Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL TUGAS AKHIR

“ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA DAN


PENJUALAN TERHADAP LABA BERSIH PADA PT.
INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDOMUNCUL TBK.
TAHUN 2014 – 2019”

Disusun Oleh :
NAMA : ARIFAH AYU WULANDARI
NPM : 2017-103-019
JURUSAN : AKUNTANSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Profesi Ahli Madya

STIE INSAN PEMBANGUNAN


Jl. Raya Serang Km. 10 Bitung – Tangerang
Website : http//www.insanpembangunan.ac.id
Email : info@insanpembangunan.ac.id
Telp.(021) 59492836 Fax (021) 59490837
Th. Akademik 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

tugas akhir ini sebagai pemenuhan persyaratan guna memperoleh gelar Profesi

Ahli Madya dengan judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Penjualan

Terhadap Laba Bersih Pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul, Tbk.

Tahun 2014 – 2019”.

Penulis berharap agar tugas ini dapat diterapkan dan berguna dikemudian

hari. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat

selama penulis menyusun tugas ini.

Terlepas dari segala usaha penulis selama mengadakan penelitian hingga

menyusun tugas ini, penulis menyadari laporan ini masi banyak kekurangan –

kekurangan, oleh karena itu kekurangan – kekurangan ini penulis jadikan

semangat untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang yang lebih baik.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang

membangun demi penyempurnaan tugas ini.

Tangerang, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL…………………………………………………..….. v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah...................................................... 1

1.2 Rumusan

Masalah............................................................... 5

1.3 Tujuan

Penelitian................................................................. 5

1.4 Manfaat

Penelitian............................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................. 7

2.1.1 Laporan Keuangan…………………………………….. 7

2.1.2 Modal Kerja…………………………………………… 16

2.1.3 Penjualan……………………………………………… 26

2.1.4 Laba Bersih……………………………………………. 29

2.1.5 Hubungan Antar Variabel…………………………….. 31

3
2.1.6 Penelitian yang Relevan………………………………. 33

2.2 Kerangka Kerja Teoritis ………………………………………. 35

2.3 Hipotesis………………………………………………………. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian………………………………………… 38

3.2 Variabel Penelitian……………………………………….. 39

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel…. 40

3.4 Pemilihan Populasi dan Sampel…………………………… 41

3.5 Metode Pengumpulan Data……………………………….. 43

3.6 Metode Analisa……………………………………………. 44

DAFTAR PUSTAKA

4
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………………………………….. 33

TABEL 3.1 Definisi Operasional Variabel………………….................... 40

TABEL 3.2 Pedoman Menginterprestasikan Koefisien Korelasi………… 49

5
DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 2.1 Kerangka Kerja Teoritis………………………………….. 36

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, sehingga semakin

banyak perusahaan saling bersaing satu sama lain untuk meningkatkan

pendapatan perusahaan dan eksistensi perusahaan dimata masyarakat baik itu

secara nasional maupun internasional. Untuk menjaga eksistensinya maka

manajemen perusahaan harus bisa mengelola perusahaan dengan baik ,

perusahaan juga dituntut untuk lebih inovatif dan memiliki strategi yang tepat dan

cermat agar mampu bertahan dalam perkembangan ekonomi dunia.

Pada umumnya semua perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba.

Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak akan dapat memenuhi tujuan lainya

yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern). Salah satu yang bisa

dilakukan perusahaan adalah menjaga kualitas kinerja dalam perusahaan itu

sendiri (internal perusahaan), terutama dalam hal upaya peningkatan kinerja

keuangan perusahaan. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan

perusahaan dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan adalah aspek

pengaturan keuangan yang tertuang di dalam pengelolaan modal kerja.

Menurut Kasmir (2018:234), “modal kerja merupakan modal yang

digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja

diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva

1
jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan

aktiva lancar lainnya.” Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat

dijalankan. Modal tersebut berasal dari kekayaan yang dimiliki perusahaan

tersebut. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat

beroperasi seekonomis mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan

sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan.

Modal kerja merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi

suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja

untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, misalnya untuk memberikan

persekot bahan mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. Dana

yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut diharapkan dapat kembali masuk

melalui penjualan produk. Modal kerja yang berasal dari penjualan tersebut akan

dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya dan akan

terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan.

Tersedianya modal kerja yang cukup penting bagi perusahaan untuk

membiayai kegiatan operasionalnya. Kebijakan perusahaan dalam mengelola

jumlah modal kerja secara tepat akan mengakibatkan keuntungan, sedangkan

akibat dari penanaman modal kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan

kerugian. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja akan menimbulkan

kerugian bagi perusahaan karena kesempatan untuk memperoleh keuntungan


disia-siakan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tidak akan

dapat membayar kewajiban tepat pada waktunya akan menghadapi masalah

likuiditas, sebaliknya jika perusahaan memiliki modal kerja yang berlebihan

maka hal ini menunjukkan didalam perusahaan itu terdapat dana yang tidak

produktif.

Persoalan pengelolaan modal kerja menjadi masalah serius dan

merupakan aspek yang sering dihadapi perusahaan. Oleh karena itu adanya

analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan guna mengetahui

kondisi modal kerja saat ini kemudian dihubungkan dengan situasi keuangan

pada masa yang akan datang. Untuk itu juga diperlukan adanya perencanaan dan

pengendalian yang baik dalam pengelolaan modal kerja yang tersedia dengan

asumsi bahwa setiap rupiah modal kerja yang tertanam dalam aktiva harus dapat

digunakan secara efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan investasi atau

rentabilitas yang maksimal.

Selain efisiensi dari pengelolaan modal kerja, perusahaan juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain salah satunya tingkat penjualan. Kegiatan

penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang optimal

sehingga kontinuitas perusahaan terjamin dengan perkembangan perusahaan

yang diharapkan akan terus meningkat. Tujuan akhir dari peningkatan penjualan

yang dilakukan oleh perusahaan yaitu diharapkan akan berdampak pada laba

bersih yang terus meningkat.


Hal ini berarti dengan meningkatkan laba yang dihasilkan dan baiknya

keadaan perusahaan maka investor akan tertarik untuk berinvestasi. Untuk

mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat

dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara

produktif.

Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan

penjualan barang dan jasa, maka dengan begitu manajer keuangan perlu

mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan

laba. Dengan mengetahui faktor tersebut, perusahaan dapat menentukan

langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan, untuk mengatasi masalah-

masalah dan meminimalisir dampak negatif yang timbul. Menurut Hanafi dan

Halim (2012:239), “faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba

meliputi: a) besarnya perusahaan, b) umur perusahaan, c) tingkat leverage,

d) tingkat penjualan, e) perubahan laba masa lalu.”

