Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

“Mengevaluasi Kinerja Keuangan”

Dosen Pengampu

Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh

Kelompok 1 (R-10)

Sherly C1C021015

Wulandari C1C021268

Lilis Wahyu Ningsih C1C021277

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah tugas makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu dan berjalan dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul
“Mengevaluasi Kinerja Keuangan” dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Keuangan.

Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan, karena tugas yang diberikan ini dapat membantu wawasan
dan pengetahuan penulis menjadi lebih luas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kekurangan-kekurangan yang ada. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai
semua kritikan dan saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun
makalah ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Jambi, 1 September 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................3

KAJIAN TEORI....................................................................................................3

2.1 Laporan Keuangan.........................................................................................3

2.1.1 Informasi Neraca...................................................................................3

2.2.2 Informasi Laporan Laba Rugi................................................................3

2.2 Analisis Rasio Keuangan................................................................................3

2.2.1 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan.....................................................3

2.3 Jenis-Jenis Rasio.............................................................................................3

2.3.1 Rasio Neraca..........................................................................................3

2.3.2 Rasio Laporan Laba Rugi......................................................................3

2.4 Analisis Tren..................................................................................................3

2.5 Analisis Ukuran Sama dan Analisis Indeks...................................................3

2.6 Pelaksanaan Analisis Keuangan dari Waktu ke Waktu..................................3

2.7 Keterbatasan Analisis Rasio...........................................................................3

BAB III....................................................................................................................3

PENUTUP...............................................................................................................3

iii
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................3

3.2 Saran...............................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................3

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Bagan Rasio........................................................................................3

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Contoh Laporan Neraca..........................................................................3


Tabel 2. 2 Contoh Laporan Laba Rugi.....................................................................3
Tabel 2. 3 Contoh Laporan Posisi Keuangan...........................................................3
Tabel 2. 4 Skedul Umur Piutang Usaha 31 Desember.............................................3

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-masing dan
di satukan menjadi satu kesatuan yang komplit. Manajemen adalah Suatu proses atau
kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen
keuangan adalah salah satu bagian dari konsep dasar akuntansi ataupun teori akuntansi.
Meskipun demikian, ilmu manajemen keuangan sangatlah luas. Namun adapun sebagian
orang mengartikan bahwa konsep dasar manajemen keuangan hanya merupakan suatu
kegiatan catat mencatat dalam sebuah laporan keuangan dan menjadi tanggung jawab
bidang keuangan saja dan faktanya lebih luas dari itu. Manajemen keuangan meliputi
seluruh aktivitas organisasi dalam rangka mendapatkan, mengalokasikan serta
menggunakan dana secara efektif dan efisien. Manajemen keuangan juga tidak hanya
mendapatkan dana saja, melainkan mempelajari bagaimana cara menggunakan serta
mengolah dana tersebut (Irawari, 2006).

Manajemen keuangan berkepentingan mencari cara bagaimana menciptakan dan


menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan. Konsekuensinya, semua pengambilan
keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan. Untuk dapat menciptakan
kesejahteraan perusahaan dituntut mampu memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan
beroperasi pada tingkat produktivitas yang optimal. Pada saat dana internal perusahaan
tidak mencukupi untuk menjalankan kegiatan usahanya, biasanya perusahaan akan
mencari modal pembiayaan eksternal biasanya melalui pasar uang. Metode pembiayaan
yang paling disukai adalah utang dibandingkan saham. Hal ini dikarenakan bunga utang
dapat dikurangkan dari pendapatan saat dilakukan perhitungan pajak, sedangkan deviden
pada saham tidak. Pemahaman tersebut penting karena lingkungan keuangan tersebut
akan mempengaruhi keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh perusahaan.
Secara umum lingkungan keuangan tersebut berpengaruh pada keputusan pendanaan
perusahaan dan keputusan investasi (biasanya untuk investasi jangka pendek).

Kinerja merupakan hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang telah
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang

7
diembannya. Kinerja sebuah perusahaan merupakan suatu usaha formal yang dilakukan
oleh suatu perusahaan untuk mengevaluasi secara efektif dan efisien dari setiap aktivitas
perusahaan yang telah dilakukan dalam periode waktu tertentu. Salah satunya dalam hal
keuangan. Evaluasi kinerja keuangan dalam perusahaan merupakan suatu gambaran
kondisi keuangan dalam perusahaan yang dianalisis melalui alat-alat analisis keuangan
seperti rasio keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja perusahaan tersebut dalam
periode tertentu. Jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan bagi suatu usaha antara lain, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan (Kasmir, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diidentifikasi dalam


penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengevaluasi kinerja keuangan?


2. Apa yang dimaksud dengan analisis rasio keuangan dan apa kegunaannya?
3. Apa saja jenis-jenis rasio yang dapat digunakan?
4. Apa yang dimaksud dengan analisis tren?
5. Apa itu analisis ukuran sama dan analisis indeks?
6. Bagaimana dengan pelaksanaan analisis keuangan dari waktu ke waktu?
7. Apa saja keterbatasan di dalam melaksanakan analisis rasio?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan beberapa tujuan dari
tugas yang dibuat. Adapun tujuan penulisan yang dimaksudkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara mengenai pengevaluasian kinerja keuangan.


2. Untuk memahami definisi dari analisis keuangan rasio dan kegunaannya.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis rasio yang dapat digunakan.
4. Untuk mengetahui definisi dari analisis tren.
5. Untuk memahami mengenai analisis ukuran sama dan analisis indeks.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan analisis keuangan dari waktu ke waktu.
7. Untuk mengetahui keterbatasan dalam melakukan analisis rasio.

8
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Laporan Keuangan

Untuk membuat keputusan yang rasional guna memenuhi tujuan perusahaan,


manajer keuangan harus memiliki alat-alat analisis. Beberapa alat yang bermanfaat untuk
analisis dan perencanaan keuangan merupakan bagian dari bab ini dan bab berikutnya.
Perusahaan dan penyedia modal-kreditor dan investor-semuanya melakukan analisis
laporan keuangan. Jenis analisis bervariasi menurut minat masing-masing pihak. Kreditor
dagang (pemasok barang dan jasa) umumnya tertarik dengan likuiditas perusahaan.
Klaim mereka bersifat jangka pendek, dan kemampuan perusahaan untuk membayar
klaim ini dengan cepat paling baik dilihat melalui likuiditas perusahaan. Di lain pihak,
klaim pemegang obligasi bersifat jangka panjang. Dengan demikian, para pemegang
obligasi lebih tertarik dengan kemampuan arus kas perusahaan untuk menyelesaikan
utang dalam periode waktu yang panjang. Mereka dapat mengevaluasi kemampuan ini
dengan cara menganalisis struktur modal perusahaan, sumber-sumber utama dan
penggunaan dana, profitabilitas perusahaan sepanjang waktu, dan proyeksi profitabilitas
di masa depan (C Van Horne & M Wachowicz, 2005).

Para investor saham biasa umumnya tertarik dengan pendapatan saat ini dan
pendapatan yang diharapkan di masa depan serta stabilitas pendapatan-pendapatan
tersebut dalam garis tren. Jadi, para investor biasanya memfokuskan pada analisis
profitabilitas. Mereka juga akan tertarik dengan kondisi keuangan perusahaan yang
memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dan menghindari
kebangkrutan. Secara internal, manajemen juga menggunakan analisis keuangan untuk
pengendalian internal dan untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan oleh penyedia
modal mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari sudut pandang
pengendalian internal, manajemen perlu melakukan analisis keuangan demi perencanaan
dan pengendalian yang efektif.

