0.178 > 0.05 dan t

hitung 1,225 < t tabel 1.96. maka leverage berpengaruh secara negatif dan

tidak signifikan terhadap struktur modal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Siregar (2019), Usnina

(2021) serta Oktaviana (2021) yang menemukan leverage berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. perusahaan yang


51

memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung menggunakan

pembiayaan dari utang, dikarenakan perusahaan dengan likuiditas yang

tinggi mempunyai dana internal sehingga perusahaan tersebut akan lebih

menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai

operasinya sebelum meggunakan pembiayaan eksternal sehingga teori

ini memprediksi adanya hubungan yang negative antara likuiditas dan

struktur modal.

4.5.3. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Struktur Modal


Nilai koefisien regresi dari kebijakan deviden Diketahui nilai Sig

0.113 > 0.05 dan t hitung sebesar 1,011 > t tabel 1.96. Maka kebijakan

deviden berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap struktur

Modal. Nilai konstan (koefisien regresi) dari profitabilitas diperoleh -0.124.

Hal ini berarti bahwa apabila kebijakan deviden meningkat sebesar 1

satuan. Maka struktur modal akan menurun sebesar -0,124. Dengan asumsi

variabel independen lainnya dianggap konstan.

Menurut Fahara (2021 : 43) kebijakan dividen tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan. Kebijakan dividen tidak

berpengaruh terhadap struktur modal dikarenakan kenaikan dividen yang

terjadi tidak selalu diikuti dengan kenaikan utang perusahaan, karena dalam

membuat keputusan yang berhubungan dengan struktur modal (utang)

dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, yaitu perusahaan memiliki

profitabilitas atau tingkat pengembalian perusahaan atas investasi yang

tinggi, sehingga menggunakan utang lebih rendah karena perusahaan

mampu untuk membayar dividen yang tinggi tanpa melakukan utang.

4.5.4. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Kebijakan Deviden terhadap


52

Struktur Modal
Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa Fhitung adalah 4,121 dengan tingkat

signifikansi 0,007. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

adalah 2,69. Oleh karena itu, Fhitung (4,121) > Ftabel (2,69) dan tingkat

signifikansinya 0,007 < 0,05 menunjukkan bahwa variabel bebas

(profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal.

Uji koefisien determinasi (R2) pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai

Adjusted R Square sebesar 0,311 berarti 31,1% variasi variabel struktur

modal dapat dijelaskan oleh profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden.

Sedangkan sisanya sebesar 68.9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini seperti variabel manajemen laba,

kepemilikan majerial, likuiditas, struktur aktiva dan sebagainya.


53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat

disimpulkan yaitu:

a. Variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

struktur modal pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

periode 2016-2021.

b. Variabel leverage berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap

struktur modal pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

periode 2016-2021

c. Variabel kebijakan devidenberpengaruh negative dan tidak signifikan

terhadap struktur modal pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di

BEI periode 2016-2021

d. Seluruh variabel independen yakni profitabilitas, leverage dan

kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap variabel

dependennya yaitu struktur modal pada perusahaan perkebunan yang

terdaftar di BEI periode 2016-2021

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. maka

penyempurnaan yang disarankan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian

terhadap struktur modal disarankan untuk menambah variabel

penelitian. seperti menambah variabel manajemen laba, kepemilikan


54

majerial, likuiditas, struktur aktiva dan sebagainya. Karena variabel

independen yang digunakan hanya mampu menjelaskan 31,1%

pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan manajemen laba,

kepemilikan majerial, likuiditas, struktur aktiva dan sebagainya yang

terdaftar di BEI periode 2016-2021. Sehingga kemungkinan masih

banyak variabel-variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi

struktur modal. Penelitian ini hanya sebatas pada perusahaan

manajemen laba, kepemilikan majerial, likuiditas, struktur aktiva dan

sebagainya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2021.

Sehingga kurang mencerminkan perkembangan secara keseluruhan di

industri.

2. Untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI agar lebih

termotivasi untuk meningkatkan tingkat leverage dalam laporan

tahunan perusahaan karena dengan upaya tersebut, perusahaan dapat

memperoleh kepercayaan kreditor atas transparansi perusahaan dan

menghasilkan biaya utang yang rendah. Selain itu, perusahaan

diharapkan dapat menyesuaikan ketepatan pelaporan keuangan

perusahaan agar tidak terlalu cepat, tetapi masih dalam jangka waktu

pelaporan maksimal agar tidak dikenakan denda.


55

DAFTAR PUSTAKA

Danarwati, M., Raharjo, K., & Oemar, A. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus
Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2012-2016). Journal Of Accounting, 5(5).

Darma, Indri (2019). Pengaruh Kebijakan Deviden, Dan Profitabilitas Terhadap


Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) (Doctoral Dissertation, Universitas Balikpapan).

Darmadji, T., & Fakhruddin, H. M. (2011). Pasar Modal Di Indonesia (3 ed.).


Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, S. (2021). Analisis Financial Leverage, Profitabilitas, Struktur Modal Dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Tingkat Inflasi
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Industri
Barang Konsumsi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-
2020) (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia).

Fahara, N. I. (2021). Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas Dan Kebijakan


Dividen Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei Periode Tahun 2017-2019 (Doctoral Dissertation,
Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

Fau, N. R. (2015). Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran


Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi .

Field, A. P. (2009). Discovering Statistics Using SPSS. London: Sage.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap, S. S. (2007). Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
56

Hariyanti, N., & Pangestuti, I. R. D. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,


Likuiditas, Collateralizable Assets, Dan Growth In Net Assets Terhadap
Kebijakan Dividen Dengan Firm Size, Firm Age, Dan Board Size Sebagai
Variabel Kontrol (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2017-2019). Diponegoro
Journal of Management, 10(3), 10-24

Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (5th


ed.). Jakarta: UPP STIM YKPN.

Kayoi, S. A., & Fuad, F. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial


Statement Fraud Ditinjau Dari Fraud Triangle Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017. Diponegoro
Journal Of Accounting, 8(4).

Kustiani, S., Mulyatini, N., & Lestari, M. N. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan (Suatu Studi pada
PT. Gudang Garam Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2007-2017). Business Management and Entrepreneurship Journal, 1(3).

Lailiyah, E. H., & Abadi, M. D. (2021). Agency Cost dan Kebijakan Dividen
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi
Akuntansi, 7(1), 33-41.

Maulina, G. (2018). Pengaruh Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap


Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016) (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).

Musabbihan, N. A., & Purnawati, N. K. (2018). Pengaruh Profitabilitas Dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Struktur Modal
Sebagai Pemediasi (Doctoral dissertation, Udayana University).
57

Oktaviana, A., & Taqwa, S. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Busines Risk, Growth
of Assets, Operating Leverage terhadap Struktur Modal. JURNAL
EKSPLORASI AKUNTANSI (JEA), 3(2), 470-485.

Nurmalasari, P., & Maradesa, D. (2021). Pengaruh Agency Cost Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Subsektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020. Going Concern: Jurnal Riset
Akuntansi, 16(4), 355-365.

Pertiwi, N. K. N. I., & Darmayanti, N. P. A. (2018). Pengaruh Profitabilitas,


Likuiditas, Struktur Aktiva Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur
Modal Perusahaan Manufaktur Di Bei (Doctoral dissertation, Udayana
University)

Qomariyah, A., & Sukoco, Y. D. (2021). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan


Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020. Jurnal Riset
Manajemen dan Akuntansi, 9(03).

Saddam, M., & Sarwani, S. (2021). Pengaruh Struktur Modal Dan Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Jurnal Neraca Peradaban, 1(1), 73-82.

Usnina, N. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap


Struktur Modal Pada Perusahaan Pertambangan Di BEI Periode 2014-
2018. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Sosial Sains, 1(01).

Wulan, I. N. (2021). Pengaruh Aktivitas, Ukuran Perusahaan, Leverage,


Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Modal Kerja
terhadap Profitabilitas (Doctoral dissertation, STIE Perbanas Surabaya).

Yunus, Y. (2022). Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas (ROE), Pertumbuhan


Aset, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal (DER) pada
Perusahaan yang Tergabung dalam Sub Sektor Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Indonesia. FIN-ACC (Finance Accounting), 2(8).
58

http://www.liputan6.com/bisnis/read/3191657/industri-perkebunan-jadipenopang-
ekonomi-nasional, diakses pada tanggal 17 September 2018
59

Lampiran 1 : Data Profitabilitas, Leverage, Kebijakan Deviden Dan Struktur


Modal Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Bei) Periode 2016-2021

ROE DPR (Kebijakan DER (Struktur


Kode Leverage
No (Profitabilitas) Deviden) Modal)
2016
1 AALI 0.13 5.64 0.6513 1.32
2 ANJT 0.355 6.53 0.6254 0.61
3 BWPT 0.02 5.08 0.9492 0.54
4 DSNG 0.145 8.26 0.7648 0.2
5 GOLL 1.2 6.63 0.8482 0.23
6 GZCO 0.24 10.818 0.5468 0.22
7 JAWA 0.16 1.193 0.4813 0.18
8 LSIP 0.22 6.407 0.5011 0.17
9 PALM 0.82 0.879 0.8 0.18
10 SGRO 0.13 17.539 0.82 0.19
11 SIMP 0.211 2.025 0.8896 0.62
12 SMAR 0.153 9.13 0.6582 0.56
13 SSMS 0.747 2.681 0.5302 0.56
14 TBLA 0.177 1.325 0.6861 0.52
15 UNSP 0.065 6.188 0.8182 0.46
2017
1 AALI 0.12 0.181 0.9201 0.87
2 ANJT 0.399 17.989 0.5553 0.88
3 BWPT 0.018 2.271 0.8869 0.94
4 DSNG 0.096 6.414 0.5833 0.78
5 GOLL 0.88 1.822 0.93 1.74
6 GZCO 0.26 15.37 0.5986 1.77
7 JAWA 0.14 5.247 0.7545 1.36
8 LSIP 0.2 6.059 0.7258 1.48
9 PALM 0.85 11.371 0.7491 1.53
10 SGRO 0.16 0.35 0.9515 1.18
11 SIMP 0.161 4.016 0.9799 1.06
12 SMAR 0.149 1.74 0.895657 1.03
13 SSMS 0.764 15.562 0.7555 1.06
14 TBLA 0.14 2.468 0.5961 0.92
15 UNSP 0.107 0.194 0.9104 0.91
2018
1 ANJT 0.08 1.054 0.8053 1.31
2 BWPT 0.375 6.864 0.8482 1.87
3 DSNG 0.188 2.261 0.7743 3.34
4 GOLL 0.136 0.046 0.8966 1.28
5 GZCO 1.42 11.139 0.001 1.02
6 JAWA 0.1 1.538 0.7797 0.62
7 LSIP 0.02 6.352 0 0.51
60