Dalam Penelitian ini, penulis memilih PT Industri Jamu dan Farmasi

Sidomuncul Tbk sebagai objek penelitian. PT Industri Jamu dan Farmasi

Sidomuncul Tbk merupakan salah satu perusahaan yang dipandang berhasil di

Indonesia yang memproduksi kebutuhan jamu dan farmasi terkenal. Berdasarkan

sumber data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Industri Jamu dan Farmasi

Sidomuncul Tbk periode 2014-2019, dapat dilihat bagaimana modal kerja,

penjualan dan laba bersih, pada table dan grafik 1.1 :


TABEL 1.1
Modal Kerja, Penjualan dan Laba bersih

Tahun Modal Kerja Penjualan Laba Bersih


2019 Rp. 1,300,024 Rp. 3,067,434 Rp. 807,689
2018 Rp. 1,179,286 Rp. 2,763,292 Rp. 663,849
2017 Rp. 1,420,394 Rp. 2,573,840 Rp. 533,799
2016 Rp. 1,578,439 Rp. 2,561,806 Rp. 480,525
2015 Rp. 1,523,379 Rp. 2,218,536 Rp. 437,475
2014 Rp. 1,679,007 Rp. 2,197,907 Rp. 415,193

3,500

3,000

2,500

2,000
MODAL KERJA
PENJUALAN
1,500 LABA BERSIH

1,000

500

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019

GRAFIK 1.1
Modal Kerja, Penjualan Dan Laba bersih PT. Industri jamu dan farmasi Sidomuncul Tbk.

Berdasarkan tabel dan grafik 1.1 ditas dapat diketahui bahwa modal kerja

PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sidomuncul Tbk dari tahun 2014 sampai 2019

cenderung menurun.

Modal kerja tertinggi yaitu tahun 2016 sebesar Rp 1,679,007 sedangkan

terendah tahun 2018 sebesar Rp 1,179,286. Penjualan pada PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sidomuncul Tbk dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 selalu
mengalami peningkatan. Begitu juga dengan laba yang dihasilkan selalu

mengalami peningkatan disetiap tahunnya.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Penjualan Terhadap

Laba Bersih Pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun

2014-2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengaruh modal kerja pada laba bersih di PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019?

b. Bagaimanakah pengaruh penjualan pada laba bersih di PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019?

c. Bagaimanakah pengaruh modal kerja dan penjualan pada laba bersih di PT.

Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh modal kerja pada laba bersih di PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019.

b. Untuk menganalisis pengaruh penjualan pada laba bersih di PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019.

c. Untuk menganalisis pengaruh modal kerja dan penjualan pada laba bersih di PT.
Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

diantaranya:

a. Bagi PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan serta

keputusan terutama sejauh mana besarnya pengaruh manajemen modal kerja

dan penjualan terhadap laba bersih perusahaan, sehingga diharapkan

membantu pihak manajemen dalam pengelolaan modal kerja dan penjualan

untuk memaksimalkan laba.

b. Bagi STIE Insan Pembangunan

Sebagai bahan referensi dan studi pustaka bagi pihak-pihak luar yang ingin

mengadakan penelitian sehubungan dengan modal kerja dan penjualan. Selain

itu, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu bagi

khasanah dunia akuntansi serta sebagai tambahan riset dibidang akuntansi.

c. Bagi Penulis

Sebagai wahana latihan atau pengembangan kemampuan dalam bidang

penelitian dan juga sebagai perbandingan praktis antara teori yang diperoleh

dibangku kuliah dengan praktek penyelenggaraan di lapangan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Munawir dalam buku Irham Fahmi (2017:2), “laporan

keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh

perusahaan yang bersangkutan.”

Menurut Sutrisno (2013:9), “laporan keuangan merupakan hasil

akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca

dan laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk

menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam mengambil

keputusan.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan dalam periode tertentu dan laporan tersebut dapat dijadikan alat

berkomunikasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.


b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018:10), secara umum laporan keuangan

bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik

pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Berikut ini beberapa tujuan

pembuatan dan penyusunan laporan keuangan yaitu:

1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan saat ini.

2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki saat ini.

3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada periode tertentu.

4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

satu periode.

7) Memberikan informasi tentang catatan-catatan laporan keuangan

8) Informasi keuangan lainnya.


c. Sifat Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018:11), penyusunan laporan keuangan harus

dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dengan demikian pula dalam

hal penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan keuangan

itu sendiri, dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat:

1) Bersifat historis

Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari

data masa lalu atau yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya

laporan keuangan yang disusun berdasarkan data satu atau dua atau

beberapa tahun belakang (tahun atau periode sebelumnya).

2) Bersifat menyeluruh

Bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat selengkap

mungkin artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan.

d. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa

disusun yaitu sebagai berikut:

1) Neraca

Menurut Hery (2014:7), “neraca (balance sheet) adalah sebuah laporan

keuangan yang sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas


perusahaan per tanggal tertentu. Tujuan neraca adalah menggambarkan

posisi keuangan perusahaan.” Menurut Kasmir (2018:31), komponen

yang terkandung dalam suatu aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva

tetap dan aktiva lainnya. Kemudian, kewajiban dibagi ke dalam dua

jenis yaitu kewajiban lancar (utang jangka pendek) dan utang jangka

panjang. Adapun komponen modal (ekuitas) terdiri dari modal setor dan

laba yang ditahan. Menurut Kasmir (2018:40), penjelasan masing-

masing komponen yang ada di neraca yaitu sebagai berikut:

a) Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh

perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.

Klasifikasi aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva

lainnya.

b) Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat

diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu

tahun. Komponen dalam aktiva lancar antara lain kas, bank, surat-

surat berharga, piutang, persediaan, sewa dibayar dimuka dan aktiva

lancar lainnya.

c) Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang

digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun. Secara garis

besar, aktiva tetap dibagi dua macam yaitu aktiva tetap berwujud

(tampak fisik) dan aktiva tetap yang tidak berwujud. Aktiva tetap

berwujud seperti tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan lainnya.


Aktiva tetap tidak beruwujud (tidak tampak fisik) merupakan hak

yang dimiliki perusahaan, seperti hak paten, merek dagang,

goodwill, lisensi dan lainnya.

d) Aktiva lainnya merupakan harta atau kekayaan yang tidak dapat

digolongkan ke dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap, seperti

bangunan dalam proses, piutang jangka panjang, tanah dalam

penyelesaian dan lainnya.

e) Utang lancar merupakan kewajiban atau utang perusahaan kepada

pihak lain yang harus segera dibayar. Jangka waktu utang lancar

adalah maksimal dari satu tahun. Oleh karena itu, utang lancar

disebut juga utang jangka pendek. Komponen utang lancar antara

lain terdiri dari utang dagang, utang bank maksimal satu tahun, utang

wesel, utang gaji dan utang jangka pendek lainnya.

f) Utang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada

pihak lain yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun.

