Anda di halaman 1dari 60

MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL


PEMODERASI

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh nilai


UAS Metode Penelitian

YBANEZ VIJEYSECHAN HAMADI


NIM: 121710034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

yang telah memberikan kekuatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan tugas

Ujiam Akhir Semester dengan judul “Manajemen Laba Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”.

Dengan terselesaikannya tugas Ujian Akhir Semester ini, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan dalam pembuatan tugas Ujian Akhir Semester ini, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si. selaku Kepala Rektorat

Universitas Ma Chung Malang.

2. Tarsisius Renald Suganda, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis sekaligus Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian.

3. Dian Wijayanti, SE., M.Sc. selaku Kepala Program Studi Akuntansi.

4. Orangtua.

5. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Akuntansi.

6. Pihak-pihak lain.

i
Peneliti menyadari bahwa pembuatan tugas Ujian Akhir Semester ini jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan oleh peneliti demi mencapai kesempurnaan dalam tugas Ujian Akhir

Semester ini.

Malang, 20 Desember 2019

Ybanez Vijeysechan Hamadi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR RUMUS .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Agensi ............................................................................................ 10
2.2 Nilai Perusahaan ..................................................................................... 12
2.3 Manajemen Laba ..................................................................................... 13
2.4 Corporate Governance ........................................................................... 14
2.4.1 Komisaris Independen .................................................................. 17
2.4.2 Kepemilikan Institusional ............................................................. 18
2.4.3 Kepemilikan Manajerial ................................................................ 19
2.4.4 Komite Audit ................................................................................ 20
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21
2.6 Rerangka Teoretis ................................................................................... 29
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 30
2.7.1 Earnings Management dan Nilai Perusahaan ............................... 30
2.7.2 Corporate Governance dan Nilai Perusahaan .............................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 35
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ........................................... 35

iii
3.2.1 Variabel Dependen ........................................................................ 35
3.2.2 Variabel Independen ..................................................................... 36
3.2.3 Variabel Moderator ....................................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 39
3.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 39
3.3.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40
3.5 Data dan Sumber Data ............................................................................ 40
3.5.1 Data Penelitian .............................................................................. 40
3.5.2 Sumber Data Penelitian ................................................................. 41
3.6 Metode Analisis Data .............................................................................. 41
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 41
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 41
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................... 44
3.7.1 Regresi Berganda .......................................................................... 44
3.8 Uji Hipotesis ........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 48

iv
DAFTAR RUMUS

Rumus 1. Nilai Perusahaan .................................................................................. 36


Rumus 2. Manajemen Laba .................................................................................. 37
Rumus 3. Regresi Berganda ................................................................................. 44

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rerangka Teoretis .............................................................................. 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai

perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui kinerja keuangan milik

perusahaan yang dapat diukur melalui laporan keuangan perusahaan, dikarenakan

di dalam laporan keuangan tersebut terdapat informasi mengenai kondisi keuangan

perusahaan yang dapat mengindikasikan baik atau buruk kinerja keuangan suatu

perusahaan dalam periode tersebut, kinerja keuangan perusahaan yang baik tentu

saja dapat meningkatkan nilai perusahaan, semakin tinggi nilai perusahaan maka

kesejahteraan para pemilik perusahaan juga akan meningkat, selain itu nilai

perusahaan yang tinggi juga akan berdampak positif pada kepercayaan investor

terhadap prospek perusahaan di masa mendatang.

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, terdapat pemisahan antara fungsi

kepemilikan dengan fungsi pengelolaan, pemisahan fungsi tersebut membentuk

hubungan agensi atau lebih dikenal dengan agency theory. Jensen & Meckling

(1976) menyatakan bahwa hubungan tersebut muncul ketika salah satu pemegang

saham (principal) mempercayakan aktivitas pengelolaan perusahaan serta beberapa

wewenang pengambilan keputusan kepada manajer (agent). Dalam menjalankan

kegiatan perusahaan, manajer memiliki tugas serta tanggung jawab kepada

pemegang saham untuk dapat mengelola perusahaan sekaligus meningkatkan

kesejahteraan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan, akan tetapi

manajemen perusahaan sering kali tidak memaksimalkan kepercayaan yang

1
2

diberikan oleh pemegang saham serta tidak memaksimalkan tanggungjawab yang

dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, hal ini dapat terjadi

dikarenakan adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest), manajemen

perusahaan cenderung lebih mementingkan untuk meningkatkan kesejahteraannya

sendiri, perbedaan kepentingan tersebut melahirkan sebuah masalah yang disebut

sebagai masalah keagenan. Konflik perbedaan kepentingan tersebut dapat menjadi

lebih buruk, dikarenakan para pemegang saham tidak dapat mengawasi kinerja dari

para manajemen perusahaan apakah telah bekerja sesuai dengan kepentingan

pemegang saham dan juga ketersediaan informasi perusahaan yang lebih lengkap

yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan

juga dapat menjadi peluang bagi manajemen perusahaan dalam melakukan

penyimpangan terhadap pelaporan laba yang ditampilkan di laporan keuangan

perusahaan atau yang sering disebut sebagai manajemen laba (earnings

management). Hal ini menunjukan bahwa agent cenderung tidak melaporkan

informasi yang sebenarnya kepada principal atau adanya asimetri informasi dalam

hubungan agensi antara pemegang saham dan manajemen perusahaan.

Informasi pelaporan laba di dalam laporan keuangan seringkali di manipulasi

oleh pihak manajemen perusahaan untuk dapat mencapai tujuan tertentu padahal

laporan keuangan memiliki fungsi sebagai media komunikasi perusahaan terhadap

pihak-pihak yang memiliki kepentingan di dalam perusahaan, laba sering menjadi

sasaran manipulasi manajemen perusahaan dikarenakan laba merupakan indikator

yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dan juga laba yang

diperoleh dari aktivitas operasional perusahaan dapat menjadi indikator bagi


3

pemegang saham dalam menilai kinerja manajemen perusahaan apakah telah

berhasil atau sebaliknya mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dampak dari praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan tentu saja dengan seiring waktu dapat menurunkan nilai

perusahaan, dikarenakan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak relevan

sehingga kinerja keuangan perusahaan menjadi bias, padahal informasi keuangan

yang terkandung di dalam laporan keuangan memiliki informasi yang sangat

penting karena dapat mencerminkan kinerja dari perusahaan secara keseluruhan.

Praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara

pemegang saham (principal) dengan manajemen perusahaan (agent) dikarenakan

masing-masing pihak memiliki keinginan untuk mencapai tingkat kemakmuran

yang ingin dikehendakinya. Pihak principal memiliki keinginan untuk

meningkatkan nilai perusahaan melalui profitabilitas yang selalu meningkat

sementara pihak agent memiliki keinginan untuk mendapat bonus/kompensasi yang

lebih tinggi (opportunistic management), perbedaan kepentingan inilah yang

menjadi awal dari masalah keagenan (agency problem).