Untuk merencanakan masa depan, manajer keuangan harus menilai posisi


keuangan perusahaan saat ini dan mengevaluasi peluang yang berhubungan dengan posisi
perusahaan saat ini. Dalam hal pengendalian internal, manajer keuangan cenderung
tertarik pada tingkat pengembalian investasi yang disediakan oleh berbagai aktiva

9
perusahaan, dan dengan efisiensi manajemen aktiva. Akhirnya, untuk dapat menawar
secara efektif guna mendapatkan dana dari luar, manajer keuangan perlu terbiasa dengan
semua aspek analisis keuangan yang digunakan oleh penyedia modal dari luar ketika
mengevaluasi perusahaan. Nanti kita akan melihat bahwa jenis analisis keuangan yang
digunakan berbeda menurut minat masing-masing analis. Analisis keuangan (financial
analysis) melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan ini melaksanakan
beberapa fungsi.

Pertama, neraca (balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
suatu perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal. Sementara
itu, laporan laba rugi (income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan
selama suatu periode waktu tertentu, sekali lagi, biasanya untuk periode satu tahun atau
kuartalan. Walaupun neraca menyajikan gambaran singkat posisi keuangan perusahaan
pada suatu periode waktu, laporan laba rugi menyajikan ringkasan profitabilitas
perusahaan sepanjang waktu. Dari kedua laporan ini (ditambah, dalam beberapa kondisi,
sedikit informasi tambahan), laporan turunan tertentu dapat dihasilkan, seperti laporan
laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana, serta laporan arus kas. Dalam
menganalisis laporan keuangan, mungkin ingin menggunakan program kertas kerja
(spreadsheet). Bagi analisis yang berulang, program semacam ini memungkinkan
berbagai perubahan dalam asumsi dan simulasi yang dapat dilakukan dengan mudah.
Menganalisis berbagai skenario memungkinkan pandangan yang lebih mendalam
daripada tidak melakukannya dengan cara ini. Bahkan, laporan keuangan adalah aplikasi
yang ideal untuk program yang sangat berguna ini, dan penggunaan program semacam ini
untuk analisis laporan keuangan (baik oleh pihak eksternal maupun internal) adalah hal
yang cukup umum.

Data keuangan yang dipergunakan untuk analisis keuangan, diambilkan dari


laporan-laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan rugi laba. Umumnya
kedua laporan keuangan tersebut disajikan setahun sekali (yaitu pada akhir tahun
kalender yang berakhir pada bulan Desember), meskipun sekarang terdapat
kecenderungan untuk makin sering penyajiannya (misal setiap triwulan). Neraca adalah
laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban keuangan dan modal
sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva,
sedangkan jumlah kewajiban dan modal sendiri disajikan pada sisi pasiva. Karena jumlah
aktiva haruslah sama dengan jumlah pasiva, maka (Husnan, 2000).
10
Aktiva (atau kekayaan) = Kewajiban finansial + modal sendiri

Misalkan neraca PT. PARAMITA pada 31/12/1993 menunjukkan keadaan sebagai


berikut :

Tabel 2. 1 Contoh Laporan Neraca

neraca PT. PARAMITA pada 31/12/1993

Kas Rp 200 Hutang Rp 800

Aktiva Lancar Lain 600 Modal Sendiri 1.600

Total Aktiva Lancar 800

Aktiva Tetap (Bruto) Rp 2.500

Akumulasi Penyusutan (900)


Aktiva Tetap

Aktiva Tetap (neto) Rp 1.600

Total Rp 2.400 2.400

Kekayaan (atau aktiva) disusun sesuai dengan kemudahannya untuk dirubah


menjadi kas (istilahnya adalah disusun sesuai dengan yang paling likuid). Dengan
demikian, maka kas ditempatkan pada rekening yang paling atas, kemudian diikuti
dengan rekening-rekening yang lebih tidak likuid. Istilah aktiva lancar menunjukkan
bahwa umumnya aktiva tersebut untuk berubah menjadi kas me-merlukan waktu yang
cukup singkat, yaitu kurang dari satu tahun. Sedangkan aktiva tetap, untuk berubah
menjadi kas memerlukan waktu yang lebih dari satu tahun, dan kembalinya secara
berangsur-angsur lewat proses penyusutan. Dengan demikian, rekening aktiva tetap
(seperti mesin, bangunan, tanah, dan sebagainya) ditempatkan pada bagian yang relatif
paling bawah. Karena aktiva tetap tersebut ada yang disusut, maka disajikan nilai
brutonya, dan juga nilai nettonya setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Perhatikan bahwa nilai yang dicantumkan tersebut merupakan nilai buku. Nilai ini
biasanya adalah merupakan nilai yang dibayar oleh perusahaan waktu memperoleh aktiva
tersebut. Karena itu sering dikatakan bahwa aktiva, sesuai dengan konsep akuntansi,
dicatat pada harga perolehannya (at cost). Sisi kanan neraca (sisi pasiva), juga disusun

11
sesuai dengan prinsip yang sama. Artinya, kewajiban finansial yang dicantumkan paling
atas merupakan kewajiban finansial yang harus dilunasi lebih dulu (dari pada yang di
bawahnya). Kewajiban (atau hutang) lancar umumnya harus dilunasi dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun. Karena perusahaan tidak pernah melunasi modal sendiri, maka
bagian ini disebut juga sebagai modal permanen.

2.1.1 Informasi Neraca

Kas dan setara kas (cash equivalents) adalah aktiva yang paling likuid, dan
karenanya muncul pertama kali. Semakin jauh suatu aktiva dari kas, maka akan semakin
berkurang likuiditasnya. Piutang usaha satu langkah jauhnya dari kas, dan persediaan dua
langkah dari kas. Persediaan digunakan dalam kegiatan produksi suatu produk. Produk
pertama-tama harus dijual dan piutang akan timbul sebelum dapat meneruskan ke
langkah berikutnya, serta diubah ke kas. Oleh karena aktiva tetap, investasi jangka
panjang, dan aktiva berjangka panjang lainnya paling tidak likuid, maka mereka
tercantum paling akhir.

Semua kewajiban jangka pendek adalah utang berjangka waktu satu tahun,
sementara utang jangka panjang adalah utang yang akan dibayar dalam waktu lebih dari
setahun. Ekuitas pemilik akan "dibayar" hanya melalui dividen tunai reguler, pembelian
kembali saham biasa, dan mungkin, dividen likuidasi akhir. Ekuitas pemegang saham,
atau biasanya disebut nilai bersih, terdiri atas subkategori. Saham biasa (dengan nilai
nominal/pari) dan tambahan modal disetor (additional paid-in capital) bersama-sama
mewakili jumlah total uang yang disetor ke dalam perusahaan sebagai ganti kepemilikan
saham biasa. Laba ditahan mewakili laba kumulatif perusahaan setelah dividen sejak
awal perusahaan: jadi, laba ini telah ditahan (atau diinvestasikan kembali) dalam
perusahaan.

Beberapa catatan merupakan hal yang biasa untuk mengatakan bahwa perusahaan
membayar dividen "di luar laba ditahan." Ini adalah pernyataan yang salah. Perusahaan
membayar dividen dari "kas," sementara memasukkan pengurangan penyeimbangnya ke
dalam akun laba di tahan. Laba ditahan bukanlah tumpukan kas (atau aktiva lainnya),
tetapi hanyalah sebuah entri akuntansi untuk menjelaskan suatu sumber pendanaan untuk
aktiva perusahaan. Dapat kita lihat dari tabel tersebut bahwa total aktiva sama dengan
atau seimbang dengan kewajiban total ditambah ekuitas pemegang saham. Bahkan, inilah
karakter akuntansi. Selain itu, perhatikan juga bahwa aktiva dikurangi kewajiban sama

12
dengan ekuitas pemegang saham. Dalam banyak situasi, kewajiban perusahaan dapat
diketahui dengan pasti.