Penggunaan utang jangka panjang biasanya digunakan untuk

investasi yang juga lebih dari satu tahun. Komponen yang ada dalam

utang jangka panjang adalah seperti obligasi, hipotek, utang bank

yang lebih dari satu tahun dan utang jangka panjang lainnya.

g) Modal (ekuitas) merupakan hak yang dimiliki perusahaan.

Komponen modal yang terdiri dari modal setor, agio saham, laba

yang ditahan, cadangan laba dan lainnya.


h) Modal setor merupakan setoran modal dari pemilik perusahaan

dalam bentuk saham dan jumlah tertentu. Artinya keseluruhan saham

yang dimiliki oleh perusahaan yang sudah dijual dan uangnya harus

disetor sesuai dengan aturan yang berlaku.

i) Laba ditahan (laba yang belum dibagi) merupakan laba atau

keuntungan perusahaan yang belum dibagi untuk periode tertentu.

Artinya ada keuntungan perusahaan yang belum dibagikan

devidennya dan masih disimpan sampai waktu tertentu karena suatu

alasan tertentu pula.

j) Cadangan laba merupakan bagian dari laba perusahaan yang tidak

dibagi ke pemegang saham pada periode ini, akan tetapi sengaja

dicadangkan perusahaan untuk laba periode berikutnya.

2) Laporan laba rugi

Menurut Sutrisno (2013:9), “laporan laba rugi adalah laporan yang

menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Laporan ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan

dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu.” Menurut

Hanafi dan Halim (2012:56), isi laporan laba rugi biasanya mencakup

elemen-elemen seperti berikut:

a) Pendapatan operasional perusahaan, seperti penjualan (bersih), harga

pokok penjualan, biaya operasional, pendapatan dan biaya lainnya,

dan biaya pajak yang berkaitan dengan operasi perusahaan.


b) Hasil dari operasi yang dihentikan, seperti pendapatan (rugi) dari

operasi perusahaan yang dihentikan dan untung (rugi) yang berkaitan

dengan pelepasan lini bisnis yang dihentikan.

c) Item-item luar biasa.

d) Efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi.

e) Laba bersih.

f) Laba per lembar saham.

3) Laporan Perubahan Modal

Menurut Kasmir (2018:29), “laporan perubahan modal merupakan

laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini.

Kemudian, laporan ini menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab

terjadinya perubahan modal di perusahaan. Laporan perubahan modal

jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. Artinya laporan ini

baru dibuat bila memang ada perubahan modal.”

4) Laporan arus kas

Menurut Kasmir (2018:29), “laporan arus kas merupakan laporan yang

menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan,

baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.”

Menurut Hanafi dan Halim (2012:58), laporan aliran kas atau arus kas

bertujuan melihat efek kas dari kegiatan operasi, investasi dan

pendanaan. Aktivitas operasi meliputi semua transaksi atau kejadian

lain yang bukan merupakan kegiatan investasi atau pendanaan, seperti


transaksi yang melibatkan produksi, penjualan dan penyerahan barang

atau jasa. Aktivitas investasi meliputi pemberian kredit, pembelian atau

penjualan investasi jangka panjang. Aktivitas pendanaan meliputi

transaksi untuk memperoleh dana dan distribusi return ke pemberi dana

dan pelunas hutang.

5) Laporan catatan atas laporan keuangan

Menurut Kasmir (2018:30), “laporan catatan atas laporan keuangan

merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan

keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.” Menurut Hanafi dan

Halim (2012:61), beberapa hal yang dilaporkan diluar laporan keuangan

(dalam lampiran) meliputi ringkasan prinsip atau metode akuntansi

yang dipakai, aset dan utang yang belum pasti dan peristiwa kemudian.

e. Pihak-pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018:25), pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan, meliputi:

1) Pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta

dividen yang diperolehnya.

2) Manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.

3) Kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh

pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.


4) Pemerintah, untuk menilai kepatuhan perusahaan untuk membayar

kewajibannya kepada pemerintah.

5) Investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu

memberikan dividen dan nilai saham seperti yang diinginkan.

f. Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018:16), setiap laporan keuangan yang disusun

pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa keterbatasan

laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu:

1) Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah dimana data-

data yang diambil dari data masa lalu.

2) Laporan keuangan dibuat umum artinya untuk semua orang bukan

hanya untuk pihak-pihak tertentu saja.

3) Proses penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari taksiran-

taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

4) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi

ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak

menguntungkan selalu dihitung kerugiannya.

5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang

ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan

kepada sifat normalnya.


2.1.2 Modal Kerja

a. Definisi Modal Kerja

Modal kerja merupakan sejumlah dana yang selalu tersedia dalam

perusahaan yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan.

Kegiatan perusahaan ini dimulai jika telah tersedia dana yang telah

dikeluarkan dan dapat diterima kembali dalam jangka waktu satu tahun.

Menurut Sutrisno (2013:41), “Modal kerja adalah dana yang

diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional

perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah

buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya.”

Menurut Kasmir (2018:250), “Modal kerja merupakan modal yang

digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja

diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva

jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan,

dan aktiva lancar lainnya.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal

kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau

aktiva lancar. Secara sederhana dalam praktiknya sehari-hari modal kerja

didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi kewajiban lancar dan definisi

ini dikenal dengan modal kerja bersih.


b. Konsep Modal Kerja

Menurut Kasmir (2018:250), secara umum tiga konsep modal kerja

adalah sebagai berikut:

1) Konsep Kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh

aktiva lancar. Dalam konsep ini yang perlu mendapat perhatian adalah

bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi

perusahaan dalam jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan

modal kerja kotor (gross working capital).

2) Konsep Kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada

kualitas modal kerja. Dalam konsep ini adalah melihat selisih antara

jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut

modal kerja bersih (net working capital). Keuntungan dalam konsep ini

adalah terlihat tingkat likuiditas perusahaan.

3) Konsep Fungsional, menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki

perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang

dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba

perusahaan. Makin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja

seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba, demikian pula

sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, maka laba pun akan

menurun.
Perbedaan yang mendasar dari ketiga konsep diatas adalah terletak

pada penentuan jumlah modal kerja. Konsep modal kerja yang digunakan

dalam penelitian ini adalah konsep kualitatif, dimana modal kerja

didefinisikan sebagai aktiva lancar (Current Assets) dikurangi dengan

hutang lancar atau utang jangka pendek. Rumus modal kerja bersih:

Modal Kerja Bersih = Aktiva Lancar − Utang Jangka


Pendek

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Menurut Kasmir (2018:254), kebutuhan perusahaan akan modal

tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

1) Jenis Perusahaan

Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam yaitu

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri).

Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika

dibandingkan dengan perusahaan jasa. Di perusahaan industri, investasi

dalam bidang kas, piutang dan persediaan relatif lebih besar jika

dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan

perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.

2) Syarat Kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan secara

angsuran juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan


penjualan bisa dilakukan dengan melakukan penjualan secara kredit

karena memberikan kelonggaran pada konsumen untuk membeli

barang. Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat

pembelian dan penjualan. Dalam syarat pembelian jika persyaratan

kredit lebih mudah maka akan sedikit uang kas yang keluar demikian

pula sebaliknya. Kemudian, syarat penjualan berbeda dengan syarat

pembelian. Dalam syarat penjualan apabila syarat kredit diberikan

relatif lunak seperti potongan harga, modal kerja yang dibutuhkan

semakin besar dalam sektor piutang.

3) Waktu produksi

Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu

yang diperlukan untuk memproduksi barang. Makin lama waktu yang

digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar

modal kerja yang di butuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin

pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang, maka

semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.

4) Tingkat perputaran persediaan

Semakin rendah tingkat perputaran persediaan, kebutuhan modal kerja

semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan

perputaran persediaan yang cukup tinggi agar resiko kerugian dapat

diperkecil.
d. Jenis- Jenis Modal Kerja

Setiap perusahaan memiliki jenis modal kerja yang berbeda-beda,

termasuk akan kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu

periode belum tentu sama. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan

proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan

itu sendiri kemungkinan besar disebabkan adanya permintaan yang tidak

sama dari waktu ke waktu, seperti adanya permintaan disebabkan musiman.

Menurut A. W. Taylor dalam buku Sutrisno (2013:43), modal kerja

bisa dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu:

1) Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam

perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi

dua macam, yakni:

a) Modal kerja primer

Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada

dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa

beroperasi.

b) Modal kerja normal

Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa

beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal


merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang

sebesar kapasitas normal perusahaan.

2) Modal Kerja Variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang

mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari:

a) Modal kerja musiman

Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi

apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan

biskuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat

musim hari raya.

b) Modal kerja siklis

Modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi

konjungtur.

c) Modal kerja darurat

Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-

keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan.

e. Sumber Modal Kerja

Menurut Jumingan (2014:72), modal kerja dapat berasal dari

berbagai sumber, yakni sebagai berikut:


1) Pendapatan bersih.

Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil

lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian

dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok

penjualan dan biaya usaha yang dikeluarkan untuk memperoleh

revenue. Jadi sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah

pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi

jangka pendek dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan

laba-rugi perusahaan.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.

Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual

dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat

berharga ini akan menyebabkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar

dari pos-pos surat-surat berharga menjadi pos kas. Keuntungan yang

diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja.

3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar

lainnya.

Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva

tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang

tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu

menjadi yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih

penjualan aktiva tidak lancar tersebut.


4) Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik.

Utang hipotik, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan

apabila diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi

perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak

begitu disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban

mengembalikan pokok pinjamannya.

5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa perusahaan

merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan

modal kerja diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja

musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek

lainnya.

6) Kredit dari supplier atau trade creditor.

Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang

diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies dan jasa-jasa

bisa diberikan secara kredit atau dengan wesel bayar.

f. Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk

maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan,

tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau
turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan

dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan

menurunnya pasiva.

Menurut Kasmir (2018:259), secara umum dikatakan bahwa

penggunaan modal kerja bisa dilakukan perusahaan untuk :

1) Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya.

2) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.

3) Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.

4) Pembentukan dana.

5) Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin dan lain-

lain).

6) Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka

panjang).

7) Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar.

8) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi.

9) Penggunaan lainnya.

g. Arti Penting Modal Kerja

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar

memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak

mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan


mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan

perusahaan.

Modal kerja bagi perusahaan memegang peranan penting. Apabila

perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan menghambat

kegiatan operasionalnya sehari-hari, bahkan kesempatan untuk

meningkatkan penjualan dan memperoleh tambahan pendapatan dapat

tertunda.

Menurut Kasmir (2018:252), secara umum arti penting modal kerja

bagi suatu perusahaan terutama bagi kesehatan perusahaan, yaitu sebagai

berikut:

1) Kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan di dalam

kegiatan operasional perusahaan dari waktu ke waktu. Ini merupakan

manjemen modal kerja.

2) Investasi dalam aktiva lancar cepat dan sering kali mengalami

perubahan serta cenderung labil. Sedangkan aktiva lancar adalah modal

kerja perusahaan artinya perubahan tersebut akan berpengaruh pada

modal kerja. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian yang sungguh-

sungguh dari manajer keuangan.

3) Dalam praktiknya sering kali bahwa separuh dari total aktiva

merupakan bagian dari aktiva lancar yang merupakan modal kerja

perusahaan.
4) Bagi perusahaan yang relatif kecil, fungsi modal kerja amat penting.

Perusahaan kecil relatif terbatas untuk memasuki modal besar dan

jangka panjang. Pendanaan perusahaan lebih mengandalkan pada utang

jangka pendek, seperti utang dagang, utang bank satu tahun yang

tentunya dapat mempengaruhi modal kerja.

5) Terdapat hubungan yang sangat erat antar pertumbuhan penjualan

dengan kebutuhan modal kerja. Kenaikan penjualan berkaitan dengan

tambahan, piutang, persediaan dan juga saldo kas. Demikian pula

sebaliknya apabila terjadi penurunan penjualan, akan berpengaruh

terhadap komponen dalam aktiva lancar.

2.1.3 Penjualan

a. Definisi Penjualan

Salah satu aktivitas perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah

penjualan. Penjualan merupakan titik sentral bagi perusahaan. Pada

umumnya kegiatan penjualan dilakukan untuk memperoleh laba semaksimal

mungkin dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya dalam jangka

waktu yang lama. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila penjualan sesuai

dengan yang direncanakan.

Menurut Jumingan dalam buku Irham Fahmi (2017:99), “Penjualan

merupakan penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa atau


perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli

langganan, penyewa dan pemakai jasa lainnya.” Adapun menurut Sunyoto

(2012:26), “Penjualan merupakan salah satu kegiatan pemasaran. Adanya

penjualan dapat terciptakan proses pertukaran barang dan atau jasa antara

penjual dengan pembeli.”

Berdasarkan definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

penjualan merupakan persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan

pembeli, sehingga terciptanya proses pertukaran barang dan atau jasa

berdasarkan harga yang telah disepakati, guna mendapatkan penjualan yang

menghasilkan laba.

b. Konsep Penjualan

Hasil kerja dalam penjualan diukur dari volume penjualan yang

dihasilkan dan bukan dari laba pemasaran. Perusahaan yang berorientasi

pada penjualan ini menganut sebuah konsep yang disebut konsep penjualan.