8 PALM 0.19 3.577 0.5007 0.52


9 SGRO 0.123 11.48 0.001 1.48
10 SIMP 0.15 4.41 0.5272 0.92
11 SMAR 0.125 6.384 0.6403 1.07
12 SSMS 0.164 10.517 0.9904 1.2
13 TBLA 0.754 0.041 0.895657 1.08
14 UNSP 0.086 1.827 0.9461 0.9
15 AALI 0.013 1.301 0.1481 1
2019
1 BWPT 0.17 2.475 0.5784 0.6
2 DSNG 0.225 0.051 0.6513 0.34
3 GOLL 0.189 2.692 0.6254 0.27
4 GZCO 0.089 0.859 0.9492 0.21
5 JAWA 0.65 6.189 0.7648 0.18
6 LSIP 0.24 2.419 0.8482 0.16
7 PALM 0.06 0.501 0.5468 0.17
8 SGRO 0.23 2.247 0.4813 0.67
9 SIMP 0.132 4.063 0.5011 0.59
10 SMAR 0.18 6.441 0.8 0.58
11 SSMS 0.187 3.402 0.82 0.54
12 TBLA 0.17 7.952 0.8896 0.55
13 UNSP 0.324 4.507 0.6582 0.19
14 AALI 0.111 5.811 0.5302 0.24
15 ANJT 0.024 10.724 0.6861 0.26
2020
1 DSNG 0.16 1.724 0.5306 0.43
2 GOLL 0.355 1.632 0.9201 -5.02
3 GZCO 0.19 12.874 0.5553 0.43
4 JAWA 0.149 2.735 0.8869 0.58
5 LSIP 1.42 0.098 0.5833 0.78
6 PALM 0.23 0.615 0.93 1.03
7 SGRO 0.14 0.566 0.5986 1.32
8 SIMP 0.22 4.626 0.7545 0.61
9 SMAR 0.212 2.804 0.7258 0.54
10 SSMS 0.14 1.23 0.7491 0.2
11 TBLA 0.188 2.08 0.9515 0.23
12 UNSP 0.158 3.3 0.9799 0.22
13 AALI 0.747 2.79 0.895657 0.18
14 ANJT 0.086 2.43 0.7555 0.17
15 BWPT 0.013 5.23 0.5961 0.18
2021
1 GOLL 0.14 2.73 0.925 0.62
2 GZCO 0.375 5.64 0.8053 0.56
3 JAWA 0.23 6.53 0.8482 0.56
4 LSIP 0.164 5.08 0.7743 0.52
5 PALM 1.38 8.26 0.8966 0.46
6 SGRO 0.26 6.63 0.001 1.13
7 SIMP 0.14 10.818 0.7797 0.87
8 SMAR 0.177 1.193 0 0.88
9 SSMS 0.183 6.407 0.5007 0.94
61

10 TBLA 0.12 0.879 0.001 0.78


11 UNSP 0.189 17.539 0.5272 1.74
12 AALI 0.160 2.025 0.6403 1.77
13 ANJT 0.764 9.13 0.9904 1.36
14 BWPT 0.111 2.681 0.895657 1.48
15 DSNG 0.024 1.325 0.9461 1.53
62

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 618
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.93867913
Most Extreme Differences Absolute .062
Positive .062
Negative -.057
Test Statistic .062
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
63

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics


Model B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) .676 1.099
X1 .594 .116 .659 1.227
X2 -.105 -.093 .150 3.131
X3 -.124 -.149 .372 2.283
b. Dependent Variable: Y

Adjusted R
Model R R Square Square Durbin-Watson
1
.528a .476 .311 2.218

a. Predictors: (Constant), X1,X2,X3

b. Dependent Variable: Y

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 93.123 2 18.866 4.121 .007b
Residual 37.119 254 2.823
Total 320.232 256

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
64

1 (Constant) .676 1.099 4.151 .111


X1 .594 .116 .128 2.451 .001
X2 -.105 -.093 -.072 1.225 .178
X3 -.124 -.149 -.201 1.011 .113
a. Dependent Variable: Y

Anda mungkin juga menyukai