Sebagian besar pertanyaan akuntansi tentang neraca berkaitan dengan angka-


angka yang dimasukkan ke dalam aktiva. Kita harus ingat bahwa angka-angka tersebut
adalah angka-angka akuntansi yang disajikan untuk memperkirakan nilai ekonomi aktiva.
Nilai akuntansi dari aktiva tetap (tanah, gedung, dan perlengkapan) didasarkan pada biaya
sesungguhnya (historis), bukan berdasarkan pada biaya mereka nantinya sekarang (nilai
penggantian replacement value). Persediaan dinyatakan berdasarkan nilai terendah dari
biaya atau harga pasar. Angka piutang menunjukkan bahwa semua piutang ini akan
ditagih. Hal ini bisa jadi demikian, bisa juga tidak. Sering kali perusahaan perlu
mempersiapkan jauh dari angka-angka yang dilaporkan tersebut untuk menganalisis
kondisi keuangannya dengan benar (C Van Horne & M Wachowicz, 2005).

2.2.2 Informasi Laporan Laba Rugi

Laporan rugi laba menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya, dan
Laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu (Husnan & Pudjiastuti,
2015). Dengan demikian maka laporan rugi laba menunjukkan laporan selama suatu
periode (misal selama satu tahun), sedangkan neraca menunjukkan laporan pada waktu
tertentu (misal pada tanggal 31 Desember 1993). Misalkan hasil operasi selama tahun
1994 ditunjukkan pada laporan rugi laba selama 1994 sebagai berikut

Tabel 2. 2 Contoh Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi PT PARAMITA, selama 1994 (dalam jutaan rupiah)

Penghasilan Penjualan Rp 5.000

Biaya Termasuk Penyusutan sebesar Rp 4.000 4.000

Laba operasi Rp 1.000

Bunga 120

Laba sebelum pajak 880

Pajak 280

Laba setelah pajak Rp 600

13
Harga pokok penjualan (cost of goods sold) mewakili biaya yang sesungguhnya
dari memproduksi produk yang dijual selama periode terkait. Termasuk di dalamnya
adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja yang berhubungan dengan produksi, serta
overhead produksi yang berkaita dengan produk yang dijual. Beban penjualan, umum,
dan administratif serta beban bunga ditunjukkan secara terpisah dari harga pokok
penjualan karena dipandang sebagai beban periode daripada biaya produk. Bagi sebuah
perusahaan manufaktur, beban penyusutan biasanya dianggap sebagai salah satu
komponen biaya produksi dan karenanya menjadi bagian dari harga pokok penjualan.
Bagi perusahaan dagang (grosir atau peritel), penyusutan biasanya tercantum secara
terpisah sebagai beban periode lain (seperti beban bunga) di bawah angka laba kotor.
Penyusutan didasarkan pada biaya historis, yang dalam periode inflasi bisa saja tidak
sesuai dengan biaya ekonomi (C Van Horne & M Wachowicz, 2005).

2.2 Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan (Husnan & Pudjiastuti, 2015) adalah penulisan ulang data
akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana
membuat perbandingan dan data perusahaan yang berarti :

1. Kita dapat meneliti rasio antar waktu (katakanlah untuk 5 tahun terakhir)
untuk meneliti arah pergerakannya.

2. Kita dapat memebandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan


lainnya.

2.2.1 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Tujuan dari penggunaan suatu rasio saat menganalisis informasi yang akan
dianalisis agar raasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau juga
suatu perusahaan dengan batas - batas waktu yang berbeda (Husnan & Pudjiastuti, 2015).
Selain itu juga agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,
analis keuangan perlu melakukan "pemeriksaan" atas berbagai aspek kesehatan keuangan
perusahaan. Alat yang seringkali digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio
keuangan (financial ratio), atau indeks, yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (C Van Horne & M
Wachowicz, 2005).

14
Terdapat 2 jenis perbandingan di dalam analisis rasio keuangan, yaitu (C Van Horne & M
Wachowicz, 2005) :

a) Perbandingan Internal.
Analisis rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan. Pertama, analis dapat
membandingkan rasio sekarang dengan rasio dahulu dan perkiraan di masa mendatang
untuk perusahaan yang sama. Rasio lancar (current ratio), yaitu rasio aktiva lancar
dengan kewajiban jangka pendek, untuk tahun sekarang dapat dibandingkan dengan rasio
lancar akhir tahun sebelumnya. Ketika rasio keuangan diperlebar ke beberapa periode
tahun (mungkin dalam program spreadsheet), analis dapat mempelajari komposisi
perubahan dan menentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja
keuangan perusahaan selama waktu tersebut. Singkatnya, kita tidak terlalu banyak
memerhatikan satu rasio dalam satu periode waktu, tetapi satu rasio untuk beberapa
periode. Rasio keuangan juga dapat dihitung untuk laporan proyeksi, atau pro forma, dan
dibandingkan dengan rasio sekarang serta masa sebelumnya.

b) Perbandingan Eksternal dan Sumber Rasio Industri.


Metode kedua dari perbandingan melibatkan perbandingan antara rasio suatu
perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya yang hampir sama atau dengan rata-rata
industri pada suatu periode. Perbandingan semacam ini memberikan pandangan ke dalam
mengenai kondisi keuangan dan kinerja relatif perusahaan. Cara ini juga membantu kita
mengidentifikasi penyimpangan signifikan apa pun dari rata-rata industri mana pun yang
dapat digunakan (atau standar). Rasio keuangan juga dipublikasikan untuk berbagai
industri oleh The Risk Management Association, Dun & Bradstreet, Prentice Hall
(Almanac of Business and Industrial Financial Ratios), Federal Trade
Commission/Securities and Exchange Commission, serta oleh berbagai lembaga kredit
dan asosiasi dagang lainnya. Akan tetapi, rasio rata-rata industri seharusnya tidak
diperlakukan sebagai target atau tujuan. Sebaiknya, rasio rata-rata industri memberikan
arahan saja.

Analis juga harus menghindari penggunaan "aturan umum" (rules of thumb)


begitu saja untuk semua industri. Kriteria bahwa semua perusahaan seharusnya memiliki
paling tidak rasio lancar sebesar 1,5 hingga tidaklah tepat. Analisis harus dilakukan
sehubungan dengan jenis bisnis yang dilakukan perusahaan dan atas perusahaan itu
sendiri. Uji likuiditas yang sebenarnya adalah apakah perusahaan memiliki kemampuan

15
untuk membayar berbagai tagihannya tepat waktu. Banyak perusahaan yang bagus,
termasuk perusahaan listrik, memiliki kemampuan ini tetapi rasio lancarnya secara
substansial di bawah 1,5 hingga 1. Ini tergantung dari sifat bisnisnya. Kegagalan untuk
mengenali sifat dari bisnisnya (dan perusahaannya) dapat mengarah pada rasio yang
disalahartikan.

2.3 Jenis-Jenis Rasio

Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua
jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari "kondisi keuangan" perusahaan untuk
suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio
neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio
berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja
perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio ini disebut
sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca
(income statement! balance sheet ratio). Rasio laba rugi membandingkan satu "arus"
bagian dari laporan laba rugi dengan arus bagian lain dari laporan laba rugi.