Menurut Sunyoto (2012:29), “Konsep penjualan adalah orientasi

manajemen yang menganggap konsumen akan melakukan atau tidak

melakukan pembelian produk-produk perusahaan didasarkan atas

pertimbangan usaha-usaha nyata yang dilakukan untuk menggugah atau

mendorong minat akan produk tersebut.”

Secara implisit yang terkandung dalam pandangan konsep penjualan

ini, yaitu:
1) Konsumen mempunyai kecenderungan normal untuk tidak melakukan

pembelian produk yang tidak penting.

2) Konsumen dapat didorong untuk membeli lebih banyak melalui

berbagai peralatan atau usaha-usaha yang mendorong pembelian.

3) Tugas organisasi adalah untuk mengorganisasi bagian yang sangat

berorientasi pada penjualan sebagai kunci untuk menarik dan

mempertahankan langganan.

c. Tujuan Penjualan

Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan yaitu

mendapatkan laba tertentu semaksimal mungkin dan mempertahankan atau

bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama. Tujuan

tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti

yang telah direncanakan.

Menurut Swastha dan Irawan (2008:404), perusahaan pada

umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjulan, yaitu:

1) Mencapai volume penjualan tertentu.

2) Menentukan laba tertentu.

3) Menunjang pertumbuhan perusahaan.


2.1.4 Laba Bersih

a. Definisi Laba Bersih

Salah satu sasaran bagi organisasi yang berorientasi pada profit

oriented adalah menghasilkan laba secara terus menerus sehingga

kontinuitas perusahaan terjaga dan dapat dipertahankan. Kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba merupakan salah satu petunjuk tentang

kualitas manajemen serta operasi perusahaan tersebut, yang berarti

mencerminkan nilai perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan

memperoleh laba apabila produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dapat

terjual dengan nilai yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan produksi yang bersangkutan. Oleh karena itu jumlah laba

yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas

perusahaan.

Menurut Soemarso (2017:234), “Laba bersih merupakan selisih

lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan

kerugian. Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal.”

Menurut Kasmir (2018:303), “laba bersih merupakan laba yang telah

dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu

periode tertentu, termasuk pajak.”

Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa laba

bersih merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan setelah

dikurangi beban dan pajak.


b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Bersih

Di dalam memperoleh laba diharapkan perusahaan perlu melakukan

suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba yang akan di

harapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba

tersebut. Menurut Jumingan (2014:165), ada banyak faktor yang

mempengaruhi perubahan laba bersih (net income), faktor-faktor tersebut

yaitu sebagai berikut:

1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.

2) Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok

penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi

atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.

3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang

dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan

efisiensi operasi perusahaan.

4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang

dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat

harga dan perubahan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan

discount.

5) Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya

laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.

6) Adanya perubahan dalam metode akuntansi.


2.1.5 Hubungan Antar Variabel

a. Modal Kerja dengan Laba Bersih

Dalam pendirian perusahaan, modal kerja merupakan unsur yang

paling utama untuk kegiatan usaha. Modal kerja digunakan untuk

operasional perusahaan dalam rangka untuk menghasilkan laba. Menurut

Sutrisno (2013:47), "masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal

kerja adalah menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu

perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar

berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan

profitabilitas perusahaan. Demikian pula nilai modal kerja yang terlalu kecil

akan ada resiko proses produksi perusahaan kemungkinan besar akan

terganggu. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besar kebutuhan modal

kerja suatu perusahaan." Profitabilitas dalam perusahaan dapat tercermin

dalam laba bersih perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat laba yang

diperoleh perusahaan tersebut karena tujuan utama perusahaan pada

umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba

merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan seharusnya memprediksi modal

kerja bersih yang akan di targetkan pada setiap periodenya dengan penuh

pertimbangan sehingga pencapaian laba bersih perusahaan menjadi

maksimal. Pencapaian laba bersih yang maksimal akan dapat memberikan


keluasan bagi perusahaan dalam menargetkan penjualan pada periode

berikutnya, serta di dalam dunia bisnis perusahaan dapat bersaing dengan

para kompetitor yang lainnya.

b. Penjualan dengan Laba Bersih

Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh

laba bersih yang sebesar-besarnya karena keberhasilan suatu perusahaan

dapat dilihat pada tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan itu sendiri

dan pencapaian laba bersih merupakan faktor yang menentukan bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2012:239),

“faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba, meliputi: a) besarnya

perusahaan, b) umur perusahaan, c) tingkat leverage, d) tingkat penjualan

dan e) perubahan laba masa lalu.”

Laba bersih bisa didapat secara optimal, jika tingkat penjualan

mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan

antara penjualan dengan laba bersih dapat dilihat pada komponen-komponen

dalam laporan laba rugi perusahaan yang saling terkait. penjualan terhadap

laba bersih ada hubungan yang erat, karena dalam hal ini dapat diketahui

bahwa laba akan timbul jika penjualan produk perusahaan lebih besar

dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.


2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang peneliti dapatkan yaitu

sebagai berikut:

TABEL 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
1. Bunga Teratai Pengaruh Modal Secara parsial modal kerja
2017 Kerja dan berpengaruh signifikan terhadap
Penjualan laba bersih, Nilai t hitung
Terhadap Laba variabel modal kerja sebesar
Bersih Pada 4,057 dengan probabilitas sig t
Perusahaan Sub sebesar 0,000. Karena
Sektor Food and probabilitas sig t < 0,05, maka
Beverage yang secara parsial modal kerja
Terdaftar di BEI berpengaruh signifikan terhadap
Periode 2011- laba bersih perusahaan food and
2015 beverage yang terdaftar BEI.
Secara parsial penjualan
berpengaruh signifikan terhadap
laba bersih, Nilai t hitung
variabel penjualan sebesar 2,726
dengan probabilitas sig t sebesar
0,010. Karena nilai probabilitas
sig t < 0,05, maka secara parsial
variabel penjualan berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih
perusahaan food and beverage
yang terdaftar di BEI.
Secara simultan variabel modal
kerja dan penjualan berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih.
Modal kerja dan penjualan
secara simultan berkontribusi
terhadap perubahan perolehan
laba bersih sebesar 80,6%.
2. Catur Pengaruh Modal Terdapat pengaruh modal kerja
Wulandari kerja dan Volume secara parsial terhadap
(2018) Penjualan profitabilitas Pada Perusahaan
Terhadap Sektor Industri Barang
Profitabilitas Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Sektor Industri Tahun 2017 dengan nilai t
Barang Konsumsi hitung > t tabel yaitu 2,074 >
Yang Terdaftar 2,051 dan nilai signifikan 0,048
Pada Bursa Efek < 0,05.
Indonesia Tahun Terdapat pengaruh volume
2017 penjualan secara parsial terhadap
profitabilitas Pada Perusahaan
Sektor Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun
2017 dengan nilai t hitung > t
tabel yaitu 3,695 > 2,051 dan
nilai signifikan 0,001 < 0,05.
3. Erlina Pengaruh Modal Modal kerja berpengaruh
Yunitasari Kerja Terhadap signifikan terhadap penjualan
Widyamukti, Penjualan dan pada perusahaan sektor food and
B.Junianto Laba Perusahaan beverage yang terdaftar di BEI
Wibowo (Studi Kasus pada periode 2011-2014 dengan nilai
2018 Sektor Food and signinifikan 0,00 < 0,05.
Beverage yang Penjualan berpengaruh positif
terdaftar di BEI dan signifikan terhadap laba
2011-2014) pada perusahaan sektor food and
beverage yang terdaftar di BEI
periode 2011-2014 dengan nilai
signifikansi 0,00 < 0,05.
4. Sonnya Pengaruh Modal Nilai koefisien korelasi
Nurman Kerja dan hubungan antara modal kerja
Sasongko Volume dengan laba bersih sebesar 0,640
2014 Penjualan termasuk dalam kategori kuat
Terhadap Laba dengan arah yang positif.
Bersih (Studi Koefisien korelasi hubungan
Kasus pada antara volume penjualan dengan
Perusahaan laba bersih sebesar 0,603
Industri Logam termasuk dalam kategori kuat
yang Terdaftar di dengan arah positif. Hubungan
BEI Tahun 2010- modal kerja dan volume
2012) penjualan terhadap laba bersih
adalah sebesar 0,799 yang
berada antara 0,60−0,799,
artinya modal kerja dan volume
penjualan memiliki hubungan
yang kuat dengan Laba Bersih
pada perusahaan industri logam
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Sumber: Data diolah peneliti pada tahun 2020

2.3 Kerangka Kerja Teoritis

Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba dan salah satu cara

untuk memperlancar perolehan laba yaitu dengan meningkatnya efektivitas

penggunaan modal kerja. Apabila pengelolaan modal kerja dikelola secara

efisien dan sefektif mungkin, maka akan berpengaruh pada operasional

perusahaan, dengan modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi risiko

dan menaikkan laba.

Laba juga bisa ditingkatkan dengan cara melakukan tingkat penjualan

yang baik, karena dalam hal ini laba akan timbul jika penjualan produk lebih

besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Jika penjualan

meningkat dan disertai dengan peningkatan laba bersih maka hasilnya adalah
sebuah keuntungan bagi sebuah perusahaan, hal ini bisa dilihat dari laba bersih

yang didapat oleh suatu perusahaan.

Modal kerja biasanya digunakan untuk menjaga aktivitas operasional

perusahaan. Terpenuhinya modal kerja dapat memberi keluasan bagi perusahaan

dalam meningkatkan penjualan. Modal kerja yang lebih dari cukup dan kenaikan

penjualan bisa meningkatkan laba bagi perusahaan.

Untuk meneliti apakah tedapat pengaruh dari modal kerja dan penjualan

terhadap laba bersih perusahaan, penulis menggunakan modal kerja dalam

konsep kualitatif, dimana modal kerja sebagai X1 menggunakan indikatornya

berupa modal kerja bersih (net working capital) dan penjualan sebagai variabel

X2 menggunakan indikatornya berupa penjualan bersih, sedangkan laba bersih

sebagai variabel Y. Maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

Modal Kerja
Ha1
(X1)
Laba Bersih
Ha3
(Y)
Penjualan Ha2

(X2)

GAMBAR 2.1 Kerangka Kerja Teoritis


2.4 Hipotesis

Menurut Nazir (2014:132), “Hipotesis adalah pernyataan yang diterima

secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat

fenomena dikenal dan merupakan data kerja serta panduan dalam verifikasi”.

Berdasarkan latar belakang masalah dan teori- teori yang berkaitan,

penulis mengemukakan kesimpulan sementara untuk dibuktikan kebenaran dan

keabsahannya. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ha1 : Modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih

pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tahun 2014 – 2019.

Ha2 : Penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tahun 2014 – 2019.

Ha3 : Modal Kerja dan Penjualan secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap laba bersih pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul

Tahun 2014 – 2019.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian yang baik, maka diperlukan suatu

desain penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik,

sistematis serta efektif. Menurut Nazir (2014:70), “Desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kausalitas.

Metode deskriptif menurut Nazir (2014:43), “Metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.”

Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Sementara itu metode kausalitas adalah penelitian yang dimaksudkan

untuk mengungkapkan permasalahan yang bersifat hubungan sebab akibat antar

variabel atau lebih. Metode kausalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh modal kerja dan penjualan terhadap laba bersih pada PT.

Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2018.


Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, maksudnya

data-data yang diperoleh, diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan

perhitungan statistik dan diinterprestasikan berdasarkan teori yang telah

dipelajari.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:38), “variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek/kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel bebas (X)

Menurut Sugiyono (2014:39), “Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).” Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas (X) adalah modal kerja dan penjualan.

b. Variabel terikat (Y)

Menurut Sugiyono (2014:39), “Variabel terikat merupakan variabel yang di

pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.” Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah laba bersih perusahaan.
3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional variabel adalah proses penguraian variabel

penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel dan

pengukuran. Definisi operasional variabel diperlukan dalam menentukan jenis,

indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian,

sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara

benar. Untuk meneliti bagaimana pengaruh modal kerja dan penjualan terhadap

laba bersih pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 –

2018, penulis menentukan definisi operasional variabel dalam penelitian ini

sebagai berikut:

TABEL 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator
Laba Bersih Laba bersih (net income) adalah Laba Bersih =
(Y) selisih lebih pendapatan atas beban- Pendapatan − Beban −
beban dan yang merupakan Pajak
kenaikan bersih atas modal yang
berasal dari kegiatan usaha,
Soemarso (2017:234).
Dalam penelitian ini laba bersih
yang digunakan adalah laba bersih
yang tertera dalam laporan laba
rugi PT. Industri Jamu dan Farmasi
Tbk. Tahun 2014 – 2018.
Modal kerja Modal kerja dalam penelitian ini Modal Kerja Bersih =
(X1) menggunakan konsep kualitatif Aktiva Lancar – Hutang
yang menitikberatkan kepada Jangka Pendek
kualitas modal kerja. Dalam konsep
ini adalah melihat selisih antara
jumlah aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (utang jangka
pendek). Konsep ini disebut modal
kerja bersih (net working capital),
Kasmir (2018:250).
Penjualan Pada saat perusahaan menjual Hasil Total Penjualan
(X2) barang dagangnya, maka diperoleh Bersih
pendapatan. Jumlah yang di
bebankan kepada pembeli untuk
barang dagang yang di serahkan
merupakan pendapatan perusahaan,
Soemarso (2017:160).
Dalam penelitian ini penjualan
diambil dari nilai penjualan bersih
yang tertera dalam laporan laba
rugi PT. Industri Jamu dan Farmasi
Sidomuncul Tbk. Tahun 2014
-2018.
Sumber: Data diolah peneliti pada tahun 2020

