Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO


PENILAIAN PASAR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PT.
SUMBER ALFARIA TRIJAYA, TBK SELAMA PANDEMI
COVID-19
(Studi pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2019-Kuartal II 2021)

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Akuntansi

Oleh:

PUTRI WIDYASARI
NIM. 1810313320008
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Putri Widyasari
Nim : 1810313320008
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal skripsi ini merupakan
hasil penelitian yang telah saya lakukan. Segala kutipan dan bantuan dari berbagai
sumber telah diungkapkan sebagaimana mestinya. Proposal skripsi ini belum
pernah dipublikasikan untuk keperluan lain oleh siapapun juga. Apabila di
kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima akibat hukum dari ketidakbenaran pernyataan tersebut.

Banjarmasin, 24 November 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Putri Widyasari
NIM. 1810313320008

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..................................................................................................... i


Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................... ii
Halaman Daftar Isi ................................................................................................. iii
Halaman Daftar Tabel ........................................................................................... iv
Halaman Daftar Gambar ........................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
1.5. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8
1.6. Pembatasan Masalah ...................................................................... 8
1.7. Sistematika Pembahasan ................................................................ 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ............................................................................. 10
2.1.1. Teori Sinyal ........................................................................ 10
2.1.2. Nilai Perusahaan ................................................................ 11
2.1.3. Pemegang Saham ............................................................... 15
2.1.4. Rasio Profitabilitas ............................................................. 17
2.1.5. Rasio Nilai Pasar ................................................................ 20
2.2. Hubungan antarvariabel ................................................................ 23
2.3. Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................................ 29

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...... 31


3.1. Kerangka Konseptual ................................................................... 31
3.2. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 33
3.3. Model Penelitian .......................................................................... 33

BAB IV. METODE PENELITIAN .................................................................... 34


4.1. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 34
4.2. Jenis Penelitian ............................................................................. 34
4.3. Tempat/Lokasi Penelitian .............................................................. 34
4.4. Unit Analisis .................................................................................. 35
4.5. Populasi dan Sampel ..................................................................... 35
4.6. Variabel dan Definisi Operasional Variabel.................................. 36
4.7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 40
4.8. Teknik Analisis Data .................................................................... 41
4.9. Jadwal Penelitian .......................................................................... 45
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 46

iii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................29

iv
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 3.1 Kerangka Pikir .............................................................................. 32
Gambar 3.2 Model Pemikiran ........................................................................... 33

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kasmir (2014) berpendapat bahwa perusahaan umumnya
berorientasi untuk menghasilkan laba sebanyak mungkin melalui sumber
daya yang mereka miliki. Besarnya laba yang diperoleh pun akan
memberikan kelangsungan hidup, sehingga perusahaan dapat berkembang
di masa yang akan datang. Profitabilitas perusahaan akan menunjukkan
pula seberapa baik kinerjanya. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006)
menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan keberhasilan suatu
perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya (Noerirawan, 2012,
p. 1). Maka dari itu, nilai perusahaan merupakan aspek yang sangat
penting bagi perusahaan karena dapat mencerminkan kinerja perusahaan
tersebut. Semakin baik kinerja perusahaan tersebut, menunjukkan nilai
perusahaan yang semakin tinggi pula.
Berdasarkan penjelasan di atas, Amirya dan Atmini (2007)
menyebutkan bahwa nilai perusahaan dapat dilihat pada aspek
profitabilitas perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2010), profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan pada
tingkat penjualan, total aktiva, dan modal yang dimiliki. Pengukuran
profitabilitas diperlukan untuk menilai secara akurat dan sejauh mana
tingkat pengembalian keuntungan atas aktivitas operasi dan investasinya.
Salah satu indikator pengukuran profitabilitas adalah dengan
menggunakan rasio profitabilitas. Kasmir (2014) menyatakan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio yang berguna untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan tingkat laba (profit) dari pendapatan
(earning) dan memberikan ukuran tingkat efektivitas kinerja manajemen
suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan margin operasi menunjukkan
berapa banyak laba yang diperoleh perusahaan atas aktivitas
operasionalnya tanpa unsur biaya bunga atau pajak atas penjualan.
Pertumbuhan margin laba menunjukkan tingkat penjualan yang berhasil

1
diperoleh, yang mengisyaratkan bahwa perusahaan memiliki keadaan
finansial yang baik, sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan
tersebut. Kemudian, besarnya nilai ROA (Return on Total Assets) atau
pengembalian total menunjukkan posisi perusahaan dalam segi
penggunaan asetnya di mana semakin besar nilainya, maka semakin baik
pula perusahaan memanfaatkan aset-aset dalam meningkatkan tingkat
rentabilitas. Setelah itu, adanya pertumbuhan ROE (Return on Common
Equity) atau pengembalian atas ekuitas saham menunjukkan prospek
perusahaan di masa mendatang, dengan adanya potensi peningkatan
keuntungan serta nilai ROIC (Return on Invested Capital) atau
pengembalian atas modal yang diinvestasikan akan menunjukkan
seberapa baik perusahaan menggunakan dananya dalam menghasilkan
pendapatan melalui alokasi modal ke dalam investasi.
Sudana (2011) pun berpendapat, adapun faktor lain yang
mempengaruhi nilai perusahaan adalah penilaian atas nilai pasar. Penilaian
atas nilai pasar merupakan suatu kumpulan alat pengukuran akuntansi untuk
kinerja perusahaan, di mana yang menghubungkan antara harga saham
perusahaan dengan keuntungan dan nilai buku per saham. Saham yang
diterbitkan oleh perusahaan di pasar modal merupakan indikator bagi nilai
perusahaan, ditinjau dari harga saham yang diperjualbelikan melalui Bursa
Efek Indonesia (BEI). Martikarini (2014) menerangkan jika nilai pasar
saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan tersebut.
Penilaian atas nilai pasar dapat dilakukan pada perhitungan rasio-
rasio nilai pasar. Brigham & Houston (2018) menyatakan bahwa rasio-rasio
nilai pasar (market value ratios) merupakan sekumpulan rasio yang
mengukur harga pasar saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio
nilai pasar merupakan rasio yang dapat memberikan pandangan terbaik
dalam tiga hal utama, yaitu: (1) acuan kepada para investor untuk
menentukan keputusan pembelian atau penjualan saham, (2) metode
penentuan harga saham dalam penerbitan saham baru kepada Banker
investasi, dan (3) bahan pertimbangan kepada perusahaan ketika

2
memutuskan penawaran yang diberikan oleh perusahaan lain dalam hal
potensi merger.
Penelitian sebelumnya yang juga memaparkan tentang nilai suatu
perusahaan yang dilakukan oleh Muhammad Angga Eka Aditya (2015, p.
9) yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, menyatakan bahwa profitabilitas
yang diukur tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian oleh Lilik Sutomo (2017, p. 14) yang berjudul “Pengaruh Rasio
Nilai Pasar terhadap Nilai Perusahaan”, yang menyatakan bahwa
profitabilitas berdampak positif dan signifikan terhadap nilai suatu
perusahaan. Penelitian Hary S. Sundoro dan Andreas Heryjanto (2019, p.
202) yang berjudul “Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan-Perusahaan di Industri Ritel”, menyatakan bahwa rasio
profitabilitas berpengaruh positif, akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Penelitian Nabila Zharfa (2019, p. 13) yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Ritel yang Terdaftar di BEI”,
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori sinyal (signaling theory) yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller (n.d.) yang menyatakan bahwa teori sinyal
merupakan suatu aksi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan
yang memberikan petunjuk kepada investor mengenai bagaimana
perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut melalui informasi
yang berpengaruh terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan,
yang penting bagi investor dan pelaku bisnis (Brigham & Houston, 2018, p.
32). Oleh sebab itu, hal ini direspon sebagai sinyal positif dari perusahaan,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan memberi
kemudahan bagi manajemen perusahaan dalam mengelola kegiatan
operasional perusahaan. Penelitian ini yang diuji pada PT. Sumber Alfaria
Trijaya, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor
distribusi eceran produk konsumen jaringan minimarket di mana periode
penelitian yang ditentukan pada Januari 2019 hingga Juni 2021. Periode

3
penelitian yang digunakan sehubungan dengan tempo tersulit bagi sektor
bisnis ritel dalam memperoleh pendapatan maupun mempertahankan
eksistensi perusahaan yang disebabkan penurunan permintaan pasar akibat
pandemi Covid-19. Akan tetapi, emiten berkode saham AMRT ini mampu
memperoleh peningkatan pendapatan meskipun terkendala oleh fenomena
pandemi Covid-19 dan berusaha menanggulangi penurunan laba tipis akibat
kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan membuka
hingga 800 gerai baru dengan strategi penjualan via online pada website dan
aplikasi WhatsApp. Alhasil, mengutip CNBC Indonesia (2021), PT.
Sumber Alfaria Trijaya, Tbk mampu mencatatkan kenaikan laba bersih pada
kuartal I-2021 (per 31 Maret 2021), sebesar Rp499,38 miliar atau naik
42,51% dibanding 31 Maret tahun lalu, sebesar Rp350,40 miliar. Selain itu,
pada Laporan Keuangan Kuartal II-2021 (per 30 Juni 2021) mencatatkan
laba sebesar Rp853,28 miliar atau mengalami kenaikan 73% dibandingkan
30 Juni 2020 yang sebesar Rp493,25 miliar (Bursa Efek Indonesia, 2021).
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau R&D (Research
and Development) yang befokus pada perluasan atas kajian teori mengenai
rasio profitabilitas, rasio nilai pasar, serta nilai perusahaan untuk
mengembangkan suatu kasus penelitian berdasarkan fenomena pandemi
Covid-19, dengan acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka
Indriyani (2017) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan” di mana penelitian tersebut menggunakan indikator variabel
independen berupa profitabilitas yang diproksikan oleh Rasio Return on
Assets (ROA) dan variabel dependen berupa nilai perusahaan yang
diproksikan oleh Rasio Price to Book Value (PBV). Sedangkan, dalam
penelitian ini tidak hanya menggunakan rasio profitabilitas berupa ROA
sebagai variabel independen, melainkan pengembangan yang mencakup
penggunaan indikator variabel independen lainnya, seperti rasio
profitabilitas dan rasio nilai pasar yang dikemukakan oleh Brigham &
Houston (2018). Adapun variabel independen berupa rasio profitabilitas
yang digunakan peneliti terdiri dari: Rasio Profit Margin (PM) sebagai X1,
Rasio Operating Margin (OM) sebagai X2, Rasio Return on Total Assets

4
(ROA) sebagai X3, Rasio Return on Invested Capital (ROIC) sebagai X4,
Rasio Return on Common Equity (ROE) sebagai X5, Rasio Basic Earning
Power (BEP) sebagai X6, dan rasio nilai pasar yang terdiri dari: Rasio Price
Earnings (P/ER) sebagai X7, Rasio Price to Book Value (PBV) sebagai X8,
dan Rasio Tobin’s Q (TQ) sebagai X9, serta nilai perusahaan sebagai
variabel dependen yang diproksikan oleh Rasio Dividend Payout (DPR)
sebagai Y, guna menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen tersebut.
Penelitian ini sendiri tergolong dalam jenis penelitian deskriptif
asosiatif dengan pendekatan kuantitatif terhadap fenomena tertentu
menggunakan angka dan data yang bersumber dari Laporan Keuangan
perusahaan sebagai data sekunder dengan dukungan studi kepustakaan,
sehingga lebih memperkuat analisis peneliti dalam membuat suatu
kesimpulan atas hasil perhitungan indikator-indikator variabel penelitian
menggunakan uji analisis statistik melalui pengujian statistik deskriptif dan
analisis regresi linear berganda melalui SPSS. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu metode yang
menghimpun informasi-informasi terkait dalam penyelesaian masalah
tersebut serta informasi yang digunakan merupakan dokumen berupa
Laporan Keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdiri dari
Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun pengamatan, yakni periode 2019-
Kuartal II 2021.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah rasio profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi Covid-19 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-Kuartal II 2021?
2. Apakah rasio operating margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi Covid-19
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-Kuartal II
2021?