Rasio laba rugi membandingkan arus (laporan laba rugi) di bagian angka yang
dibagi dengan bagian "saham" (neraca) sebagai pembaginya. Membandingkan arus suatu
bagian dengan bagian saham akan mengarah pada potensi terjadinya. masalah, bagi
analis. Kita akan jatuh dalam risiko terjadinya ketidaksesuaian variabel. Bagian saham,
sebagai foto sekilas yang diambil dari neraca, mungkin tidak dapat digunakan jika
melihat pada bagaimana variabel ini dilihat selama suatu periode selama arus tersebut
terjadi. (Akankah sebuah foto yang Anda ambil di tengah malam sewaktu malam tahun
baru dapat mewakili bagaimana tampang Anda, biasanya?) Oleh sebab itu, jika
memungkinkan, kita mungkin membutuhkan penggunaan angka neraca "rata-rata"
sebagai pembagi dari rasio laporan laba rugi/neraca untuk membuat pembagi tersebut
menjadi lebih representatif bagi keseluruhan periode (C Van Horne & M Wachowicz,
2005).

16
Gambar 1. 1 Bagan Rasio

RASIO NERACA RASIO LAPORAN LABA RUGI

Rasio leverage (utang) Rasio cakupan menghubungkan


keuangan menunjukan beban keuangan perusahaan dengan
sejauh mana perusahaan kemampuannya untuk nmelayani
dibiayai oleh utang. atau membiayainya.
a

Rasio likuiditas mengukur Rasio aktivitas mengukur seberapa


kemampuan perusahaan efektif perusahaan menggunakan
untuk memenuhi kewajiban aktivanya.
jangka pendek.

Rasio profitabilitas menghubungkan laba


b dengan penjualan dan investasi.

*a : Rasio cakupan juga mengungkapkan tingkat pentingnya penggunaan leverage (utang)

bagi perusahaan

*b : Rasio aktivitas piutang dan persediaan juga mengungkapkan “likuiditas” dari semua

aktiva lancar ini

2.3.1 Rasio Neraca

a) Rasio likuiditas
Terdapat 2 pendekatan di dalam likuiditas (Husnan & Pudjiastuti, 2015).
Pertama, kita dapat mengamati akitva-aktiva perusahaan yang relatif likui sifatnya dan
membandingkan aktiva-aktiva tersebut dengan sejumlah kewajiban yang jatuh tempo.
Kedua, kita dapat melihat apakah aktiva perusahaan yang likuid dapat diubah menjadi
kas-seperti, piutang usaha dan persediaan. Pendekatan pertama membandingkan kas dan
aktiva-aktiva yang dapat dibayar pada tahun dalam bentuk kas pada tahun di mana
kewajiban jatuh tempo dan akan dibayar pada tahun itu juga. Aktiva-aktiva disini adalah
aktiva lancar dan hutangnya adalah hutang lancar di neraca. Jadi kita bisa menggunakan
ukuran berikut, yang disebut dengan rasio lancar (current ratio), untuk
memeperlihatkan likuiditas perusahaan secara relatif:

Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber

17
daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari
rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa didapatkan mengenai kompetensi
keuangan saat ini perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika
terjadi masalah (C Van Horne & M Wachowicz, 2005).

Rasio Lancar. Salah satu dari rasio likuiditas yang paling umum dan sering digunakan
adalah rasio lancar (current ratio):

Aktiva Lancar
Kewajiban Jangka Pendek

Rasio lancar/Aktiva lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya. Walaupun perbandingan dengan rata-rata industri
tidak selalu mengungkapkan kekuatan dan kelemahan keuangan, perbandingan tersebut
berguna untuk mengidentifikasi berbagai perusahaan yang keluar dari batas. Jika terjadi
penyimpangan yang signifikan, analis mungkin akan berkeinginan mencari berbagai
alasannya. Mungkin industri itu sendiri sangatlah likuid, dan perusahaan yang sedang
dipelajari pada dasarnya bagus dibandingkan dengan perusahaan yang rasio lancarnya
rendah. Di dalam situasi lain, perusahaan yang sedang dianalisis tersebut mungkin juga
terlalu likuid, secara relatif jika dibandingkan dengan industrinya, akibatnya perusahaan
tersebut mungkin melepaskan profitabilitas tambahan. Jika timbul "peringatan"
keuangan, analis harus mencari berbagai alasan terjadinya.

Seharusnya, semakin tinggi rasio lancar, maka akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar berbagai tagihannya; akan tetapi, rasio ini harus dianggap
sebagai ukuran kasar karena tidak memperhitungkan likuiditas (liquidity) dari setiap
komponen aktiva lancar. Perusahaan yang memiliki aktiva lancar sebagian besar terdiri
atas kas dan piutang yang belum jatuh tempo, umumnya akan dianggap sebagai lebih
likuid daripada perusahaan yang aktiva lancarnya terutama terdiri atas persediaan.
Akibatnya, kita akan kembali pada uji likuiditas perusahaan yang lebih kritis, atau lebih
keras, yaitu rasio cepat.

18
Tabel 2. 3 Contoh Laporan Posisi Keuangan

AKTIVA 31/12/2002

Kas dan setara Kas $ 795.728

Piutang usaha 964.465

Persediaan 218.156

Aktiva lancar lainnya 88.237

Jumlah aktiva lancar $ 2.066.566

Pabrik, properti, dan peralatan kotor $ 2.006.256

Akumulasi penyusutan 973.660

Pabrik, properti, dan peralatan bersih $ 1.032.596

Aktiva lain 762.035

Jumlah aktiva lancar $ 3.861.217

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM

HUTANG

Hutang usaha $ 382.579

Beban yang masih harus dibayar 226.977

Hutang pajak 67.886

Wesel jangka pendek 189.024

Hutang lancar lainnya yang menanggung bunga 123.586

Jumlah kewajiban lancar $ 990.052

Hutang jangka panjang 638.250

Jumlah hutang $ 1.628.302

EKUITAS

19
Saham biasa (nilai par) $ 3.254

Modal disetor 386.284

Saldo laba 2.325.737

Dikurangi saham perbendaharaan (482.360)

Jumlah ekuitas $ 2.232.915

Jumlah kewajiban dan ekuitas pemegang saham $ 3.861.217

Rasio Cepat. Ukuran yang lebih konservatif atas likuiditas adalah rasio cepat (acid-test
(quick) ratio):

Aktiva Lancar−Persediaan
Kewajiban Jangka Pendek

Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap rasio lancar dalam menganalisis likuiditas.
Rasio ini sama dengan rasio lancar, hanya saja rasio tersebut tidak meliputi persediaan
yang diasumsikan bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid- sebagai angka yang
dibagi. Rasio tersebut berkonsentrasi terutama hanya pada aktiva lancar yang lebih
likuid-kas, sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan piutang-dan hubungannya dengan
berbagai obligasi jangka pendek. Jadi, rasio ini memberikan ukuran yang mendalam
tentang likuiditas daripada rasio lancar.

Pandangan kedua terhadap likuiditas adalah dengan mempelajari kemampuan


perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan kas dalam suatu periode
waktu tertentu. Pengubahan piutang usaha menjadi kas dapat diukur dengan menghitung
berapa lama waktu yang dibutuhkan penagihan piutang perusahaan: yaitu lamanya hari
dari penjualan dalam bentuk piutang usaha? Pertanyaan ini dapat dengan menghitung
periode rata-rata (average collection period):

Piutangusaha
Penjualan kredit harian

20
Periode penagihan rata-rata menandakan seberapa cepat perusahaan menagih
kreditnya, yang diukur oleh rata-rata jumlah hari penagihan piutang dagang.

Kita sudah membuat kesimpulan yang sama dengan mengukur berapa kali piutang
usaha “berputar” dalam setahun, atau disebut rasio perputaran piutang usaha.

Penjualan kredit
Piutangusaha

Rasio perputaran piutang usaha menunjukan seberapa cepat perusahaan menagih


kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih atau “perputaran
piutang usaha” selama tahun tersebut.