3.4 Pemilihan Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dapat

mencakup semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah

dirumuskan secara jelas. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2014:80),

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pengertian populasi di atas dan judul yang diambil, maka

dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh data laporan

keuangan PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk Tahun 2014–2019.
3.4.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2014:81), “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pada dasarnya

ukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya jumlah

sampel yang akan diambil untuk melaksanakan penelitian suatu objek,

kemudian besarnya sampel tersebut biasanya diukur secara statistik ataupun

estimasi penelitian. Sampel yang dipilih harus representatif artinya segala

karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih.

Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Teknik probability sampling

Menurut Sugiyono (2014:82), probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini

meliputi, simple random, proportionate stratified, random sampling,

disproportionate stratified random, dan sampling area (cluster).

b. Teknik non probability sampling

Menurut Sugiyono (2014:84), Non probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel. Teknik ini meliputi sampling sistematis, sampling kuota,

insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.


Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengambil sampel

adalah non probability sampling dengan menggunakan metode purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang

didasarkan pada tujuan penelitian.

Sampel dalam penelitian ini berasal dari laporan posisi keuangan

(neraca) dan laporan laba rugi pada PT. Industri Jamu dan Farmasi

Sidomuncul Tbk. Tahun 2014 – 2019.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dibutuhkan data dan

informasi yang mendukung penelitian ini. Dalam usaha memperoleh data dan

informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan (Library research)

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk memperoleh beberapa informasi

dari pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan dalam penelitian yaitu

dengan cara studi kepustakaan untuk mempelajari, meneliti, mengkaji, serta

menelaah literatur-literatur berupa buku, jurnal maupun makalah yang

berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh bahan-bahan yang akan

dijadikan sebagai landasan teori.


b. Dokumentasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Dalam

memperoleh data sekunder tersebut cara yang digunakan adalah dokumentasi

yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan

dokumen dan catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti guna

mendapatkan informasi yang tepat. Data sekunder diperoleh melalui situs

resmi emiten Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

3.6 Metode Analisa

Analisa data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi,

sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah

dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan

dengan kegiatan penelitian.

Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut kemudian dianalisis

dengan teknik pengolahan data. Data yang diperoleh dari sampel populasi

dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian

diinterprestasikan. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah

berkaitan dengan hubungan antara variabel-variabel, analisis data dilakukan

secara kuantitatif dengan pengujian hipotesis yang meliputi penetapan hipotesis

dan uji statistik. Tujuannya adalah untuk menetapkan apakah variabel bebas
memiliki hubungan dengan variabel terikat. Kesimpulan yang ditetapkan melalui

penerimaan atau penolakan hipotesis.

a. Uji Asumsi Klasik

Tujuan dilakukannya uji asumsi klasik yaitu untuk mengetahui apakah

model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan asumsi klasik atau

tidak. Apabila model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan

terhadap salah satu asumsi klasik yang diujikan, maka persamaan regresi

yang diperoleh tersebut tidak efisien karena akan terjadi bias yang artinya

hasil penelitian bukan semata pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti

tetapi ada faktor pengganggu lainnya yang ikut mempengaruhinya. Ada

beberapa macam pengujian yang dilakukan dalam uji asumsi klasik.

Pengujian yang dilakukan dalam uji asumsi klasik meliputi:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas menurut Ghozali (2015:160), bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Dalam penelitian ini cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak adalah dengan uji statistik Non-

parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S) yang terdapat pada program

SPSS. Distribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai

signifikansinya lebih dari 0,05.


2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas menurut Ghozali (2015:105), bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortognal. Variabel ortognal

adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol. Pengujian multikolinieritas dilakukan

dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Jika

nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1 maka hal

ini menunjukkan tidak terjadi problem multikolinieritas.

3) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2015:110), Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-

1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara mendeteksi

masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan run test. Run test

digunakan untuk melihat apakah residual terjadi random atau tidak. Data

dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai signifikannya lebih

dari 0,05.
4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan penyebaran titik data populasi yang

berbeda pada regresi. Situasi heteroskedastisitas ini yang akan

menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi bias. Dengan kata

lain, pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah kesalahan

pengganggu variabel mempunyai varian yang sama atau tidak untuk

semua nilai variabel bebas. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka akan dinamakan homoskedastisitas dan jika

berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2015:139),

model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi. Dalam uji heteroskedastisitas ini

peneliti akan menggunakan grafik scatterplot. Dasar yang dapat

digunakan untuk menentukan uji heteroskedastisitas, yaitu sebagai

berikut:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.
b. Uji Korelasi

1) Uji korelasi sederhana

Korelasi sederhana merupakan suatu teknik statistik yang dipergunakan

untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel dan juga untuk

dapat mengetahui bentuk hubungan keduanya dengan hasil yang bersifat

kuantitatif. Uji korelasi sederhana dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial.

Rumus korelasi pearson sebagai berikut:

n ( ∑ xy )−( ∑ x )( ∑ y )
r=
√ ¿ ¿¿ ¿

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Variabel bebas (independen)

Y = Variabel terikat (dependen)

n = Jumlah kelas

2) Uji Korelasi Berganda

Korelasi berganda adalah bentuk korelasi yang digunakan untuk melihat

hubungan antara tiga atau lebih variabel (dua atau lebih variabel bebas

dan satu variabel terikat). Uji korelasi berganda dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

secara bersama-sama atau simultan. Rumus korelasi berganda sebagai

berikut:
2 2
( r x1 . y ) + ( r x 2 . y ) −2 ( r x 1 . y ) . ( r x 2 . y ) . ( r x 1 x 2 )
r y . x 1 x 2=
√ 1−( r x 1 x 2 )
2

Uji korelasi sederhana dan berganda dalam penelitian ini penulis

menggunakan bantuan program uji statistik SPSS 21. Kuat tidaknya

hubungan antara variabel X dengan variabel Y dapat diukur dengan

angka-angka sebagai berikut :

TABEL 3.2
Pedoman Menginterprestasikan Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, (2015:231)

Dari hasil analisis akan diperoleh apakah positif atau negatif. Jika

koefisien korelasi r positif berarti hubungan yang positif atau searah yaitu

jika terjadi kenaikan pada variabel X, maka akan diikuti kenaikan

variabel Y atau jika terjadi penurunan pada variabel X maka akan diikuti

penurunan pada variabel Y. Jika koefisien korelasi r negatif berarti

hubungan yang negatif atau berlawanan arah yaitu apabila terjadi

kenaikan pada variabel X, maka akan diikuti dengan penurunan variabel

Y atau apabila terjadi penurunan pada variabel X maka diikuti dengan

kenaikan pada variabel Y.


c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa besar

sumbangan atau kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen.

Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien

korelasi (r). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan satu. Nilai

koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan veriabel dependen amat terbatas.

Menurut Ghozali (2015:97), “kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka

R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti

menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi

mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik

atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.”

Berdasarkan hal tersebut, dalam uji koefisien determinasi penulis

menggunakan nilai adjusted R2 yang dianalisa menggunakan bantuan

program uji statistik SPSS 21.


d. Uji Regresi

1) Uji Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk memprediksi atau

menguji pengaruh satu variabel bebas atau independen terhadap variabel

terikat atau dependen. Bila skor variabel bebas diketahui maka skor

variabel terikatnya dapat di prediksi besarnya. Analisis regresi juga dapat

dilakukan untuk mengetahui linieritas variabel terikat dengan variabel

bebasnya. Rumus regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

Nilai a dan b dicari dengan rumus:

2) Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan pengaruh atau

keadaan naik turunnya suatu variabel terikat (laba bersih perusahaan)

berdasarkan variabel bebas (modal kerja dan penjualan). Model

persamaan regresi linear berganda, yakni sebagai berikut:


Dimana:

Uji regresi sederhana dan berganda dalam penelitian ini penulis

menggunakan bantuan program uji statistik SPSS 21.

e. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F dan uji t.

Uji F dilakukan untuk membuktikan pengaruh secara serentak atau simultan

variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan uji t digunakan untuk

membuktikan pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel

terikat.

1) Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh dari setiap variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen, Untuk menentukan nilai

ttabel tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% atau 0,05

dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = n – k dari tabel


distribusi t dengan uji dua pihak tingkat signifikan 5% (𝑎 = 0,05). Untuk

menguji tingkat signifikan setiap variabel maka digunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

thitung = Tingkat signifikan

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya kelas

Uji t dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan program SPSS

21. Dengan kriteria uji yang digunakan sebagai berikut:

a) jika thitung > ttabel atau nilai signifikansi lebih kecil 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima artinya secara parsial variabel independen (X)

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) atau sama

dengan hipotesis diterima.

b) jika thitung < ttabel atau nilai signifikansi lebih besar 0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial variabel independen (X)

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) atau

sama dengan hipotesis ditolak.


2) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

Rumus F hitung sebagai berikut:

Keterangan :

F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel

R2 = Koefisien Determinasi

k = Banyaknya Variabel Bebas

n = Jumlah Data

Untuk menentukan nilai F tabel ditentukan tingkat signifikansi 5%

dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df pembilang = k dan df

penyebut = n – k – 1, dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah

jumlah variabel bebas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

bantuan program SPSS 21, dengan kriteria uji yang digunakan sebagai

berikut:

a) Jika Fhitung < Ftabel atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho

diterima artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat.


b) Jika Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima artinya variabel bebas secara simultan

berpengaruh terhadap variabel terikat.


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Pembahasan

Sesuai dengan analisis dan metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini, maka data yang diperlukan adalah data laporan keuangan pada PT.

Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan posisi

keuangan (neraca) dan laporan laba rugi selama kurun waktu enam tahun yaitu

periode 2014-2019. Dari data laporan keuangan tersebut kemudian akan diolah

dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal kerja dan

penjualan terhadap laba bersih perusahaan.

a. Analisis Modal Kerja Pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk

Modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk membiayai

seluruh kegiatan supaya usaha berjalan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat. Modal kerja yang dibahas penulis dalam penelitian ini adalah modal

kerja dalam konsep kualitatif yaitu modal kerja bersih.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT.

Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk maka informasi mengenai modal

kerja pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk sejak tahun 2014

hingga 2019 sebagai berikut:

Modal Kerja Bersih = Aktiva Lancar – Utang Jangka Pendek


Perhitungan modal kerja bersih :

Tahun 2014 = 1,860,438 – 181,431

= 1,679,007

Tahun 2015 = 1,707,439 – 184,060

= 1,523,379

Tahun 2016 = 1,794,125 – 215,686

= 1,578,439

Tahun 2017 = 1,628,901 – 208,507

= 1,420,394

Tahun 2018 = 1,547,666 – 368,380

= 1,179,286

Tahun 2019 = 1,716,235 – 416,211

= 1.300,024

TABEL 4.1
Data Modal Kerja Bersih Pada PT. Industri Jamu dan Farmasi
Sidomuncul Tbk Tahun 2014 – 2019

Tahun Aktiva Lancar Utang Jangka Modal Kerja


Pendek Bersih
2014 1,860,438 181,431 1,679,007
2015 1,707,439 184,060 1,523,379
2016 1,794,125 215,686 1,578,439
2017 1,628,901 208,507 1,420,394
2018 1,547,666 368,380 1,179,286
2019 1,716,235 416,211 1,300,024
Sumber : Data sekunder diolah pada tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa modal kerja

bersih pada PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk mengalami

fluktuasi, dimana pada tahun 2014 modal kerja bersih yang dimiliki

perusahaan sebesar 1,679,007 dengan total aktiva lancar 1,860,438 dan utang

jangka pendek sebesar 181,431. Tahun 2015 modal kerja bersih yang

dihasilkan perusahaan mengalami penurunan yaitu sebesar 1,523,379 dengan

total aktiva lancar 1,707,439 dan utang jangaka pendek 184,060. Tahun 2016

modal kerja bersih mengalami kenaikan yaitu 1,578,439 dengan total aktiva

lancar 1,794,125 dan total utang jangka pendek 215,686. Tahun 2017 modal

kerja bersih mengalami penurunan yaitu 1,420,394 dengan total aktiva lancar

1,628,901 dan utang jangka pendek 208,507. Tahun 2018 modal kerja bersih

mengalami penurunan yaitu 1,179,286 dengan total aktiva lancar 1,547,666

dan utang jangka pendek 368,380. Tahun 2019 modal kerja bersih mengalami

kenaikan sebesar 1,300,024 dengan total aktiva lancar sebesar 1,716,235 dan

utang jangka pendek sebesar 416,211.

Anda mungkin juga menyukai