5
3. Apakah rasio ROA (Return on Total Assets) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi
Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-
Kuartal II 2021?
4. Apakah rasio ROIC (Return on Invested Capital) berpengaruh terhadap
nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa
pandemi Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2019-Kuartal II 2021?
5. Apakah rasio ROE (Return on Common Equity) berpengaruh terhadap
nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa
pandemi Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2019-Kuartal II 2021?
6. Apakah rasio BEP (Basic Earning Power) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi
Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-
Kuartal II 2021?
7. Apakah rasio P/ER (Price/Earnings) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi
Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-
Kuartal II 2021?
8. Apakah rasio PBV (Price to Book Value) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi
Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-
Kuartal II 2021?
9. Apakah rasio Tobin’s Q berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk selama masa pandemi Covid-19 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-Kuartal II 2021?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Rasio Profit Margin terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.

6
2. Untuk mengetahui pengaruh Rasio Operating Margin terhadap nilai
perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
3. Untuk mengetahui pengaruh Rasio ROA (Return on Total Assets)
terhadap nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
4. Untuk mengetahui pengaruh Rasio ROIC (Return on Invested Capital)
terhadap nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
5. Untuk mengetahui pengaruh Rasio ROE (Return on Common Equity)
terhadap nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
6. Untuk mengetahui pengaruh Rasio BEP (Basic Earning Power)
terhadap nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
7. Untuk mengetahui pengaruh Rasio P/ER (Price/Earnings) terhadap
nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
8. Untuk mengetahui pengaruh Rasio PBV (Price to Book Value) terhadap
nilai perusahaan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
9. Untuk mengetahui pengaruh Rasio Tobin’s Q terhadap nilai perusahaan
pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2019-Kuartal II 2021.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi calon investor atau investor
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan
dan acuan bagi para investor maupun calon investor dalam menetapkan
pilihan investasi yang tepat terkait dengan nilai perusahaan.
2. Bagi perusahaan

7
Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi oleh
manajemen perusahaan dalam proses penentuan pengambilan
keputusan ketika mendapatkan tawaran merger maupun untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
3. Bagi pihak akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai analisis Laporan
Keuangan serta manajemen keuangan yang dapat dijadikan dasar dalam
pengembangan penelitian yang serupa di masa akan datang.
1.5. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka pengidentifikasian masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan ritel dalam sektor
penyedia barang kebutuhan pokok jaringan minimarket terkemuka di
Indonesia, PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang berhasil memperoleh
keuntungan meskipun terkendala masa pandemi Covid-19.
2. Penggunaan rasio penilaian pasar yang masih jarang digunakan sebagai
indikator pengukuran nilai pada perusahaan, terutama pada salah satu
variabelnya, yaitu: Tobin’s Q.
3. Banyaknya hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh rasio
profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang masih belum konsisten yang terlihat dari perbedaan
hasil penelitian satu dengan yang lainnya serta penggunaan indikator
rasio nilai pasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan yang masih belum dikaji lebih intens.
1.6. Pembatasan Masalah
1. Pengukuran nilai perusahaan hanya dilakukan pada aspek finansial
(kuantitatif) melalui perhitungan rasio-rasio keuangan terkait saja,
sedangkan untuk aspek administrasi dan operasional tidak dilakukan.
2. Penelitian ini hanya dibatasi menggunakan dua rasio keuangan yang
dijadikan indikator untuk mengetahui dan mengukur nilai perusahaan

8
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk di Bursa Efek Indonesia, yaitu rasio
profitabilitas dan rasio penilaian pasar.
3. Keterbatasan dalam periode penelitian yang terbilang singkat yaitu 30
bulan (mulai Januari 2019–Juni 2021) atas dampak pandemi Covid-19,
sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan.
1.7. Sistemika Pembahasan
Proposal skripsi ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian atas latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan kajian terhadap beberapa teori terkait dan
referensi hasil penelitian sebelumnya yang menjadi landasan
dalam mendukung studi penelitian ini, di antaranya adalah
teori mengenai profitabilitas dan penilaian pasar yaitu rasio
profitabilitas dan rasio nilai pasar yang menjadi dasar
pemilihan faktor proksi pengukuran.
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN)
DAN HIPOTESIS
Bab ini berisikan mengenai kerangka konseptual (model
penelitian) tentang hubungan antar variabel independen
(rasio profitabilitas dan rasio penilaian pasar (rasio nilai
pasar)) dan variabel dependen (nilai perusahaan) dan
hipotesis sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
BAB IV METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan metode penelitian secara rinci mengenai
ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian,
unit analisis, populasi dan sampel, variabel-variabel dan
definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Teori Sinyal
Teori sinyal untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Spence
(1973) yang berpendapat bahwa pihak pemilik informasi memberikan
petunjuk melalui informasi yang bersifat aktual mengenai kondisi suatu
organisasi bagi pihak penerima. Sedangkan, menurut Tim Akar Media
(2003), secara umum sinyal diartikan sebagai tanda isyarat atas sesuatu yang
terjadi yang berisi arah dan petunjuk. Kemudian, dikutip dari Brian L.
Conelly, et al. (2010), mengemukakan bahwa teori sinyal berguna untuk
menggambarkan perilaku ketika dua pihak baik individu atau organisasi
memiliki akses informasi yang berbeda. Biasanya, satu pihak, pengirim
pesan, harus memilih bagaimana cara menyampaikan informasi tersebut,
kepada pihak lain, penerima, harus menafsirkan sinyal atas informasi
tersebut.
Selain itu, Modigliani dan Miller (n.d.) menyatakan bahwa teori
sinyal (signaling theory) merupakan suatu aksi yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor
mengenai bagaimana perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut
melalui informasi yang berpengaruh terhadap keputusan investasi pihak di
luar perusahaan, yang penting bagi investor dan pelaku bisnis (Brigham &
Houston, 2018, p. 32-33). Informasi tersebut menyajikan keterangan,
catatan, dan gambaran perusahaan dengan lengkap, relevan, akurat, serta
tepat waktu baik untuk keadaan di masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa
yang akan datang yang dipublikasikan secara resmi di Bursa Efek Indonesia
(BEI) maupun situs (website) perusahaan. Sehingga, secara garis besar teori
sinyal erat kaitannya dengan ketersediaan informasi, di mana Laporan
Keuangan dapat digunakan untuk menjadi alat pengambil keputusan bagi

10
para stakeholders dalam menginterpretasikan analisis fundamental
perusahaan tersebut.
Menurut Jogiyanto (2014), pada saat informasi diumumkan dan
pelaku pasar telah menerimanya, mereka terlebih dahulu meninjau
informasi tersebut sebagai suatu sinyal yang bersifat baik atau buruk. Jika
informasi tersebut bersifat baik, maka investor akan tertarik melakukan
perdagangan saham. Sujoko & Soebianto (2007), berpendapat, informasi
berupa tingkat profitabilitas tinggi, maka menunjukkan prospek yang cerah,
sehingga investor akan merespons positif sinyal baik tersebut, maka nilai
perusahaan akan meningkat. Kemudian, Ricky Septian (2018)
menyebutkan, informasi atas nilai pasar mengenai permintaan saham yang
tinggi karena investor percaya kepada perusahaan, dianggap pula sebagai
sinyal baik, sehingga nilai perusahaan akan dipandang baik.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa teori sinyal merupakan suatu petunjuk yang diberikan oleh
manajemen perusahaan kepada investor mengenai kinerja perusahaan
melalui pemberian informasi berupa Laporan Keuangan, yang dapat
digunakan sebagai alat pengambil keputusan.
Sujoko & Soebianto (2007) menyatakan bahwa, informasi berupa
tingkat profitabilitas tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari
pemanfaatan sumber daya perusahaan di mana profitabilitas yang tinggi
akan menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga investor akan
merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan pun akan meningkat.
Kemudian, informasi atas nilai pasar mengenai permintaan saham yang
banyak, maka akan membuat harga saham meningkat.
2.1.2. Nilai Perusahaan
Secara umum, nilai perusahaan terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu:
nilai dan perusahaan. Menurut Prawiro (2020), nilai diartikan sebagai suatu
kumpulan kriteria pada tiap objek maupun individu yang memiliki unsur
harga, manfaat, dan makna, sebagai pedoman dalam mengambil keputusan
yang dikehendaki atau tidak. Sedangkan, perusahaan adalah suatu badan

11
usaha di suatu negara yang didirikan untuk menjual barang dan/atau jasa
yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan (“KBBI”, n.d.).
Adapun Noerirawan (2012) menyatakan bahwa suatu kondisi yang
berhasil dicapai perusahaan sebagai gambaran atas kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan melalui proses aktivitas operasional sejak perusahaan
berdiri hingga sampai sekarang. Mengutip dari Modigliani dan Miller (n.d.),
nilai perusahaan dianggap sebagai sinyal atas kondisi perusahaan dalam
periode tertentu (Brigham & Houston, 2018, p. 33). Menurut Kismono
(2011), nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang akan bersedia dibayar
oleh pembeli di masa depan jika perusahaan tersebut dijual. Maka,
berdasarkan beberapa pendapat tersebut, nilai perusahaan disimpulkan
sebagai kemampuan perusahaan untuk memberikan kepercayaan kepada
masyarakat atas kinerjanya, sejak awal berdiri hingga sekarang, baik
kemampuan dalam memperoleh laba maupun membayarkan dividen kepada
para pemegang saham, sehingga mereka bersedia membayar untuk
memiliki bagian atas aset perusahaan.
2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Perusahaan
Menurut Rahayu (2018), nilai perusahaan sendiri dipengaruhi oleh
tingkat utang, ukuran perusahaan, dan rasio profitabilitas.
a. Tingkat Utang
Menurut Kasmir (2014), tingkat utang dapat mempengaruhi
kesehatan finansial perusahaan di mana semakin tinggi tingkat utang
yang dimiliki, maka semakin besar pula risiko perusahaan dalam
mengalami kesulitan keuangan. Untuk mengukur tingkat utang suatu
perusahaan, diperlukan alat pengukuran berupa rasio tingkat utang
(Leverage) melalui Rasio DAR (Debt to Assets Ratio), Rasio DER (Debt
to Equity Ratio), dan Rasio LTDER (Long Term Debt to Equity Ratio).
Perhitungan Rasio DAR (Debt to Assets Ratio) menurut Kasmir
(2014, p. 156) dirumuskan sebagai berikut:
Total Utang
DAR = × 100%
Total Aset