Pada umumnya, manajemen ingin menagih piutang dengan segera, sehingga dapat
mengurangi periode penagihan dan meningkatkan rasio perputaran. Namun, mungkin
saja, manajemen perusahaan sengaja memperpanjang masa pembayaran piutang tersebut
dengan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Atau antara lain, tagihan
yang lebih lambat bisa berarti manajemen tidak teliti dalam menjalankan kebijakan
tagihannya. Kita sekarang akan melihat hal yang sama pada persediaan yang telah
kita tentukan dala perhitungan piutang; beberapa waktu perputaran persediaan selama
satu tahun? Melalui cara ini, kita memperoleh beberapa pengertian tentang likuiditas
persediaan. Rasio perputaran persediaan dihitung sbb:

Harga pokok penjualan


Persediaan

Rasio perputaran persediaan perputaran persediaan menandakan likuiditas relatif


persediaan yang diukur dengan berapa kali penggantian persediaan perusahaan selama
tahun tersebut.

Ingatlah bahwa rasio penjualan digantikan oleh harga pokok penjualan. Karena
persediaan (penyebut) diukur dalam beban, kita harus menggunakan penjualan yang
diukur berdasarkan beban sebagai pembilangnya. Jika tidak maka jawaban kita berbeda
dengan perusahaan lain semata-mata hanya karena perbedaan dalam cara bagaimana
perusahaan menaikkan penjualan atas harga pokok penjualannya.

Singkatnya, likuiditas perusahaan adalah kemampuan untuk membayar kewajiban yang


jatuh tempo (hutang jangka pendek) dan kemampuan untuk mengubah piutang usaha
21
dan persediaan ke dalam bentuk kas berdasarkan ketepatan hal ini merupakan ukuran
yang penting bagi para manajer, pemilik dana, dan investor. Semakin sedikit aktiva
lancar dalam perusahaan, semakin besar ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kredit ketika jatuh tempo pembayaran tiba.

a) Rasio Leverage (Utang) Keuangan


Agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan utang yang dipinjam,
kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio) yang berbeda.

Rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio) dihitung hanya dengan membagi
total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang
saham:

TotalUtang
Ekuitas Pemegang Saham

Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin
perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Tergantung pada
tujuan penggunaan rasio ini, saham preferen kadang dimasukkan sebagai utang daripada
sebagai ekuitas ketika rasio utang dihitung. Saham preferen mewakili klaim awal atas
investor saham biasa; akibatnya, para investor dapat memasukkan saham preferen sebagai
utang ketika menganalisis perusahaan. Rasio debt-to-equity akan berbeda tergantung
pada sifat bisnis dan variabilitas arus kas. Perusahaan listrik, dengan arus kas yang sangat
stabil, biasanya akan memiliki rasio debt-to-equity yang lebih besar daripada perusahaan
peralatan mesin, yang arus kasnya jauh kurang stabil. Perbandingan rasio debt-to-equity
untuk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang yang hampir sama memberi kita
indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri.

Rasio Utang terhadap Total Aktiva. 'Rasio utang terhadap total aktiva' (debt- to-total-
asset ratio) didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total aktivanya:

Total Utang
Total Aktiva

Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio debt-to- equity. Rasio
ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Sekali

22
lagi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar persentase pendanaan yang disediakan
oleh ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh
kreditor perusahaan. Singkatnya, semakin tinggi rasio debt-to-total-asset, semakin besar
risiko keuangannya; semakin rendah rasio ini, maka akan semakin rendah risiko
keuangannya.

Selain dari dua rasio utang tersebut, kita juga dapat berkeinginan untuk
menghitung rasio berikut ini, yang hanya berkaitan dengan permodalan jangka panjang
perusahaan:

Utang Jangka Panjang


Total Pemodalam

Dengan total permodalan mewakili semua utang jangka panjang dan ekuitas pemegang
saham. Rasio ini mengukur peran penting utang jangka panjang dalam struktur modal
(pendanaan jangka panjang) perusahaan. Rasio utang yang baru saja dihitung ini
didasarkan pada nilai buku akuntansi; kadang berguna sekali untuk menghitung rasio ini
dengan menggunakan nilai pasar. Ringkasnya, rasio utang memberitahu kita proporsi
relatif kontribusi modal oleh kreditor dan oleh pemilik.

2.3.2 Rasio Laporan Laba Rugi

a) Rasio Cakupan
Rasio cakupan (coverage ratio) cakupan didesain untuk menghubungkan berbagai
beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya.
Layanan pemeringkat obligasi seperti Moody's Investors Service dan Standard & Poor's
menggunakan secara luas rasio ini. Salah satu dari rasio cakupan yang paling tradisional
adalah rasio cakupan bunga (interest coverage ratio), atau kelipatan bunga dihasilkan.
Rasio ini hanyalah rasio laba sebelum bunga dan pajak untuk periode pelaporan tertentu
dengan jumlah beban bunga untuk periode tersebut; seperti berikut ini,

Laba sebe lum bunga dan pajak(earnings before interest∧taxes−EBIT )


Beban Bunga

Rasio ini berfungsi sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan untuk
memenuhi pembayaran bunga hingga dapat menghindari kebangkrutan. Secara umum,
semakin tinggi rasionya, semakin besar kecenderungan perusahaan dapat membayar

23
pembayaran bunganya tanpa kesulitan. Rasio ini juga menekankan pada kemampuan
perusahaan untuk mengambil utang baru. Jenis analisis yang lebih luas akan
mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar semua beban yang sifatnya tetap.
Selain dari pembayaran bunga, kita dapat memasukkan pembayaran prinsipal atas
kewajiban utang, dividen saham preferen, pembayaran sewa, serta berbagai kemungkinan
pengeluaran modal.

Dalam menilai risiko keuangan perusahaan, analis keuangan pertama- tama harus
menghitung rasio utang sebagai ukuran kasar dari risiko keuangan. Tergantung pada
jadwal pembayaran utang dan rata-rata tingkat bunga, rasio utang dapat atau tidak dapat
memberikan gambaran yang akurat atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya. Oleh karena itu, kita melakukan augmentasi atas rasio utang
dengan analisis rasio cakupan. Selain itu, kita menyadari bahwa pembayaran bunga dan
prinsipal tidak benar-benar dipenuhi bukan karena laba dan sejenisnya, tetapi karena
kekurangan kas. Oleh karenanya, merupakan hal yang juga penting untuk menganalisis
kemampuan arus kas dari perusahaan untuk melayani utang (dan beban keuangan lainnya
juga).

b) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio); juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran,
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Seperti yang
akan kita lihat, beberapa aspek dari analisis aktivitas sangatlah dekat hubungannya
dengan analisis likuiditas. Dalam bagian ini, kita akan memfokuskan pada seberapa
efektif perusahaan mengelola dua kelompok aktiva tertentu-piutang dan persediaan-serta
total aktivanya secara umum. Dalam menghitung rasio aktivitas untuk Aldine Company,
kita akan menggunakan tingkat aktiva akhir tahun dari neraca. Akan tetapi, rata-rata
bulanan, kuartalan, atau tingkat aktiva awal dan akhir tahun sering kali digunakan dengan
rasio laporan laba rugi/neraca ini. Penggunaan angka rata-rata neraca adalah usaha untuk
menyesuaikan lebih jauh bagian arus dalam laporan laba rugi dengan angka akumulasi
neraca agar lebih representatif untuk keseluruhan periode, bukan hanya akhir tahun.