Berdasarkan isu permasalahan terkait adanya perbedaan kepentingan antara

pihak principal dan pihak agent yang menimbulkan penyimpangan dalam

penyusunan laporan keuangan yang menyebabkan manajemen perusahaan

cenderung ingin melakukan praktik manajemen laba, maka dari itu diperlukan

adanya suatu sistem yang dapat mengendalikan masalah keagenan tersebut, teori

keagenan juga memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat

diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui corporate governance dan juga


4

corporate governance merupakan cara atau mekanisme untuk memberikan

keyakinan pada para pemasok dana perusahaan akan diperolehnya return atas

investasi mereka (Herawaty, 2008). Forum of Corporate Governance in Indonesia

(2001) menyatakan bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan

yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal

lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain

sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Mekanisme corporate governance dalam mengendalikan praktik manajemen

laba dapat diawasi melalui mekanisme monitoring dengan tujuan untuk

menyelaraskan tujuan (goal congruence) antara pemegang saham dan manajemen

perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat menekan perilaku

menyimpang manajemen perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan

sehingga dampak dari praktik manajemen laba yang dapat menurunkan nilai

perusahaan dapat diminimalisasi. Pada mulanya praktik manajemen laba yang

dilakukan oleh manajemen perusahaan memang meningkatkan nilai perusahaan

pada periode tertentu, tetapi sebenarnya praktik manajemen laba dapat menurunkan

nilai perusahaan di masa mendatang. Herawaty (2008) menyatakan bahwa

mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan

nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan

mekanisme corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Dalam penerapan mekanisme corporate governance terdapat beberapa faktor


5

pendukung pada pengawasan praktik manajemen laba di dalam perusahaan, yang

meliputi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial

dan kualitas audit.

Pengaruh komisaris independen pada penerapan mekanisme corporate

governance di dalam perusahaan sangatlah penting dikarenakan komisaris

independen merupakan puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan yang

memiliki tugas untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa

perusahaan telah bekerja sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Abdillah &

Purwanto, 2016). Selain itu, komisaris independen juga menjalankan fungsi

monitoring atas pelaporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan agar

tidak terjadi praktik manajemen laba yang dapat menurunkan kualitas laba milik

perusahaan.

Pengaruh kepemilikan institusional yang tinggi di perusahaan pada penerapan

mekanisme corporate governance dapat menurunkan kecenderungan manajemen

perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba dikarenakan dapat

meningkatkan kemampuan investor institusional dalam melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan laba sehingga potensi kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan dapat ditekan

(Lastanti, 2004).

Pengaruh kepemilikan manajerial pada mekanisme corporate governance di

perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan apabila kepemilikan manajerial

diperbesar. Jensen & Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial

berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer


6

dengan menyelaraskan kepentingan kepentingan manajer dengan pemegang saham.

Masalah keagenan dapat diminimalisasi dengan cara memperbesar kepemilikan

manajerial sehingga manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan

kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham.

Pengaruh praktik manajemen laba terhadap nilai perusahaan juga dipengaruhi

oleh kualitas audit dikarenakan komite audit bertanggung jawab atas sistem

pengendalian mutu dalam pengauditan dengan tujuan untuk mengurangi tindakan

manajemen perusahaan melakukan praktik manajemen laba, selain itu komite audit

juga bertanggung jawab atas integritas dan kredibilitas laporan keuangan yang

disajikan (Mayangsari, 2003).

Berdasarkan uraian tentang praktik earnings management terdapat potensi

bahwa peran corporate governance sebagai mekanisme yang dapat mengendalikan

praktik earnings management dapat berdampak pada nilai perusahaan atau juga

dapat disimpulkan bahwa mekanisme corporate governance memiliki pengaruh

antara hubungan praktik earnings management dan nilai perusahaan. Berdasarkan

hal tersebut, penelitian ini menguji kembali hubungan antara manajemen laba

terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai variable

moderating dengan menggunakan informasi dan data-data terbaru yang lebih

relevan untuk digunakan pada saat ini sehingga akan memberikan temuan empiris

yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang mengenai pengaruh praktik manajemen laba

terhadap nilai perusahaan, peneliti menemukan adanya potensi dari mekanisme

corporate governance dalam menekan praktik manajemen laba yang dapat

berdampak positif pada peningkatan nilai perusahaan, sehingga memunculkan

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana hasil penelitian dari praktik manajemen laba dalam

memengaruhi nilai perusahaan?

b. Bagaimana variabel komisaris independen dalam memengaruhi hubungan

antara praktik manajemen laba dan nilai perusahaan?

c. Bagaimana variabel kepemilikan manajerial dalam memengaruhi hubungan

antara praktik manajemen laba dan nilai perusahaan?

d. Bagaimana variabel kepemilikan institusional dalam memengaruhi

hubungan antara praktik manajemen laba dan nilai perusahaan?

e. Bagaimana variabel kualitas audit dalam memengaruhi hubungan antara

praktik manajemen laba dan nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penyajian laporan penelitian dengan menguji pengaruh praktik

manajemen laba terhadap nilai perusahaan melalui mekanisme corporate

governance sebagai pemoderasi juga memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mengetahui pengaruh dari praktik manajemen laba terhadap nilai

perusahaan.
8

b. Mengetahui pengaruh dari variabel komisaris independen terhadap nilai

perusahaan.

c. Mengetahui pengaruh dari variabel kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan.

d. Mengetahui pengaruh dari variabel kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan.

e. Mengetahui pengaruh dari variabel kualitas audit terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penyajian laporan penelitian dengan menguji pengaruh praktik

manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai

pemoderasi juga memiliki dua manfaat, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Peneliti berharap dari hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna

khususnya untuk program studi akuntansi serta dapat menjadi referensi untuk

memperkaya ilmu dan menambah pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang

tertarik untuk kembali membahas penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi

seluruh pihak yang terkait pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

terkait keputusan yang berkaitan dengan kebijakan mengenai laporan keuangan


9

perusahaan agar dapat mengantisipasi terjadinya perilaku menyimpang dari

pihak yang tidak bertanggungjawab.

b. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan bahan pertimbangan bagi para investor dalam pengambilan keputusan

investasi pada perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Agensi

Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan agensi sebagai

kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent)

untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Teori

keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh

kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal dan agent (Anthony & Govindarajan, 2005). Perbedaan kepentingan

antara principal dan agent disebabkan karena masing-masing pihak memiliki

keinginan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang ingin dikehendakinya,

perbedaan kepentingan antara principal dan agent tersebut menimbulkan konflik

yang disebut sebagai masalah keagenan (agency problem).

