Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE


GOVERNANCES, KUALITAS AUDIT TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BEI ( 2019-2021 )
Proposal Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :

NABILAH NUR RAISHA WARDHANI


2019041034024

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Terima kasih yang tidak
terhingga untuk Ibu Indah Diana Sari dan Bapak Suwono yang telah menjadi
orang tua terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian,
kasih sayang, serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

Jayapura, 3 Juni 2022

Nabilah N.R.Wardhani
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................5

PENDAHULUAN...........................................................................................................5

1.1 Latar Belakang..................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................8

1.5 Sistematika Penulisan........................................................................................9

BAB II............................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................10

2.1 Teori Keagenaan.............................................................................................10

2.2 Manajemen Laba..................................................................................................10

2.2.1 Definisi Manajemen Laba.............................................................................10

2.2.2 Faktor Pendorong Manajemen Laba..............................................................11

2.2.3 Tujuan Dan Motivasi Manajemen Laba........................................................12

2.2.4 Pola Manajemen Laba...................................................................................13

2.2.5 Teknik Manajemen Laba...............................................................................13

2.3 Kualitas Audit......................................................................................................14

2.3.1 Definisi Kualitas Audit..................................................................................14

2.3.2 Indikator Kualitas Audit................................................................................15

2.3.3 Pengukuran Kualitas Audit............................................................................15

2.4 Good Corporate Governances.............................................................................16

2.4.1 Definisi Corporate Governances...................................................................16

2.4.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governances........................................................18


2.5 Kepemilikan Institusional....................................................................................19

2.6 Ukuran Dewan Komisaris....................................................................................20

2.7 Komite Audit........................................................................................................20

2.8 Keterkaitan Antara Variabel Penelitian................................................................21

2.8.1 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen laba....................................21

2.8.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen laba..................22

2.8.3 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Manajemen laba...............................23

2.8.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen laba.....................................24

2.9 Kerangka Konseptual Penelitian..........................................................................25

BAB III..........................................................................................................................28

METODE PENELITIAN...............................................................................................28

3.1 lokasi Penelitian..............................................................................................28

3.2 Populasi dan Sampel.......................................................................................28

3.3 Data dan Metode Pengumpulan Data..............................................................28

3.3.1 Sumber Data.............................................................................................28

3.3.2 Jenis Data.................................................................................................29

3.3.3 Teknik Pengumpulan data........................................................................29

3.4 Operasional Variabel.......................................................................................29

3.4.1 Variabel Dependen (Y)............................................................................29

3.4.2 Variabel Independen................................................................................31

3.5 Metode Analisis Data......................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaporan keuangan merupakan keadaan keuangan sebuah industri
perusahaan. Dalam penyusunan laporan keuangan harus disusun dengan baik
dan dilaporkan secara integritas untuk pemakai laporan keuangan. Menurut
Mayangsari (2003) laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi
yang benar dan jujur merupakan definisi dari integritas laporan keuangan.
Tercatat pada SAK (2004) bahwa informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan juga harus kredibel. Kualitas data yang dapat diandalkan, yakni
bebas dari kesalahan jika tidak menyesatkan dan merupakan informasi yang
disajikan secara jujur dan adil serta dapat dipercaya oleh pengguna.

Contoh manipulasi informasi akuntansi ialah Enron, Tyco, Global


Crossing, Worldcom, Toshiba dan beberapa perusahaan Indonesia seperti PT.
Kimia Farma, Bank Lippo dan Bank Century yang sebelumnya mempunyai
bobot review yang tinggi. Penyelidikan oleh Enron telah mengungkapkan
kasus manipulasi information akuntansi ini. Banyak pemangku kepentingan
yang terlibat secara inside seperti CEO, Komisaris, Komite Audit, Auditor
Eksternal dan Auditor Internal. Hal ini jelas merusak kepercayaan publik,
terutama di dunia keuangan. Hal ini ditandai dengan turunya harga saham
perusahaan.

Manipulasi informasi moneter yang kerap berlangsung adalah kredibilitas


laporan keuangan saat menyajikan penjelasan kepada pemakai laporan
keuangan dan fakta bahwa hal memalsukan informasi akuntansi bisa
menimbulkan banyak perbincangan kepada masyarakat luas, lebih-lebih
bentuk penyelenggaraan dalam perseroan dan koordinasi kepemilikan
terpencar luas yang sering disebut dengan sebutan corporate governance,
yang memberitakan bahwa bukti prosedur corporate governance yang baik
belum tentu diterapkan pada perusahaan yang tercantum. Susiana dan
Herawati (2007) menyatakan belum diterapkannya mekanisme corporate
governance yang baik pada perusahaan dapat menjadi penyebab perusahaan
atau pihak manajemen untuk memberikan informasi yang memberi dampak
positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk
cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi
tertentu untuk menghindari terpuruknya harga saham. Namun, hal ini
memprovokasi masyarakat umum selaku pemakai information dan pelaporan
keuangan. Mereka merasa dirugikan lantaran tidak membagikan informasi
yang akurat dan jujur.

Darmawati (2004) dalam Addiyah (2014) menyatakan bahwa penerapan


dan pengelolaan corporate governance yang baik atau yang lebih dikenal
dengan good corporate governance merupakan sebuah konsep yang
menekankan pentingnnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain itu pula memperlihatkan
keharusan perusahaan untuk mencetuskan (revelation) segala penjelasan
kemampuan keuangan perusahaan secara cermat, tepat waktu dan
keterbukaan. Oleh sebab itu, perusahaan khalyak maupun terselumbung mesti
melihat good corporate governance (GCG) tidak bagaikan pemanis saja
melainkan cara pengembangan kemampuan dan harkat perusahaan.

FCGI (200) menemukan bahwa karena adanya komposisi good corporate


governance, pemegang saham dan financial backer yakin bahwa investasi
mereka hendak dihargai. Good corporate governance membagikan pertahanan
yang ampuh kepada pemegang saham dan financial backer. Corporate
governance pula mendukung perusahaan mengadakan lingkungan yang
kontributif dan kemajuan kantor yang ekonomis. Dalam hal ini corporate
governance dapat dideskripsikan selaku seperangkat ketentuan yang
memutuskan kaitan antara pemegang saham, Manajer, Kreditur, Pemerintah,
Karyawan dan pemangku kepentingan interior dan eksternal lainnya jika
diperlukan memiliki hak dan kewajiban.
Dewan direksi menjadi pimpinan perusahaan yang dipilih oleh para
pemegang saham untuk menggantikan keperluan mereka dalam memangku
perusahaan. Menurut Merdistusi, dkk (2003), dewan direksi memiliki peran
penting dalam perusahaan yaitu untuk menentukan arah dan kebijakan
perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Penelitian oleh
Pradipta (2011), tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
manajemen laba. Salah satu variabel yang diteliti adalah dewan direksi
menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan direksi berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.

Dewan komisaris berlaku dalam melaksanakan kewajiban inspeksi


mengenai informasi bermutu yang tercantum dalam informasi keuangan.
Dewan komisaris merupakan inti pada Corporate Governance yang berdinas
untuk memantau dewan direksi terkait bersama implementasi aktivitas
perusahaan. Dewan komisaris berkerja untuk mematutkan anggapan agar
tidak berlangsung bentrokan antar manajer dan tentunya mengatur pelaporan
keuangan dan dijelaskan tidak ada dominasi sehingga tidak membangkitkan
manajemen laba.

Pada jumlah observasi sebelumnya, penulis menjumpai perbedaan hasil


antara penelitian yang satu dengan yang berlainan, yakni penelitian Sunandar
(2014) yang menyatakan kualitas audit berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Maya
(2012), kualitas audit dan corporate governance tidak berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Tapi berlandaskan penelitian yang dilakukan oleh
Tania Rickha Rahmadani dan Nur Cahyomowati (2022) hasil analisis dapat
diketahui bahwa kualitas audit, kepemilikan institusional, komisaris
independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba. Sedangkan variabel kontrol yang mempengaruhi praktik manajemen laba
adalah umur perusahaan.
Berlandaskan latar belakang yang telah diuraikan diatas, berlangsung
GAAP antar peneliti sebelumnya, hingga penulis terdorong untuk
melangsungkan penelitian serta menyajikannya dalam sebuah laporan
proposition dengan judul "PENGARUH MEKANISME GOOD
CORPORATE GOVERNANCES, KUALITAS AUDIT TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI (
2019-2021 )"

1.2 Rumusan Masalah


Beralaskan latar belakang penelitian ini berfokus pada persoalan yang
mengenai :
1. Apakah Kualitas Audit berdampak atas Manajemen Laba ?
2. Apakah Kepemilikan Institusional berdampak atas Manajemen Laba ?
3. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berdampak atas Manajemen Laba ?
4. Apakah Komite Audit berdampak atas Manajemen Laba ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari adanya penelitian ini yakni :

1. Melihat dampak dari Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba.


2. Melihat dampak dari Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba.
3. Melihat dampak dari Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen
Laba.
4. Melihat dampak dari Komite Audit terhadap Manajemen Laba.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini berharap dapat membagikan manfaat menjadi berikut :
1. Manfaat Akademis
a. Untuk memperbanyak pandangan dan pemahaman tentang
pengaruh kualitas audit dan Good Corporate Governances
mengenai manajemen laba.
b. Dengan menjadi materi literatur dan acuan dan referensi dalam
melangsungkan penelitian berikutnya tentang kualitas audit dan
Good Corporate Governances terhadap manajemen laba.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, diharapkan bisa membantu memajukan
kinerja dengan bagus sehingga praktik manajemen laba
dihindari.
b. Bagi penanam modal dan pengguna laporan keuangan, boleh
memberikan informasi untuk mengamati laporan keuangan
ketika ingin menyertakan modal.
c. Bagi peneliti berikutnya, diharapkan dapat membantu menjadi
sumber pemahaman bagi kesuksesan edukasi dan dunia usaha.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini memuat penjelasan mengenai landasan teori, penelitian
terdahulu dan pengembangan kerangka pemikiran.

BAB 3 : METODE PENELITIAN


Dalam bab ini berisi memuat penelitian, sumber data, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variavel penelitian dan
metode analisis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenaan


Teori keagenaan atau agency theory adalah penjelasan tentang jalinan antara
bagian yang berkuasa, investor yang biasa disebut prinsipal, dan manajer yang
membuat perwakilan resmi. Menurut Jansen dan Meckling (1976), ada dua jenis
hubungan keagenaan yaitu antara manajer dan pemegang saham dan antara
manajer dan pemberi pinjaman. Untuk perusahaan publik, hubungan keagenaan
tercermin dalam hubungan investor-manajemen. Kesulitan, ada kalanya
berlangsung perbedaan yang bersangkutan antara kedua belah pihak. Perbedaan
tersebut yang membangkitkan ketentuan manajemen yang tidak
mempertimbangkan keperluan pemegang saham.

Teori keagenaan berati ada asimetri informasi antara manajer sebagai agen
dan pemegang saham sebagai prinsipal. Asimetri informasi adalah suatu kondisi
dimana manajer memiliki akses terhadap informasi tentang prospek suatu
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar. Asimetri informasi terjadi ketika
manajemen mengetahui lebih banyak tentang informasi orang dalam dan prospek
masa depan perusahaan daripada pemegang saham dan pemangku kepentngan
lainnya. Asimetri informasi antara agen dan prinsipal dapat menyebabkan
malfungsi manajer. Adanya kesenjangan informasi antara penguasa perushaan dan
manajer berarti penguasa perusahaan mengantongi peluang untuk
mengintensifkan keuntungannya. Salah satunya adalah manajemen laba.

2.2 Manajemen Laba

2.2.1 Definisi Manajemen Laba


Mengikuti Schipper (1998) oleh Rahmawati et al (2006), manajemen
pendapatan memerlukan tujuan khusus untuk proses pelaporan keuangan eksternal
untuk keuntungan pribadi (daripada memfasilitasi aliran proses yang netral) yang
menyatakan bahwa itu adalah intervensi. Menurut Assih dan Gudono (2000),
manajemen pendapatan adalah proses yang sengaja dilakukan dan menghasilkan
tindakan pendapatan yang dilaporkan dalam Prinsip Akuntansi Umum (GAAP).
Ashari dkk. , 1994 dalam Assih, 2004, Manajemen Pendapatan mencorakkan
kawasan kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen hasil
tidak selalu ditujukan untuk manipulasi keuntungan, sehingga tidak selalu
diartikan menjadi kekuatan negatif yang merugikan. Manajemen pendapatan tidak
selalu dikaitkan dengan kuasa untuk memalsukan bukti maupun informasi
akuntansi. Namun, kian relevan dengan pilihan sadar manajemen kebijakan
akuntansi untuk arah spesifik dalam batasan GAAP. Penentang manajemen
pendapatan beriktikad bahwa manajemen pendapatan memangkas kredibilitas
informasi yang layak cermat tentang pendapatan untuk meperhitungkan
pendapatan dan efek portofolio

2.2.2 Faktor Pendorong Manajemen Laba


Dalam teori akuntansi positif, ada tiga faktor penggerak munculnya
manajemen pendapatan (Watt dan Zimmerman, 1986) yaitu :

a. Bonus Plan Hypothesis


Manajemen menentukan cara akuntansi yang mengoptimalkan
kegunaannya: bonus tinggi. Pemilik bisnis yang membagikan bonus besar
beralaskan keuntungan memanfaatkan metode akuntansi yang menaikkan
keuntungan yang diungkapkan.
b. Debt Covenant Hypothesis
Pemilik usaha yang melanggar kontrak pinjaman menjurus
menentukan kaidah akuntansi yang mempengaruhi pertumbuhan laba
(Sweeney 1994 dalam Rahmawati et al, 2006). Hal ini untuk melindungi
nama baik mereka dari sudut pandang pihak luar.
c. Political Cost Hypothesis
Semakin banyak perusahaan, semakin besar kebolehjadian untuk
menentukan metode akuntansi yang mengurangi keuntungan. Misalnya,
jika keuntungan tinggi, negara akan segera melakukan intervensi. Dengan
diberlakukannya UU Antimonopoli, pajak perusahaan akan meningkat.
2.2.3 Tujuan Dan Motivasi Manajemen Laba

Manajemen laba seperti yang diucapkan oleh Scott dalam buku


Rahmawati dkk (2006) mengantongi beberapa tujuan dan dorongan dalam
implementasinya, yakni :
1) Bonus Purposes (Tujuan Bonus)
Manajer yang memegang data yang berhubungan dengan laba
bersih perusahaan berlaku oportunis untuk melangsungkan manajemen
laba dengan mengintensifkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati
et al., (2006). ).
2) Political Motivation (Motivasi Politik)
Manajemen laba dimanfaatkan untuk memangkas pendapatan yang
diungkapkan dari perusahaan yang terdaftar. Bisnis mengarah memangkas
laba yang dilaporkan lantaran tekanan khalayak, dan pemerintah didesak
untuk memberlakukan peraturan yang lebih ketat.
3) Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)
Motivasi penghematan pajak adalah dorongan yang amat jelas
untuk manajemen pendapatan. Beraneka macam metode akuntansi
digunakan untuk menekan bea perusahaan.
4) Pergantian CEO
CEO yang mendekati purnabakti cenderung menambah
penerimaan mereka untuk menambah komisi mereka. Juga, andaikata
perusahaan berkinerja inferior, maksimalkan penjualan untuk menghindari
pemecatan.
5) Initial Public Offering (IPO) (Penawaran Saham Perdana)
Perusahaan terbuka belum memegang harga pasar, dan pemilik
perusahaan terbuka didorong untuk mengelola pendapatannya dengan asa
dapat memanjatkan harga jasa perusahaan.
6) Informasi Kepada Investor
Karena kita perlu memberikan informasi kepada investor tentang
kinerja perusahaan, kita perlu memberikan laporan pendapatan agar
investor dapat terus mengevaluasi kinerja perusahaan.
2.2.4 Pola Manajemen Laba
Scott (2003:383) juga menyatakan bahwa manajemen laba memiliki empat
model implementasi yang biasa dilakukan oleh para manajer yaitu :

a) Taking A Bath
Pola ini mengharuskan manajemen untuk mendepresiasi beberapa
aset dan menerapkan estimasi biaya masa depan pada laporan kali ini.
Selain itu, ia pun perlu clear the desk sehingga laba yang diungkapkan
meningkat pada masa selanjutnya.
b) Income Minimization
Pola ini dilaksanakan ketika perusahaan mendapatkan surplus yang
semampai. Ini bukan tentang mendapatkan ketertarikan kebijakan.
Aktivitas yang dilangsungkan bercorak likuidasi aktiva dan aset tidak
berwujud, biaya iklan dan R&D.
c) Income Maximization
Tindakan ini dilakukan ketika keuntungan berkurang. Selain bonus
yang lebih tinggi, sistem ini juga dapat membentengi perusahaan jika
terjadi pengingkaran kontrak utang. Aksi yang dilangsungkan
administrator ialah bekerja bersama data akuntansi dalam laporan.
d) Income Smoothing
Format ini boleh jadi yang paling membantun. Investor pada
lazimnya lebih menggemari return yang relatif konstan, sehingga hal ini
dilakukan dengan sistem menghaluskan return yang dilaporkan untuk
tujuan pemberitahuan eksternal, khususnya bagi penanam modal.

2.2.5 Teknik Manajemen Laba


Metode manajemen laba menurut Setiawati dan Na`im (2000) dapat
dilakukan dengan tiga metode yaitu :

1. Memanfaatkan Peluang Untuk Membuat Estimasi Akuntansi


Bagaimana manajemen mempengaruhi hasil dengan menentukan
(memperkirakan) estimasi akuntansi, termasuk estimasi tingkat kredit
bermasalah, biaya penjaminan, dan amortisasi aset tidak berwujud.
2. Mengubah Metode Akuntansi
Merubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat
transaksi. Contoh : Ubah penyusutan tahunan menjadi metode garis lurus.
3. Menggeser Periode Biaya atau Pendapatan
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain
mempercepat/menunda biaya iklan ke periode berikutnya,
menunda/mempercepat pengiriman produk ke pelanggan, dan mengelola
penjualan aset tetap yang sudah usang.

2.3 Kualitas Audit

2.3.1 Definisi Kualitas Audit


Menurut Simanjuntak (2008) Definisi kualitas audit adalah pemeriksaan
yang sistematis dan independensi untuk menentukan aktivitas, mutu dan hasilnya
sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan
tersebut diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan.

Liu dan Wang (1999) Definisi kualitas audit adalah probabilitas bahwa
auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa
pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Dan
menurut Watkins et al (2004) Definisi kualitas audit adalah kemungkinan dimana
auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan
keuangan klien. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau
standar pengauditan.

De Angelo (1981) dalam Kartika (2012) mendefinisikan audit quality


sebagai probabilitas (kemungkinan) dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa kemampuan auditor untuk
mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan suatu perusahaan
tergantung pada kemampuan auditor dan kesediaan untuk melaporkan hasil salah
saji tersebut tergantung pada independensinya. Menurut Himawan dan Emarila
(2010), kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis terhadap sistem mutu
yang dilakukan oleh auditor mutu internal atau eksternal atau tim audit.

Kualitas audit merupakan peluang bagi seorang auditor untuk


mengidentifikasi setiap ketidaksesuaian yang ada dalam sistem akuntansi klien
saat mengaudit laporan keuangan klien. Ketika ketidaksesuaian yang
diidentifikasi oleh auditor perlu diungkapkan dalam laporan keuangan auditan
dengan mengacu pada standar auditing dan kode etik yang relevan dalam
pelaksanaan tugas auditor (Artamita, et al. 2015).

2.3.2 Indikator Kualitas Audit


Wooten (2003) menyatakan bahwa indikator berikut digunakan untuk
mengukur kualitas audit yaitu :

1) Deteksi Salah Saji


Auditor harus bersikap skeptis secara profesional ketika
mendeteksi salah saji. Ini adalah sikap yang melibatkan semangat untuk
terus menantang dan menilai bukti audit. Misrepresentasi ini dapat
disebabkan oleh kesalahan atau penipuan. Jika laporan keuangan tidak
benar, dampaknya sangat signifikan secara individual atau kolektif
sehingga laporan keuangan tidak disajikan dalam semua hal sesuai dengan
standar akuntansi.
2) Kesesuaian dengan Standar Umum yang Berlaku
Standar Profesi Akuntan (SPAP) merupakan acuan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan sebagai standar kualitas yang harus diikuti
akuntan dalam memberikan jasa (UU No. 5 Tahun 2011). Auditor
bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Auditor Indonesia (IAI).

2.3.3 Pengukuran Kualitas Audit


Menurut Peraturan Standar Pemeriksaan Nasional (SPKN) tahun 2007 No.
01 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, pengukuran kualitas
pemeriksaan harus didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut :
1. Kualitas Proses (Keakuratan temuan Audit, Sikap Skeptisme)
Lingkup kegunaan pekerjaan audit bukanlah sesi audit, tetapi
efektivitas perbandingan yang dilakukan oleh entitas yang diaudit,
daripada hasil audit yang menjadi laporan atau rekomendasi. Audit juga
harus dilakukan dengan hati-hati dan prosedural, dengan tetap bersikap
skeptis.
2. Kualitas Hasil (Nilai Rekomendasi, Kejelasan Laporan, Manfaat Audit)
Administrator auditor bertanggung jawab untuk menetapkan dan
memelihara proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak
lanjut rekomendasi dan tindak lanjut rekomendasi auditor.
3. Kualitas Tindak Lanjut Hasil Audit
Auditor harus mendorong manajemen untuk memantau status
tindak lanjut rekomendasi auditor. Dengan tetap memperhatikan hasil
audit utama dan rekomendasinya, auditor dapat memastikan bahwa
manfaat audit yang mereka lakukan dapat terwujud.

2.4 Good Corporate Governances

2.4.1 Definisi Corporate Governances


Definisi corporate governances adalah “The roles of shareholders,
directors and other managers in corporate decision making.” Menurut Griffin
dari Susana dan Herawaty (2007), tata kelola yang baik adalah tata kelola yang
baik dalam suatu perusahaan yang didasarkan pada etika profesional dalam bisnis
dan pekerjaan. Tujuan tata kelola perusahaan pada dasarnya adalah untuk
menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah
orang dalam, termasuk direksi, direksi, karyawan, dan pihak luar yang
berkepentingan.

Menurut Komisi Cadbury, corporate governances adalah sistem yang


mengarahkan dan mengelola perusahaan dengan tujuan menyeimbangkan
kekuatan yang diperlukan untuk menjaga perusahaan tetap hidup dan akuntabilitas
kepada pemangku kepentingan. Ini mengacu pada pengawasan pemilik, direktur,
manajer, dan pemegang saham. Komisi Cadbury adalah seperangkat aturan yang
mengembangkan aturan tentang hak dan kewajiban antara pemegang saham,
manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pemangku kepentingan internal dan
eksternal lainnya.

Corporate Governances menurut Forum For Corporate Governance in


Indonesia (FCGI) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hak dan kewajiban
pemegang saham, direktur perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan, dan
pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya. Dengan kata lain, sistem
lain yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan dari tata kelola
perusahaan adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder).

Menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate


governances diterapkan ketika menjalankan perusahaan dengan tujuan utama
meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang, dengan
mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan lainnya seperti Proses
dan struktur.

Menurut Daniri (2005) Shleifer dan Vishny (1997), corporate


governances adalah bagian dari metode atau mekanisme untuk membujuk pemilik
modal untuk menghasilkan pengembalian yang konsisten dengan investasi
mereka.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.


KEP117/MMBU/2002 , corporate governances adalah proses terstruktur yang
digunakan oleh lembaga BUMN untuk meningkatkan kinerja dan tanggung jawab
perusahaan dalam rangka mewujudkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan nilai-
nilai hukum dan etika. Tujuan utama diperkenalkannya sistem ini adalah untuk
meningkatkan nilai saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan
kepentingan pemangku kepentingan lainnya.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governances
Prinsip-prinsip dasar penerapan tata kelola perusahaan yang baik yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001)
adalah sebagai berikut:

1. Fairness (Keadilan)
Memastikan perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan yang timbul dari kesepakatan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua
pihak, yaitu pemegang saham minoritas dan asing, harus diperlakukan
sama.
2. Transparency (Transparasi)
Harus ada informasi yang terbuka, akurat dan tepat waktu tentang
kinerja perusahaan, kepemilikan, dan segala sesuatu yang penting bagi
para pemangku kepentingannya.
3. Accountability (Akuntanbilitas)
Menjelaskan fungsi, struktur, sistem, dan tanggung jawab badan
pengatur perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi secara efektif.
Prinsip ini mengakui tanggung jawab manajemen kepada perusahaan dan
pemegang sahamnya.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Memastikan kepatuhan tata kelola perusahaan terhadap bisnis yang
sehat serta hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, perusahaan
mengambil tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan pemangku
kepentingan, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjaga
lingkungan bisnis yang sehat dan menjaga etika bisnis.

Komponen-komponen GCG tersebut menjadi penting karena penerapan prinsip-


prinsip GCG secara konsisten dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan
dan dapat menjadi penghambat aktivitas performance engineering. Hal ini dapat
menyebabkan pelaporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai-nilai inti
perusahaan (Kaihatsu, 2006). Dengan penerapan corporate governance diharapkan
dapat mengurangi insentif bagi manajer untuk memanipulasi data keuangan
sehingga kinerja yang dilaporkan mencerminkan situasi ekonomi aktual
perusahaan yang bersangkutan (Jensen, 1993 Ujiyantho dan Pramuka 2007).

2.5 Kepemilikan Institusional


Menurut Wahidawati (2001), kepemilikan institusional dapat didefinisikan
sebagai persentase saham beredar yang dimiliki oleh institusi eksternal lainnya
seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan dana pensiun pada
akhir tahun. Kepemilikan institusional diyakini mampu menyediakan mekanisme
pengawasan di dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan investor institusi
perusahaan, semakin baik peran pengawasan investor berpengalaman, dan
semakin kecil kemungkinan manajer untuk terlibat dalam aktivitas manajemen
hasil. Kepemilikan institusional dapat mengekang kecenderungan manajemen
untuk menggunakan pelaporan keuangan diskresioner untuk memberikan
pengembalian yang dilaporkan berkualitas tinggi. Beineret. Al. , (2003) dalam
Ujiyanto dan Pramuka (2007) menjelaskan bahwa kepemilikan suatu lembaga
merupakan hak suara yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Kepemilikan
institusional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Dalam hal kemampuan pemantauan, kepemilikan institusional
dianggap lebih unggul daripada kepemilikan individu. Dengan adanya investor
institusional, pemantauan kinerja menjadi semakin ketat (Wening, 2007, Setiawan
2010).

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan atas sekumpulan saham


perusahaan ketika sebuah institusi keuangan selain bank memegang dana atas
nama orang lain. Menurut Tarjo (2008), kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham pada perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, pemilik
institusional, atau perusahaan milik institusi lainnya. Investor institusional
memiliki kemampuan untuk mengelola manajemen melalui proses pemantauan
yang efektif untuk mengurangi manajemen pendapatan.

Menurut Setiawan (2011), semakin besar kepemilikan suatu lembaga


keuangan, maka semakin besar pula hak suara, sehingga mendorong lembaga
keuangan tersebut melakukan pengawasan. Untuk memberikan dorongan yang
lebih kuat untuk mengoptimalkan nilai perusahaan untuk mencapai peningkatan
kinerja, hal ini juga dikaitkan dengan harapan bahwa perusahaan akan bertahan
dalam jangka panjang.

2.6 Ukuran Dewan Komisaris


Ukuran dewan auditor perusahaan tidak dapat dikesampingkan. Semakin
banyak anggota dewan, semakin sulit untuk mengomunikasikan dan
mengkoordinasikan pekerjaan setiap anggota dewan, semakin sulit untuk
mengawasi dan mengelola perilaku manajemen, dan semakin sulit untuk
mengambil keputusan yang mempengaruhi perusahaan. akan sulit. Nyaman.
Sebuah studi oleh Yermack dan Jensen (Nasution dan Setiawan, 2007)
menjelaskan bahwa dewan yang lebih kecil lebih efektif daripada dewan yang
besar dalam melakukan kegiatan pengawasan. Kemudian, studi yang dilakukan
oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) menemukan bahwa ukuran dewan direksi
memiliki hubungan positif dengan manajemen pendapatan. Ini menunjukkan
bahwa semakin besar dewan, semakin banyak peluang untuk manajemen
pendapatan.

2.7 Komite Audit


Komite Audit bertanggung jawab untuk mengawasi pelaporan keuangan,
audit eksternal dan sistem pengendalian internal (termasuk audit internal). Selain
itu, pemantauan kinerja audit eksternal dapat mengurangi sifat oportunistik
manajemen yang melakukan manajemen hasil (Siallagan dan Machfoedz (2006)).
PricewaterhouseCoopers (1980) dari Sally (2008) menyatakan bahwa investor,
analis dan badan pengatur mempertimbangkan Komite Audit untuk berkontribusi
pada kualitas pelaporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberadaan komite audit berpengaruh terhadap laporan keuangan. Artinya, (1)
pengurangan keputusan akuntansi yang tidak tepat, (2) pengurangan
pengungkapan akuntansi yang tidak tepat, dan (3) pengurangan penipuan
manajemen dan aktivitas ilegal. Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan
bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas hasil. Hasil ini
menunjukkan bahwa semakin rendah klausa discretionary, semakin tinggi kualitas
hasil.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar and Utama (2005),


Komite Audit berpengaruh negatif terhadap manajemen hasil, tetapi tidak
berpengaruh signifikan. Di sisi lain, menurut penelitian Nasution dan Setiawan
(2007), keberadaan komite audit di perusahaan perbankan dapat menghambat
manajemen pendapatan. Temuan-temuan tersebut antara lain perilaku komite
audit sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam operasional perusahaan,
perilaku etis dalam operasional perusahaan, dan pemantauan efektif terhadap
benturan kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan.

2.8 Keterkaitan Antara Variabel Penelitian

2.8.1 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen laba


Kualitas audit mencerminkan keahlian auditor dalam menilai kewajaran
dan mengidentifikasi inkonsistensi dalam laporan keuangan klien. Kualitas audit
dapat diukur dengan sejauh mana auditor mendeteksi kecurangan dalam pelaporan
keuangan klien. Konsep keagenan menjelaskan bahwa setiap individu dimotivasi
oleh kepentingan pribadi dan adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan
agen Eisenhardt (2018). Teori keagenan ini membutuhkan peran pihak ketiga
untuk memantau perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa
perilakunya sejalan dengan kepentingan prinsipal. Pihak ketiga yang terlibat
adalah auditor, yang bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan yang
diberikan oleh klien kepada agen dan dengan mengkonfirmasi tingkat jaminan,
untuk kepentingan klien dan agen, dianggap tepat untuk menjembatani. Mutu
pemeriksaan oleh pemeriksa yang berkompeten.

Menurut Kurniati & Syafruddin (2019) yang menyatakan bahwa KAP


yang tergabung di Big4 tidak bisa membatasi adanya manajemen laba, hal
tersebut disebabkan KAP tersebut memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
tinggi dalam mendeteksi manajemen laba. Sehingga auditor dapat
menyalahgunakan kemampuannya tersebut kemudian memanipulasi laporan
keuangan tanpa terlihat oleh para pengguna laporan keuangan. Disisi lain,
menurut Lidiawati & Asyik (2016) yang mengungkapkan bahwa salah satu cara
untuk mengendalikan praktik manajemen laba yaitu menentukan kualitas auditor
yang akan mengaudit laporan keuangan perusahaan, hal tersebut dikarenakan
audit eksternal dapat mengontrol manajemen dalam menyajikan laporan keuangan
maka praktik manajemen laba bisa terhindarkan. Kualitas Audit dapat
memberikan penelitian terhadap suatu perusahaan sehingga hasil akhirnya dapat
digunakan untuk perbaikan perusahaan dalam menentukan kebijakan akuntansi
yang digunakan di masa depan. Sehingga, pemilihan auditor dalam perusahaan
dianggap memengaruhi kualitas laporan keuangan perusahaan.

Hal ini didukung oleh karya Kusumaningtyas et al. (2019) Mereka yang
menyatakan bahwa kualitas audit mempengaruhi manajemen hasil. Temuannya
menunjukkan bahwa jika sebuah perusahaan diaudit oleh keluarga KAP 4 Besar,
KAP dianggap lebih kompeten dan profesional serta memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang cukup untuk mengenali manajemen. Hasil laporan keuangan
terbukti lebih berkualitas. Keuntungan perusahaan. Hipotesis pertama adalah:

H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.8.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen laba


Kepemilikan investor institusional adalah saham yang dimiliki oleh suatu
institusi seperti perusahaan asuransi, bank, atau pemilik lainnya, dan kepemilikan
anak perusahaan atau institusi lain yang mempunyai hubungan khusus dengan
laporan keuangan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dari Mahadewi &
Krisnadewi (2017) menunjukkan bahwa kepemilikan institusi memainkan peran
penting dalam mengurangi konflik antara prinsipal dan agen. Hal ini karena
kepemilikan suatu organisasi mempunyai kedudukan dan kekuasaan untuk
menentang atau mendukung hasil kinerja perusahaan oleh manajemen. Perusahaan
dengan kepemilikan organisasi besar adalah mereka yang memantau kinerja
manajemen karena semakin efisien aset perusahaan digunakan, semakin besar
kemungkinan perilaku teknis manajemen akan digagalkan.
Hal ini didukung oleh penelitian R. Dewan dkk. , (2017) menyatakan
bahwa kepemilikan institusional tidak dapat membatasi penerapan praktik
manajemen pendapatan. Ini karena investor sering meneliti manajemen dan lebih
fokus pada memaksimalkan nilai pemegang saham dan membatasi kebijakan
manajemen yang mengarah pada praktik manajemen hasil. Hipotesis kedua
adalah:

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh pada manajemen laba.

2.8.3 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Manajemen laba


Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007,
Komite menjelaskan bahwa merupakan pihak yang membawahi pengurusan
perseroan dan operasional perseroan serta memberikan nasihat dan tindakan
kepada direksi. Banyak perusahaan menunjuk pejabat independen sebagai bentuk
kepatuhan terhadap peraturan yang ditetapkan bursa yang mewajibkan perusahaan
yang tercatat di BEI memiliki pejabat independen. Faktanya, masih banyak
komisaris independen yang tidak mampu menjalankan independensinya dengan
baik. Komisaris independen umumnya memiliki tingkat pengawasan yang lebih
baik dibandingkan anggota komisaris lainnya dalam mendeteksi potensi
penyimpangan administrasi. Dalam konteks keagenan, pernyataan ini mendukung
teori keagenan bahwa dewan direksi harus didominasi atau melibatkan pihak di
luar organisasi untuk meningkatkan independensi.

Hasil pengujian dari Bedard dan Chtourou (2001) menunjukkan bahwa


semakin tinggi persentase petugas independen, semakin rendah tingkat
manajemen hasil. P.Dewan dkk. , (2017), pengawasan yang objektif dan
independen oleh dewan anggota dewan independen dapat meminimalkan operasi
manajemen, sehingga menghindari praktik manajemen hasil. Hipotesis ketiga
adalah:

H3: Komisaris independen berpengaruh pada manajemen laba.


2.8.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen laba
Komite Audit adalah komite yang dibentuk dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas atau fungsi pengawasan direksi. Seperti yang ditunjukkan oleh
Gunarto & Riswandari (2019), Komite Audit dibentuk untuk membantu direksi
mengawasi perusahaan. Komite Audit juga bertanggung jawab sebagai bagian
yang terpercaya dan independen untuk memagari berlangsungnya manajemen
pendapatan di dalam perusahaan. Keberadaan komite audit dalam suatu
perusahaan sangat membantu dalam mempertanggungkan integritas manajemen
pengungkapan laporan keuangan. Sebab karena itu, kewajaran laporan keuangan
yang disajikan layak dipastikan. Menurut Fama dan Jensen (1983), pengendalian
internal harus didelegasikan oleh Komisi kepada Komisi Audit dalam kerangka
teori keagenan. Karena Komite Audit Independen tidak ada hubungannya dengan
Perusahaan, maka dianggap sangat independen dalam mengawasi dan mendukung
minimalisasi konflik antara pemegang saham dan manajemen.

Pernyataan ini dibantu oleh penelitian Yenendrawati (2015), yang


memaklumatkan sesungguhnya Komite Audit mempengaruhi implementasi
manajemen hasil. Hasilnya, dengan bertambahnya jumlah rapat, komite audit
menemukan bahwa hal itu dapat memfasilitasi praktik manajemen pendapatan
perusahaan. Selain itu, latar belakang pendidikan komite audit, jika independen,
diperkirakan bakal mengganggu manifestasi manajemen laba perusahaan.
Hipotesis keempat adalah:

H4: Komite audit berpengaruh pada manajemen laba.


2.9 Kerangka Konseptual Penelitian
Model kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan dari variabel
dalam variabel dependen (Y) yaitu Manajemen Laba, Kualitas Audit (H1),
Kepemilikan Institusioanal (H2), Komisaris Independen (H3), dan Komite Audit
(H4), sebagai variabel independen.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

KUALITAS AUDIT
(X1)

KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL MANAJEMEN
(X2) LABA (Y)

KOMISARIS
INDEPENDEN (X3)

KOMITE AUDIT
(X4)
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Hasil


(Sunandar et al., Pengaruh Kualitas Audit Dan Hasil menunjukkan bahwa
2014) Ukuran Komite Audit Terhadap ukuran perusahaan, spesialis
Manajemen Laba industri auditor, dan ukuran
1 komite audit terbukti tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.

(Indriastuti, 2012) Analisis Kualitas Auditor dan Hasil penelitian menunjukkan


Corporate Governance Terhadap bahwa semua variabel
Manajemen Laba independen secara simultan
berpengaruh pada keuntungan
manajemen dan mampu
2
menjelaskan variabel dependen
dari 45,8% dan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain di
luar model. Variabel yang
memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap manajemen
laba adalah kualitas auditor,
sedangkan variabel kepemilikan
manajerial dan kepemilikan
institusional berpenaruh negatif
dan signifikan. Variabel proporsi
dewan komisaris independen
tidak memberikan pengaruh
yang signifikan dan positif pada
pendapatan dari perbankan
manajemen perusahaan.
(Lu’luilmaknun & Pengaruh Kualitas Audit Dan Hasil penelitian menunjukkan
Rusli, 2020) Kepemilikan Manajerial Terhadap bahwa kualitas audit tidak
Manajemen Laba Pada Perusahaan berpengaruh terhadap
Manufaktur Yang Terdaftar Di manajemen laba, sedangkan
Bursa Efek Indonesia corporate governance
3
(Kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris dan
komite audit) berpenaruh
terhadap manajemen laba.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 lokasi Penelitian


Situs survei yakni situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)
www.idx.oc.id yang berlangsung selama tiga tahun dari 2019 hingga
2021. Alasan dipilihnya Bursa Efek Indonesia (BEI) karena bukti yang
diperlukan di BEI sangat lengkap.

3.2 Populasi dan Sampel


Subyek survei ini adalah perusahaan manufaktur yang terekam di
Bursa Efek Indonesia (BEI) antara 2019 dan 2021. Pengambilan sampel
yang ditargetkan digunakan ketika menentukan sampel berdasarkan
kriteria tertentu. Alasan menggunakan metode target sampling adalah
untuk mengharapkan kriteria yang didapat benar-benar setakar dengan
penelitian yang dilakukan. Kriteria yang dimaksud yakni :
I. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2019-2021.
II. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan atau
dengan data yang lengkap secara konsisten selama tahun
2019-2021.
III. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam
satuan rupiah.
IV. Perusahaan yang mengalami kerugian dari tahun 2019-
2021.

3.3 Data dan Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Sumber Data


Sumber data penelitian ini memanfaatkan metode penelitian daftar
pustaka yang bersumber dari jumlah referensi yang berkaitan bersama
kasus yang diteliti. Data yang dipakai dalam observasi ini digabung
dengan menggunakan metode dokumentasi. Dokumen adalah prosedur
mengambil arsip dengan mengumpulkan dan menyelidiki dokumen
dan data yang diinginkan. Dokumen yang dirujuk dalam penelitian ini
adalah laporan tahunan yang datanya terssaji di www.idx.co.id.

3.3.2 Jenis Data


Data Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Laporan
Keuangan Audited telah mencatatkan perusahaan manufaktur periode
2019 hingga 2021 di situs resmi BEI ( www.idx.co.id ). Penelitian ini
hanya memakai perusahaan manufaktur sebagai ilustrasi.

3.3.3 Teknik Pengumpulan data


Teknik perolehan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah metode untuk melihat
dan mengumpulkan data yang ada. Survei ini mensyaratkan laporan
keuangan tahunan produsen yang terekam di Bursa Efek Indonesia
periode 2019-2021.

3.4 Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Dependen (Y)


Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah manajemen pendapatan. Manajemen pendapatan adalah
pemilihan administrator metode akuntansi dari standar akuntansi saat
ini untuk menetapkan laporan keuangan eksternal dengan tujuan
memaksimalkan keuntungan pribadi (Subramanyam, 1996). Hanya ada
satu variabel dependen dalam penelitian ini: manajemen pendapatan.
Mengikuti Sulisyanto (2014: 165), manajemen pendapatan dapat
ditakar dengan menggunakan bentuk pembangkitan diskresioner yang
dikonversi Jones. Dalam penelitian ini, penggambaran diskresioner
dimanfaatkan selaku pengganti pendapatan lantaran mencorakkan
elemen yang beroleh dipalsukan sama administrator. Berikut adalah
langkah-langkah untuk membilang manajemen pendapatan memakai
acuan Jones yang dialterasi :
1. Membilang Total Accrual dengan rumus sebagai berikut:

TAit = NIit – CFOit

Keterangan:
TAit = Total Accrual pada periode t
NIit = Laba bersih operasi pada periode t
OCFit = Arus kas aktivitas operasi pada periode t
2. Mengestimasi Total Accrual (TA) dengan Ordinary Least Square (OLS)
sebagai berikut:

TAit
Ait −1
= β1 ( Ait−1
1
)+ β 2 ( ∆Ait−1 ) ( Ait−1)
Revit + β 3 PPEit

Keterangan:

𝑇𝐴𝑖𝑡 = Total Accrual pada periode sekarang

𝐴𝑖𝑡−1 = Total asset pada akhir tahun sebelumnya

Δ𝑅𝑒𝑣𝑖𝑡 = Pendapatan perusahaan I tahun sekarang dikurang pendapatan

perusahaan tahun sebelumnya

𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 = Aset tetap

3. Membilang nondiscretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:

TAit
Ait−1 (
=β 1 1 + β 3
Ait−1 Ait−1) (
∆ Revit ∆ Recit
Ait−1 ) (
+ β 3 PPEit
Ait−1 )

Keterangan:
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = Nondiscretionary accruals perusahaan pada tahun sekarang
𝑇𝐴𝑖𝑡 = Total Accrual pada periode sekarang
𝐴𝑖𝑡−1 = Total asset pada akhir tahun sebelumnya
Δ𝑅𝑒𝑣𝑖𝑡 = Pendapatan perusahaan I tahun sekarang dikurang pendapatan
perusahaan tahun sebelumnya
Δ𝑅𝑒𝑐𝑖𝑡 = Piutang usaha perusahaan tahun sekarang dikurangi piutang
usaha tahun sebelumnya
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 = Aset tetap

4. Menghitung Discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:

TAit
DAit = −NDAit
Ait−1

Keterangan:

𝐷𝐴𝑖𝑡 = Discretionary accruals perusahaan pada tahun sekarang

𝑇𝐴𝑖𝑡 = Total Accrual pada periode sekarang

𝐴𝑖𝑡−1 = Total asset pada akhir tahun sebelumnya

𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = Nondiscretionary accruals perusahaan pada tahun sekarang

3.4.2 Variabel Independen


Variabel independen merupakan variabel yang menghipnotis variabel
dependen secara positif atau negatif. Variabel independen yang dipakai
pada penelitian ini terdapat dua yakni kualitas audit & corporate
governance yang terdiri menurut kepemilikan institusional, ukuran
dewan komisaris, & komite audit.

3.4.2.1 Kualitas Audit


Kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor untuk
menjumpai dan mengadukan kecurangan dalam komposisi akuntansi
klien (Cristina, 2003, Santosa dan Wedari, 2007). Dalam penelitian ini,
kualitas penelitian ditentukan dengan menggunakan proporsi
penelitian. Variabel ini ditakar dengan variabel dummy 1 untuk penilai
yang terhimpun dalam Big Four Big Scale dan 0 untuk penilai yang
bukan Big Four. Empat KAP utama yang digunakan dalam penelitian
ini yakni PricewaterhouseCoopers (PWC), Deloitte Touche
Tohmatsu, Klinfeld Pete Murwick Gelderer (KPMG) International,
dan Ernst & Young.

3.4.2.2 Kepemilikan Institusional


Kepemilikan institusional adalah besaran saham perusahaan yang
mengantongi suatu institusi, seperti bank, trust investasi, dan aset yang
dimiliki oleh pranata lain. Pranata yang memegang saham perusahaan
memiliki keahlian dan kepasitas untuk memantau dan mengelola
manajemen untuk lebih inti pada kemampuan dan nilai perusahaan
dalam rangka meminimalkan manajemen laba manajemen perusahaan
meningkat. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini ditakar
dengan membonceng Persamaan :

Jumlah saham yang dimiliki investor institusional


× 100 %
Jumlah keseluruhan saham yang beredar

3.4.2.3 Dewan Komisaris


Besarnya Dewan komisaris dihitung menjadi persentase pada jumlah
seluruh anggota Dewan komisaris. Menurut peneliti Herlambang (2015),
ukuran dewan komisaris dirumuskan sebagai berikut:

UDK = DK Internal + DK eksternal

*UDK = ukuran dewan komisaris

3.4.2.4 Komite Audit


Eksistensi Komite Audit diatur melintasi Surat Edaran Bapepam
Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) & keputusan
Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite
Audit sedikitnya terdiri berdasarkan tiga orang, dikoordinator
seseorang Komisaris Independen perusahaan menggunakan dua orang
eksternal yang berdaulat dan memiliki & mempunyai latar belakang
lingkungan akuntansi & keuangan. Pada penelitian ini komite audit
dihitung dengan memanfaatkan total semua komite audit yang
dipegang sang perusahaan.

3.5 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara analisis data
statistik pada aplikasi SPSS. SPSS adalah program operasi yang
memungkinkan Anda membuat analisis statistik tingkat semampai dan
komposisi manajemen data dalam lingkungan ilustratif dengan menu
penjelasan dan kotak percakapan elementer, sehingga lebih gampang
dipahami. 1. Untuk aplikasi SPSS. Analisis statistik deskriptif, 2. Uji
hipotesis klasik, 3. Analisis regresi berganda
DAFTAR PUSTAKA

Indriastuti, M. (2012). Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance


Terhadap Manajemen Laba. Eksistansi, IV(2), 1–11.

Lu’luilmaknun, & Rusli, D. (2020). Pengaruh Kualitas Audit Dan Kepemilikan


Manajerial Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Journal of Accounting and Economics,
17(2015), 665–680.

Sunandar, Farida, I., & Alfin, M. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Dan Ukuran
Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Manajemen,
2(2), 132–143.

Rahmadika, N. (2011). Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Manajemen Laba


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2009. 1–12.

Noviatara Dwi Putri. (2013). KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN (


Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa. Skripsi, 18.

Christiani, I., & Nugrahanti, Y. W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap


Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 16(1), 52–62.
https://doi.org/10.9744/jak.16.1.52-62

Rahmadani, T. R., Cahyonowati, N., Akuntansi, D., Ekonomika, F., Diponegoro,


U., Prof, J., & Sh, S. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Kualitas Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019.
11(1), 1–14.

Fatmawati Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl Hamka Kampus Air


Tawar Padang, Y. (n.d.). PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2015). www.idx.com.

Hamid, M. S., & Solikhah, N. (2017). PENGARUH INDEPENDENSI,


MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011 – 2015). Jurnal Akuntansi, 5(2), 167–178.
https://doi.org/10.24964/ja.v5i2.363

Belakang, L. (2015). Bab I ْ ُ 9–1 ,2504 .‫با حض خ ِ ي‬.

Christiani, I., & Nugrahanti, Y. W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap


Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 16(1).
https://doi.org/10.9744/jak.16.1.52-62

Sari, T. W., & Wahidahwati. (2016). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap


Manajemen Laba pada Persahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 5.

Tanujaya, K., & Verent, V. (2020). Pengaruh Kualitas Audit dan Tata Kelola
Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Global Financial Accounting Journal, 4(2), 100.
https://doi.org/10.37253/gfa.v4i2.1233

Laba, M. (2021). Humanis2021. 1(2), 46–56.

Ahmad, L., Suhara, E., & Ilyas, Y. (2016). The Effect of Audit Quality on
Earning Management within Manufacturing Companies Listed on Indonesian
Stock Exchange. Research Journal of Finance and Accounting, 7(8), 132–
138. www.iiste.org

Rusli. (20014). Bab III - Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode Penelitian,
32–41.
Sari. (2013). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Core.Ac.Uk, 2012, 132–138. https://core.ac.uk/download/pdf/290030660.pdf

Asri Mustika, N. W., & Latrini, M. Y. (2018). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun
2013-2016. E-Jurnal Akuntansi, 25, 434.
https://doi.org/10.24843/eja.2018.v25.i01.p17

Anda mungkin juga menyukai