Aktivitas Piutang. Rasio perputaran piutang (receivable turnover-RT)


memberikan pendangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya
perusahaan dalam penagihannya. Rasio ini dihitung dengan membagi piutang ke dalam
penjualan kredit tahunan:

24
Penjualan kredit tahunan bersih
Piutang

Rasio ini memberi tahu kita berapa kali piutang usaha telah berputar (menjadi kas)
selama tahun tersebut. Semakin tinggi perputaran, semakin pendek waktu antara
penjualan kredit dengan penagihan tunainya.

Ketika penjualan bersifat musiman atau telah berkembang sangat banyak


sepanjang tahun tersebut, menggunakan saldo piutang akhir tahun mungkin tidaklah
tepat. Dengan adanya sifat musiman, rata-rata saldo penutupan bulanan mungkin
merupakan angka yang paling tepat untuk digunakan. Bersama dengan pertumbuhan,
saldo piutang pada akhir tahun akan tampak tinggi jika dikaitkan dengan penjualan.
Hasilnya adalah perputaran piutang yang dihitung bias dan timbul perkiraan yang rendah
atas berapa kali piutang diubah ke kas selama tahun tersebut. Dalam situasi semacam ini,
rata-rata piutang pada awal dan akhir tahun mungkin tepat jika pertumbuhan penjualan
tetap sepanjang tahun tersebut.

Selain itu, jika piutang jauh dari lancar, kita mungkin harus menilai kembali
likuiditas perusahaan. Agar dapat menganggap bahwa semua piutang likuid, padahal
sebagian besar telah lama jatuh tempo, lebihkan likuiditas perusahaan yang dianalisis.
Piutang bersifat likuid hanya selama piutang dapat ditagih dalam periode waktu yang
wajar. Dalam usaha untuk menentukan apakah terdapat penyebab masalah, analis dapat
merumuskan kembali rasio perputaran piutang untuk menghasilkan perputaran piutang
dalam hari (receivable turnover in days-RTD), atau rata-rata waktu penagihan, yang
dihitung sebagai berikut

Piutang x Hari dalam setahun


Penjualankredit tahunan

Walaupun rata-rata waktu penagihan terlalu tinggi dan biasanya dianggap buruk,
rata-rata waktu penagihan yang sangat rendah juga tidak selalu berarti baik. Rata-rata
waktu penagihan yang sangat rendah mungkin merupakan gejala kebijakan kredit yang
sangat keras. Jumlah piutang yang sedikit di catatan perusahaan mungkin merupakan hal
yang sangat baik, akan tetapi penjualan mungkin terbatas sekali-dan laba akan kurang
dari yang seharusnya-karena kerasnya pemberian penjualan kredit bagi para pelanggan.
Dalam situasi seperti ini, mungkin standar kredit yang harus digunakan untuk
menentukan penjualan kredit yang dapat diterima atau tidak, harus diperlunak.

25
Skedul Umur Piutang. Cara lain yang memungkinkan kita mendapat pandangan
ke dalam likuiditas piutang dan kemampuan pihak manajemen untuk menegakkan
kebijakan kreditnya adalah melalui skedul umur piutang (aging accounts receivable).
Berdasarkan metode ini, kita mengelompokkan piutang pada tanggal tertentu sesuai
dengan persentase yang ditagih di bulan sebelumnya.

Tabel 2. 4 Skedul Umur Piutang Usaha 31 Desember

Bulan Penjualan Kredit DES NOV OKT SEP AGT dan


sebelumnya
Bulan Jatuh Tempo SAAT 0-1 1-2 2-3 3 atau lebih TOTAL
INI
Persen saldo total piutang usaha 67 19 7 2 5 100
yang belum dibayar

Tergantung dari kesimpulan yang diambil dari analisis kita atas daftar jatuh
tempo, kita bisa saja berkeinginan untuk melihat lebih dekat kebijakan kredit dan
penagihan perusahaan. Dalam contoh ini, kita mungkin diyakinkan untuk meneliti tiap
piutang yang ditagihkan pada bulan Agustus dan sebelumnya untuk menentukan apakah
harus dibebankan sebagai piutang tak tertagih. Piutang tersebut diperlihatkan dalam
catatan hanya selama ada kemungkinan bisa ditagihkannya. Jatuh temponya piutang
usaha memberi kita banyak informasi daripada perhitungan rata-rata periode penagihan,
karena hal tersebut menunjukkan titik-titik masalah secara lebih spesifik.

Aktivitas Utang. Banyak terjadi situasi perusahaan ingin mempelajari


ketaatannya sendiri dalam membayar para pemasok atau atas calon potensial pelanggan
untuk penjualan secara kredit. Dalam kasus-kasus semacam itu, mungkin perusahaan
perlu mendapatkan daftar umur utang, yang kurang lebih sama dengan yang baru saja
digambarkan untuk piutang usaha. Metode analisis ini, jika digabungkan dengan rasio
perputaran utang (payable turnover-PT ratio) yang biasanya kurang dapat memberi
gambaran, memungkinkan kita untuk menganalisis utang dalam cara yang hampir sama
dengan cara kita menganalisis piutang. Selain itu, kita dapat menghitung perputaran utang
dalam hari (payable turnover in days-PTD) atau rata-rata periode utang sebagai berikut

Jumlah hari dalam setahun


Jumlah Piutang

26
Atau dengan cara lain,

UtangUsaha x Jumlah hari dalam setahun


Pembelian secara kredit tahunan

dengan utang usaha adalah saldo akhir (atau mungkin, rata-ratanya) yang belum dibayar
untuk tahun terkait dan pembelian secara kredit tahunan adalah pembelian ke pihak
eksternal selama tahun terkait. Angka yang dihasilkan merupakan rata-rata umur utang
usaha perusahaan.

Rata-rata periode utang adalah informasi yang berharga dalam mengevaluasi


kemungkinan seorang pemohon kredit akan membayar tepat waktu. Jika rata-rata umur
utang adalah 48 hari dan syarat umum dalam industrinya adalah "net 30," kita tahu bahwa
sebagian dari utang pemohon tidak dibayar tepat pada waktunya. Pemeriksaan kredit atas
pemasok lain yang digunakan oleh pemohon kredit akan memberikan pandangan atas
seberapa parahnya masalah tersebut.

Aktivitas Persediaan. Agar dapat membantu menentukan seberapa efektifnya


perusahaan dalam mengelola persediaan (dan juga untuk mendapatkan indikasi likuiditas
persediaan), kita menghitung rasio perputaran persediaan (inventory turnover-IT ratio):

Harga pokok penjualan


Persediaan

Umumnya, semakin tinggi perputaran piutang, makin efisien manajemen


persediaan perusahaan dan "makin segar," serta likuid persediaan. Akan tetapi, kadang
perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan operasi perusahaan yang pas-pasan. Oleh
karenanya, hal tersebut bisa saja merupakan gejala dari praktik memelihara persediaan
yang terlalu rendah dan sering terjadinya kehabisan persediaan (stockout). Perputaran
persediaan yang relatif pelan sering kali merupakan tanda dari barang yang berlebih,
jarang digunakan, atau tidak terpakai dalam persediaan. Barang-barang yang tidak
terpakai mungkin perlu pengurangan dalam jumlah substansial, yang, akhirnya, akan
cenderung menolkan paling tidak sebagian persediaan sebagai aktiva yang likuid. Oleh
karena rasio perputaran persediaan bisa dikatakan sebagai alat ukur yang kasar, kita akan
menyelidiki lebih jauh kemungkinan ketidakefisienan apa pun dalam manajemen
persediaan. Berkaitan dengan hal ini merupakan hal yang membantu untuk menghitung
perputaran berbagai kategori umum persediaan untuk melihat apakah terdapat
27
ketidakseimbangan, yang bisa saja menunjukkan kelebihan investasi dalam berbagai
komponen tertentu persediaan. Ukuran alternatif untuk aktivitas persediaan adalah
perputaran persediaan dalam hari (inventory turnover in days-ITD):

Jumlah hari dalam setahun


Perputaran persediaan

c) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas (profitability ratio) terdiri atas dua jenis rasio yang
menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang
menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama- sama, rasio-rasio
ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Rasio
profitabilitas Rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Profitabilitas
dalam Kaitannya dengan Penjualan. Rasio yang pertama-tama kita pelajari adalah margin
laba kotor:

Penjualan bersih
Harga pokok penjualan

Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan,
setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio tersebut
merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara
produk ditetapkan harganya.

