Anda di halaman 1dari 15

TEORI AKUNTANSI POSITIF

TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI

ANDHITO RAHMADHAN WIJAYA 21075000023


ASA ADIGRAHITA 21075000016
BUDIYANTO 21075000025
YBANEZ VIJEYSECHAN HAMADI 21075000027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERDEKA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang telah

memberikan kekuatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan tugas makalah dengan

judul “Teori Akuntansi Positif”.

Dengan terselesaikannya tugas makalah ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam pembuatan tugas

makalah ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Anwar Sanusi, S.E., M.Si selaku Rektor Universitas Merdeka Malang.

2. Ibu Prof. Dr. Grahita Chandrarin, M.Si., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis sekaligus Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori Akuntansi.

3. Ibu Dr. Diana Zuhroh, Dra. M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi.

4. Ibu Dr. Prihat Assih, S.E., M.Si., Ak., CA., CSRS selaku Dosen Pengampu Mata

Kuliah Teori Akuntansi.

5. Ibu Dr. Dyah Ani Pangestu, S.E., MS selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori

Akuntansi.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Akuntansi Angkatan 2022.

7. Pihak-pihak lain.

Peneliti menyadari bahwa pembuatan tugas makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh peneliti demi tercapainya

kesempurnaan makalah ini.

Malang, April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Landasan Teori.......................................................................................................1

1.2 Argumen Kritis Teori Akuntansi Positif................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................................4

2.1 Teori Akuntansi Positif...........................................................................................4

BAB III STUDI KASUS....................................................................................................7

3.1 Studi Kasus.............................................................................................................7

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................10

4.1 Simpulan................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadi pergeseran penelitian kembali kearah metode positif atau empiris selama kurun

waktu 1970-an, setelah sebelumnya merupakan masa keemasan akuntansi normatif yang

terjadi diantara tahun 1950 dan 1960-an (Aida, 2007). Pendukung aliran positif menganggap

dirinya adalah seorang pengamat yang netral, obyektif dan tidak dipengaruhi oleh nilai

berkaitan dengan fenomena akuntansi yang tengah diamati.

Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh akademisi di University of Chicago dan

akhirnya meluas ke berbagai universitas seperti Rochester, California, Barkley, Standford

dan New York (Rasyid, 1997). Positive Accounting Theory dimaksudkan untuk menjelaskan

dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajemen perusahaan menentukan pilihan

tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam Teori Akuntansi Positif (TAP) didasarkan pada

proses kontrak atau hubungan keagenan antara manajemen perusahaan dengan kelompok lain

seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah

(Watss & Zimmerman, 1986).

TAP lebih bersifat deskriptif bukan preskriptif, sehingga berbeda dengan teori normatif

yang mendasarkan bahwa manajemen perusahaan akan memaksimalkan laba untuk

kepentingan perusahaan, sebaliknya TAP didasarkan pada premis bahwa individu selalu

bertindak atas dasar motivasi pribadi (self-seeking motives) dan berusaha memaksimukan

keuntungan pribadi (Watss & Zimmerman, 1986).

Sebaliknya berbeda dengan TAP, teori normatif berusaha menjelaskan bagaimana

seharusnya akuntansi dipraktikkan. Misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan

keuangan seharusnya didasarkan pada metoda pengukuran dalam sebuah literatur akuntansi,

1
2

teori normatif sering dinamakan teori a priori yakni merupakan sebab akibat atau bersifat

deduktif (Nelson, 1973).

Argumen kritis utama Watss & Zimmerman (1986) terhadap teori normatif adalah teori

tersebut didasarkan pada pertimbangan nilai (value Judgement). Sedangkan menurut Watss &

Zimmerman (1986) berpendapat bahwa perumusan teori harus betul-betul bebas

pertimbangan nilai dan menekankan pada kebutuhan dan pendekatan baru. Hal ini dapat

dilihat dalam pernyataan mereka sebagai berikut : tujuan teori akuntansi positif adalah untuk

menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi.

Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau menghipotesiskan

sebuah teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi positif

difokuskan pada penggujian empiris terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritisi

akuntansi normatif (Aida, 2007). Penelitian positif memberikan sumbangan yang berarti bagi

pengembangan akuntansi. TAP menurut Watss & Zimmerman (1990) telah memberikan

kontribusi bagi pengembangan akuntansi:

1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan

spesifik terhadap pola tersebut.

2. Memberikan rerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.

3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

4. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dalam memberikan rerangka dalam

memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.

5. Mendorong riset akuntansi yang relevan dengan menekankan prediksi dan penjelasan

terhadap fenomena akuntansi.


3

1.2 Argumen Kritis Teori Akuntansi Positif

a. Williams (1989) The Logic of Positive Accounting Research

Argumen utamanya: (1) keunggulan teori akuntansi positif telah menjadi suatu perangkat

substansial dalam literatur akuntansi; (2) terdapat kesulitan permasalahan logika ketika

bahasa teoritikal TAP diterjemahkan ke dalam bahasa empiris penelitian TAP; dan (3) TAP

memiliki proposisi motif manajemen perusahaan yang self-interest.

b. Boland & Gordon (1992) Criticizing Positive Accounting Theory

Boland & Gordon (1992) bertujuan untuk memberikan penilaian dan argumen kritis

terhadap Watts & Zimmerman (1979) berkaitan dengan masalah metoda dan isu filsafat ilmu.

Argumen kritis terhadap metoda meliputi: (1) mengembangkan model eksplisit mengenai

situasi cost; (2) mengasumsikan bahwa pelaku ekonomi adalah maximizer; dan (3)

memasukkan data yang sesuai ke dalam model dan menentukan fit dengan model data.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Akuntansi Positif

Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap

teori normatif (Watts & Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran

untuk menganalisis teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak

memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran

pendekatan normatif ke positif (Watts & Zimmerman, 1986):

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena

didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji

keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara

individual daripada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber

daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem

perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat

menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi

secara efisien.

Menurut Watt & Zimmerman (1986) tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan

dan memprediksi praktik akuntansi. Penjelasan (explanation) menguraikan alasan mengapa

suatu praktik dilakukan. Misalnya teori harus menjelaskan mengapa suatu praktik dilakukan,

sebagai contoh teori harus menjelaskan mengapa banyak perusahaan lebih menyukai

menggunakan metode FIFO dibanding LIFO, sedangkan prediksi (prediction) berarti teori

harus mampu memprediksi berbagai fenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan.

4
5

Fenomena yang belum dijalankan tidak selalu fenomena yang akan datang, bisa fenomena

yang telah terjadi tetapi belum ada bukti secara empiris untuk menjelaskan fenoeman

tersebut. Sebagai contoh teori akuntansi dapat menyediakan hipotesis tentang atribut

perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan yang menggunakan metode LIFO,

sehingga dapat diuji penggunaan data historis pada perusahaan yang menggunakan dua

metode tersebut. Jadi teori merupakan pernyataan-pernyataan tentang hubungan logis

(logical relationship) antara variabel atau perilaku variabel-variabel alam atau sosial yang

dapat digunakan untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction) berbagai

fenomena tersebut.

Teori berisi seperangkat hipotesis yang disusun melalui pemikiran logis dan metodologi

ilmiah baik secara deduktif maupun induktif dan diuji melalui penelitian ilmiah dan empiris.

Bila penelitian empiris dapat membuktikan validitas suatu teori, maka dikatakan bahwa teori

tersebut telah diverifikasi. Teori diperlukan karena teori tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi (to predict) berbagai fenomena sosial tertentu yang diharapkan akan terjadi.

Artinya, persyaratan-persyaratan atau asumsi-asumsi yang mendukung suatu teori dapat

dipenuhi, maka besar harapan (kemungkinan) bahwa gejala sosial tertentu akan terjadi, tetapi

ini tidak berarti bahwa teori tersebut menyebabkan fenomena yang diprediksi tersebut terjadi.

Dengan mendasarkan pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori terdiri dari

hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitan dengan menggunakan

metode ilmiah tertentu. Hipotesis tersebut akan menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan

memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi.

Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watts & Zimmerman

(1986) dalam bentuk opportunistic yang sering diinterpretasikan, yaitu:

1. Hipotesis rencana bonus (plan bonus hypotesis), manajemen perusahaan dengan

motivasi rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi
6

yang dapat menggantikan laporan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang

atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila manajemen

perusaaan dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus, maka akan

cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya,

misalnya dengan metode acrual.

2. Hipotesis perjanjian utang (debt covenantt hypothesis), manajemen perusahaan yang

mempunyai rasio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur

akuntansi yang dapat menggantikan laporan laba untuk periode mendatang ke periode

sekarang. Dengan memilih kebijakan akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan

laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai

rasio leverage yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti

diketahui bahwa banyak perjanjian uutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi

atau mempertahankan rasio utang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham,

selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian utang mungkin

memberikan sanksi, seperti kendala dalam dividen atau pinjaman tambahan.

3. Hipotesis biaya proses politik (politic process hypothesis), semakin besar biaya politik

perusahaan, semakin mungkin manajemen perusahaan untuk memilih kebijakan

akuntansi yang menangguhkan laporan laba periode sekarang ke periode mendatang.


BAB III

STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus

Teori akuntansi positif sering dikaitkan dengan perilaku manajemen perusahaan, hal ini

disebabkan karena teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman kepada manajemen

perusahaan dalam memperkirakan atau menjelaskan konsekuensi dari suatu keputusan

(Usmar, 2018). Salah satu hal yang paling sering dibicarakan dalam teori akuntansi positif

adalah keputusan manajemen perusahaan dalam pelaporan laporan keuangan perusahaan

kepada para pengguna laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh manajemen

perusahaan, karena angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan memainkan

peranan penting dalam hubungan agensi antara manajemen perusahaan dengan pemegang

saham. Dalam teori akuntansi positif, manajemen perusahaan tidak diatur untuk

menggunakan kebijakan akuntansi tertentu, sehingga manajemen perusahaan memiliki

fleksibilitas dalam menentukan kebijakan akuntansi sesuai dengan kondisi perusahaan.

Manajemen perusahaan yang memiliki kewenangan untuk memilih kebijakan akuntansi

bagi perusahaannya, tentu saja dapat menimbulkan dua kemungkinan, yaitu: (1)

opportunistic behavior, perilaku manajemen perusahaan yang memilih kebijakan akuntansi

untuk kepentingan dirinya sendiri; dan (2) efficient contracting behavior, perilaku

manajemen perusahaan yang memilih kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan

perusahaan. Perilaku manajemen perusahaan telah digambarkan menjadi 3 hipotesis, yaitu:

(1) plan bonus hypotesis; (2) debt coventant hypotesis; dan (3) political cost hypotesis (Watts

& Zimmerman, 1986).

7
8

Hipotesis plan bonus menyatakan bahwa kinerja manajemen perusahaan dipengaruhi

oleh bonus yang akan diberikan. Dengan kata lain, apabila bonus yang diberikan berdasarkan

laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka manajemen perusahaan cenderung akan

melakukan praktik creative accounting, yaitu dengan meningkatkan laba atau mengurangi

laba yang akan dilaporkan (Watts & Zimmerman, 1986).

Hipotesis perjanjian utang menyatakan bahwa apabila perusahaan memiliki rasio

leverage yang tinggi, maka manajemen perusahaan akan memilih kebijakan akuntansi yang

dapat memindahkan pengakuan laba periode mendatang ke periode berjalan. Dengan

melakukan strategi tersebut, maka perusahaan dapat menurunkan rasio leverage dan terhindar

dari default technic (risiko gagal bayar) (Ramadhan, 2017).

Hipotesis biaya politik menyatakan bahwa apabila perusahaan memiliki laba yang tinggi,

maka akan menarik perhatian dari para regulator atau pemerintah, yakni dengan

mengeluarkan peraturan baru yang berkaitan dengan pajak atau peraturan lainnya. Alhasil,

manajemen perusahaan cenderung akan melakukan penyesuaian kebijakan akuntansi, yakni

dengan memindahkan pengakuan laba periode berjalan ke periode mendatang (Pratiwi &

Septiani, 2015).

Teori akuntansi positif menyatakan bahwa dalam memilih kebijakan akuntansi untuk

perusahaan, manajemen perusahaan cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat

meminimalkan biaya-biaya kontrak, seperti biaya negosiasi, biaya kinerja kontrak, dan biaya

renegosiasi. Selain itu, teori akuntansi positif menganggap bahwa manajemen perusahaan

adalah seorang yang rasional, atau dengan kata lain manajemen perusahaan akan memilih

kebijakan akuntansi yang menurut mereka baik. Akan tetapi, pada beberapa kasus, penerapan

teori akuntansi positif cenderung menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini disebabkan

oleh perilaku manajemen perusahaan yang diduga melakukan praktik creative accounting

untuk menyejahterakan dirinya sendiri (Usmar, 2018).


9

Kasus creative accounting yang baru ini terjadi adalah kasus PT Tiga Pilar Sejahtera

Food Tbk yang diduga melakukan penggelembungan dana sebesar Rp 4 triliun pada laporan

keuangan tahun 2017. Alhasil, laporan keuangan tahun 2017 disajikan ulang pada tahun

2020, termasuk laporan keuangan tahun 2018 dan 2019. Pada laporan keuangan restatement

menunjukkan bahwa perusahaan rugi bersih Rp 5,23 triliun sepanjang tahun 2017, atau lebih

besar Rp 4,68 triliun dari laporan keuangan sebelumnya yang hanya rugi sebesar Rp 551,9

miliar. Hal ini membenarkan adanya praktik manajemen laba, yakni dengan cara menaikkan

laba yang dilaporkan, sehingga rugi yang dialami oleh perusahaan terlihat lebih kecil. Tujuan

manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk adalah untuk menjaga nilai saham di mata para stakeholders, akan tetapi yang terjadi

justru sebaliknya sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) menangguhkan saham PT Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk untuk melindungi para investor dari kerugian yang lebih besar (Kusuma

& Mertha, 2021).

Ada beberapa kemungkinan mengapa teori akuntansi positif masih diterapkan oleh para

manajemen perusahaan dalam membuat kebijakan akuntansi, yaitu: (1) regulator flexibility;

(2) belum lengkapnya peraturan standar akuntansi; (3) manajemen perusahaan telah

mempertimbangkan suatu kebijakan; (4) transaksi yang dapat diatur sedemikian rupa; dan (5)

transaksi yang dapat di manipulasi (Usmar, 2018).


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pendukung aliran positif mengganggap dirinya sebagai seorang pengamat yang netral,

obyektif dan tidak dipengaruhi oleh nilai berkaitan dengan fenomena akuntansi yang diamati.

Teori akuntansi positif merupakan efek dari ketidakpuasan terhadap teori normatif yang lebih

banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu daripada kemakmuran secara

luas. Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau menghipotesiskan

sebuah teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata.

Teori akuntansi positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh

Watt & Zimmerman memfokuskan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan

munculnya hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya

pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu:

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber

daya ekonomi secara optimal di pasar modal.

Teori akuntansi positif berisi seperangkat hipotesis yang disusun melalui pemikiran logis

dan metodologi ilmiah baik secara deduktif maupun induktif dan diuji melalui penelitian

ilmiah dan empiris. Dengan hipotesis tersebut digunakan oleh Watt & Zimmerman (1986)

merumuskan 3 hipotesis, yaitu:

1. Hipotesis rencana bonus (plan bonus hypotesis)

2. Hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypotesis)

3. Hipotesis biaya politik (politic process hypotesis)

10
11

Teori akuntansi positif memberi kebebasan kepada manajemen perusahaan dalam

memilih kebijakan akuntansi bagi perusahaannya. Pemilihan kebijakan akuntansi pada

umumnya bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya kontrak, seperti biaya negosiasi, biaya

kinerja kontrak, dan biaya renegosiasi.


DAFTAR PUSTAKA

Aida, M. (2007). Teori Akuntansi Konsep Dan Empiris. BP STIE Malangkucecwara.

Boland, L. & Gordon, I. (1992). Criticizing Positive Accounting Theory. Contempory

Accounting Research.

Kusuma, I., & Mertha, I. (2021). Manajemen Laba Dan Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi.

Nelson, C. (1973). A Priori Research In Accounting. Centre For Internasional Education

And Research In Accounting.

Pratiwi, I. & Septiani, A. (2015). Analisis Pengaruh Sensitivitas Politik Terhadap Biaya

Politik. Diponegoro Journal Of Accounting.

Ramadhan, R. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEI. Prosiding Seminar Nasional Dan Call

For Paper Ekonomi Dan Bisnis.

Rasyid, E. (1997). Mengakarkan Akuntansi Pada Bumi-Sosio-Kultural Indonesia:Perlunya

Perspektif Alternatif. Media Akuntansi.

Usmar, D. (2018). Tinjauan Teori Akuntansi Positif Terhadap Fenomena Creative

Accounting. Jurnal Wawasan Dan Riset Akuntansi.

Watts, R. & Zimmerman, J. (1979). The Demand For And Supply Of Accounting Theory:The

Market For Excuses. The Accounting Review.

Watts, R. & Zimmerman, J. (1986). Positive Accounting Theory. Pretince Hall.

Watts, R. & Zimmerman, J. (1990). Positive Accounting Theory:A Ten Year Perspective.

The Accounting Review.

Williams, P. (1989). The Logic Of Positive Accounting Research. Accounting Organizations

And Society.

12

Anda mungkin juga menyukai