Konflik perbedaan kepentingan antara principal dan agent disebabkan oleh

perilaku agent yang tidak selalu bekerja untuk kepentingan pemegang saham dan

cenderung untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Jensen & Meckling

(1976) menjelaskan bahwa principal dapat membatasi perilaku agent dengan

menetapkan insentif yang sesuai untuk agent atau agency cost dan dengan

menimbulkan biaya pemantauan (monitoring cost) yang dirancang untuk

membatasi aktivitas yang dilakukan oleh agent dan dalam beberapa situasi,

principal akan membayar agent untuk mengeluarkan biaya bonding (bonding cost)

10
11

untuk menjamin bahwa agent tidak akan mengambil tindakan tertentu yang dapat

merugikan pemegang saham.

Teori keagenan menghubungkan aspek perilaku manusia, teori keagenan

mengasumsikan bahwa pemegang saham (principal) maupun manajemen

perusahaan (agent) adalah pihak yang rasional serta memiliki kepentingan masing-

masing (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan kepentingan antara principal dan

agent tersebut menimbulkan peluang bagi agent untuk memaksimalkan

kepentingan diri sendiri dengan melakukan praktik earnings management,

penyimpangan tersebut dapat terjadi dikarenakan agent memiliki ketersediaan

informasi perusahaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan principal.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

memahami corporate governance. Mekanisme corporate governance diharapkan

dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada para pemasok dana

perusahaan akan diperolehnya return atas investasi mereka (Herawaty, 2008).

Mekanisme corporate governance kemudian mutlak dibutuhkan oleh setiap

perusahaan sebagai alat untuk mengurangi perilaku menyimpang manajemen

perusahaan yang dapat merugikan principal.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa teori

agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan agent

yang cenderung menimbulkan konflik dikarenakan masing-masing pihak memiliki

perbedaan kepentingan (agency problem). Mekanisme corporate governance

merupakan sistem yang tepat untuk dapat mengendalikan agency problem dengan

meyakinkan para investor akan diperolehnya pengembalian atas investasi mereka


12

di perusahaan tersebut dan menjamin bahwa manajemen perusahaan tidak akan

melakukan perilaku menyimpang yang dapat merugikan principal.

2.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan

sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah

melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan

tersebut didirikan sampai dengan saat ini (Noerirawan, 2012). Menurut Sujoko &

Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi

investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga

sahamnya, harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan

meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini

namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.

Nilai perusahaan juga dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan

seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu aset berharga yang

dikeluarkan oleh perusahaan (Martono & Agus, 2003). Harga saham yang

diperjualbelikan di pasar modal dapat menunjukkan indikator nilai perusahaan,

semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan

diterima oleh pemegang saham (Rustendi & Jimmi, 2008).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai

perusahaan merupakan gambaran kepercayaan yang ditunjukan oleh para investor

terhadap perusahaan dikarenakan memiliki kinerja keuangan perusahaan yang baik

sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perushaaan di masa


13

mendatang, semakin tinggi nilai perusahaan maka kemakmuran para pemegang

saham juga meningkat dan saham merupakan salah satu aset berharga perusahaan

yang dapat menunjukkan nilai perusahaan.

2.3 Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan upaya intervensi yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan terhadap informasi laporan keuangan yang bertujuan untuk

memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Kesempatan manajemen perusahaan

untuk mendistorsi laba tertentu tersebut timbul karena metode akuntansi

memberikan peluang pada manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan

cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subjektivitas

dalam menyusun estimasi (Worthy, 1984).

Manajemen perusahaan melakukan praktik earnings management memiliki

motivasi untuk mendapatkan bonus/kompensasi yang lebih tinggi dengan berusaha

mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus/kompensasi yang

akan diterimanya (Healy, 1985). Manajemen perusahaan juga memanfaatkan

ketersediaan informasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan pemegang saham

dan pihak eksternal dan mustahil bagi pemegang saham dan pihak eskternal untuk

dapat mengawasi semua perilaku keputusan manajemen perusahaan secara detail

(Setiawati & Na’im, 2000).

Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaaan tentu

akan menimbulkan dampak negatif pada perusahaan dikarenakan praktik earnings

management dapat menurunkan nilai perusahaan di masa mendatang, selain itu


14

laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak relevan sehingga kinerja keuangan

perusahaan menjadi bias, padahal informasi yang ada di dalam laporan keuangan

sangat penting bagi pemegang saham dan pihak eksternal dikarenakan dapat

mencerminkan kinerja dari perusahaan secara keseluruhan. Perilaku menyimpang

manajemen laba juga mengganggu efisiensi arus dana antara pihak-pihak dalam

perekonomian dikarenakan praktik earnings management sulit dideteksi oleh

pemegang saham dan pihak eksternal (Setiawati & Na’im, 2000).

2.4 Corporate Governance

Menurut Effendi (2009), corporate governance merupakan suatu sistem

pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko

yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset

perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka

panjang. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas corporate

governance menunjukkan peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang

mengalami penurunan kualitas corporate governance cenderung menunjukkan

penurunan pada nilai pasar (Cheung et al, 2011). Jadi, dapat dijelaskan bahwa

mekanisme corporate governance merupakan sistem pengendalian terhadap

perilaku manajemen perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai

perusahaan apabila mekanisme corporate governance telah diterapkan dengan baik

oleh perusahaan.

Penerapan mekanisme corporate governance jika diterapkan dengan sangat

baik oleh perusahaan, maka dalam jangka panjang akan memberikan dampak
15

positif terhadap peningkatan nilai perusahaan. Penerapan mekanisme corporate

governance secara konsisten dan efektif dapat menurunkan agency cost yang timbul

dari biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham akibat pendelegasian

wewenang kepada pihak manajemen perusahaan, penerapan mekanisme corporate

governance juga menciptakan dukungan dari para pihak yang berkepentingan di

dalam perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan

kebijakan yang ditempuh perusahaaan (Daniri, 2005).