Margin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahu kita
penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan. Jika margin laba kotor tidak
terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun tetapi margin laba bersihnya menurun
selama periode waktu yang sama, kita tahu bahwa penyebabnya mungkin biaya
penjualan, umum, dan administrasi yang terlalu tinggi dibandingkan dengan
penjualannya, atau adanya tarif pajak yang lebih tinggi.

Di pihak lain, jika margin laba kotor turun, kita tahu bahwa biaya untuk
memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualan. Kejadian ini,
akhirnya, bisa disebabkan karena harga yang lebih rendah atau efisiensi operasi yang
lebih rendah dalam hal volumenya.

28
Profitabilitas dalam Hubungannya dengan Investasi. Kelompok kedua rasio
profitabilitas menghubungkan laba dengan investasi. Salah satu pengukurannya adalah
dengan 'tingkat pengembalian atas investasi' (return on investment- ROI), atau 'tingkat
pengembalian atas aktiva' (return on asset-ROA):

Lababersih setelah pajak


Total aktiva

ROI dan Pendekatan Du Pont. Sekitar tahun 1919, Du Pont Company mulai
menggunakan pendekatan khusus untuk analisis rasio agar dapat mengevaluasi efektivitas
perusahaan tersebut. Salah satu variasi dari pendekatan Du Pont memiliki relevansi
khusus untuk memahami pengembalian atas investasi perusahaan. Ketika kita mengalikan
margin laba bersih perusahaan dengan perputaran total aktiva, kita mendapatkan
pengembalian atas investasi, atau daya untuk menghasilkan laba (earning power) atas
total aktiva.

Baik margin laba bersih maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan
pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan. Margin laba bersih
tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sementara rasio perputaran total aktiva tidak
memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Rasio pengembalian atas investasi, atau
daya untuk menghasilkan laba, mengatasi kedua kelemahan tersebut.

Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika
terdapat peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam margin laba bersih,
atau keduanya. Dua perusahaan dengan margin laba bersih dan perputaran total aktiva
yang berbeda dapat saja memiliki daya untuk menghasilkan laba yang sama. Oriental
Grocery milik Geraldine Lim, dengan margin laba bersih hanya 2 persen dan perputaran
total aktiva 10, memiliki daya untuk menghasilkan laba yang sama-20 persen-dengan
Megawatt Power Supply Company, yang memiliki margin laba bersih 20 persen dan rasio
perputaran total aktiva 1. Bagi setiap perusahaan tersebut, tiap dolar yang diinvestasikan
dalam aktiva kembali 20 sen laba setelah pajak, per tahunnya.

Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity-ROE). Pengukuran ringkasan


lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas. ROE
membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan:

29
Lababersih setelah pajak
Ekuitas pemegang saham

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan
nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua
atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali
mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen
biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan
tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah
merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan.

2.4 Analisis Tren

Hingga saat ini, perhatian kita adalah untuk memperkenalkan berbagai rasio
keuangan, menjelaskan kegunaannya dalam berbagai analisis, dan membandingkan
berbagai rasio tersebut yang dihitung untuk perusahaan contoh dengan rata-rata industri.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan hal yang penting untuk
membandingkan berbagai rasio keuangan untuk suatu perusahaan sepanjang waktu.
Dengan cara ini, analis dapat mendeteksi perbaikan atau penurunan apa pun dalam
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Jika analisis tren atas piutang dan persediaan
digabungkan dengan perbandingan antara rasio median untuk industri, satu-satunya
kesimpulan yang mungkin dapat diambil adalah terdapat masalah di perusahaan tersebut.
Selain itu, analis harus menyelidiki manajemen persediaan perusahaan, tidak terpakainya
persediaan, dan ketidakseimbangan apa pun dalam pengisian persediaan (contohnya,
bahan mentah vs barang dalam proses vs barang jadi).

Jadi, di luar tingkat yang cukup baik untuk rasio lancar dan rasio cepatnya,
terdapat penurunan yang tampak nyata dalam piutang dan persediaan perusahaan tersebut
yang harus diperhatikan dan perlu diselidiki secara mendalam. Stabilitas rasio leverage
(utang) digabungkan dengan tingkat utang relatif yang umum dalam industrinya, akan
dipandang baik oleh para kreditor. Margin laba kotor dan margin laba bersih secara
umum menunjukkan perbaikan selama tahun-tahun belakangan, dan rasio yang sekarang
lebih baik daripada perusahaan lainnya dalam industri yang sama.

ROI relatif stabil sepanjang periode yang dianalisis, tetapi setingkat lebih rendah
dari standar industrinya. Perputaran aktiva yang lambat selama periode waktu yang
dianalisis telah menurunkan pengaruh positif apa pun dari profitabilitas penjualan yang
30
atas rata-rata. Berdasarkan analisis atas rasio aktivitas, kita dapat mengetahui bahwa
penyebab utama masalah di perusahaan tersebut adalah jumlah piutang dan persediaan
yang besar serta makin berkembang. di Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis tren atas
rasio keuangan sepanjang waktu, digabungkan dengan perbandingan rata-rata industri,
dapat memberi pandangan ke dalam yang berharga bagi analis atas berbagai perubahan
yang telah terjadi dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Sudut pandang
tambahan dapat tersedia jika kita memperluas analisis hingga meliputi perbandingan
dengan para pesaing dalam industri yang sama (C Van Horne & M Wachowicz, 2005).

2.5 Analisis Ukuran Sama dan Analisis Indeks

Selain dari menganalisis rasio keuangan perusahaan sepanjang waktu, sering kali
berguna untuk menyatakan bagian dari neraca dan laporan laba rugi dalam persentase.
Persentase dapat dihubungkan dengan berbagai total, seperti total aktiva atau total
penjualan bersih, atau beberapa tahun yang dianalisis. Disebut sebagai analisis ukuran
sama (common size analysis) dan analisis indeks (index analysis) karena evaluasi
tingkat dan tren dalam persentase laporan keuangan sepanjang waktu akan memberi
analis pandangan atas perbaikan mendasar atau penurunan dalam kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Walaupun sebagian dari pandangan ini diungkapkan dalam analisis
rasio keuangan, pemahaman yang lebih luas atas berbagai tren mungkin dilakukan ketika
analisis diperluas hingga meliputi berbagai pertimbangan yang telah diambil. Selain itu,
kedua jenis analisis baru ini sangatlah berguna untuk membandingkan perusahaan yang
datanya berbeda secara signifikan dari segi ukuran, karena setiap bagian dari laporan laba
rugi diletakkan di atas dasar yang relatif dan terstandardisasi (C Van Horne & M
Wachowicz, 2005).

a) Bagian-bagian Laporan Keuangan sebagai Persentase Total


Dalam analisis ukuran sama, kita menyatakan berbagai komponen neraca sebagai
persentase dari total aktiva perusahaan. Selain itu, hal ini dapat dilakukan untuk laporan
laba rugi, akan tetapi, kini bagian-bagian tersebut berhubungan dengan penjualan bersih.
Margin bersih dan kotor, yang dibahas sebelumnya, adalah contoh-contoh dari jenis
praktik ini, dan prosedurnya dapat diperluas untuk meliputi semua bagian dari laporan
laba rugi. Pernyataan setiap bagian laporan keuangan sebagai persentase dari total, akan
membantu analis mendeteksi tren yang berkaitan dengan tingkat kepentingan dari
berbagai bagian ini sepanjang waktu.