Perhitungan Rasio DER (Debt to Equity Ratio) menurut Kasmir


(2014, p. 158) dirumuskan sebagai berikut:

12
Utang
DER = Ekuitas × 100%

Perhitungan Rasio LTDER (Long Term Debt to Equity Ratio)


menurut Kasmir (2014, p. 159) dirumuskan sebagai berikut:
Utang Jangka Panjang
LTDER = × 100%
Modal Sendiri

Berdasarkan penelitian Rahayu (2018, p. 75), tingkat utang melalui


proksi Rasio DAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin
besar nilai DAR, maka menunjukkan pembiayaan aset perusahaan
dibiayai oleh modal pinjaman. Semakin tinggi modal pinjaman,
semakin tinggi pula tingkat utang yang ditanggung perusahaan. Hal
tersebut dapat menurunkan keuntungan perusahaan. Kemudian,
dikatakan bahwa Rasio DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Semakin tinggi nilai DER, maka semakin besar jumlah utang yang
dimiliki daripada ekuitasnya, sehingga tingkat pemenuhan kewajiban
akan semakin besar. Hal tersebut berdampak pada menurunnya kinerja
perusahaan dan perolehan keuntungan. Oleh karena itu, nilai perusahaan
turut berpengaruh. Selain itu, Rasio LTDER mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang jangka
panjang melalui modal sendiri yang dimilikinya. Semakin besar nilai
LTDER, maka semakin besar pula risiko finansial perusahaan. Hal
tersebut mempengaruhi nilai perusahaan.
b. Ukuran Perusahaan
Menurut Suharli (2006), ukuran perusahaan (size)
menginformasikan seberapa besar/kecilnya suatu perusahaan yang
ditinjau melalui total aset dan tingkat penjualan. Apabila perusahaan
memiliki total aset yang besar, maka pihak perusahaan akan memiliki
pemanfaatan lebih dalam memanfaatkan asetnya untuk meningkatkan
penjualan. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan memanfaatkan
total aset pada tingkat penjualannya, diperlukan alat pengukuran berupa
Rasio TATO (Total Assets Turnover Ratio) atau rasio perputaran total
aset.
Kasmir (2014) menyatakan bahwa Rasio TATO merupakan rasio
yang digunakan mengukur tingkat perputaran total aset perusahaan

13
untuk melihat berapa jumlah penjualan yang mampu dihasilkan atas tiap
Rp1 aset. Perhitungan Rasio TATO (Total Assets Turnover Ratio)
menurut Kasmir (2014, p. 186) dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan
TATO = Total Aset × 100%

Menurut Ulfah & Abbas (2019, p. 93) menyatakan bahwa Rasio


TATO berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai TATO
menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan total
aset untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai TATO, maka
semakin efisien pemanfaatan total aset untuk memperoleh pendapatan
melalui penjualan.
c. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2014), rasio profitabilitas merupakan rasio yang
dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
operasi. Penelitian Zharfa (2019, p. 13) menyatakan bahwa ketika
tingkat profitabilitas perusahaan tinggi, maka perusahaan mampu
memperoleh keuntungan, sehingga prospek bisnis dipandang baik, nilai
perusahaan pun meningkat.
Indikator rasio yang digunakan oleh Rahayu (2018) adalah Rasio
ROA dan Rasio ROE, dengan rumus ROA oleh Kasmir (2014, p. 202)
serta rumus ROE menurut Kasmir (2014, p. 206) adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
ROA = × 100%
Total Aset
Laba Bersih
ROE = × 100%
Ekuitas

Menurut Zharfa (2019), nilai perusahaan dipengaruhi oleh


profitabilitas (Rasio ROE) serta tingkat likuiditas (Rasio CR atau Current
Ratio).
a. Rasio ROE
Menurut Sujoko & Soebianto (2007), tingkat profitabilitas yang
diperoleh perusahaan menjadi penilaian penting bagi investor dalam
keputusan investasi, dikarenakan semakin tinggi nilainya, maka
menunjukkan prospek perusahaan yang baik. Hal ini menjadi daya tarik
bagi investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut (Lubis, et al,

14
2017). Untuk mengukur profitabilitas, Lubis, et al. (2017) menggunakan
proksi Rasio ROE, yang dirumuskan Kasmir (2014, p. 206) adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE = × 100%
Ekuitas

b. Rasio CR
Tingkat likuiditas digunakan untuk mengukur bagaimana
kamampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
untuk dilunasi yang batas temponya 1 (satu) periode (Kasmir, 2014).
Menurut Zharfa (2019), ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas
tinggi, maka perusahaan dianggap mampu memenuhi kewajiban
lancarnya, sehingga dipandang baik oleh investor, yang mampu
meningkatkan nilai perusahaannya. Untuk mengukurnya, Zharfa (2019)
menggunakan Rasio CR, dengan rumus (Kasmir, 2014, p. 135) sebagai
berikut:
Aset Lancar
CR = Utang Lancar × 100%

Menurut Murhadi (2013), Rasio CR berpengaruh terhadap nilai


perusahaan, di mana semakin tinggi CR akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai tagihan atau
utangnya. Selain itu, CR dapat mencerminkan kesehatan finansial
perusahaan yang baik.
2.1.3. Pemegang Saham
Nurhaliza (2021) menyatakan bahwa pemegang saham atau disebut
sebagai shareholders merupakan orang per individu, perusahaan dan/atau
lembaga yang memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) saham di suatu
perusahaan. Secara singkat, pemegang saham merupakan individu yang
membeli saham sehingga memiliki hak bagian kepemilikan perusahaan.
Ketika pemegang saham melakukan pembelian saham, tentunya memiliki
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun, dalam memperoleh
keuntungan tersebut, tidak semua melakukan dengan cara yang sama.
Dilansir dari OCBC NISP, bagi pemegang saham yang
menginginkan keuntungan jangka pendek, atau biasa disebut sebagai trader,
pelaku jual beli saham kliat, yang sangat aktif melakukan jual dan beli

15
saham di pasar karena investasinya bersifat singkat. Sehingga, trader perlu
meninjau riset pasar setiap harinya, sesuai prinsipnya yaitu buy and sell
yang berarti membeli saham saat harga turun dan menjualnya segera saat
harga naik (OCBC NISP, 2021).
Menurut Jatmiko (2020), trader merupakan individu yang
melakukan pembelian dan penjualan saham dengan memanfaatkan fluktuasi
harga pasar setiap harinya, dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam
waktu singkat melalui capital gain (keuntungan dari kenaikan harga
saham). Menurut Nurhaliza (2021), capital gain adalah keuntungan yang
diperoleh ketika harga jual saham lebih besar daripada harga belinya yang
bernilai positif. Sedangkan apabila harga jual saham lebih rendah daripada
harga belinya, maka akan mendapatkan capital loss atau disebut sebagai
kerugian modal yang bernilai negatif. Oleh karena itu, dikutip melalui
OCBC NISP, trader pun kurang mempedulikan kinerja perusahaan saham
tersebut karena yang lebih diutamakannya adalah pergerakan harga pasar
saham tersebut, melalui analisis teknikal (OCBC NISP, 2021). Menurut
analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui target harga dan
kapan sebaiknya melakukan transaksi, dengan menggunakan data harga dan
volume perdagangan di masa lalu untuk memprediksi pergerakan harga
yang akan terjadi.
Sedangkan, menurut Idris (2021), bagi pemegang saham yang
menginginkan keuntungan jangka panjang, disebut sebagai investor.
Jatmiko (2020) menyatakan bahwa investor adalah individu yang
melakukan pembelian saham dengan tujuan untuk berinvestasi secara
jangka panjang agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Utomo
(2018), sebelum melakukan pembelian saham, investor sangat
memperhatikan kinerja keuangan perusahaan tersebut, melalui analisis
fundamental pada laporan keuangan untuk meninjau kesehatan finansial,
tingkat laba, serta konsistensi pembagian dividen. Dikutip dari BNI Life,
Analisis fundamental tersebut bertujuan sebagai alat keputusan jual beli
saham, melalui perhitungan Rasio PE/R, Rasio PBV, dan Rasio
EV/EBITDA (BNI Life Indonesia, 2021).

16
Sehingga, investor berprinsip buy and hold, di mana melakukan
pembelian saham setelah melakukan pertimbangan untuk menanamkan
modal di saham dan menahannya agar memperoleh dividen (Wuisan, 2021).
Sebab, dividen merupakan sumber pendapatan bagi investor, yang
pembagiannya disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Semakin bagus kinerja perusahaan tersebut, maka investor optimis jika
perusahaan akan konsisten membayarkan dividennya (Nani, 2014).
2.1.4. Rasio Profitabilitas
Sartono (2010) berpendapat bahwa rasio profitabilitas merupakan
alat untuk mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan atau laba dalam keterkaitan dengan penjualan,
total aset, maupun modal milik sendiri, yang dapat diukur melalui rasio
profitabilitas. Menurut Fahmi (2013), rasio profitabilitas diartikan sebagai
rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang didapatkan dari
hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Selain itu, rasio profitabilitas ini berfungsi sebagai suatu alat ukur
dalam penilaian dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan melalui
perkembangan laba perusahaan dalam kurun periode tertentu, sehingga
dapat membantu para investor untuk memutuskan apakah saham
perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dimiliki (Sujoko & Soebianto,
2007). Maka, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu
alat perhitungan berupa rasio yang memberikan ukuran tingkat efektivitas
kinerja manajemen perusahaan, atas kemampuan memperoleh keuntungan
melalui penjualan maupun investasi.
Menurut Sujoko & Soebianto (2007) dan Lubis, et al. (2017)
menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal
tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
2.1.4.1. Rasio Profitabilitas menurut Kasmir (2014)
Kasmir (2014) menjelaskan bahwa rasio profitabilitas berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan

17
dengan memberikan ukuran tingkat efektivitas dan efisiensi manajemen
suatu perusahaan, yang ditunjukkan melalui laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan menurut Kasmir (2014, p. 201-210) adalah: Gross Profit Margin
(GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), serta Earning per Share of Common Equity (EPS).
a. Gross Profit Margin (GPM)
Kasmir (2014) menyatakan bahwa rasio GPM digunakan sebagai
alat ukur untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan yang
diperoleh, melalui perbandingan antara laba kotor dengan penjualan
bersih. Adapun perhitungan GPM dirumuskan menurut Kasmir (2014,
p. 201) adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih−Harga Pokok Penjualan
GPM = × 100%
Penjualan

b. Net Profit Margin (NPM)


Kasmir (2014) mengatakan bahwa rasio NPM merupakan rasio yang
menunjukkan ukuran keuntungan atas perbandingan perolehan laba
tahun berjalan dengan penjualan. Adapun perhitungan NPM
dirumuskan menurut Kasmir (2014, p. 202) adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
NPM = × 100%
Penjualan

c. Return on Assets (ROA)


Kasmir (2014) menyatakan bahwa rasio ROA adalah rasio yang
menggambarkan perolehan laba perusahaan melalui penggunaan aset
perusahaan. Adapun perhitungan ROA dirumuskan menurut Kasmir
(2014, p. 202) adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
ROA = × 100%
Total Aset

d. Return on Equity (ROE)


Kasmir (2014) mengatakan bahwa rasio ROE digunakan untuk
mengukur penggunaan ekuitas dalam memperoleh laba, sehingga
mampu menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Adapun

18
perhitungan ROE dirumuskan menurut Kasmir (2014, p. 206) adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE = × 100%
Ekuitas

e. Earning per Share of Common Stock (EPS)


Kasmir (2014) menytakan bahwa rasio EPS merupakan alat ukur
atas keberhasilan manajemen dalam memperoleh keuntungan bagi
pemegang saham sebagai pengembalian. Adapun perhitungan EPS
dirumuskan menurut Kasmir (2014, p. 209) adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
EPS = Saham Biasa yang Beredar × 100%

2.1.4.2. Rasio Profitabilitas menurut Brigham & Houston (2018)


Rasio profitabilitas menurut Brigham & Houston (2018) diartikan
sebagai sekelompok rasio yang digunakan untuk mencerminkan hasil akhir
aktivitas perusahaan atas likuiditas, aset, dan modal. Dalam praktiknya,
jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan menurut Brigham &
Houston (2018, p. 139-143) adalah: Profit Margin (PM), Operating Margin
(OM), Return on Total Assets (ROA), Return on Invested Capital (ROIC),
Return on Common Equity (ROE), dan Basic Earning Power (BEP).
a. Profit Margin (Margin Laba)
Rasio ini mengukur laba neto/bersih per rupiah dari penjualan, dan
dihitung dengan membagi laba neto/bersih dengan penjualan.
Perhitungan Profit Margin (PM) menurut Brigham & Houston (2018, p.
140) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Neto
PM = × 100%
Penjualan

b. Operating Margin
Rasio ini mengukur laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak
yang biasa disebut Earnings before Interest and Taxes (EBIT) dari
setiap penjualan yang dilihat melalui laba usaha/operasi. Rasio ini
dihitung dengan membagi laba operasi dengan penjualan. Perhitungan
Operating Margin (OM) menurut Brigham & Houston (2018, p. 140)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Usaha
OM = × 100%
Penjualan

19
c. Return on Total Assets (ROA)
Rasio yang menghitung laba neto/bersih dengan aset total yang
memberikan nilai pengembalian atas total aset perusahaan. Perhitungan
Return on Total Assets (ROA) menurut Brigham & Houston (2018, p.
140) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Neto
ROA = Total Aset × 100%

d. Return on Invested Capital (ROIC)


Rasio keuangan untuk mengukur total pengembalian yang
disediakan perusahaan bagi investornya. Perhitungan Return on
Invested Capital (ROIC) menurut Brigham & Houston (2018, p. 141)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Operasi Setelah Pajak
ROIC = × 100%
Utang+Ekuitas

e. Return on Common Equity (ROE)


Rasio laba neto/bersih atas ekuitas saham biasa dengan mengukur
tingkat pengembalian dari investasi pemegang saham biasa.
Perhitungan Return on Common Equity (ROE) menurut Brigham &
Houston (2018, p. 141) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE = × 100%
Ekuitas

f. Basic Earning Power (BEP)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melalui total aset
dalam menghasilkan keuntungan dengan membagi laba operasi (laba
sebelum bunga dan pajak—EBIT) dengan total aset. Perhitungan Basic
Earning Power (BEP) menurut Brigham & Houston (2018, p. 143)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Usaha
BEP = × 100%
Total Aset

2.1.5. Rasio Nilai Pasar


Menurut Widyahari (2019), secara umum nilai pasar adalah
sejumlah uang yang dibayarkan demi memiliki hak atas kepemilikan aset
atau harga yang rela dibayarkan untuk suatu aset. Dikutip dari OCBC NISP,
nilai pasar merupakan suatu nilai yang menggambarkan besaran nilai aset
atau surat berharga, seperti saham (OCBC NISP, 2021). Utami (2021), pun

20
berpendapat bahwa nilai pasar digunakan sebagai gambaran nilai atas aset
maupun perusahaan di pasar keuangan. Sehingga, nilai pasar dapat
disimpulkan menjadi suatu nilai yang melekat pada suatu perusahaan, baik
dari segi aset maupun sahamnya, sehingga mampu menarik pemegang
saham untuk memiliki hak kepemilikan perusahaan tersebut.
Sutomo (2017) mengemukakan bahwa rasio nilai pasar memberikan
pemahaman investor atas kinerja perusahaan melalui kondisi pasar
perusahaan tersebut. Brigham & Houston (2018) mengatakan bahwa rasio
ini sering juga disebut sebagai market value ratios, yang bermakna sebagai
rasio-rasio yang menghubungkan antara nilai harga saham terhadap
pendapatan perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Ira Febriana (2021)
bependapat bahwa rasio nilai pasar dapat digunakan perusahaan untuk
mengumpulkan berbagai informasi pasar terkait dengan mengidentifikasi
serta mengembangkan bisnis mereka melalui pemasaran produk ke
konsumen baru.
Gede & Marta (2016), menyatakan bahwa ketika perusahaan
mampu memberikan kinerja yang baik, maka tentunya kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba juga meningkat, sehingga para
pemegang saham akan tertarik dengan bisnis tersebut, atas tingginya minat
saham, harga saham pun meningkat. Hal tersebut mencerminkan persepsi
mereka tentang prospek bisnis melalui sahamnya di pasar modal.
2.1.5.1. Rasio Nilai Pasar menurut Fahmi (2013)
Menurut Fahmi (2013), rasio nilai pasar termasuk dalam rasio
penilaian (valuation ratio) di mana berguna untuk menggambarkan kondsi
pasar perusahaan di pasar keuangan. Rasio nilai pasar memiliki manfaat
bagi manajemen perusahaan dalam meninjau kinerja keuangan serta
prospek bisnis mendatang.
Perhitungan rasio nilai pasar menurut Fahmi (2013, p. 138) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Rasio Earning per Share (EPS)

21
Menurut Fahmi (2013), rasio ini disebut juga sebagai rasio pendapatan
per lembar saham. Menurut Fahmi (2013, p. 138) dapat dihitung
melalui:
Laba Bersih Setelah Pajak
EPS = jumlah Saham yang Beredar

b. Rasio Price Earning Ratio (PER)


Menurut Fahmi (2013), rasio ini disebut juga sebagai rasio harga laba,
yang berguna untuk melakukan perbandingan antara harga saham per
lembar saham dengan laba per lembar saham. Menurut Fahmi (2013, p.
138) dapat dihitung melalui:
Harga per Saham
PER =
EPS

c. Rasio Book Value per Share (BVS)


Menurut Fahmi (2013), rasio ini berguna untuk mengukur nilai ekuitas
pemegang saham atas setiap lembar saham. Menurut Fahmi (2013, p.
138) dapat dihitung melalui:
Total Ekuitas
BVS = Jumlah Saham yang Beredar

d. Rasio Price Book Value (PBV)


Menurut Fahmi (2013), rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham perusahaan. Menurut Fahmi (2013, p.
139) dapat dihitung melalui:
Harga per Saham
PBV = BVS

e. Rasio Dividend Yield (DY)


Menurut Fahmi (2013), rasio ini mengukur berapa besar tingkat
keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham.
Menurut Fahmi (2013, p. 139) dapat dihitung melalui:
Dividen per Saham
DY = × 100%
Harga per Saham

f. Rasio Dividend Payout (DP)


Menurut Fahmi (2013), rasio ini mengukur tingkat pembayaran dividen
yang bisa diberikan kepada pemegang saham. Menurut Fahmi (2013, p.
139) dapat dihitung melalui:
Dividen per Saham
DP = × 100%
EPS

22
2.1.5.2. Rasio Nilai Pasar menurut Brigham & Houston (2018)
Menurut Brigham & Houston (2018) menyatakan bahwa rasio nilai
pasar disebut sebagai market value ratios, yang bermakna sebagai rasio-
rasio yang menghubungkan antara nilai harga saham terhadap pendapatan
perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Apabila perusahaan mampu
memperoleh keuntungan, manajemen utang baik, pengalokasian aset
efisien, maka rasio nilai pasar akan tinggi (Brigham & Houston, 2018, p.
143).
Dalam praktiknya, menurut Brigham & Houston (2018) adalah:
Price/Earnings (P/ER), Price to Book Value (PBV), dan Tobin’s Q (TQ).
Perhitungan rasio nilai pasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Price/Earnings (P/ER)
Rasio dari harga per saham dibagi laba per saham dengan
menunjukkan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh investor untuk
setiap Rp1 (satu) laba berjalan. Adapun rumusnya (Brigham & Houston
2018, p. 144), yaitu:
Harga per Saham
P/ER = × (kali)
Laba per Saham

b. Price to Book Value (PBV)


Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya memberikan
indikasi terkait bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan
dengan membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per saham.
Adapun rumusnya (Brigham & Houston 2018, p. 145), yaitu:
Ekuitas Saham Biasa
Nilai Buku per Saham : Saham Beredar
Harga Pasar per Saham
PBV : × (kali)
Nilai Buku per Saham

c. Tobin’s Q
Rasio yang mendefinisikan nilai perusahaan sebagai bentuk dari
nilai kombinasi antara aset berwujud dan aset tak berwujud. Adapun
rumusnya (Brigham & Houston 2018, p. 145), yaitu:
(Harga per Saham x Jumlah Saham Beredar)+Total Utang
TQ = × (kali)
Total Aset

2.2. Hubungan antarvariabel


2.2.1. Pengaruh Rasio Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan

23
Kasmir (2014) menyatakan bahwa rasio Profit Margin (PM) atau
margin laba digunakan sebagai alat untuk mengukur keuntungan yang
diperoleh atas penjualan melalui laba bersih dalam 1 (satu) periode.
Sehingga, keuntungan yang didapatkan dari tingkat penjualan dinyatakan
dalam hubungannya dengan laba bersih. Adapun menurut Rangkuti (2000),
ketika nilai margin laba meningkat, maka perusahaan dinilai mampu
berkinerja dengan baik dari sudut pandang finansial, karena menghasilkan
laba secara optimal atas efektifnya pengelolaan keuangan perusahaan. Hal
tersebut membuat nilai perusahaan dipandang baik oleh investor.
Penelitian Halik (2018, p. 8) menyatakan bahwa semakin besar nilai
Profit Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga
mampu memberikan kepercayaan kepada investor. Selain itu, semakin
tinggi keuntungan yang diperoleh, semakin besar pula pembayaran dividen
yang diberikan perusahaan, maka rasio Profit Margin pun berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 1 berbunyi:
H1 : Rasio Profit Margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.2. Pengaruh Rasio Operating Margin terhadap Nilai Perusahaan


Brigham dan Houston (2018) mengemukakan bahwa rasio
Operating Margin (OM) merupakan rasio yang mengukur jumlah laba
operasional yang dihasilkan perusahaan melalui penjualan bersih. Rangkuti
(2000) berpendapat bahwa semakin tinggi nilai Operating Margin, maka
laba operasionalnya meningkat, perusahaan pun dapat memenuhi beban
operasional. Selain itu, Yasa (2016, p. 945) mengatakan, besarnya laba yang
diperoleh akan meningkatkan nilai perusahaan melalui pembayaran dividen
atas keberhasilan kinerjanya.
Penelitian oleh Nugroho (2013) pun menyatakan bahwa semakin
besar nilai Operating Margin, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan, berarti kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen
akan terpenuhi, sehingga nilai perusahaan pun meningkat, maka rasio

24
Operating Margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu,
hipotesis 2 berbunyi:
H2 : Rasio Operating Margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.3. Pengaruh Rasio ROA terhadap Nilai Perusahaan


Kasmir (2014) menyatakan rasio ROA digunakan untuk mengetahui
seberapa mampu perusahaan dalam memperoleh laba melalui penggunaan
total aset yang dimiliki karena rasio ini mengindikasikan bagaimana kondisi
perusahaan dari segi finansial. Suharli (2006) pun mengatakan bahwa
semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi tingkat efisiensi
pemanfaatan total aset, sehingga kinerja perusahaan turut meningkat, di
mana laba yang diperoleh juga semakin tinggi yang berarti nilai perusahaan
meningkat.
Hal serupa pun dibenarkan oleh Cahya (2018), semakin besar nilai
ROA menunjukkan bahwa perusahaan mampu menggunakan total aset
untuk aktivitas operasional untuk memperoleh laba, sehingga Rasio ROA
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sartono (2010) menyatakan,
dengan tingginya ROA tersebut, pembagian dividen akan semakin besar.
Oleh karena itu, hipotesis 3 berbunyi:
H3 : Rasio ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.4. Pengaruh Rasio ROIC terhadap Nilai Perusahaan


Menurut Oktavianti (2018) menyatakan bahwa ROIC merupakan
mengukur pengembalian total yang telah disediakan oleh perusahaan bagi
investornya. ROIC digunakan untuk menilai tingkat efektivitas perusahaan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, rasio ini membandingkan laba setelah
bunga dan pajak yang diperoleh perusahaan dengan jumlah utang dan
ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Semakin besar
nilai ROIC, investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang
memiliki kinerja baik, sehingga harga saham pun meningkat.
Hal serupa pun selaras dengan penelitian Bahrun (2018, p. 7),
semakin tinggi nilai ROI, maka tingkat pembayaran dividen kepada

25
pemegang saham akan semakin besar dikarenakan perusahaan mampu
menggunakan modal kerja dan utang dalam menghasilkan keuntungan dari
investasi. Ketika perusahaan mampu menghasilkan keuntungan, maka
dividen dapat dibagikan, di mana akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Oleh karena itu, hipotesis 4 berbunyi:
H4 : Rasio ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.5. Pengaruh Rasio ROE terhadap Nilai Perusahaan


Menurut Maulani (2016) menyatakan bahwa ROE mengukur sejauh
mana perusahaan menggunakan sumberdaya berupa ekuitas yang dimiliki
agar mampu memberikan keuntungan. Semakin tinggi nilai ROE, maka
semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. Semakin tinggi ROE juga menunjukkan kinerja
perusahaan yang baik. Ketika kinerja baik, maka perusahaan akan
memperoleh laba, yang mana pembayaran dividen pun dapat dibagikan dan
berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Jika harga saham
meningkat, maka reaksi pasar juga meningkat. Sehingga, ROE memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Febriana (2016, p. 8) mengatakan bahwa secara
keseluruhan ROE mencerminkan daya tarik bisnis dikarenakan ROE
mencerminkan efektivitas pemanfaatan modal sendiri untuk memperoleh
laba. Ketika laba diperoleh, pemegang saham berharap mendapatkan
pengembalian investasi atas uang mereka, dan ROE mampu menunjukkan
seberapa baik investasi tersebut dari sudut pandang akuntansi. Oleh karena
itu, ROE memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Maka, hipotesis 5
berbunyi:
H5 : Rasio ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.6. Pengaruh Rasio BEP terhadap Nilai Perusahaan


Menurut Brigham & Houston (2018) menyatakan BEP
menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba
sebelum dipengaruhi oleh pajak dan bunga atau laba operasi, serta berguna

26
ketika membandingkan perusahaan-perusahaan sejenis. Semakin tinggi
rasio BEP, maka semakin efektif dan efisien pengelolaan total aset yang
dimiliki perusahan untuk menghasilkan laba operasi. Tingkat laba yang
tinggi, akan dapat memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin
besar perolehan laba, maka menunjukkan kondisi finansial yang baik.
Darlis & Tanjung (n.d., p. 5) menyatakan bahwa nilai BEP yang
tinggi, maka investor akan memandang perusahaan tersebut memiliki
prospek yang baik sehingga pemegang saham akan membeli saham tersebut
dengan berharap mendapatkan imbalan keuntungan. Atas tingginya minat
saham tersebut, membuat harga saham turut meningkat. Sehingga, BEP
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 6
berbunyi:
H6 : Rasio BEP berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.7. Pengaruh Rasio P/ER terhadap Nilai Perusahaan


Brigham & Houston (2018) menyatakan bahwa Nilai P/ER akan
mencerminkan prospek bisnis tersebut. Nilai P/ER akan relatif tinggi bagi
perusahaan yang berprospek bagus dan risiko kecil, sedangkan nilai P/ER
cenderung relatif rendah bagi perusahaan dengan pertumbuhan lambat dan
berisiko. Semakin tinggi nilai P/ER, maka semakin optimis pula pasar
memandang prospek bisnis ke depannya. Semakin kecil nilai P/ER, maka
pasar semakin cemas dan pesimis mengenai masa depan bisnis tersebut
(Sutomo, 2017, p. 14).
Menurut Innafisah, et al. (2019, p. 41), nilai P/ER menunjukkan
seberapa besar investor bersedia membayar untuk setiap Rp1 dari
keuntungan yang dibayarkan. Semakin tinggi nilai P/ER, maka semakin
bagus pula prospek bisnis tersebut, sehingga peminat saham tersebut
bertambah. Atas peminat saham tersebut, harga saham pun meningkat,
maka nilai perusahaan pun meningkat. Nilai perusahaan yang tinggi
menjadi indikator dari meningkatnya kemakmuran para pemegang saham.
Oleh karena itu, P/ER berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga,
hipotesis 7 berbunyi:

27
H7 : Rasio P/ER berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.8. Pengaruh Rasio PBV terhadap Nilai Perusahaan


Menurut Brigham & Houston (2018), PBV digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya, yang
memberikan bagaimana pandangan pasar terhadap perusahaan tersebut.
Semakin tinggi nilai PBV, semakin baik pasar memandang prospek
perusahaan tersebut. Hal ini berarti PBV mampu menunjukkan kemampuan
perusahaan menciptakan nilai perusahaan dalam bentuk harga terhadap
modal yang tersedia. Husnan & Pudjiastuti (2012) Dengan semakin tinggi
nilai PBV, maka perusahaan dikatakan berhasil menciptakan nilai dan
kemakmuran pemilik.
Iqbal & Rohmah (2016, p. 24) pun mengatakan bahwa semakin
tinggi rasio PBV, maka menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor
terhadap perusahaan yang bersangkutan, harga saham pun meningkat,
sehingga nilai perusahaan semakin baik. Nilai perusahaan yang tinggi inilah
yang menjadi acuan investor. Oleh karena itu, PBV berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Sehingga, hipotesis 8 berbunyi:
H8 : Rasio PBV berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.2.9. Pengaruh Rasio Tobin’s Q terhadap Nilai Perusahaan


Secara umum, menurut Dzahabiyya, et al. (2020), Tobin’s Q atau
disimbolkan dengan TQ adalah rasio yang digunakan untuk memberikan
gambaran secara efektif dan efisien mengenai bagaimana pemanfaatan
sumber daya perusahaan melalui total asetnya. Semakin besar nilai TQ,
maka mengindikasikan pengelolaan aset perusahaan tersebut mampu
menghasilkan laba. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik.
Firmansyah, et al. (2021) pun menyatakan bahwa semakin besar
nilai TQ, maka nilai semakin efektif kinerja perusahaan atas pemanfaatan
total aset untuk memperoleh keuntungan. Atas hal itu, perusahaan yang
berkinerja baik akan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi, sehingga

28
nilai perusahaan pun meningkat. Oleh karena itu, apabila nilai pasar aset
lebih besar daripada nilai buku aset perusahaan, maka investor rela
mengeluarkan biaya untuk memiliki perusahaan tersebut (Chairunnisa,
2019, p. 151). Sehingga, hipotesis 9 berbunyi:
H9 : Rasio Tobin’s Q berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.3. Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Teknik
No Nama Peneliti, Variabel
Analisis Hasil Penelitian
Tahun, Judul Penelitian
Data
Variabel
dependen: Hasil penelitian
Muhammad Angga Nilai menunjukkan
Eka, 2015, perusahaan bahwa rasio
“Pengaruh Rasio Analisis profitabilitas
1 Keuangan teradap Variabel Regresi yang diukur
Nilai Perusahaan independen: Linear tidak
Manufaktur yang Rasio Berganda berpengaruh
Terdaftar di Bursa likuiditas, signifikan
Efek Indonesia” solvabilitas, terhadap nilai
profitabilitas, perusahaan
dan leverage
Variabel Hasil penelitian
dependen: menunjukkan
Eka Indriyani, Nilai bahwa
Analisis
2017, “Pengaruh perusahaan profitabilitas
2 Regresi
Profitabilitas berpengaruh
Linear
terhadap Nilai Variabel positif dan
Berganda
Perusahaan” independen: signifikan
Profitabilitas terhadap nilai
perusahaan
Variabel Hasil penelitian
Ignatius Lubis,
dependen: menunjukkan
Bonar M. Sinaga,
Nilai bahwa
dan Hendra Analisis
perusahaan profitabilitas
3 Sasongko, 2017, Regresi
berpengaruh
“Pengaruh Linear
Variabel positif dan
Profitabilitas Berganda
independen: signifikan
terhadap Nilai
Rasio terhadap nilai
Perusahaan”
profitabilitas perusahaan

29
Hasil penelitian
Variabel
menunjukkan
dependen:
bahwa rasio
Return
profitabilitas
Saham
tidak
Lilik Sutomo,
berpengaruh
2017, “Pengaruh Analisis
secara signifikan
4 Rasio Profitabilitas Regresi
terhadap return
dan Rasio Nilai Linear
saham,
Pasar terhadap Variabel Berganda
sedangkan rasio
Return Saham” independen:
nilai pasar
Rasio
berpengaruh
profitabilitas,
secara signifikan
rasio nilai
terhadap return
pasar
saham
Hasil penelitian
Hary S. Sundoro Variabel
menunjukkan
dan Andreas dependen:
bahwa rasio
Heryjanto, 2019, Nilai
Analisis profitabilitas
“Pengaruh Rasio perusahaan
5 Regresi berpengaruh
Profitabilitas
Linear positif, akan
terhadap Nilai Variabel
Berganda tetapi tidak
Perusahaan- independen:
signifikan
Perusahaan di Rasio
terhadap nilai
Industri Ritel” profitabilitas
perusahaan
Variabel Hasil penelitian
Nabila Zharfa, dependen: menunjukkan
2019, “Pengaruh Nilai bahwa
Analisis
Profitabilitas perusahaan profitabilitas
6 Regresi
terhadap Nilai berpengaruh
Linear
Perusahaan Ritel Variabel positif dan
Berganda
yang Terdaftar di independen: signifikan
BEI” Rasio terhadap nilai
profitabilitas perusahaan
(Sumber: Diolah Peneliti, 2021)

30
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual (Model Penelitian)


Sekaran (2019) berpendapat bahwa kerangka konseptual adalah
rumusan atau penyederhanaan kerangka teori yang mendukung penelitian
dengan memuat hubungan antarvariabel yang didukung oleh teori.
Singkatnya, kerangka konseptual menjadi fondasi di mana seluruh proyek
penelitian dibangun.
Rougie (2019) menyebutkan bahwa setelah mengidentifikasi
masalah, peneliti menentukan judul. Tahap selanjutnya adalah menentukan
variabel penelitian yang akan digunakan. Setelah variabel berhasil
ditentukan, mengelaborasikan jaringan asosiasi antarvariabel, sehingga
hipotesis yang relevan dapat disusun berdasarkan kajian teori maupun
penelitian terdahulu, selanjutnya diuji. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, masalah pun dapat dipecahkan. Dengan demikian, kerangka
konseptual merupakan langkah penting dalam peneliian.
Besarnya laba yang diperoleh dapat memberikan kelangsungan
hidup dan prospek cerah bagi perusahaan di masa mendatang, artinya nilai
perusahaan akan semakin baik dipandang para investor. Menurut Wahyudi
dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan
keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya
(Noerirawan, 2012, p. 1). Maka dari itu, nilai perusahaan merupakan aspek
yang sangat penting bagi perusahaan karena dapat mencerminkan kinerja
perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja perusahaan tersebut,
menunjukkan nilai perusahaan yang semakin tinggi pula.
Pada penelitian ini, terdapat 9 (sembilan) variabel independen
(bebas), yaitu Rasio Profit Margin (X1), Rasio Operating Margin (X2),
Rasio ROA (X3), Rasio ROIC (X4), Rasio ROE (X5), Rasio BEP (X6), Rasio
P/ER (X7), Rasio PBV (X8), dan Rasio Tobin’s Q (X9) serta 1 (satu variabel
dependen (terikat), yaitu nilai perusahaan (Y) melalui proksi Rasio DPR
(Dividend Payout Ratio).

31
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk

Laporan Keuangan Periode 2019-Kuartal II 2021

Neraca L/R

Teori Sinyal

Profit Margin
(X1)
Operating Margin
(X2)
ROA (X3)
ROE (X4)
Nilai Perusahaan
ROIC (X5) (Y)
BEP (X6)
P/ER (X7)
PBV (X8)
Tobin’s Q (X9)

Uji Asumsi
Klasik
Gambar 3.
Uji Regresi
Linear
Berganda

Uji Hipotesis
Statistik

Hasil &
Pembahasan

Gambar 3.1
Kerangka Pikir
32
(Sumber: Diolah Peneliti, 2021)
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah
dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Rasio profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H2 : Rasio operating margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H3 : Rasio ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H4 : Rasio ROIC berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H5 : Rasio ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H6 : Rasio BEP berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H7 : Rasio P/ER berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H8 : Rasio PBV berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H9 : Rasio Tobin’s Q berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3.3. Model Penelitian

Gambar 3.2
Model Penelitian
(Sumber: Diolah Peneliti, 2021)
33
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif asosiatif dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) menyatakan bahwa
penelitian deskriptif diartikan sebagai penelitian yang memberikan
informasi satu atau lebih nilai variabel independen tanpa membandingkan
dengan variabel lain. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh
deskripsi atau gambaran mengenai rasio profitabilitas dan rasio penilaian
pasar.
Sedangkan, menurut Notoatmodjo (2012), penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara
2 (dua) variabel atau lebih. Penelitian asosiatif di sini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh maupun juga hubungan antara 2 (dua) variabel atau
lebih. Dalam penelitian ini, metode asosiatif berguna untuk memberikan
informasi tentang pengaruh antara rasio profitabilitas dan rasio penilaian
pasar terhadap nilai perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan melakukan perhitungan rasio profitabilitas dan rasio penilaian pasar
untuk mengetahui pengaruh keduanya terhadap nilai perusahaan pada PT.
Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengujian hipotesis penelitian
deskriptif asosiatif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur nilai satu
atau lebih variabel melalui sumber data sekunder pada Laporan Keuangan
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang meliputi Neraca dan Laporan Laba
Rugi periode Januari 2019 hingga Juni 2021.
4.3. Tempat/Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI), yakni www.idx.co.id atau dapat pula melalui situs resmi Alfamart
pada https://alfamart.co.id. Alasan menggunakan lokasi ini karena dapat

34
menyajikan informasi yang dibutuhkan dan mempunyai data-data akurat
yang diperlukan untuk melakukan perhitungan dan analisis rasio keuangan
terkait.
4.4. Unit Analisis
Unit analisis meliputi 1 (satu) perusahaan ritel dalam sektor
penyedia barang kebutuhan pokok jaringan minimarket di Indonesia, yaitu
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
4.5. Populasi dan Sampel
Secara umum, Sekaran (2019) mengartikan populasi sebagai
keseluruhan objek suatu penelitian. Berdasarkan definisi tersebut, maka
populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan ritel sektor penyedia
produk-produk kebutuhan pokok konsumen dalam jumlah eceran atau
satuan berjaringan minimarket yang terdaftar di BEI yang menyajikan
Laporan Keuangan selama periode 2019-Kuartal II 2021, yaitu PT. Indoritel
Makmur Internasional, Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
Dalam penelitian ini, sesuai pendapat Sugiyono (2015), teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik non-probability
sampling di mana pengambilan sampel didasarkan atas kriteria tertentu.
Berkenaan dengan hal itu, maka jenis/turunan metode yang akan digunakan
adalah purposive sampling atau dikenal sebagai judgement, selective, atau
non-random sampling. Notoatmodjo (2012), teknik ini merupakan metode
pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti.
Adapun kriteria sampel yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan ritel Indonesia yang bergerak pada sektor penyedia barang-
barang kebutuhan pokok dalam jumlah satuan atau eceran dengan
jaringan minimarket yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode Januari 2019-Juni 2021, yang mengalami peningkatan
pendapatan neto/bersih yang ditinjau dari Laporan Laba Rugi bertepatan
pada masa pandemi Covid-19.

35
2. Perusahaan ritel Indonesia yang bergerak pada sektor penyedia barang-
barang kebutuhan pokok dalam jumlah satuan atau eceran dengan
jaringan minimarket yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode Januari 2019-Juni 2021 yang mengalami keuntungan pada
periode pengamatan yang ditinjau dari Laporan Laba Rugi Perseroan
terkait, bertepatan dengan fenomena pandemi Covid-19.
3. Perusahaan ritel Indonesia yang bergerak pada sektor penyedia barang-
barang kebutuhan pokok dalam jumlah satuan atau eceran dengan
jaringan minimarket yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
membagikan dividen secara berturut-turut dalam periode pengamatan
pada Januari 2019-Juni 2021.
Menurut Sugiyono (2011:81) menyatakan bahwa sampel
merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti, sehingga untuk
pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan
pada pertimbangan tertentu. Oleh karena itu, sampel yang akan dipilih
sesuai kriteria pengambilan sampel tersebut adalah PT. Sumber Alfaria
Trijaya, Tbk dengan periode pengamatan Laporan Keuangan selama tahun
2019-Kuartal II 2021, sehingga diperoleh sebesar 30 sampel.
4.6. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2015) variabel (variable) adalah segala sesuatu
dalam bentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
dianalisis sehingga dapat memperoleh informasi mengenai hal tersebut dan
ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis variabel,
yaitu: variabel bebas (independent variable) atau disimbolkan dengan X dan
variabel terikat (dependent variable) atau disimbolkan dengan Y.
Variabel bebas/independen menurut Sekaran (2019) adalah variabel
yang memengaruhi terjadinya perubahan pada variabel terikat yang diteliti.
Singkatnya, variabel bebas menjadi penyebab perubahan atau memengaruhi
variabel terikat/dependen (Sugiyono, 2015). Variabel bebas (X) dalam
penelitian ini ialah Profit Margin (PM) sebagai X1, Operating Margin (OM)
sebagai X2, Return on Total Assets (ROA) sebagai X3, Return on Invested
Capital (ROIC) sebagai X4, Return on Common Equity (ROE) sebagai X5,

36
Basic Earning Power (BEP) sebagai X6, Price/Earnings (P/ER) sebagai X7,
Price to Book Value (PBV) sebagai X8, dan Tobin’s Q (TQ) sebagai X9.
Sehingga, yang berperan sebagai variabel terikat atau variabel dependen
adakah nilai perusahaan yang diproksikan oleh Dividend Payout Ratio
(DPR) sebagai Y.
Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuannya relatif
lebih mudah untuk diidentifikasi dan diobservasi serta dengan mudah dapat
diklasifikasi, diurut atau diukur agar dapat membedakan atau mengubah
nilai (Sekaran, 2019). Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus
dijelaskan dalam konsep operasional variabel yang di dalamnya
menjelaskan parameter atau indikator-indikatornya. Menurut Sugiyono
(2015), variabel-variabel dalam penelitian harus didefinisikan dalam bentuk
definisi naratif yang akan menjelaskan makna dan arti dari variabel dan
definisi operasional yang akan menjelaskan cara mengukur variabel agar
dapat dioperasikan.
4.6.1. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan variabel dependen (Y) yang
diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memberikan
kepercayaan kepada masyarakat atas kinerjanya, sejak awal berdiri
hingga sekarang, baik kemampuan dalam memperoleh laba maupun
membayarkan dividen kepada para pemegang saham, sehingga
mereka bersedia membayar untuk memiliki bagian atas aset
perusahaan. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diproksikan
dengan variabel rasio pembayaran dividen (Dividend Payout
Ratio—Rasio DPR). Rangkuti (2000), Dividend Payout Ratio
(DPR) atau dikenal sebagai rasio pembayaran dividen menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kepada
pemegang saham sebagai wujud kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja perusahaan, yang perhitungannya menurut Rangkuti (2000,
p. 156) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
DPR = × 100%
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

37
Untuk dapat mengetahui nilai dari Laba per Saham (Earning
per Share—EPS) dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi atau dapat
dihitung melalui rumus EPS menurut Rangkuti, (2000, p. 155)
sebagai berikut:
Laba Bersih
EPS = jumlah Saham yang Beredar

Selain itu, untuk mengetahui nilai dari Dividen per Saham


(Dividends per Share—DPS) dapat melakukan perhitungan melalui
rumus menurut Rangkuti (2000, p. 155) yang dirumuskan sebagai
berikut:
Total Dividen
EPS = × 100%
jumlah Saham yang Beredar

Sehingga, setelah komponen perhitungan telah diperoleh,


dilanjutkan dengan melakukan perhitungan secara keseluruhan
melalui Rasio DPR tersebut.
4.6.2. Profit Margin (Margin Laba)
Rasio ini mengukur laba neto/bersih per rupiah dari
penjualan, dan dihitung dengan membagi laba neto/bersih dengan
penjualan. Perhitungan Profit Margin (PM) menurut Brigham &
Houston (2018, p. 140) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Neto
PM = × 100%
Penjualan

4.6.3. Operating Margin (Margin Operasi)


Rasio ini mengukur laba operasi atau laba sebelum bunga
dan pajak yang biasa disebut Earnings before Interest and Taxes
(EBIT) dari setiap penjualan yang dilihat melalui laba usaha/operasi.
Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasi dengan penjualan.
Perhitungan Operating Margin (OM) menurut Brigham & Houston
(2018, p. 140) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Usaha
OM = × 100%
Penjualan

4.6.4. Return on Total Assets (Pengembalian Total Aset)


Rasio yang menghitung laba neto/bersih dengan aset total
yang memberikan nilai pengembalian atas total aset perusahaan.

38
Perhitungan Return on Total Assets (ROA) menurut Brigham &
Houston (2018, p. 140) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Neto
ROA = Total Aset × 100%

4.6.5. Return on Invested Capital (Pengembalian atas Modal


Terinvestasi)
Rasio keuangan untuk mengukur total pengembalian yang
disediakan perusahaan bagi investornya. Perhitungan Return on
Invested Capital (ROIC) menurut Brigham & Houston (2018, p.
141) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Operasi Setelah Pajak
ROIC = × 100%
Utang+Ekuitas

4.6.6. Return on Common Equity (Pengembalian atas Ekuitas Saham


Biasa)
Rasio laba neto/bersih atas ekuitas saham biasa dengan
mengukur tingkat pengembalian dari investasi pemegang saham
biasa. Perhitungan Return on Common Equity (ROE) menurut
Brigham & Houston (2018, p. 141) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Laba Bersih
ROE = × 100%
Ekuitas

4.6.7. Basic Earning Power (Kemampuan Dasar Memperoleh Laba)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melalui
total aset dalam menghasilkan keuntungan dengan membagi laba
operasi (laba sebelum bunga dan pajak—EBIT) dengan total aset.
Perhitungan Basic Earning Power (BEP) menurut Brigham &
Houston (2018, p. 143) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Usaha
BEP = × 100%
Total Aset

4.6.8. Price/Earning (Harga terhadap Laba per Saham)


Rasio dari harga per saham dibagi laba per saham dengan
menunjukkan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh investor
untuk setiap Rp1 (satu) laba berjalan. Adapun rumusnya (Brigham
& Houston 2018, p. 144), yaitu:

39
Harga per Saham
P/ER = × (kali)
Laba per Saham

4.6.9. Price to Book Value (Nilai Pasar terhadap Nilai Buku)


Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya
memberikan indikasi terkait bagaimana pandangan investor
terhadap perusahaan dengan membagi harga pasar per saham dengan
nilai buku per saham. Adapun rumusnya (Brigham & Houston 2018,
p. 145), yaitu:
Ekuitas Saham Biasa
Nilai Buku per Saham : Saham Beredar
Harga Pasar per Saham
PBV : × (kali)
Nilai Buku per Saham

4.6.10. Tobin’s Q
Rasio yang mendefinisikan nilai perusahaan sebagai bentuk
dari nilai kombinasi antara aset berwujud dan aset tak berwujud.
Adapun rumusnya (Brigham & Houston 2018, p. 145), yaitu:
(Harga per Saham x Jumlah Saham Beredar)+Total Utang
TQ = × (kali)
Total Aset

4.7. Teknik Pengumpulan Data


4.7.1. Jenis Data
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa jenis data terdiri dari 2
(dua) macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif yang berbentuk
angka-angka berupa Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan
Laporan Laba Rugi PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
4.7.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti adalah data sekunder.
Sekaran (2019) menyatakan bahwa data sekunder merupakan data
yang diperoleh tidak secara langsung, melainkan diperoleh dari
media perantara. Dalam penelitian ini media yang digunakan
melalui publikasi resmi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) serta situs
resmi Alfamart.
1. Studi Kepustakaan

40
Bougie (2019) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti berguna untuk memperoleh
informasi yang relevan terhadap penelitian yang akan atau
sedang diteliti. Informasi yang diperlukan, dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis, literatur-literatur, catatan,
termasuk di dalamnya adalah bahan-bahan perkuliahan yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian untuk
mendapatkan data secara teoritis.
2. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015), studi dokumentasi menjadi
teknik mengumpulkan data penelitian melalui perolehan data
(informasi) yang berhubungan dengan penelitian yang diteliti
oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mencari dan
mengumpulkan data-data dari Bursa Efek Indonesia (BEI)
melalui www.idx.co.id atau dapat pula melalui situs resmi
perusahaan Alfamart pada https://alfamart.co.id. Data yang
dikumpulkan berupa Laporan Keuangan PT. Sumber Alfaria
Trijaya, Tbk selama Januari 2019-Juni 2021, yang terdiri dari
Neraca dan Laporan Laba Rugi.
4.8. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data sekunder penelitian berupa
data-data (informasi) dari Laporan Keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya,
Tbk periode 2019-Kuartal II 2021 melalui situs resmi BEI maupun Alfamart
dengan teknik dokumentasi.
Berdasarkan Sekaran (2019), teknik analisis data merupakan salah
satu proses penelitian yang dilakukan setelah serangkaian data yang
diperlukan telah terkumpul guna memecahkan permasalahan yang diteliti.
Adapun analisis data yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini
menurut Ghozali (2016) adalah sebagai berikut:
a. Menghitung data-data (numerik) pada Laporan Keuangan Alfamart
dengan menggunakan Rasio Profit Margin, Rasio Operating Margin,

41
Rasio ROA, Rasio ROIC, Rasio ROE, Rasio BEP, Rasio P/ER, Rasio
PBV, Rasio Tobin’s Q untuk indikator variabel-variabel independen,
dan Rasio DPR untuk indikator variabel dependen.
b. Mempersiapkan tabulasi data penelitian.
c. Melakukan input data pada SPSS.
d. Menganalisis data dengan menggunakan uji Analisis Asumsi Klasik
(Normalitas, Multikolinearitas, Heteroskedasitas, dan Autokorelasi)
dengan SPSS.
1. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2015), pengujian normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah masing-masing variabel memiliki
distribusi normal atau tidak. Singkatnya, apakah model regresi
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Ghozali (2016) menyatakan
bahwa model regresi dikatakan berdistribusi normal jika data
plotting (titik-titik) menggambarkan data sesungguhnya dengan
mengikuti garis diagonal. Sedangkan, menurut Stanislaus S. Uyanto
(2010), ketika peneliti kurang yakin dengan hasil uji normalitas
tersebut, maka dapat menggunakan alternatif uji Kolmogorov-
Smirnov dengan dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan
probabilitas, yaitu:
a. Jika probabilitas x,y > 0,05, maka distribusi dari data normal.
b. Jika probabilitas x,y < 0,05, maka distribusi dari data tidak
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Suharyadi dan Purwanto (2009) yang menyatakan bahwa
adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna (koefisien
korelasi antarvariabel = 1), maka koefisien regresi dari variabel
bebas tidak dapat ditentukan dan standar error-nya tidak terhingga.
Menurut Ghozali (2016), tidak terjadi gejala multikolinearitas, jika
nilai Tolerance > 0,100 dan nilai IVF < 10,00.
3. Uji Heteroskedastisitas

42
Ghozali (2016) menyakan bahwa uji asumsi ini berguna utuk
menguji apakah dalam model regresi linear terdapat ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan pada pengamatan yang lain.
Jika tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang
jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada gambar
Scatterplots, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
(nol) pada sumbu Y. Alternatif uji pun dapat dilakukan melalui uji
Glejser. Singkatnya, menurut Sartono (2010), model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau bebas dari gejala
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Santoso (2000) mengatakan bahwa dilakukannya uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-I (sebelumnya). Menurut Ghozali (2016), tidak ada gejala
autokorelasi, jika nilai Durbin–Watson terletak antara du sampai
dengan (4-du). Untuk nilai tabel Durbin–Watson berdasarkan k
(jumlah variabel independen) dan N (jumlah data sampel) dengan
signifikansi 5% atau 0,05.
e. Melakukan uji Statistik Prametrik melalui Analisis Regresi Linear
Berganda
Untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel independen (X1-
9) terhadap variabel dependen (Y) dengan SPSS. Menurut Suharyadi
dan Purwanto (2009), Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple
Linear Regression Analysis) merupakan pengujian yang bertujuan
untuk mengukur besarnya hubungan dan pengaruh antara lebih dari satu
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X1-9) terhadap
variabel dependen (Y) dengan model regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y’ = 𝛼 + 𝛽1 𝜒1 + 𝛽2 𝜒2 + 𝛽3 𝜒3 + ⋯ + 𝛽9 𝜒9 + 𝑒
Keterangan:

43
Y’ = Nilai Perusahaan
𝛼 = Konstanta
𝑋1 = Rasio Profit Margin
𝑋2 = Rasio Operating Margin
𝑋3 = Rasio ROA
𝑋4 = Rasio ROIC
𝑋5 = Rasio ROE
𝑋6 = Rasio BEP
𝑋7 = Rasio P/ER
𝑋8 = Rasio PBV
𝑋9 = Rasio Tobin’s Q
𝛽 1-9 = Koefisien Regresi
𝑒 = Error term
Menurut Ghozali (2016), Analisis Regresi Linear Berganda
dilakukan melalui Uji t, Uji f, dan Koefisien Determinasi (R2).
1. Uji t (Uji Parsial)
Menurut Ghozali (2016), uji-t dilakukan untuk menguji
seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen (X)
secara parsial/individual terhadap variabel dependen (Y) dengan
taraf signifikansi (𝛼) sebesar 5% (0,05) atau tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 95%, melalui SPSS. Apabila nilai
signifikansi (𝛼) < 0,05, maka artinya terdapat pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial serta
untuk melihat arah pengaruh, dapat melihat perbandingan nilai t
dengan kurva.
2. Uji f (Uji Kelayakan Model)
Menurut Ghozali (2016), Uji-f atau istilah lain disebut
Goodness of Fit Test, dilakukan untuk menguji kelayakan model
regresi tersebut dengan tidak ada perbedaan data sebagai hipotesis
nol, sehingga data dikatakan fit. Apabila nilai Goodness of Fit Test
> 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti model regresi

44
mampu memprediksi nilai observasinya atau singkatnya, model
penelitian sudah tepat.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan Ghozali (2016) dikatakan bahwa pengujian
yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang
diberikan variabel independen (X1-9) terhadap variabel dependen
(Y). Nilai koefisien determinasi berada dalam rentang, antara 0
(nol) dan 1 (satu). Jika nilai koefisien mendekati angka 1 (satu),
maka variabel independen mampu memenuhi informasi yang
diperlukan dalam memprediksi variabel dependen atau dengan kata
lain, model dianggap sebagai model yang layak digunakan. Berlaku
sebaliknya. Semakin kecil nilai R2, maka kemampuan variabel-
variabel independen dalam menerangkan variabel dependen
semakin terbatas. Nilai koefisien determinasi (R-Square) diperoleh
dari hasil kuadrat nilai koefisien korelasi (R/r), yaitu r2 atau R2.
4.9. Jadwal Penelitian
Estimasi jadwal penelitian yang akan dilakukan, meliputi:
pengumpulan data pada Februari 2022, perhitungan dan pengolahan data
pada Maret-Mei 2022, serta pelaporan hasil penelitian dalam bentuk
hipotesis penelitian pada Juni 2022.

45
DAFTAR PUSTAKA

Akar Media, T. (2003). Kamus Lengkap Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya:


Penerbit Akar Media.
Amirya, M., & Atmini, S. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaaan yang Dimediasi oleh Leverage sebagai Variabel Intervening:
Sebuah Perspektif Order Theory. The 1 Accounting Conference Faculty of
Economics Universitas Indonesia, 7–9.
Bahrun, A. K. (2018). Pengaruh ROI terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Akuntansi, 1–8.
BNI Life Indonesia. (2021). Analisis Fundamental Saham. Jakarta: PT. Bank
Negara Indonesia.
Brigham, E.F., & Houston, J. F. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (14th
ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Bursa Efek Indonesia. 2021. Laporan Keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk
Tahun 2019, 2020, dan Kuartal II 2021: Kuartal & Tahunan. Diakses dari
www.idx.co.id.
Cahya, K. D. (2018). Pengaruh ROA dan ROE terhadap Nilai Perusahaan dengan
Sustainability Reporting sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang
Terdaftar di LQ 45. Jurnal Akuntansi, 3(1), 46–70.
Chairunnisa, R. (2019). Likuiditas, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan Automotive di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 20(2), 149–160.
CNBC Indonesia. (2021). Laba Bersih Alfamart per Kuartal I pada 2021. Jakarta:
Transmedia Company.
Darlis, E., & Tanjung, A. R. (n.d.). Pengaruh EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, BEP
terhadap Harga Saham Perbankan dan Asuransi di BEI periode 2007-2009.
Jurnal Akuntansi.
Dzahabiyya, J., Jhoansyah, D., & Danial, R. D. M. (2020). Analisis Nilai
Perusahaan dengan Model Rasio Tobin’s Q. Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 4(1), 46–55.
Eka Aditya, M. A. (2015). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah Akuntansi, 1–13.

46
Fahmi, I. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Febriana, E. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen, Ukuran
Perusahaan, Kepemilikan Saham Manajerial dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
2011-2013). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2.
Febriana, I. (2021). Pengaruh Arus Kas Bebas dan Struktur Pendanaan terhadap
Keputusan Investasi pada Subsektor Industri Kimia yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014-2019.
Firmansyah, A., Aktaviana, N., & Apriliani, D. (2021). Analisis Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur. jJurnal Bisnisman: Riset Bisnis dan
Manajemen, 3(1), 42–53.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23
(8th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gugup, K. (2011). Bisnis Pengantar. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Halik, A. C. (2018). Pengaruh ROA dan NPM terhadap Nilai Perusahaan pada PT.
Antam, Tbk. Jurnal Akuntansi, 1(1), 1–10.
Harmono. (2009). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Jakarta: Bumi Aksara.
Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (6thed.).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Idris, M. (2021). Apa itu Investor?. Jakarta: Kompas.
Indriyani, E. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Akuntansi, 10(2), 333–348.
https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.4649
Innafisah, L., Afifuddin, & Mawardi, M. C. (2019). Pengaruh EPS, PER, dan DPR
terhadap Nilai Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI
periode 2014-2017. Jurnal Akuntansi, 8(7), 37–52.
Iqbal, M., & Rohmah, N. A. (2016). Pengaruh PBV dan ROA terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Industri Manufaktur Aneka Industri Sub Sektor
Otomotif dan Komponen Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2014. 2016, 7(3), 20–48.
Jatmiko, B. P. (2020). Perbedaan Investor dan Trader Saham. Jakarta: Kompas.

47
Jogiyanto. (2014). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (10th ed.). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Rajawali Grafindo
Persada.
Kusmayadi, D., Dedi Rudiana, C., & Jajang Badruzaman, M. (2015). Good
Corporate Governance (I. Firmansyah (ed.); 1 ed., Vol. 1). LPPM Universitas
Siliwangi.
Lubis, I. L., Sinaga, B. M., & Sasongko, H. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Sruktur
Modal, Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Aplikasi Bisnis dan
Manajemen, 3(3), 458–465. https://doi.org/10.17358/jabm.3.3.458
Martikarini, N. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, dan Dividen
Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Akuntansi, 53(9), 1689–1699.
Maulani, U. S. (2016). Pengaruh Dividend per Share, Return on Equity, Net Profit
Margin terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di BEI.
Muid, A., & Noerirawan, M. R. (2012). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 1, 1–12.
Murhadi, W. R. (2013). Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham.
Penerbit Salemba Empat.
Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, A. W. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap
Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011). Jurnal Manajemen.
Nurhaliza, S. (2021). Pengertian Pemegang Saham. Jakarta: IDX Channel.
OCBC NISP. (2021). Nilai Pasar. Jakarta: PT. Bank OCBC NISP, Tbk.
OCBC NISP. (2021). Pengertian, Jenis, dan Perbedaan Trader dengan Investor.
Jakarta: PT. Bank OCBC NISP, Tbk.
Oktavianti. (2018). Pengaruh ROI, EPS, EVA terhadap Nilai Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di BEI periode 2013-2016. Jurnal Manajemen, 5(2), 152–170.
Perusahaan. (n.d.). Pada KBBI Daring. Diambil 26 Januari 2022, dari
kbbi.kemendikbud.go.id/entri/perusahaan

48
Purwanto, M. (2020). Pengertian Nilai: Fungsi, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohnya.
Jakarta: Maxmanroe.
Rahayu, M. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan. Jurnal
Ekonomi, 2(2), 69–77.
Rangkuti, F. (2000). Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus (S. Ali (ed.)). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rudangga, I. G. N. G., & Sudiarta, G. M. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen,
5(7), 4394–4422.
Santoso, S. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2019). Metode Penelitian untuk Bisnis dengan
Pendekatan Pengembangan-Keahlian (6th ed.). Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Septian, R. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan CSR terhadap Nilai
Perusahaan. Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.
Spence, M. (1973). Job Market Signaling. Jurnal Ekonomi, 87(3), 355–374.
Stanislaus, & Uyanto, S. (2010). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Siregar, S. (2017). Metode Pemilihan Kuaniitatif. Jakarta: Prenada Media.
Sudana, I. M. (n.d.). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharli, M. (2006). Studi Empiris terhadap Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Akuntansi.
Suharyadi, & Purwanto. (2009). Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern
(2 ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sujoko, & Soebianto, U. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

49
Manajemen dan Kewirausahaan, 9(47).
Sundoro, H. S., & Heryjanto, A. (2019). Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan di Industri Ritel. Jurnal Manajemen, 9(1), 197–205.
Sutomo, L., & Ardini, L. (2017). Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Rasio Nilai
Pasar terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6(10), 4.
Ulfah, M., & Abbas, D. S. (2019). Pengaruh Current Ratio, Total Assets Turnover,
Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 87–109.
Utami, F. A. (2021). Apa itu Nilai Pasar?. Jakarta: Warta Ekonomi.
Widyahari, A. (2019). Pengertian Nilai Pasar menurut SPI 2018. Jakarta:
Penilaian.id.
Wuisan, P. A. (2021). Karakteristik dan Perbedaan antara Trader dan Investor.
Jakarta: Modal Rakyat Indonesia.
Yasa, K. D. M., & Wirawati, N. G. P. (2016). Pengaruh Net Profit Margin, Current
Ratio, dan Debt to Equity Ratio pada Dividend Payout Ratio. Jurnal
Akuntansi, 16(2), 921–950.
Zharfa, N., & Soekotjo, H. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan
Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 1–
16.

50

Anda mungkin juga menyukai