Dalam penerapa mekanisme corporate governance terdapat 5 pilar yang telah

ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) atau yang lebih

dikenal dengan sebutan TARIF, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Transparency

Konsep ini diperlukan dalam menjaga objektivitas suatu organisasi atau

perusahaan dalam menjalankan bisnis dengan memberikan informasi-

informasi yang jelas, akurat, mudah diakses serta dapat

dipertanggungjawabkan oleh semua pihak yang berkepentingan.

b. Accountability

Konsep ini diperlukan untuk melihat sejauh mana kinerja yang telah

dihasilkan oleh suatu organisasi dan perusahaan dalam hal kejelasan fungsi,

pelaksanaan dan juga pertanggungjawaban.

c. Responsibility

Konsep ini merefleksikan tanggung jawab setiap individu maupun

organisasi atau perusahaan dalam mematuhi segala tugas-tugas dalam


16

pekerjaan, aturan-aturan serta kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

kegiatan bisnis suatu perusahaan.

d. Independency

Konsep ini dapat dijadikan sebagai aktualisasi diri untuk perusahaan yang

dapat berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan lingkunga bisnisnya,

dalam hal ini perusahaan harus memiliki tata kelola perusahaan yang

efektif dan efisien dan mampu melakukannya sendiri tanpa ada intervensi

dari pihak lain.

e. Fairness

Konsep ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan

menjaga kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota dan pemangku

kepentingan lainnya dalam suatu perusahaan dengan porsinya masing-

masing. (Referensi: Medium.com)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa

mekanisme corporate governance memiliki potensi untuk menekan praktik

earnings management yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan

untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri dengan cara melakukan

pengendalian terhadap pengelolaan internal yang bertujuan untuk menyelaraskan

tujuan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan yang akan berdampak

pada peningkatan nilai perusahaan sekaligus meningkatkan kepercayaan investor

terhadap prospek perusahaan di masa mendatang.


17

2.4.1 Komisaris Independen

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam rangka

memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, keberadaan komisaris

independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung keberadaan komisaris

independen menjadi penting, karena di dalam praktik sering ditemukan transaksi

yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan

pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya,

terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di

dalam pembiayaan usahanya.

Dalam upaya penerapan mekanisme corporate governance komisaris

independen memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan nasihat

kepada direksi terkait kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan.

Komisaris independen bertugas untuk menjamin transparansi dan keterbukaan

laporan keuangan perusahaan, perlakuan yang adil terhadap seluruh pemangku

kepentingan perusahaan, menjamin kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang

dan juga peraturan yang berlaku serta menjamin akuntabilitas organ perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan komisaris

independen sangat diperlukan bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengawasan

terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh direksi serta secara proaktif memberikan

nasihat kepada direksi untuk dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

nilai perusahaan dengan menjamin penerapan mekanisme corporate governance

telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan.


18

2.4.2 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaaan yang dimiliki

oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi keuangan (bank,

perusahaan keuangan, kredit), dana pensiun, investment banking, dan perusahaan

lainnya yang terkait dengan kategori tersebut. Semakin tinggi kepemilikan

institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan sehingga

potensi kecurangan terhadap informasi laporan keuangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan dapat ditekan.

Investor institusional sering disebut sebagai investor canggih dikarenakan

dapat menggunakan informasi laporan keuangan saat ini untuk dapat memprediksi

laba di masa depan (Herawaty, 2008). Potensi kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan bonus/kompensasi yang

lebih tinggi (opportunistic management) dapat ditekan melalui kepemilikan

institusional yang tinggi dikarenakan investor institusional memiliki peningkatan

terhadap pengelolaan laba.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

institusional yang tinggi dapat menekan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan dikarenakan investor institusional memiliki tanggungjawab

terhadap investasi yang dilakukan oleh perusahaannya sehingga peningkatan

terhadap pengelolaan laba sangat diperlukan agar tidak terjadi kecurangan

manipulasi informasi laporan keuangan yang dapat merugikan principal dan

seluruh pemangku kepentingan lainnya.


19

2.4.3 Kepemilikan Manajerial

Jensen & Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil

menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dengan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan manajemen perusahaan dengan pemegang saham (goal

congruence). Kepemilikan manajerial yang meningkat akan membuat kekayaan

pribadi manajemen perusahaan terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga

manajemen akan berusaha mengurangi risiko kehilangan kekayaannya dengan

mengurangi risiko keuangan perusahaan (Gitman, 2009).

kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menekan perilaku menyimpang

manajemen perusahaan dikarenakan kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan

potensi perbedaan kepentingan sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan

hilang apabila manajemen perusahaan adalah juga sekaligus sebagai seorang

pemilik (Jensen & Meckling, 1976). Dengan begitu, manajemen perusahaan akan

berusaha untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sekaligus

meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial

yang tinggi dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sekaligus

meningkatkan nilai perusahaan dikarenakan manajemen perusahaan memiliki

kekayaan yang terikat dengan perusahaan sehingga perilaku menyimpang

manajemen perusahaan dapat diminimalisasi dengan cara mengurangi risiko yang

berkaitan dengan keuangan perusahaan.


20

2.4.4 Komite Audit

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi

yang terdapat pada para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan

pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia,

2004). Komite audit merupakan pihak independen yang dapat diharapkan

meminimalisasi kasus manipulasi informasi laporan keuangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan serta dapat meningkatkan integritas dan kredibilitas laporan

keuangan yang disajikan untuk kepentingan para pemegang saham.

Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabel dapat

dihasilkan oleh auditor yang berkualitas. Auditor yang berkualitas dapat

mendeteksi kemungkinan adanya manipulasi informasi yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan sehingga kecurangan yang dilakukan manajemen

perusahaan dapat dideteksi lebih dini. Komite audit juga bertanggungjawab atas

sistem pengendalian mutu audit sehingga dapat mengurangi kecenderungan

manajemen perusahaan untuk melakukan manajemen laba (Kawatu, 2009).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komite audit

merupakan pihak independen yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan

terhadap manajemen perusahaan sehingga dalam penyajian laporan keuangan dapat

mencerminkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya tanpa ada intervensi

manajemen perusahaan untuk melakukan praktik earnings management.


21

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Penelitian dan Hasil Penelitian

(Tahun) Metode Analisis

1 Darwis (2012) Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Y: Nilai Perusahaan menunjukkan manajemen

X1: Manajemen Laba laba tidak berpengaruh

X2: Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

Institusional kepemilikan manajerial

X3: Kepemilikan tidak berpengaruh

Manajerial terhadap hubungan antara

Metode Analisis: manajemen laba dengan

Uji Asumsi Klasik nilai perusahaan.

Analisis Regresi kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap

hubungan antara

manajemen laba dengan

nilai perusahaan

2 Herawaty Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

(2008) Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Manajemen Laba earnings management

X2: Komisaris Independen berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai


22

X3: Kepemilikan perusahaan. komisaris

Institusional independen dan

X4: Kepemilikan kepemilikan institusional

Manajerial mempunyai pengaruh yang

X5: Kualitas Audit signifikan terhadap nilai

Metode Analisis: perusahaan, sedangkan

Uji Asumsi Klasik model regresi tanpa

Analisis Regresi moderating variable,

kualitas audit dan

kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap nilai

perusahaan

3 Kawatu (2009) Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Dewan Komisaris mekanisme corporate

X2: Kepemilikan governance

Manajerial mempengaruhi kualitas

X3: Kualitas Audit laba. Mekanisme

X4: Kualitas Laba corporate governance

Metode Analisis: tersebut terdiri dari: (1)

Uji Asumsi Klasik kepemilikan manajerial

Analisis Regresi secara positif berpengaruh


23

terhadap kualitas laba.

Dewan komisaris secara

negatif berpengaruh

terhadap kualitas laba.

Komite audit secara positif

berpengaruh terhadap

kualitas laba. Mekanisme

corporate governance

yang terdiri dari:

Kepemilikan manajerial

secara negatif berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Dewan komisaris secara

positif berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Komite audit secara positif

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

4 Abdillah & Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Purwanto Y: Manajemen Laba menunjukkan bahwa

(2016) X1: Komite Audit komite audit berpengaruh

X2: Komisaris Independen negatif dan signifikan

terhadap discretionary
24

X3: Kepemilikan accrual yang berarti

Institusional berpengaruh positif

X4: Kepemilikan terhadap manajemen laba.

Manajerial komisaris independen

Metode Analisis: berpengaruh negatif dan

Uji Asumsi Klasik signifikan terhadap

Analisis Regresi discretionary accrual yang

berarti berpengaruh positif

terhadap manajemen laba.

kepemilikan institusional

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap

discretionary accrual yang

berarti berpengaruh positif

terhadap manajemen laba.

kepemilikan manajerial

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

discretionary accrual yang

berarti berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba.


25

5 Dewi & Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Khoiruddin Y: Manajemen Laba menunjukkan bahwa

(2016) X1: Kepemilikan kepemilikan institusional,

Institusional kepemilikan manajerial,

X2: Kepemilikan ukuran dewan komisaris

Manajerial dan ukuran komite audit

X3: Ukuran Dewan tidak berpengaruh

Komisaris terhadap manajemen laba

X4: Proporsi Dewan sedangkan proporsi dewan

Komisaris Independen komisaris independen

X5: Ukuran Komite Audit berpengaruh positif dan

Metode Analisis: signifikan terhadap

Uji Asumsi Klasik manajemen laba.

Analisis Regresi

6 Partami et al Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

(2015) Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Manajemen Laba Riil terdapat pengaruh negatif

X2: Corporate manajemen laba riil pada

Governance nilai perusahaan.

Metode Analisis:

Uji Asumsi Klasik

Analisis Regresi
26

7 Kamil & Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Hapsari (2014) Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Manajemen Laba manajemen laba tidak

X2: Kepemilikan berpengaruh signifikan

Manajerial terhadap nilai perusahaan

X3: Kepemilikan dengan arah koefisien

Institusional regresi negatif. Hal ini

X4: Komisaris Independen menunjukkan bahwa

Metode Analisis: manajemen laba dapat

Uji Asumsi Klasik menurunkan nilai

Analisis Regresi perusahaan. Kepemilikan

manajerial, kepemilikan

institusional dan komisaris

independen secara

simultan berpengaruh

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

8 Murwaningsari Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

(2007) Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Dewan Direksi beberapa variabel

X2: Kepemilikan corporate governance

Manajerial yang dikaitkan dengan

nilai perusahaan terbukti


27

X3: Kepemilikan tidak signifikan, walaupun

Institusional arah teoritis menunnjukan

X4: Dewan Komisaris hasil yang konsisten

Independen dengan penelitian

X5: Komite Audit sebelumnya . Variabel

X6: Manajemen Laba tersebut adalah dewan

Metode Analisis: direksi, kepemilikan

Uji Asumsi Klasik manajerial, dan

Analisis Regresi kepemilikan institusional.

Hasil pengujian terhadap

manajemen laba sebagai

variabel intervening antara

corporate governance dan

nilai perusahaan tidak

terbukti secara statistik,

namun dapat menunjukkan

hasil yang konsisten

dengan teori mekanistik

hipotesis.

9 Achyani et al Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

(2015) Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

X1: Independensi Komite manajemen laba

Audit memediasi pengaruh


28

X2: Kompetensi Komite praktik corporate

Audit governance terhadap nilai

X3: Aktivitas Komite perusahaan. Temuan

Audit tersebut menunjukkan

X4: Manajemen Laba bahwa investor di pasar

X5: Corporate modal Indonesia dalam

Governance mengambil keputusan

Metode Analisis: telah mendasarkan pada

Uji Asumsi Klasik peran pengawasan

Analisis Regresi terhadap laporan keuangan

yang dilakukan oleh

komite audit.

10 Siallagan & Variabel Penelitian: Hasil penelitian ini

Machfoedz Y: Nilai Perusahaan menunjukkan bahwa

(2006) X1: Kepemilikan mekanisme corporate

Manajerial governance memengaruhi

X2: Dewan Komisaris kualitas laba. Mekanisme

X3: Komite Audit tersebut terdiri dari:

X4: Kualitas Laba kepemilikan manajerial

X5: Corporate secara positif berpengaruh

Governance terhadap kualitas laba,

Metode Analisis: dewan komisaris secara

Uji Asumsi Klasik negatif berpengaruh


29

Analisis Regresi terhadap kualitas laba.

kualitas laba secara positif

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. mekanisme

corporate governance

secara statistik

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Sumber: Data diolah (2019)

2.6 Rerangka Teoretis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di

atas, maka disusun rerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara

manajemen laba sebagai variabel independen, mekanisme corporate governance

yang meliputi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial dan komite audit sebagai variabel moderator serta nilai perusahaan

sebagai variabel dependen. Berikut adalah rerangka pemikiran yang dapat

digambarkan dalam diagram skematis sebagai berikut:


30

Gambar 1. Rerangka Teoretis

Sumber: Data diolah (2019)

2.7 Hipotesis Penelitian

2.7.1 Earnings Management dan Nilai Perusahaan

Manajemen perusahaan dalam tugasnya memiliki wewenang dalam beberapa

pengambilan keputusan serta tanggungjawab lain yakni menyusun laporan

keuangan yang bertujuan sebagai media komunikasi terhadap para pihak yang

memiliki kepentingan dikarenakan hal tersebut pula tentunya manajemen

perusahaan memiliki ketersediaan informasi yang lebih lengkap dibandingkan

dengan pemegang saham dan pihak eskternal.

Ketidakseimbangan penguasaan atas informasi laporan keuangan tersebut

dapat menimbulkan adanya asimetri informasi. Asimetri informasi antara

manajemen perusahaan dan pemegang saham dapat memberikan peluang bagi


31

manajemen perusahaan untuk melakukan praktik earnings management untuk

dapat memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri. Pada mulanya praktik earnings

management memang meningkatkan nilai perusahaan pada periode tertentu namun

sebenarnya earnings management dapat menurunkan nilai perusahaan di masa

mendatang.

H1 : Manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.7.2 Corporate Governance dan Nilai Perusahaan.

Dalam upaya menekan perilaku menyimpang manajemen perusahaan yang

melakukan praktik earning management, diperlukan adanya suatu sistem yang

dapat mengendalikan perilaku tersebut. Teori keagenan juga memberikan

pandangan bahwa masalah manajemen laba diminimumkan dengan pengawasan

sendiri melalui corporate governance dan juga corporate governance merupakan

cara atau mekanisme untuk memberikan keyakinan pada para pemasok dana

perusahaan akan diperolehnya return atas investasi mereka (Herawaty, 2008).

Tujuan dari corporate governance adalah menyelaraskan tujuan antara pemegang

saham dan manajemen perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaanm di

masa mendatang.

a. Komisaris Independen

Keberadaan komisaris independen dapat menekan perilaku manajemen

perusahaan yang ingin memaksimalkan kepentingan diri sendiri dengan cara

melakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

manajemen perusahaan, selain itu komisaris independen juga menjalankan


32

fungsi monitoring atas pelaporan keuangan yang disusun oleh manajemen

perusahaan agar tidak terjadi praktik manajemen laba yang dapat menurunkan

kualitas laba milik perusahaan.

Komisaris independen juga memiliki tugas untuk mengawasi mekanisme

corporate governance telah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, selain itu komisaris independen juga memiliki tugas untuk

memberikan nasihat kepada manajemen perusahaan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Herianto (2013) menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar

dapat mengurangi kecurangan pelaporan keuangan daripada kehadiran komite

audit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran dewan dan karakteristik

komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap

kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.

H2 : Komisaris independen berpengaruh terhadap hubungan antara earnings

management dengan nilai perusahaan.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional yang tinggi di dalam perusahaan dapat

meningkatkan pengelolaan laba yang dilakukan oleh investor institusional

sehingga praktik manajemen laba yang dapat merugikan pemegang saham

dapat ditekan, selain itu kepemilikan institusional juga memantau secara

profesional perkembangan investasinya sehingga potensi kecurangan


33

manipulasi informasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat

diminimalisasi.

Jiambavo et al (1996) menemukan bahwa nilai absolute discretioner

berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan institusional

yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan sehingga

dengan seiring waktu dapat meningkatkan nilai perusahaan.

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan antara

earnings management dengan nilai perusahaan.

c. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial yang tinggi di dalam perusahaan juga dapat

meningkatkan nilai perusahaan disebabkan oleh kekayaan manajemen

perusahaan yang terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga kecenderungan

manajemen perusahaan untuk melakukan praktik earnings management dapat

diminimalisasi.

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme corporate

governance yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ujiyantho & Pramuka

(2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa mekanisme

corporate governance pada proksi kepemilikan manajerial mampu mengurangi

ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau

pemegang saham.
34

H4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara

earnings management dengan nilai perusahaan.

d. Komite Audit

Komite audit diperlukan dalam mekanisme corporate governance

dikarenakan komite audit dapat menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas, selain itu komite audit juga bertanggungjawab atas sistem

pengendalian mutu audit sehingga kecurangan manipulasi informasi atas

laporan keuangan dapat ditekan yang akan berdampak pada peningkatan nilai

perusahaan di mata para investor.

Komite audit juga bertanggungjawab atas sistem pengendalian mutu audit

dalam penyajian laporan keuangan yang disajikan sehingga laporan keuangan

yang dihasilkan dapat dipercaya oleh para pemegang saham. Suaryana (2005)

menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai pengaruh positif

terhadap manajemen laba. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan komite

audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.

H5 : Komite audit berpengaruh terhadap hubungan antara earnings

management dengan nilai perusahaan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan penelitian

kuantitatif dengan pendekatan kausal komparatif. Menurut Indrawati (2015)

penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang mencoba melakukan

pengukuran yang akurat terhadap perilaku, pengetahuan, opini atau sikap.

Sedangkan, Pendekatan kausal komparatif merupakan studi untuk menguji apakah

satu variabel menyebabkan variabel yang lain berubah atau tidak (Sekaran &

Bougie, 2017).

3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian merupakan suatu konsep yang memiliki macam-macam

nilai dari suatu konsep yang dapat di rubah. Sehingga konsep tersebut akan

mendapatkan titik kesimpulan yang tepat dan terbaik (Kerlinger, 2006). Dalam

penelitian ini menggunakan tiga variabel yang digunakan yaitu, variabel dependen,

variabel independen dan variabel moderator.

3.2.1 Variabel Dependen

Menurut Sekaran & Bougie (2017) variabel dependen merupakan variabel

yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah nilai perusahaan yang diberi simbol (Y). Nilai perusahaan merupakan

gambaran dari kondisi kinerja perusahaan, semakin tinggi nilai perusahaan maka

kesejahteraan para pemegang saham akan meningkat selain itu nilai perusahaan

35
36

yang tinggi juga dapat meningkatkan kepercayaan investor pada prospek

perusahaan di masa mendatang.

Nilai perusahaan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang

diukur dengan menggunakan alat Tobins’Q oleh James Tobins. Tobins’Q

digunakan karena mendefinisikan nilai perusahaan sebagai bentuk dari nilai

kombinasi antara aset berwujud dan aset tidak berwujud. Weston & Copeland

(2001) menyatakan nilai perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(𝐸𝑀𝑉 + 𝐷)
𝑄=
(𝐸𝐵𝑉 + 𝐷)

Rumus 1. Nilai Perusahaan

Keterangan:

Q = Nilai perusahaan

EMV = Nilai pasar ekuitas

EBV = Nilai buku dari total aktiva

D = Nilai buku dari total utang

3.2.2 Variabel Independen

Menurut Sekaran & Bougie (2017) variabel independen yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel terkait, baik secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat

variabel bebas, variabel terikat juga hadir dan dengan setiap unit kenaikan dalam

variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen adalah earnings

management yang diukur dengan menggunakan model jones yang dimodifikasi

(Dechow et al, 1995) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:


37

𝐷𝐴 𝑇𝐴𝑖𝑡
𝑖𝑡= − 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1

Rumus 2. Manajemen Laba

Keterangan :

𝐷𝐴𝑖𝑡 = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t

𝑇𝐴𝑖𝑡 = Total Accruals perusahaan i dalam periode tahun t

𝐴𝑖𝑡−1 = Total Assets perusahaan i dalam periode tahun t

𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = Nondiscretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t

3.2.3 Variabel Moderator

Menurut Sekaran & Bougie (2017) variabel moderator merupakan variabel

yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat pada

hubungan variabel terikat dan variabel bebas, yaitu kehadiran variabel ketiga

(variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan terikat.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel moderator adalah mekanisme

corporate governance yang diproksi oleh komisaris independen, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial dan kualitas audit.

a. Komisaris Independen

Beasley (1996) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan

kecurangan terhadap laporan keuangan memiliki persentase komisaris

independen yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

melakukan kecurangan. Maka dari itu, keberadaan komisaris independen dapat

meminimalisasi masalah keagenan antara pemegang saham dan manajemen

perusahaan dikarenakan komisaris independen memiliki fungsi monitoring


38

atas implementasi kebijakan yang dibuat oleh manajemen perusahaan,

sehingga praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

dapat diminalisasi (Kawatu, 2009).

b. Kepemilikan Institusional

Jiambavo, et al (1996) menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat

memengaruhi pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

sehingga praktk manajemen laba dapat diminimalisasi. Selain itu, investor

institusional juga mempunyai tanggung jawab atas investasi yang dilakukan

oleh perusahaannya karena hal itu pula investor institusional memiliki fungsi

monitoring atas kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan sehingga

kecenderungan manajemen perusahaan untuk melakukan praktik manajemen

laba dapat ditekan.

c. Kepemilikan Manajerial

Penerapan mekanisme corporate governance di dalam perusahaan dapat

menyelaraskan tujuan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan

apabila kepemilikan manajerial diperbesar sehingga kecenderungan

manajemen perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba dapat

berkurang dan mulai mementingkan untuk meningkatkan kesejahteraan para

pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976).

d. Komite Audit

Chariri & Ghozali (2007) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan

yang memiliki integritas dan kredibilitas diperlukan sebagai bagian dari

kebijakan pengambilan keputusan yang akan diambil oleh para pemangku


39

kepentingan perusahaan mengenai prospek perusahaan di masa mendatang.

Sistem pengendalian mutu pengauditan yang baik akan menghasilkan kualitas

audit yang tinggi dalam penyajian informasi laporan keuangannya yang dapat

menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kredibilitas dan integritas yang

tinggi pula. Maka dari itu, kualitas audit yang tinggi yang dihasilkan oleh

komite audit dapat memengaruhi hubungan antara praktik earnings

management dan nilai perusahaan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sekaran (2011) populasi adalah keseluruhan kelompok orang,

peristiwa atau hal yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa efek pada periode tahun 2014

hingga tahun 2018.

Pemilihan periode tahun 2014 hingga tahun 2018 didasarkan pada keinginan

peneliti untuk menguji hubungan antara manajemen laba terhadap nilai perusahaan

dengan corporate governance sebagai pemoderasi dengan tujuan untuk

mendapatkan hasil penelitian terbaru yang akan menghasilkan penelitian yang

relevan jika digunakan untuk saat ini.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sekaran (2011) sampel adalah sebagian dari populasi. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan wakil dari

populasi yang mencerminkan segala karakteristik dari populasi. Sampel pada


40

penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu sebagai

berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

tahun 2014 hingga tahun 2018.

b. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014

hingga tahun 2018.

c. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) yang

berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode tahun 2014 hingga tahun

2018.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sekaran & Bougie (2017) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat

diperoleh dengan berbagai cara, dalam lingkungan yang berbeda (lapangan atau

lab) dan dari sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini pengumpulan data

dilakukan dengan mengakses Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia

yang berupa laporan tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

3.5 Data dan Sumber Data

3.5.1 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif ialah data yang diukur dalam skala numerik (Kuncoro, 2009). Data
41

kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan dari laporan tahunan

milik perusahaan pada periode tahun 2014 hingga tahun 2018.

3.5.2 Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada

seperti catatan, atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis

industri yang diberikan oleh media, web, internet dan lainnya (Sekaran & Bougie,

2017).

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) sebagai alat uji yang dapat membantu peneliti dalam mengolah, menguji,

menganalisis dan menginterpretasikan data, dengan tahap pengujian sebagai

berikut:

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh deskripsi

terkait data yang digunakan dalam penelitian dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi (deviation standar), varian (variance), nilai minimum, nilai maksimum,

range dan sebagainya (Ghozali, 2016). Statistik deskriptif memberikan interpretasi

data yang lebih jelas dan mudah dipahami.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2011), asumsi klasik dilakukan agar data dapat dianalisis

dan memberikan hasil yang representatif, yang berarti tidak terjadi penyimpangan-
42

penyimpangan yang berarti terhadap koefisien regresi pada penelitian ini. Uji

asumsi klasik dilakukan dengan alat uji berupa program:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak jika

residual tersebut memiliki distribusi tidak normal maka hasil uji akan bias,

metode yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak adalah dengan menggunakan uji statistik kolmogorov-smirnov (K-

S), bila nilai signifikansi pada tabel hasil uji kolmogorov-smirnov lebih besar

dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Selain itu, untuk mendeteksi

normalitas dapat dilakukan dengan melihat grafik yaitu menggunakan normal

probability plot jika data dalam normal probability plot menyebar di sekitar

garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011) menyatakan multikolinearitas adalah keadaan

dimana variabel – variabel independen dalam persamaan regresi punya korelasi

yang erat satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki

korelasi antar variabel independennya. Multikolinearitas dapat diketahui dari

nilai tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance

value mendekati 1 dan batas VIF lebih kecil dari 10. Apabila hasil analisis

menunjukan nilai VIF dibawah 10 dan tolerance value di atas 1, maka tidak

terjadi multikolinearitas sehingga model reliable sebagai dasar analisis.


43

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati & Porter (2012) uji heteroskedastisitas bertujuan

mengetahui apakah dalam model regresi terdapat kesamaan atau perbedaan

varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik

adalah varians residualnya bersifat homokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Jika varians dari nilai residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut dengan homokedastisitas. Jika varians

dari nilai residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka

disebut dengan heterokedastisitas. Pendeteksian gejela heterokedastisitas dapat

menggunakan uji Glejser, yakni dengan meregresikan variabel bebas terhadap

nilai residual mutlaknya dan melihat grafik scatterplots. Untuk melakukan hal

ini, maka terlebih dahulu melakukan transformasi data menjadi absolut pada

variabel dependen, sehingga variabel dependen yang digunakan pada uji ini

merupakan variabel yang absolut.

Jika variabel independen signifikan secara statistik (sig. lebih kecil dari

0,05 atau 5%) terhadap nilai residual yang diperlakukan sebagai variabel

dependen, maka variabel independen tersebut menunjukkan ada

heterokedastisitas, dan demikian pula sebaliknya. Apabila menggunakan grafik

scatterplots, jika tidak terdapat pola yang jelas pada grafik, maka tidak

mengalami heterokedastisitas, begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2009).

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2009) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam modal regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual)
44

pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya. Jika

terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang

baik adalah regresi bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi

dapat dilakukan uji statistik melalui Uji Durbin-Watson.

Menurut Gujarati & Porter (2009), dasar pengambilan keputusan ada

tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

• Jika DW < dL maka terdapat autokorelasi positif.

• Jika DW < 4 – dL, maka terdapat autokorelasi negatif.

• Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak ada autokorelasi.

• Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, maka hasilnya tidak

dapat disimpulkan.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Regresi Berganda

Menurut Sugiyono (2010), analisis regresi linear berganda merupakan analisis

yang bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan fluktuasi dari variabel

dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

manipulasi. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda yaitu regresi yang

memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Adapun

persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑄 = 𝛼 + 𝛼1 𝐸𝑀 + 𝛼2 𝐷𝐾 + 𝑎3 𝐾𝐼 + 𝛼4 𝐾𝑀 + 𝛼5 𝐾𝐴

Rumus 3. Regresi Berganda


45

Keterangan:

Q = Nilai perusahaan

EM = Manajemen laba

DK = Komisaris independen

KI = Kepemilikan institusional

KM = Kepemilikan manajerial

KA = Komite audit

Dalam melakukan analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji sebagai

berikut:

a. Uji F Statistik

Menurut Ghozali (2011), uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel

independen secara bersama – sama terhadap variabel dependen. Selain itu

melalui uji F dapat diketahui apakah model regresi linear yang digunakan

sudah tepat atau belum, tingkat signifikansi pada nilai F dapat dilihat pada

Tabel Anova. Dasar pengambilan dari signifikansi adalah sebagai berikut:

• Jika sig. F > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

• Jika sig. F < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

b. Uji T Statistik

Menurut Ghozali (2011), uji T statistik pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependennya. Nilai uji t statistik dapat dilihat


46

pada tabel Coefficient. Dasar pengambilan keputusan pengujian uji T sebagai

berikut:

• Jika sig. t statistik > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

• Jika sig. t statistik < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

c. Uji R Parsial

Menurut Ghozali (2009), uji R digunakan untuk mengukur proporsi atau

persentase variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Besarnya nilai r parsial dapat dilihat pada kolom Beta Standardize Coefficient

pada tabel Coefficient. Nilai Beta Standardized Coefficient berkisar antara 0-1

(0<r parsial<1). Bila r parsial = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen, bila r parsial semakin

mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.

3.8 Uji Hipotesis

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑜1 = manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑎1 = manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑜2 = komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑎2 = komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.


47

𝐻𝑜3 = kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑎3 = kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑜4 = kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑎4 = kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5. Pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑜5 = komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

𝐻𝑎5 = komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Y. & Susilawati, E. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Pada

Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014). Journal Riset Akuntansi

Mahasiswa (JRMA).

Anthony. & Govindarajan. (2005). Management Control System. Edisi Pertama.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Beasley, M. S. (1996). An empirical analysis of the relation between the board of

director composition and financial statement fraud. The Accounting Review,

71(4), 443-465.

Chariri. & Ghozali. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Cheung, Y,. Connely, T,. Jiang, P,. & Limpaphayom, P,. (2011). Does Corporate

Governance Predict Future Performance? Evidence from Hong Kong.

Financial Management, spring, 159-197.

Daniri. (2005). Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam

Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia.

Darwis, H. (2012). Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Corporate Governance Sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan

16(1): 45-55.

48
49

Dechow. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting Review. Vol

70, No 2.

Effendi, M. (2009). The Power of Corporate Governance. Teori dan Implementasi.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Forum of Corporate Governance in Indonesia. (2001). Corporate Governance: Tata

Kelola Perusahaan. Jilid II. http://www.fcgi.org.id.

Gabrielsen, Gorm, Jeffrey D. Gramlich dan Thomas Plenborg. (1997). Managerial

Ownership, Information Content of Earnings, and Discretionary Accruals in a

Non US Setting. Jurnal of Bussiness Finance and Accounting, Vol 29. No. 7.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.

Edisi 8. Cetakan 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, L. (2009). Principles of Manajerial Finance. United States: Pearson

Addison Wesley.

Gujarati, D. & Porter, D. (2009). Basic Econometric. 5th Edition. New York:

McGraw-Hill.

Gujarati, D. & Porter, D. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.
50

Healy. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of

Accounting and Economics.

Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating

Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(2): 97-108.

Herianto. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin; Makassar.

Jensen, M. C. & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics, 3, 305-360.

Indrawati. (2015). Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis Konvergensi

Teknologi Komunikasi dan Informasi. Bandung: Aditama.

Jiambavo, J. (1996). Discussion of Causes and Consequenses of Earnings

Manipulation. Contemporary Accounting Research. Vol 13. Spring, p 37-47.

Kawatu, S. (2009). Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Keuangan dan

Perbankan, 13(3): 405 – 417.

Kerlinger. (2006). Asas-Asas Penelitian Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


51

Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good

Corpoarate Governance. Jakarta.

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: penerbit

Erlangga.

Lastanti, H. (2004). Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja

Perusahaan dan Reaksi Pasar. Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan

dalam Membangun Good Corporate Governance.

Martono. & Agus. (2003). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Mayangsari, S. (2003). Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Simposium Nasional Akuntansi VI, p 1255-1267.

Meutia, I. (2004). Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba

untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 333-350.

Noerirawan, R. (2012). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting. Vol 1, No. 2,

1-12.

Rustende. & Jimmi. (2008). Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial

Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen

sebagai Variabel Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak 2008.


52

Sekaran, U. (2011). Research Methods for Business (Metode Penelitian untuk

Bisnis). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sekaran, U. & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 6 Buku 1.

Penerbit Salemba Empat; Jakarta.

Setiawati, L. & Na’im, A. (2000). Manajemen Laba Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Indonesia. Vol 15, No 4, 424-441.

Siregar. & Bachtiar. (2004). Good Corporate Governance, Information Asymmetry,

and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar-

Bali, hal. 57-69.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujoko. & Soebiantoro. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Levergae,

Faktor Interen dan Faktor Eksteren Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 9, No 1.

Suryana, A (2005). Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba. Simposium

Nasional Akuntansi VIII; Solo.

Sutrisno. (2011). Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Mekanisme Corporate Governance Sebagai Moderating Variable.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang.

Ujiyantho. & Pramuka. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen

Laba dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X; Makassar.


53

Weston, J. & Copeland, T. (2001). Manajemen Keuangan Jilid 1. Edisi 9. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Worthy, F. (1984). Manipulating Profits: How it Done. Fortune. 50-54.

https://medium.com/@muhammadfrayogi/penerapan-konsep-good-corporate-

governance-gcg-dalam-budaya-indonesia-d8cef61009df

Anda mungkin juga menyukai