31
b) Bagian-bagian Laporan Keuangan sebagai Indeks Relatif untuk Tahun Dasar
Neraca dan laporan laba rugi ukuran sama dapat dilengkapi dengan pernyataan
berbagai bagian yang relatif untuk tahun dasar terkait. Perubahan yang terakhir ini
tidaklah tampak jelas dalam analisis ukuran sama. Akan tetapi, ketika kita
membandingkan angka-angka piutang usaha dan persediaan dengan penjualan bersih,
peningkatan tersebut tidak tampak terlalu jauh dari batas. (Kita mungkin ingin
menindaklanjuti informasi ini, dengan memeriksa perputaran piutang dan perputaran
persediaan perusahaan untuk melihat seberapa baiknya perusahaan mengelola
pertumbuhan akun-akun aktiva ini.)

Paling tidak, terdapat peningkatan yang cukup besar dalam aktiva tetap, tetapi
perubahan tersebut diiringi dengan perubahan dalam penjualan selama dua tahun
sebelumnya, yang dapat dikatakan baik dan lebih dari proporsinya. Di bagian kewajiban
dalam neraca, kita memerhatikan peningkatan utang usaha dan kewajiban jangka pendek
lain-lain yang terjadi. Akan tetapi, hanya peningkatan utang usaha yang tampaknya besar
jika dibandingkan dengan peningkatan dalam penjualan, begitu pula dengan peningkatan
dalam piutang serta persediaan. Berdasarkan pada pandangan ini, kita berkeinginan untuk
melihat perputaran utang perusahaan, untuk melihat apakah perusahaan tidak melakukan
pembayaran ke para pemasoknya secara tepat waktu.

Terakhir, peningkatan dalam utang jangka panjang, saham biasa, dan laba ditahan
juga membantu membiayai peningkatan yang besar dalam aktiva, yang terjadi selama dua
tahun belakangan. Dengan laporan ukuran sama, kita tidak memiliki informasi mengenai
bagaimana jumlah yang absolut berubah sepanjang waktu. Ringkasnya, standardisasi
bagian-bagian neraca dan laporan laba rugi ke dalam persentase dari total dan indeks
untuk tahun dasar, memberi kita pandangan tambahan untuk segala sesuatu yang telah
didapat dari analisis rasio keuangan. Analisis ukuran sama dan indeks jauh lebih mudah
dilakukan jika menggunakan program komputer spreadsheet seperti Excel. Hitungan
pembagian antarbaris atau kolom dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dalam
program semacam ini tetapi tergantung dari Anda, analisnya, untuk menginterpretasikan
berbagai hasilnya.

2.6 Pelaksanaan Analisis Keuangan dari Waktu ke Waktu

Berdasarkan kecenderungannya, kita dapat menunjukkan kesimpulan berikut (Husnan &


Pudjiastuti, 2015):

32
1. Likuiditas perusahaan sebagaimana diukur dengan rasio lancar dan rasio
cepat telah relatif stabil dari waktu ke waktu. Kendati ada penurunan dari
rasio-rasio ini dari tahun 2000 ke 2002, namun rasio-rasio ini telah membaik
selama seluruh periode itu. Perputaran piutang dagang relatif juga stabil,
namun sedikit menurun. Perputaran persediaan membaik dalam tahun 2002
dibanding empat tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa persediaan
telah dikelola lebih efesien.

2. OIROI telah menunjukkan perbaikan selama periode lima tahun itu.


Perbaikan ini terutama karena marjin laba operasi yang lebih baik

3. Harley Davidson mengurangi penggunaan hutang selama lima tahun terakhir.

2.7 Keterbatasan Analisis Rasio

1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri, jika


perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha. Jika kita harus memilih
sendiri kumpulan perusahaan pembanding dan membuat norma khusus yang
sesuai, seperti kasus kita pada Harlev-Davidson.

2. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan
hanya memberikan petunjuk umum karena bukan merupakan hasil penelitian
dari seluruh perusahaan dalam industri ataupunbahkan sckedar sampel yang
mewakili dalam industri.

3. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan


dalam perhitungan rasio. Sebagai tambahan, perusahaan mungkin memilih
metode yang berbeda dalam penyusutan aktiva tetap mereka.

4. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai rasio
yang diinginkan. Yang paling baik, suatu industri menyediakan petunjuk
posisi keuangan dari rata-rata perusahaan yang ada dalam industri, termasuk
yang buruk dan yang memilih membandingkan rasio perusahaan kita dengan
menentukan sendiri kelompok pembanding atau dengan pesaing tunggal.

5. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi mereka.


Jadi, masukan necara dan rasio yang berkaitan dengan neraca tersebut juga
akan berubah-ubah menurut tahun ketika laporan tersebut dibuat. Sebagai

33
contoh, suatu perusahaan mungkin punya tahun fiskal pada akhir 30 Juni,
sedangkan perusahaan yang lain industri yang sama mungkin mempunyai
tahun fiskal pada akhir 31 Desember. Untuk menghindari masalah ini, sebuah
neraca perhitungan rata-rata, harus sudah digunakan (untuk beberapa bulan
atau triwulan sepanjang tahun) bukannya total akhir tahun. Sebagai contoh,
saldo rata-rata persediaan akhir bulan bisa digunakan untuk menghitung rasio
perputaran persediaan perusahaan ketika perusahaan berada pada kondisi
penjualan yang berubah-ubah (dan perhitungan dengan investasi dan
persediaan).

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evaluasi kinerja keuangan dalam perusahaan merupakan suatu gambaran


kondisi keuangan dalam perusahaan yang dianalisis melalui alat-alat analisis
keuangan seperti rasio keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Analisis keuangan (financial analysis)
melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan ini melaksanakan
beberapa fungsi. Pertama, yaitu neraca (balance sheet) yang meringkas aktiva,
kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu perusahaan pada suatu periode, biasanya
pada akhir tahun atau kuartal. Sementara itu, laporan laba rugi (income statement)
meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama suatu periode waktu tertentu,
sekali lagi, biasanya untuk periode satu tahun atau kuartalan.

Tujuan dari penggunaan suatu rasio saat menganalisis informasi yang akan
dianalisis agar raasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau
juga suatu perusahaan dengan batas-batas waktu yang berbeda. Selain itu juga
terdapat analisis tren dan juga analisis ukuran sama & analisis indeks. Likuiditas
perusahaan sebagaimana diukur dengan rasio lancar dan rasio cepat telah relatif
stabil dari waktu ke waktu. Analisis dari rasio juga mempunyai keterbatasan.
Terdapat 6 macam keterbatasan dalam melakukan analisis rasio dalam suatu
laporan keuangan perusahaan.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai


bahan/materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
mahasiswa/i khususnya mengenai Mengevaluasi Kinerja Keuangan.

1
DAFTAR PUSTAKA

C Van Horne, J., & M Wachowicz, J. (2005). Fundamental Of Financial


Management (Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (Edisi 12). Salemba
Empat.

Husnan, S. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan


Jangka Panjang) (Edisi 4). BPFE-Yogyakarta.

Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Edisi


7). UPP STIM YKPN.

Irawari, S. (2006). Manajemen Keuangan. CV. Pena Persada.

Kasmir. (2015). Analisa Laporan Keuangan (5th ed.). Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai