Anda di halaman 1dari 60

FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Proposal

TESIS

Oleh :

HARA HABIBI HASIBUAN

187017001

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 11
1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 12
1.4 Tujuan Penelitian .. .................................................................. 13
1.5 Kontribusi Penelitian................................................................ 14
1.6 Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian .................................. 15
1.7 Originalitas Penelitian .............................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR .................. 18
2.1 Landasan Teori .................................................................... 18
2.1.1 Teori Keagenan ............................................................... 18
2.2 Telaah Literatur .................................................................... 19
2.2.1 Kualitas laporan keuangan .............................................. 19
2.2.2 Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual............... 23
2.2.3 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ...... 28
2.2.4 Kompetensi SDM Pemerintah pusat ............................... 30
2.2.5 Kompetensi SDM Pemerintah pusat ............................... 30
BAB III KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ......................... 38
3.1 Kerangka Penelitian ................................................................. 38
3.2 Hipotesis Penelitian.................................................................. 39
3.2.1 Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi berbasis Akrual
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ................................ 39
3.2.2 Pengaruh Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ................................ 40
3.2.3 Pengaruh Kompetensi SDM Pemerintah Pusat terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ................................................ 41
3.2.4 Pengaruh Pemanfaatan TI terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat ............................................................................ 42

i
3.2.5 Peran Pengendalian Intern Pemerintah dalam memperkuat
atau memperlemah pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen..42
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 44
4.1 Jenis Penelitian ...................... .................................................. 44
4.2 Defenisi Operasional ................................................................ 45
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel….. .......... 50
4.4 Instrument, Lokasi dan Waktu Penelitian….. .......................... 51
4.5 Jenis dan Teknik Pengambilan Data….. .................................. 52
4.6 Teknik Analisa Data….. ........................................................... 52
4.6.1 Statistik Deskriptif ....................................................... .. 53

4.6.2 Uji Kualitas Data .......................................................... 53

4.6.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................ 54

4.6.4 Analisa Regresi Linear Berganda................................. 57

4.6.5 Pengujian Hipotesis...................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ...................................


LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………. ...................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, telah mendorong pemerintah untuk menerapkan

akuntabilitas publik sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi melalui suatu media

pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006).

Untuk menciptakan tata kelola yang baik tersebut diperlukan penguatan sistem

dan kelembagaan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Hal tersebut sesuai dengan amanat Pasal 23C UUD 1945 tentang

Keuangan Negara perlu dijabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam

UUD ke dalam asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan negara yang

meliputi asas tahunan, universalitas, kesatuan, dan asas spesialitas. Selain asas

tersebut dalam rangka penerapan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan

keuangan negara juga ditetapkan asas akuntabilitas berorientasi pada hasil,

profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan

negara, dan pemeriksaan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. SAP

1
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dlam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah. Tujuan diberlakukannya hal tersebut

adalah agar lebih akuntabel dan semakin diperlakukannya peningkatan kualitas

laporan keuangan.

Laporan keuangan pemerintah adalah suatu proses pengindentifikasian,

pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas akuntansi

yang ada dalam suatu pemerintah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas akuntansi dan pengambilan

keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan pengelolaan keuangan

secara baik dan sesuai dengan peraturan (Peraturan Pemerintah No.71 Tahun

2010). Laporan keuangan pemerintah pada hakekatnya merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik

dari pajak, retribusi atau transaksi lainnya (Silviana : 2013 dalam Ainul 2017).

Berbagai pihak mengandalkan informasi keuangan yang disajikan dan

dipublikasikan oleh pemerintah dengan kegunaan berbeda-beda.Sehingga

laporan yang disajikan tersebut harus berkualitas. Laporan keuangan dikatakan

berkualitas jika laporan keuangan yang disajikan tersebut memenuhi syarat yaitu

diakuntansikan dengan benar, dilaporkan secara lengkap, diaudit secara

independen.

Atas hal tersebut telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya terkait Kualitas Laporan Keuangan. Namun sebagian besar penelitian

masih dilakukan pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Seperti Penelitian

yang dilakukan oleh Loli Efendi, Darwanis, Syukriy Abdullah (2017) Tentang

2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Pelaporan Keuangan Daerah pada

Organisasi Kinerja Daerah di Kabupaten Aceh Tengah, begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dhedy Triwardana (2017) tentang Pengaruh

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap kualitas Laporan

Keuangan Daerah Kabupaten Kampar. Adapun penelitian yang dilakukan oleh

Purwanti Nugraheni dan Imam Subaweh (2008) tentang Pengaruh Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Laporan

Keuangan hanya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan yang

lingkupnya cukup kecil, dan penerapan standar akuntansi yang dilakukanpun

masih mengacu pada PP 24 Tahun 2005 tetang Standar Akuntansi Pemerintah

Pemerintah Pusat adalah Penyelenggara pemerintah NKRI di pusat, yang

di pimpin Presiden dan Wakil Presiden dan dibantu oleh para Menteri (UU Nomor

32 tahun 2004). Hubungan dalam fungsi pemerintahan antara pemerintahan psuat

dan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan sistem otonomi, dalam sistem

otonomi ini dikenal dengan adanya desentralisasi, dekonsentrasi dan juga tugas

pembantuan. Hubungan ini memiliki sifat koordinatif adminstratif, yang artinya

hakikat fungsi pemerintahan ini tidak ada yang saling membawahi, agar terjadinya

harmonisasi antara daerah dan pusat.

Dengan jumlah pengelolaan APBN tahun 2018 yang cukup besar, yaitu

sebesar Rp.2.220.656.966.577.000, pemerintah pusat diharapkan dapat mengelola

dan tersebut dengan transparan, akuntabel dan dapat memberikan contoh yang

baik kepada daerah termasuk dalam penyusunan laporan keuangannya.

3
Pemerintah Pusat menyusun LKPP Tahun 2018 yang merupakan konsolidasian

atas laporan keuangan entitas pelaporan Bendahara Umum Negara dan entitas

pelaporan K/L yang terdiri 87 Kementerian/Lembaga. LKKL merupakan

konsolidasian dari laporan keuangan entitas akuntansi satuan kerja di bawahnya

yang terdiri dari 25.125 entitas akuntansi (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

tahun 2018).

LKPP mencakup transaksi-transaksi sebagai berikut.

1. Transaksi keuangan yang berasal dari APBN, termasuk dana APBN yang

dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yaitu dana

dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, dan dana urusan bersama.

2. Ekuitas bersih dari Unit Badan Lainnya (UBL) Bukan Satker.

LKPP tidak mencakup entitas:

o Badan Usaha Milik Negara (BUMN);

o Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH);

o Pemerintah Daerah; danBadan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Fenomena pelaporan keuangan pemerintah Pusat merupakan sesuatu hal

yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dimana untuk pertama kalinya pada tahun

2016 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat memperoleh opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sejak penyampaian

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dimulai pada 2004.Berdasarkan hasil

pemeriksaan yang telah sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(SPKN), BPK berpendapat bahwa LKPP tahun 2016 telah menyajikan secara

wajar untuk seluruh aspek yang material sesuai dengan Standar Akuntansi

4
Pemeritahan (SAP). Bahkan sampai dengan terakhir tahun 2018 Opini atas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat juga memperoleh opini WTP. Ini artinya

tiga tahun berturut-turut LKPP memperoleh opini WTP.

Hasil pemeriksaan atas LKPP tahun 2018 didasarkan pada hasil

pemeriksaan atas 87 Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL)

dan satu Laporan Keuangan BUN. Sebanyak 81 LKKL atau 93% memperoleh

opini WTP. BPK juga memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

pada 4 LKKL (5%) dan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) pada 2 LKKL

(2%). Opini WDP atas 6 LKKL dan opini TMP atas 2 LKKL tersebut tidak

berpengaruh secara material terhadap LKPP 2018.

Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 70 Tahun 2010 yang

menggantikan PP 24 tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

khususnya dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan paling

lambat empat (4) tahun setelah peraturan ini diterbitkan, semakin mempertegas

kemauan pemerintah dalam peningkatan kualitas Laporan Keuangan.Menariknya

juga capain opini WTP pada LKPP di capai setahun setelah penerapan standar

akuntansi berbasis akrual di terapkan dimana untuk Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) belum efektif menerapkan standar akuntansi

berbasisakrual (Laporan Tahunan BPK 2016). Sehingga ini dapat menjadi salah

satu penyemangat bagi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Dimana masih

banyak LKPD yang belum memperoleh Opini WTP dari BPK jika dibandingkan

dengan LKPP. Adapun opini BPK terhadap LKPP sampai dengan tahun 2018

disajikan pada Tabel. 1.1.

5
Tabel. 1.1 Daftar Opini Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

No Tahun Opini Audit


1 2010 WDP
2 2011 WDP
3 2012 WDP
4 2013 WDP
5 2014 WDP
6 2014 WDP
7 2015 WDP
8 2016 WTP
9 2017 WTP
10 2018 WTP
Sumber. IHPS II 2018 BPK RI

Opini yang diberikan BPK melalui penilaian terhadap kewajaran penyajian

laporan keuangan daerah dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian atas

laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan

pengungkapan, kepatuhan pada peraturan perundang- undangan dan efektivitas

pengendalian internal merupakan salah satu dari indikator kualitas laporan

keuangan (Shara, 2018).

Seperti yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa baru pada

tahun 2016 untuk pertama kalinya Pemerintah Pusat memperoleh opini WTP dari

BPK atas Laporan Keuangan. Walaupun pada tahun 2018 LKPP memperoleh

opini WTP, bukan berarti Pemerintah Pusat bebas dari penyimpangan, bahkan

masih banyak yang masih harus dibenahi dalam pengelolaan keuangan dimana

BPK mengungkapkan 4.376 temuan yangmemuat 6.076 permasalahan, meliputi

1.203 (20%) permasalahankelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan 2.161

6
(35%) permasalahanketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangansenilai Rp4,79 triliun, serta 2.712 (45%) permasalahan

ketidakhematan,ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp1,50 triliun

(IHPS II 2018 BPK).

Dalam mencapai kinerja tersebut, maka pengelolaan keuangan di

pemerintah juga tidak terlepas daripenerapan standar akuntansi pemerintah yang

tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah dan yang adalahperan pegawai (SDM) yang mengelola

dan melakukan pelaporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

(Dewi, 2016) yang menyatakan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintah

dan kompetensi sumber daya manusia masing-masing-secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap laporan keuangan.

Sebagai wujud dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, sumber daya

manusia merupakan elemen dari organisasi yang memiliki peran sangat penting.

Sehingga harus dapat dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia

tersebut dapat dijalankan sebaik mungkin guna membantu upaya pencapaian yang

dimaksud oleh organisasi bersangkutan. Untuk pengelolaan keuangan yang baik,

setiap Satuan Kerja pada Kementerian/Lembaga harus memiliki sumber daya

manusia yang berkualitas, didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi,

sering mengikuti pendidikan dan pelatihan dan mempunyai pengalaman kerja

dibidang keuangan. Untuk menerapkan sistem akuntansi, Sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas tersebut akan mampu memahami logika akuntansi

dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah dalam memahami

7
logika akuntansi dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia akan berdampak

kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidak sesuaian laporan dengan

standar yang ditetapkan pemerintah.

Permasalahan kelemahan sistem pengendalian internal dan ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan pada temuan BPK tahun 2018 harus

menjadi perhatian khusus, dimana jika tidak ditindaklanjuti akan dapat

memengaruhi kualitas laporan keuangan pada periode yang akan datang. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Roswitha, 2017) yang menyatakan bahwa

penerapan SPI dan penerapan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

masing-masing secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

laporan keuangan. Hal tersebut berbeda dengan penelitian (Suwanda, 2015) yang

menyatakan bahwa SPIP tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.

Hal ini membuat penelitian tentang Penerapan SPIP menjadi tetap menarik.

Sehingga pengendalian internal pemerintah dijadikan sebagai variabel

moderating pada penelitian ini. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah

proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang secara terus menerus

dilakukan olehpimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan,pengamanan aset negara dan ketaatan

terhadap perundang-undangan (Indonesia, 2008). Apabila pengendalian intern

pemerintah lemah maka akan sulit untuk mendeteksi terjadinya kecurangan dalam

proses akuntansi yang dijalankan.

8
Lebih lanjut dalam penelitian (Roswitha, 2017) juga mengungkapkan bahwa

Pemanfaatan teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatwaktuan

Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL).Berbeda dengan penelitian

(Setyowati dkk, 2016) yang mengungkapkan bahwa peran teknologi informasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Namun

sebagian besar penelitian mengungkapan bahwa Pemanfaatan teknologi

berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatwaktuan Laporan Keuangan

Kementerian/Lembaga (LKKL)seperti pada penelitian (Efendi dkk, 2017). Hal ini

menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi akan meningkatkan ketepatwaktuan

LKKL.Pemanfaatan teknologi informasi yang dimaksud seperti penggunaan

komputer dan perangkatlunak secara optimal, akan berdampak pada pemrosesan

transaksi yang lebih cepatdanperhitungannya juga akan memiliki tingkat

keakurasiaan yang tinggi sehingga akan berujung padapeningkatan kualitas

pelaporan keuangan yang lebih andal karena pemanfaatan teknologi

akanmengurangi kesalahan yang bersifat material (Darwanis dan Mahyani, 2017)

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka perlu mengkaji secara mendalam

tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah

pusat. Dengan hal tersebut diharapkan agar menjadi contoh ke pemerintah daerah

untuk meningkatkan Kualitas Laporan Keuangannya. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“ Faktor-Fakor yang

mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

dengan variabel Sistem Pengandalian Internal sebagai variabel moderating ”.

9
1.2. Rumusan Masalah

Pada tahun 2016, untuk pertama kalinya Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP) memperoleh opini WTP dari BPK sejak penyampaian

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dimulai pada tahun 2004 (Kemenkeu,

2017). Bahkan sampai dengan tahun 2018 LKPP juga memperoleh opini WTP

tiga tahun berturut-turut. Tentunya hal tersebut merupakan suatu prestasi yang

membanggakan bagi pemerintahan saat ini dan dapat menjadi contoh yang baik

bagi pemerintah daerah.

Walaupun telah memperoleh opini WTP, masih ada beberapa temuan BPK

pada LKPP tahun 2018 yang perlu ditindaklanjuti yaitu permasalahankelemahan

sistem pengendalian intern (SPI), ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan,dan ketidakhematan,ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.

Dari penelitian (Dewi, 2016) dapat diketahui bahwa Standar Akuntansi Berbasis

Akrual, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Akuntabilitas dan SPI masing-

masing berpengaruh siginifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

Tanpa ada kepentingan politis, Permasalahan yang peneliti angkat dalam

tulisan ini akan membahas mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia dengan sistem

pengendalian intern pemerintah sebagai variabel moderating.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah penelitian diatas,

maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

10
1. Apakah penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan di Pemerintah Pusat Republik

Indonesia?

2. Apakah Kepatuhan terhadap perundang-undangan berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan di Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

3. Apakah kompetensi SDM pemerintah pusat berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan di Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

4. Apakah pemanfaatan TI berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan di

Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

5. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dapat memoderasi

pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan di Pemerintah

Pusat Republik Indonesia?

6. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dapat memoderasi

pengaruh kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terhadap

kualitas laporan keuangan di Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

7. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dapat memoderasi

pengaruh kompetensi SDM pemerintah pusat terhadap kualitas laporan

keuangan di Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

8. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dapat memoderasi

pengaruh pemanfaatan TI terhadap kualitas laporan keuangan di

Pemerintah Pusat Republik Indonesia?

11
1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual

terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat Republik

Indonesia

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi SDMpemerintah pusat terhadap

kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

4. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan TI terhadap kualitas laporan

keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

5. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)

dalam memoderasi pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan

keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

6. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)

dalam memoderasi pengaruh kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat Republik

Indonesia

7. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)

dalam memoderasi pengaruh kompetensi SDMpemerintah pusat terhadap

kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

8. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)

dalam memoderasi pengaruh pemanfaatan TI terhadap kualitas laporan

keuangan Pemerintah Pusat Republik Indonesia

12
1.5 Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan beberapa

kontribusi yaitu:

1. Bagi Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan

wawasan untuk kajian akademik khususnya mengenai faktor- faktor yang

mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah pusat.

2. Kontribusi Kebijakan

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan bahan pertimbangan

bagi pemerintah pusat untuk menciptakan kualitas laporan keuangan pemerintah

pusat yang lebih baik terutama dalam hal penerapan SAP, ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan, kompetensi SDMdan pemanfaatan TI di

lingkungan Pemerintah Pusat Republik Indonesia dan Pemerintah Pusat juga

dapat memberikan contoh yang lebih baik kepada Pemerintah Daerah khususnya

dalam penyusunan Laporan Keuangan.

3. Kontribusi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian

lebih lanjut oleh calon peneliti berikutnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi

penelitiannya mengenai penerapan Standar Standar Akuntansi Berbasis Akrual,

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kompetensi Sumber Daya

13
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Sistem Pengendalian Intern sebagai

variabel intervening. Ruang Lingkup Penelitian juga hanya masing-masing Unit

Eselon 1 Kementerian/Lembaga di Pemerintah Pusat. di Hal ini dikarenakan

untuk mengefesiensikan waktu penelitian,dan penulis melihat adanya perbedaan

hasil penelitian yang dilakukan penelititerdahulu.

1.7 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh(Jennifer Prima Dewi, 2016) dengan judul: Faktor-Faktor Yang

MempengaruhiKualitas Laporan KeuanganPemerintah Daerah Kota Medan

dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (tabel 1.2.) adalah:

1. Penelitian sebelumnya menggunakan Penerapan Standar Akuntansi Berbasis

Akrual, Kualitas SDM dan Akuntabilitas sebagai variabel independen dan

Kualitas Laporan Keuangan sebagai variabel dependenkemudian penambahan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Sebagai Variabel Moderating.

Penelitian sekarang terdiri dari variabel Independen yakni Penerapan Standar

Akuntansi Berbasis Akrual, Kepatuhan teradap Peraturan Perundang-

undangan, Kualitas SDM dan Pemanfaatan Teknologi Informasidan Kualitas

Laporan Keuangan sebagai Variabel Dependen kemudian penambahan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Sebagai Variabel Moderating.

2. Waktu penelitian yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah 2016.

Waktu penelitian yang digunakan pada penelitian sekarang adalah 2019.

14
3. Lokasi penelitian pada penelitian sebelumnya adalah pada Pemerintah Kota

Medan. Objek penelitian sekarang pada Pemerintah Pusat Republik

Indonesia.

Tabel 1.2
Originalitas Penelitian
No Uraian Penelitian Terdahulu Penelitian Saat ini
1 Variabel Penerapan Standar Penerapan Standar
Independen Akuntansi Berbasis Akuntansi Berbasis
Akrual, kompetensi Akrual, Kepatuhan
SDMPemda dan terhadap peraturatn
Akuntabilitas perundang-undangan,
kompetensi
SDMpemerintah pusat,
dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi
2 Variabel Kualitas Laporan Kualitas Laporan
Dependen Keuangan Keuangan
3 Variabel Sistem Pengendalian Sistem Pengendalian
Moderating Intern Pemerintah Intern Pemerintah
4 Waktu Penelitian 2016 2019
5 Lokasi Penelitian Pemko Medan Pemerintah
PusatRepublik Indonesia

15
BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (agency theory)

Didalam penelitian ini yang menjadi landasan atau grand teori adalah teori

agensi. Menurut Jensen and Mickeling, Hubungan keagenan merupakan suatu

kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintahkan orang lain (agen)

untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang kepada

agen membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Dalam perusahaan, teori

keagenan merupakan hubungan antara pemegang saham (principal) dan

manajemen (agent). Sedangkan dalam akuntansi sektor publik terdapat juga

hubungan antara principal dan agent.

Dalam pemerintahan, pemerintah merupakan agen dan masyarakat ataupun

publik merupakan principal yang tentunya punya tuntutan-tuntutan dalam

peningkatan nilai suatu entitas dalam hal ini negara. Salah satu tuntutannya adalah

Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlu dilakukannya

transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan

hak-hak publik. Akuntabilitas keuangan adalah pemberian informasi atas aktivitas

dalam menjaga keakuratan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Pemerintah baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi

subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak

untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed) dan

16
hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to)

(Mardiasmo, 2009).Sehubungan dengn hal tersebut, salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah adalah adalah menyajikan laporan keuangan secara

transparan dan akuntabel serta berkualitas.

2.2 Telaah Literatur

2.2.1 Kualitas Laporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi bagi para

pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan

ekonomi, sosial, maupun politik dengan cara sebagai berikut(Republik Indonesia,

2010):

a. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan

sumber daya keuangan,

b. menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode

berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran,

c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi

yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil

yang telah dicapai,

d. menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan

mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya,

e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi

entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,

baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal

dari pungutan pajak dan pinjaman,

17
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai

akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai sumber dana penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,

transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran

lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas dan arus

kas suatu entitas pelaporan.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif

yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannyaatau menghasilkan informasi yang berkualitas (SAP No. 1). Dalam

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 2 Tahun 1980

tentang Qualitative Characteristics of Accounting Information mengisyaratkan

bahwa informasi akuntansi yang berkualitas harus menunjukkan manfaat yang

lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyajikan informasi tersebut,

yang mana suatu informasi akuntansi dapat dikatakan berkualitas jika para

pengguna laporan keuangan berdasarkan pemahaman dan pengetahuan mereka

masing-masing dapat mengerti dan menggunakan informasi akuntansi yang

disajikan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan.Keempat karakteristik

berikut ini merupakan prasyaratan normatif yang diperlukan agar laporan

keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. Keempat

karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar

laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) dapat memenuhi kualitas yang

18
dikehendaki, diantaranya adalah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami. Oleh karena itu, kualitas LKPP sangat ditentukan keempat karakteristik

kualitatif laporan keuangan yang diuraikan berikut ini berdasarkan SAP berbasis

akrual (Republik Indonesia, 2010):

1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di

dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan

serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan

demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan

maksud penggunanya.Informasi yang relevan adalah yang memiliki manfaat

umpan balik, memiliki manfaat prediktif, dan tepat waktu.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan

dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat

divertifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya

tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat

menyesatkan. Informasi yang andal serta memenuhi karakteristik adalah penyajian

jujur, dapat divertifikasi, dan netralitas.

a. penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk

disajikan.

19
b. dapat divertifikasi

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila

pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap

menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda.

c. netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan

keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila

suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.

Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas diperbandingkan

menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan

menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada akuntansi yang

sekarang diterapkan, maka perubahan tersebut diungkapkan pada periode

terjadinya perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yanag disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan

batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas

20
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang

dimaksud.

Dari uraian diatas dapat disebutkan bahwa laporan keuangan dapat

memberikan manfaat bagi para pemakainya maka laporan keuangan tersebut harus

mempunyai nilai informasi yang berkualitas dan berguna dalam pengambilan

keputusan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya

yang berkompeten.

2.2.2 Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual

Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum

dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi

dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (PSAP No.1).

Terbitnya PP No. 71 Tahun 2010 telah memberikan landasan hukum

dalam penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Atas hal tersebut,

maka pemerintah mempunyai wajib menerapkan SAP yang baru yaitu SAP

berbasis akrual dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan

paling lambat empat (4) tahun setelah peraturan ini diterbitkan. Hal ini sesuai

dengan pasal 32 UU Nomor 17 Tahun 2003 yang mengamatkan bahwa bentuk

dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan dan

disajikan sesuai dengan SAP.Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) PP

21
No. 71 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP

berbasis akrual SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah

(KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu

mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Tantangan baru yang muncul dari penetapan basis akrual ini

membutuhkan suatupedoman yang dapat menjelaskan proses pembangunan

system akuntansipemerintahan berbasis akrual ini secara lebih detail agar dapat

berjalan dengan baik.

Terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam unsur laporan keuangan

yang disajikan oleh setiap entitas pelaporan di pemerintah, jika dibandingkan

antara PP 71 Tahun 2010 dengan PP No. 24 Tahun 2005, yaitu sebagai berikut:

22
Tabel 2.1
Perbedaan PP 71 Tahun 2010 dan PP No. 24 Tahun 2005

PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010

1. Laporan keuangan pokok, yang 1. Laporan pelaksanaan anggaran yang

terdiri dari: terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran a. Laporan Realisasi Anggaran(LRA);

(LRA) dan

b. Laporan Arus Kas (LAK); b. Laporan Perubahan Sisa Anggaran

dan Lebih (SAL)

c. Catatan atas Laporan 4. Laporan Keuangan , yang terdiri dari:

Keuangan (CaLK)

a. Neraca

b. Laporan Operasional (LO)

c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan

d. Laporan Arus Kas (LAK)

e. Catatan atas laporan keuangan(CaLK)

Catatan : Catatan :

Entitas pelaporan diperkenankan Entitas pelaporan wajib menyajikan laporan

menyajikan laporan kinerja keuangan lain dan/atau elemen informasi akuntansi

dan laporan perubahan yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan

ekuitas. perundang-undangan.

Lingkungan akuntansi pemerintahan sebagaimana yang terungkap di dalam

Standar Akuntansi Pemerintahan :

23
1. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik

tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.

2. Ciri- ciri penting lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam

menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:

1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah

3) Adanya pengaruh proses politik

4) Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan pemerintah

b. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:

1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target- traget fiskal, dan

sebagai alat pengendaliannya.

2) Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapat

3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan di pemerintah

daerah, penerapan standar akuntansi berbasis akrual berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan (Dewi,

2016). Namun hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian (Harahap, 2017)

yang menyatakan penerapan standar akuntansi berbasis akrual berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kabupaten Deli

Serdang.

24
2.2.3 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundangundangan, peraturan perundang-undangan ialah peraturan tertulis yang

dibentukoleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum. Berdasarkan definisi tersebut, kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undanganialah kepatuhan individu atau lembaga terhadap peraturan tertulis yang

dibentukoleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam pengelolaan

keuangannegara adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU

No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan KinerjaInstansi Pemerintah, PP No. 71 Tahun 2010

tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan. Secara teknis dalam penerapan dan

penyusunan laporan keuangan dengan sistem akuntansi berbasis akrual

Pemerintah PusatmengacupadaPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 215/PMK.05/2016 tentangPerubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 213/PMK.05/2013 tentang SistemAkuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

214/PMK.05/2013 tentang BaganAkun Standar.

Perspektif pertama dalam memahami keberhasilan suatu implementasi

adalah kepatuhan para implementor dalam melaksanakan regulasi yang tertuang

dalam dokumen regulasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2012). Perubahan

fundamental sistem pelaporan dan akuntansi dari basis kas menjadi basis akrual

25
perlu dikelola dan dipersiapkan dengan baik. Proses persiapan transfer tersebut,

terdiri dari mandat peraturan perundang-undangan yang jelas, komitmen politik,

komitmen dari pemerintah pusat dan daerah, SDM yang memadai, kemampuan

teknologi dan sistem informasi yang memadai, serta wewenang dalam melakukan

perubahan yang didukung oleh legislatif. Perubahan peraturan tersebut disikapi

dengan peningkatan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan melalui

sosialisasi dan bimbingan teknis untuk mengurangi temuan.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan di

pemerintah daerah, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah

kabupaten Deli Serdang (Harahap, 2017). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

nurolita yang menyatakan bahwa ketidapatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan berpengaruh negatif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah.

2.2.4 Kompetensi SDM Pemerintah Pusat

Sumber Daya Manusia adalah Potensi yang merupakan asset dan berfungsi

sebagai modal non-material atau non-finansial di dalam organisasi bisnis, yang

dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non dalam

mewujudkan eksitensi perusahaan (Nawawi, 2006). Kompetensi sumber daya

manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan

dan pengalaman yang cukup memadai. Sumber daya manusia merupakan pilar

penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan

visi misi serta tujuan dari organisasi tersebut.

26
Dalam suatu organisasi terutama organisasi pemerintahan terkait upaya

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tidak bisa terlepas dari adanya unsur

sumber daya manusia sebagai penggerak jalannya organisasi. Sumber daya

manusia menjadi penentu berjalan tidaknya suatu, selain ketersediaan sarana

maupun prasarananya. Organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Agar terdapat

manusia-manusia yang berkualitas atau manusia yang berdaya guna dan berhasil

guna perlu adanya manajemen sumber daya manusia (MSDM).

Tanggung jawab para aparatur pemerintah dalam hal ini pemeirintah pusat

dapat dilihat dalam deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan merupakan dasar untuk

melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa adanya deskripsi jabatan yang jelas,

aparatur tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. kompetensi

SDM dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pelatihan-pelatihan dan dari

keterampilan yang dinyatakan dalam pelaksanaan tugas. Sumber daya manusia

pemerintah pusat adalah aparatur sipil negarapusat (ASNP). Dalam menjalankan

fungsi pemerintahan pusat, dibutuhkan ASNP yang berkompeten yang akan

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara tuntas sesuai standar dan target

kinerja yang telah ditetapkan.

Aparatur negara, SDM pemerintah, yang profesional bukan hanya dituntut

untuk memiliki kapasitas keahlian, tanggung jawab moral (responsibility) yang

tinggi melainkan pelayanan terhadap masyarakat, serta memiliki dan dapat

memadukan dalam dirinya kecakapan teknis (technical skills) yang diperlukan

untuk menjalankan pekerjaan (Agustina, 2015).

27
Berkaitan dengan kompetensi SDMpemerintah yang dapat mempengaruhi

kualitas laporan keuangan, dalam prosesnya, tentu saja pemerintah pusat sangat

membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang mumpuni

dan moral yang baik dalam mengelola keuangan pemerintah pusat sehingga

mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas pula. Sebab jika

organisasi memiliki pegawai yang kompeten dan jujur, maka unsur pengendalian

yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan organisasi tetap

mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

Pegawai yang jujur dan ahli di bidang yang menjadi tanggungjawabnya akan

dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan di

pemerintah daerah, Kompetensi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan (Dewi, 2016). Namun hasil

tersebut berbeda dengan hasil penelitian (Harahap, 2017) yang menyatakan

Kompetensi SDM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah kabupaten Deli Serdang.

2.2.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi

Dalam Era Globalisasi yang serba modern saat ini, penggunaan Teknologi

Informasi di dunia semakin berkembang pesat. Teknologi Informasi dapat

membantu masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan sebagian

besar peranan manusia telah digantikan oleh teknologi-teknologi serba canggih

yang dianggap lebih lebih efektif dan efisien. Teknologi merupakan mesin untuk

menjalankan sistem informasi. Teknologi menangkap masukan, menjalankan

28
model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan

keluaran, serta mengendalikan seluruh sistem. Dalam sistem informasi berbasis

komputer, teknologi terdiri dari tiga komponen yaitu komputer, penyimpan data

diluar (auxiliary storage), telekomunikasi, dan perangkat lunak

(software)(Mulyadi, 2010).

Secara umum, banyak manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi

informasi antara lain kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan,

keakuratan perhitungan, penyimpanan data dalam jumlah besar, biaya pemrosesan

yang lebih rendah, kemampuan multiprocessing. Dalam Peraturan

PemerintahNomor 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah

menyebutkan bahwa pemerintah pusat danpemerintah daerah berkewajiban untuk

mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

untukmeningkatkan kemampuan mengelola keuangan pemerintah daerah, dan

menyalurkan informasi keuangandaerah kepada layanan publik. Namun dalam

penerapannya, masih ada beberapa kendala ini yang mungkin menjadi faktor

pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintah belum optimal salah

satunya dikarenakan terbatasnya tenaga ahli yang kompeten di bidang informatika

(Menpan RB, kompas.com 2016). Memanfaatkan kemajuan teknologi tidak hanya

dalam teknologi komputer. Jaringan internet juga dapat dimanfaatkan dalam

pengelolaan keuangan pemerintah serta pelayanan kepada masyarakat umum,

salah satunya dengan kemudahan untuk mengakses profil pemerintah melalui

situs resmi pemerintah terkait. Dimana saat ini setiap Kementerian/Lembaga

memiliki situs resmi masing-masing. Situs adalah sebuah cara untuk menampilkan

29
profil pemerintah di internet dengan tujuan antara lain menyampaikan

pengumuman atau pemberitahuan, memberikan pelayanan kepada masyarakat,

dan menerima masukan dari masyarakat (Indonesia, 2010).

Selain akses profil kementerian/lembaga yang terkait, dalam situs resmi

tersebut masyarakat dapat mengakses mengenai informasi keuangan pemerintah

pusat. Penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan

keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi pengelolaan keuangan pusat

diinformasikan melalui situs resmi masing-masing Kementerian/Lembaga. Dan

Laporan Keuangan yang telah di konsolidasi menjadi Laporan Keuangan

Pemerintah Pusatdisajikan dalam situs Kementerian Keuangan selaku Bendahara

Umum Negara.

Pada prakteknya, penatausahaan keuangan sistem akuntansi keuangan

pemerintahpusat dibantu dengan aplikasi komputer yang saat ini satker

menggunakan Aplikasi SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual)

untuk melakukan input data keuangan.

Pada awalnya, proses konsolidasi paoran keuangan dilakukan secara

berjenjang mulai tingkat satuan kerja sampai tingkat Kementerian/Lembaga.

Mulai tahun 2016, proses konsolidai tidak lagi dilakukan secara berjenjang namun

menggunakan aplikasi e rekon. Aplikasi ini merupakan gabungan dua kegiatan

yaitu kegiatan rekonsiliasi pendapatan dan belanja serta kompilasi buku besar

(general ladger) untuk keperluan penyusunan laporan keuangan.

Aplikasi e rekon merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Dirjen

Perbendaharaan Kementerian Keuangan yang menyederhanakan tahapan dan

30
proses konsolidasi laporan keuangan Sama dengan pemanfaatan TI pada

umumnya, manfaat aplikasi e rekon antara lain :

1. Mempercepat konsolidasi laporan keuangan dimana satker tidak lagi

memerlukan proses konsolidasi keuangan secara berjenjang sampai ke

Kementerian/Lembaga dimana Satker cukup mengunggah data buku

besar ke dalam database e-rekon (big data)

2. Mengurangi biaya penyusunan laporan keuangan dan belanja barang

3. Fleksibilitas Laporan Keuangan

4. Penyajian Laporan Keuangan yang dapat diandalkan

Dengan bantuan sistem-sistem tersebut, penatausahaan keuangan lebih mudah

dan cepat.Dalam pengimplementasiannya, penggunaan teknologi yang semakin

kompleks dan komprehensif dimana setiap tahun selalu ada pembaharuan setiap

aplikasi dan sistem keuangan yang kian menuntut aparatur pengelola keuangan

dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang beragam, agar dapat lebih

tanggap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi di

masyarakat dan perubahan secara global. Keterampilan, penyampaian informasi

dan pengetahuan mengenai teknologi yang digunakan sangat dibutuhkan agar

pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu dalam menyajikan informasi dari

pelaporan keuangan tidak sia-sia. kompetensi SDMyang memadai dari segi

kuantitas dan kualitas akan meningkatkan nilai informasi LKPP sehingga dapat

bermanfaat bagi pengguna informasi pemerintah pusat.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang

pengaruh pemanfaatan TI terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

31
dilakukan oleh (Harahap, 2017) menyatakan pemanfaatan TI memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Selanjutnya, (Setyowati

et al., 2016) pemanfaatan TI memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas

laporan keuangan.

2.2.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

asset negara, dan ketatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Masih dalam PP 60 tahun 2008, ada 5 unsur pengendalian SPIP di

Pemerintah Pusat yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian

2. Penilaian Resiko

3. Kegiatan Pengendalian

4. Informasi dan Komunikasi

5. Pemantauan Pengendalian Intern.

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan

bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan tersebut

dilaksanakan dengan berpedoman pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

32
(SPIP). SPIP ini dimaksudkan dengan tujuan memberikan keyakinan yang

memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintah negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengendalian intern akuntansi yang merupakan bagian dari sistem

pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi Pengendalian intern akuntansi yang baik

akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan

dalam organisasi dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang

pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh (Harahap, 2017) menyatakan sistem

pengendalian intern pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan. Dalam penelitian (Dewi, 2016) menyatakan bahwa

sistem pengendalian intern pemerintah sebagai variable moderating dapat

memoderasi hubungan standar akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber daya

manusia dan akuntabilitas terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

kota Medan.

33
BAB III

KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, kemudian disusun konsep

penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris

yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Standar Akuntansi
Berbasis Akrual

Kepatuhan terhadap
peraturan perundang-
undangan
Kualitas Laporan
Keuangan
Kompetensi SDM
Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat

Sistem Pengendalian
Pemanfaatan TI Intern Pemerintah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan beberapa peneitian terdahulu dan beberapa

penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini

menggabungkan beberapa faktor yaitu penerapan Standar Akuntansi Berbasis

Akrual, Kepatuhan terahadap peraturan perundang-undangan, kompetensi

SDMpemerintah pusat dan pemanfaatan TI .

34
Dalam penelitian ini uji yang dipakai adala Uji Regresi Linear Berganda,

yaitu yang pertama menguji variabel independen terhadap variabel dependen,

yang kedua pengujian moderasi dengan menggunakan uji interaksi untuk melihat

peran variabel moderasi dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi berbasis Akrual terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, SAP adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan

pemerintah. SAP harus diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan

pemerintah pusat dan daerah untuk peningkatan kualitas laporan keuangan.

Semakin baik penerapan SAP didalam suatu laporan keuangan, maka

diharapkan semakin baik juga kualitas tata kelolaan keuangan negara baik itu

laporan keuangan pemerintah pusat ataupun daerah. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Dewi, 2016) yang menyebutkan bahwa penerapan Standar Akuntansi

Berbasis Akrual berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas laporan

keuangan pemda. Penelitian (Nugraheni, 2008) juga menyebutkan bahwa

pengaruh penerapan SAP di Inspektorat Jenderal terhadap kualitas laporan

keuangan memiliki pengaruh positif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Penerapan Standar Akuntansi berbasis Akrual berpengaruh positif terhadap

kualitas laporan keuangan di Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

35
3.2.2 Pengaruh Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-

Undanganterhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara, salah satu kriteria pemberian opini BPK adalah

kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas

laporan keuangan. Bahkan BPK mengungkapkan pada Laporan IHPS BPK 2018

bahwa 35% permasalahan dalam pelaksanaan anggaran tahun 2018 adalah kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Maka diduga semakin patuh terhadap peraturan perundang-undangan,

diharapkan semakin berkualitas laporan keuangan. Artinya, ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan, berpengaruh positif terhadap kualitas laporan

keuangan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan (Harahap, 2017)

dimana kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kabupaten Deli

Serdang.

H2: Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangandi Pemerintah Pusat Republik

Indonesia.

3.2.3 Pengaruh Kompetensi SDM Pemerintah Pusat terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Kompetensi SDMpemerintah dapat dinilai dari kemampuan dan

karakteristik yang dimiliki seorang pegawai pemerintah yaitu, pengetahuan,

36
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

jabatannya sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan

efisien. Semakin berkualitas aparatur pemerintah dalam memahami akuntansi dan

bekerja pada pengelolaan keuangan pemerintah, maka diharapkan semakin

berkualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Dewi, 2016) menyebutkan bahwa kompetensi SDM berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas,

maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H3: Kompetensi SDM Pemerintah Pusat berpengaruh positif terhadap kualitas

laporan keuangandi Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

3.2.4 Pengaruh Pemanfaatan TI terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat

Berdasarkan PP No. 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban dalam

pengembangan dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk

meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dan menyalurkan informasi

keuangan kepada pelayanan publik.

Pemanfaatan teknologi informasi terdiri dari bagian yang digunakan untuk

mengolah data, termasuk dalam memproses data, mendapatkan, menyusun,

menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai hal untuk menghasilkan informasi

yang berkualitas. Semakin baik pemanfaatan teknologi informasi dalam

pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan, maka diharapkan semakin

berkualitas laporan keuangan yang dihasilkan.

37
Hal ini sejalan dengan penelitian penelitian (Harahap, 2017) menyatakan

pemanfaatan TI memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian

ini sebagai berikut:

H4: Pemanfaatan TI berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan di

Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

3.2.5 Peran Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam memperkuat atau

memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dalam Pasal 1 sistem

pengendalian intern adalah proses yang menyeluruh pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara berkelanjutan baik pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan agar tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut tujuannya,

pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi

dan pengendalian intern administratif.

Penelitian(Harahap, 2017) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern

pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan

keuangan. Dalam penelitian (Dewi, 2016) menyatakan bahwa sistem

pengendalian intern pemerintah sebagai variable moderating dapat memoderasi

hubungan standar akuntansi berbasis akrual, kompetensi sumber daya manusia

dan akuntabilitas terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota

Medan.

38
Ini dapat diartikan sistem pengendalian intern pemerintah dapat

memoderasi hubungan antara kualitas informasi laporan keuangan dengan

penerapan Sistem Akuntansi berbasis Akrual, kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan,kompetensi SDMpemerintah pusat dan pemanfaatan

teknologi informasi, dimana semakin baik sistem pengendalian intern pemerintah

maka diharapkan semakin baik kualitas laporan keuangan pemerintah pusat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut:

H5: Sistem pengendalian intern pemerintah dapat memoderasi pengaruh

penerapan Sistem Akuntansi berbasis Akrual terhadap kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat di Pemerintahan Pusat Republik Indonesia.

H6: Sistem pengendalian intern pemerintah dapat memoderasi pengaruh

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan terhadap kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat di Pemerintahan Pusat Republik Indonesia.

H7: Sistem pengendalian intern pemerintah dapat memoderasi pengaruh

kompetensi SDM pemerintah pusat terhadap kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat di Pemerintahan Pusat Republik Indonesia.

H8: Sistem pengendalian intern pemerintah dapat memoderasi pengaruh

pemanfaatan TI terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat di

Pemerintahan Pusat Republik Indonesia.

39
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yang bersifat kausal (Causal

Research) yang bertujuan untuk mengidentifikasi/menguji hubungan sebab akibat

antara variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan

penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variable

(Erlina, 2011). Penelitian ini akan mengidentifikasi bagaimana variabel

independen mempengaruhi variabel dependen, serta variabel moderating mampu

memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah suatu jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan

deduktif- induktif. Pendekatan kuantitatif ini berangkat dari suatu kerangka teori,

gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti bedasarkan pengalamannya,

kemudian dikembangkan menjadi permasalahan- permasalahan beserta

pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran. Dalam pendekatan

kuantitatif yang dipilih ini, peneliti ingin membuktikan pengaruh penerapan

standar akuntansi berbasis akrual, ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan, kompetensi SDMpemerintah pusat dan pemanfaatan teknologi

informasi terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Pusat. Serta

membuktikan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah dapat dijadikan

sebagai variabel moderasi dalam pengaruh tersebut.

40
4.2.Defenisi Operasional

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang perubahan nilainya dipengaruhi

oleh variabel independen. Didalam penelitian ini variabel dependennya adalah

kualitas laporan keuangan pusat. Kualitas laporan keuangan pemerintah adalah

karakteristik suatu laporan keuangan dengan beberapa indikator yang mana diatur

dalam PP No. 71 tahun 2010 yaitu, dapat dipahami, relevan, materialitas, andal,

penyajian jujur, lengkap, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan

dalam variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual, Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan, kompetensi SDM pemerintah pusat dan pemanfaatan

Teknologi Informasi.

a) Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual

Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penerapan sistem akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah

pusat dalam menyusun laporan keuangan mengacu kepada PP no. 71 Tahun 2010.

Dimana pada tahun 2015 Standar Akuntansi Pemerintahan wajib melaksanakan

standar akuntansi berbasis akrual.

Pergantian sistem pencatatan akuntansi yang berawal dengan basis kas

sampai dengan basis akrual sekarang memerlukan proses yang cukup panjang.

Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi

41
dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada

saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas

diterima atau dibayarkan.

b) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan adalah sifat patuh dan

taat PA, PPK, dan bendahara pengeluaran terhadap peraturan tertulis yang

dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum. Instrumen kuesioner yang digunakan mengukur variabel sebanyak 4 butir

pertanyaan yang dimodifikasi dari IHPS BPK (2018) dan Harahap (2017).

c) Kompetensi SDM Pemerintah Pusat

Kompetensi SDM Pemerintah Pusat adalah kemampuan aparatur pemerintah

pusat dalam menjalankan tanggungjawab dan fungsinya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kompetensi SDM mencakup kapasitasnya, yaitu

kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu

sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai

tujuannya secara efesien dan efektif. Indikator variabel ini adalah latar belakang

pendidikan, uraian pekerjaan, pelatihan teknis akuntansi.

d) Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)

Pemanfaatan teknologi informasi meliputi, komputer, software, database,

jaringan, dan sebagainya yang berhubungan dengan teknologi informasi. Indikator

variabel ini adalah pemanfaatan computer dan jaringan internet, pengolahan data

yang baik, dan pemeliharaan komputer.

42
3. Variabel Moderating

Variabel moderating yaitu variabel yang dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam

penelitian ini variabel moderating yaitu sistem pengendalian intern pemerintah

(SPIP). Sistem pengendalian intern pemerintah merupakan suatu proses untuk

memberikan arahan dan pengawasan serta memberikan keyakinan dan jaminan

yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi.

Dalam lingkungan pengendalian pemerintah wajib menciptakan dan

memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif melalui

penegakan integritas, kepemimpinan yang kondusif, struktur organisasi yang

sesuai dengan kebutuhan serta hubungan kerja yang baik. Informasi dan

komunikasi disini maksudnya adalah pimpinan instansi pemerintah wajib

mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk

dan waktu yang tepat. Kegiatan pengendalian berupa pemeriksaan secara rutin

akan laporan keuangan yang dihasilkan beserta proses penyusunannya.

Pemantauan pengendalian intern dimaksudkan kegiatan pengendalian sudah

memang dilaksanakan untuk menghindari fraud.

Tabel 4.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Jenis Variabel Defenisi Operasional Indikator Pengukuran Skala
Variabel
Standar Standar penyusunan laporan keuangan 1. Pengakuan Interval
Akuntansi yang sesuai dengan PP no. 71 Tahun 2010. 2. Pencatatan
Berbasis Kecuali laporan realisasi anggaran yang 3. Pengukuran
Akrual masih menerapkan standar berbasis kas.
(X1)

43
Ketaatan Sifat patuh dan taat pengelola keuangan 1. Pemahaman terhadap Interval
terhadap terhadap peraturan tertulis yang dibentuk peraturan dan standar
peraturan oleh lembaga negara atau pejabat yang 2. Interaksi dengan sistem
perundang- berwenang dan mengikat secara umum. 3. Kontrol terhadap SDM
undangan 4. Pendidikan dan Training
(X2)
Kompetensi Kemampuan seorang pegawai berupa 1.Pemahaman terhadap Interval
SDM pengetahuan dan pelatihan yang diikuti peraturan dan standar
Pemerintah dalam meningkatkan kualitas penyusunan 2. Interaksi dengan sistem
Pusat Laporan Keuangan 3. Kontrol terhadap SDM
(X3) 4. Pendidikan dan training
Pemanfaatan Pengembangan dan pemanfaatan kemajuan 1. Jumlah komputer Interval
TI teknologi informasi secara optimal dari yangcukup
(X4) komputer, perangkat lunak, database, 2. Jaringan internet terpasang
jaringan internet dan jenis lainnya yang dengan baik
berhubungan dengan pelaksanaan 3. Proses akuntansi dilakukan
penyusunan laporan. secara komputerisasi
4. Pengolahan data transaksi
dengan SAIBA
5. Laporan keuangan
terintegrasi dengan E rekon
6. Pemeliharaan dan
perbaikan
Sistem Pengendalian intern merupakan suatu cara 1. Integritas Data Interval
Pengendalian untuk mengarahkan, mengawasi, dan 2. Ketepatan posting dan input
Intern mengukur sumber daya suatu organisasi, data
Pemerintah serta berperan penting dalam pencegahan 3. Prosedur Otorisasi
(SPIP) dan pendeteksian penggelapan (fraud). dokumen transaksi
(Z) Pengendalian intern terdiri atas kebijakan 4. Tersimpannya dokumen
dan prosedur yang digunakan dalam sumber data dengan baik
mencapai sasaran dan menjamin atau 5. Pembagian Tanggung
menyediakan informasi keuangan yang Jawab apakah sudah sesuai
andal, serta menjamin ditaatinya hukum prosedur
dan peraturan yang berlaku. (PP No. 60 6. Standar penyusunan sudah
Tahun 2008) diterapkan sesuai peraturan
yang ditetapkan
Kualitas Menurut PP No. 71 Tahun 2010 dijelaskan 1. Manfaat dari laporan Interval
Laporan bahwa kualitas laporan keuangan keuangan yang dihasilkan
Keuangan pemerintah terdiri atas unsur berikut yakni: 2. Ketepatan waktu pelaporan
Pemerintah relevan, andal dapat dibandingkan dan laporan keuangan
Pusat dapat dipahami. Kualitas laporan keuangan 3. Kelengkapan informasi
(Y) pemerintah pusat yang baik berarti sudah yang disajikan dalam laporan
mampu merapkan standar dan aturan yang keuangan
ada sehingga akan memperoleh opini WTP 4. Penyajian secara jujur
dari BPK. 5. Isi laporan keuangan dapat
diverifikasi
6. Keakuratan informasi
yang disajikan
7. Isi laporan keuangan dapat
dibandingkan dengan periode
sebelumnya
8. Kejelasan penyajian
informasi dalam laporan
keuangan.

44
4.3.Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari elemen - elemen yang mempunyai

karakteristik tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh Kementerian/Lembaga di PemerintahPusat

Republik Indonesia yang terlibat dalam inti penyusunan laporan keuangan yaitu

sebanyak 87Sekretariat Jenderal yang menanggunjawabi laporan keuangan

Kementerian/Lembaga (Lampiran 1).

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Teknik

pengambilan sampel atas responden dilakukan dengan sampel jenuh, yaitu semua

anggota populasi dijadikan sampel. Setiap Kementerian/Lembaga akan diberikan

3 (tiga) kuesioner yang akan diisi oleh Sekretaris Jenderal yang bertugas dalam

pemberian administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian/Lembaga, Kepala Biro Keuangan dan Barang Milik Negara selaku

penanggungjawab laporan keuangan, kemudian kepada salah satu petugas

penyusun laporan keuangan di sekretariat jenderal di Kementerian/Lembaga.

Maka dari itu jumlah sampel penelitian ini sebanyak 261 responden (87x3)

(Lampiran 1).

4.4.Instrumen, Lokasi dan Waktu Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap

berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai cara

dan metode agar proses ini berjalan secara sistematis dan lebih dapat

dipertanggungjawabkan kevaliditasannya. Penelitian ini menggunakan kuesioner

melalui instrumen tertulis dan tidak melakukan wawancara secara langsung.

45
Instrumen kuisoner dalam penelitian ini adalah adopsi dari kuisoner penelitian

Dewi (2016) dan Harahap (2017).

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Pusat dengan melibatkan

seluruh Pusat Kementerian/Lembaga di Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada

bulan Oktober 2019 sampai dengan Juni 2020.

4.5.Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat

penelitian. Data primer diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap item

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner penelitian.

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dan langsung dapat digunakan.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen- dokumen yang diperlukan

dalam penelitian. Data tersebut berupa publikasi dari berbagai organisasi, lampira-

lampiran dari badan- badan resmi seperti kementerian, hasil studi, tesis, dan lain

sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui pemberian

kuesioner.

4.6. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda (multiple

regression analysis). Model penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan model statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini. Analisis regresi linear berganda bermaksud untuk meramalkan

bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih

46
variabel independen. Penelitian ini menggunakan alat pengolahan data yaitu

dengan alat bantu software SPSS (Statistical Package for Social Sciense).

4.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari rata-

rata, standar deviasi, varian, nilai maksimum, nilai minimum, sum, puncak

distribusi data (kurtosis) dan homogenal distribusi (skewness). Data yang

terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol

(Ghozali, 2013).

4.6.2 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan untuk mengetahui kualitas dari konsistensi dan

akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian, pengujian dilakukan

dengan:

1. Uji validitas bertujuan untuk mendeteksi apakah ada pertanyaan-pertanyaan

pada kuesioner yang harus dibuang/ditukar karena dianggap tidak relevan

(Umar, 2003). Pengujian ini juga untuk mengetahui dan mengukur apakah

pertanyaan pada kuesioner sudah valid atau tidak, disusun dengan akurat atau

tidak, sehingga dapat mengukur apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner

tersebut. Pengujian dilakukan dengan membandingkan r hitung untuk r tiap

butir yang dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation

(Korelasi Product Moment dari Karl Pearson) lebih besar dari r tabel dan nilai

positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan valid

(Ghozali, 2013).

47
2. Uji reliabilitas, bertujuan untuk mengukur seberapa jauh hasil pengukuran tetap

konsisten walaupun dilakukan berulang kali. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban responden atas pertanyaan akan tetap

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali,

2013)

4.6.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis

regresi berganda, terlebih dahulu diuji ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-

asumsi klasik agar data dapat digunakan, sebaiknya tidak ada pelanggaran.

Pengujian ini terdiri dari:

1. Uji Normalitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik

seharusnya berdistribusi normal atau mendekati normal.

Sebaiknya data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2013). Distribusi normal akan membentuk satu garis

lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). Cara untuk

menguji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan normalitas distribusi residual. Jika sig

atau p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2013).

48
1. Bila nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah

tidak normal.

2. Bila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah

normal.

2. Uji Multikolinieritas, adalah kolerasi sempurna (100%) diantara variabel yang

digunakan dalam model. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi dikatakan baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Bila variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Salah satu untuk

mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalahan

multikolinieritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation Factor (VIF).

Pedoman pengambilan keputusan pada pengujian ini adalah:

1. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) > 10 maka artinya terdapat persoalan

multikolinieritas diantara variabel bebas.

2. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) <10 maka artinya tidak terdapat persoalan

multikolinieritas diantara variabel bebas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka

Tolerance = 1/10 = 0,1.

Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari

kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji

parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

49
3. Uji Heteroskedastisitas, menurut (Ghozali, 2013) uji heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah pada model regresi terdapat perbedaan variance dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Bila variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak

terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah Dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y

sesungguhnya) yang telah di standardized. Dasar analisis (Ghozali, 2013):

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

50
4.6.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penerapan

Standar Akuntansi Berbasis Akrual (X1), Ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan (X2), Kompetensi SDM (X3), pemanfaatan teknologi informasi (X4),

terhadap variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan pemerintah pusat (Y),

model regresi multivariat bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel

dengan variabel lain. Metode ini akan menguji tingkat signifikansi dari pengaruh

semua variabel independennya. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah:

KLKPP = a + b1SABA +b2KTPP+ b3KSDSM+ b4PTI+ e

Dimana:

KLKPD : Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

a : Koefisien Konstanta

b1– b4 : Koefisien Regresi Variabel Independen

SABA : Standar Akuntansi Berbasis Akrual

KTPP : Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

KSDM : Kompetensi Sumber Daya Manusia

PTI : Pemanfaatan Teknologi Informasi

e : error

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%.

51
4.6.5 Pengujian Hipotesis

1. Uji Statistik F

Menguji secara simultan dengan uji signifikansi simultan (uji statistik F)

yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan. Hipotesis untuk uji statistik F pada penelitian

ini dinyatakan sebagai berikut:

1. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

artinya: penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual (X1), Ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan (X2), Kompetensi SDM (X3), pemanfaatan

teknologi informasi (X4), dan secara simultan tidakberpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah pusat (Y) sebagai variabel independen.

2. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0

artinya: Standar Akuntansi Berbasis Akrual (X1), Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan (X2), Kompetensi SDM (X3), pemanfaatan teknologi

informasi (X4), dan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah pusat (Y) sebagai variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:

- Jika F hitung > F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho ditolak

atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).

- Jika F hitung < F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho diterima

atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).

52
2. Uji Statistik t

Dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh dari variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel apa yang

memberikan pengaruh secara dominan diantara variabel yang ada. Hipotesis untuk

uji statistik t adalah sebagai berikut :

Ho : b = 0, penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual (X1), Ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan (X2), Kompetensi SDM (X3), pemanfaatan

teknologi informasi (X4), dan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah pusat (Y) sebagai variabel independen.

Ha : b ≠ 0, penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual (X1), Ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan (X2), Kompetensi SDM (X3), pemanfaatan

teknologi informasi (X4), dan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah pusat (Y) sebagai variabel independen.

Kriteria pengambilan keputusan:

- Jika t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho ditolak atau

hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).

- Jika t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho diterima atau

hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).

3. Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 atau uji determinasi untuk mengukur seberapa jauh model dapat

menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2009). Nilai koefisien determinasi

berada diantara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

53
dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen, jika nilai R2

semakin kecil atau mendekati nol, artinya variabel-variabel independen hampir

tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Terdapat kelemahan dalam pemakaian koefisien determinasi

yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dipakai pada model.

Beberapa peneliti menyarankan untuk memakai nilai Adjusted R2 ketika

melakukan evaluasi model regresi terbaik. Berbeda dengan R2, nilai Adjusted R2

memiliki fluaktasi/naik atau turun jika satu variabel independen ditambahkan

pada model (Ghozali, 2013).

4. Analisis Regresi Moderating

Pengujian hipotesis kedua untuk menganalisis interaksi sistem

pengendalian intern pemerintah terhadap variabel independen berbeda dalam

mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Pengujian ini untuk membuktikan

hipotesis bahwa sistem pengendalian intern pemerintah merupakan variabel

moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen melalui uji interaksi. Pengujian variabel

dengan interaksi mempunyai kecenderungan akan terjadi multikoliniearitas yang

tinggi antar variabel independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik dalam

regresi ordinary least square OLS, untuk mengurangi hubungan linier antar

variabel independen salah satu cara yang digunakan adalah transformasi variabel

dalam bentuk logaritma natural, sehingga output yang dihasilkan tidak terjadi

multikolonieritas (Ghozali, 2013) .

54
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi variabel moderating dengan

metode interkasi (Moderated Regression Analysis). Persamaan regresi linear

berganda untuk hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

KLKPP = a + b1SABA +b2KTPP+ b3KSDSM+ b4PTI+ b5SABAZ +

b6KTPPZ + b7KSDSMZ + b8PTIZ + e

Keterangan:

KLKPP : Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

a : Koefisien Konstanta

b1– b8 : Koefisien Regresi

SABA : Standar Akuntansi Berbasis Akrual

KTPP : Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

KSDM :Kompetensi Sumber Daya Manusia

PTI : Pemanfaatan Teknologi Informasi

e : error

Z : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

55
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Lia (2015). Pengaruh Pengendalian Intern, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan
Kompetensi Sumber Daya Mansusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan dengan
Pengawasan Keuangan Daerah sebagai Variabel Pemoderasi ( Studi Pada Satuan Kerja
Perangkat Kabupaten Aceh Tamiang ). Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
II, Pemeriksaan Laporan Keuangan, Jakarta
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2018. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
II, Pemeriksaan Laporan Keuangan, Jakarta.
Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Jennifer Prima (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Medan dengan Sistem Pengendalian intern sebagai variabel moderating.
Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara
Efendi, L., Darwanis, & Abdullah, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Laporan Keuangan ( Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Kabupaten Aceh Tengah ). Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, 3(September), 182–195.
Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Ghozali, I. (2013). Teknik Penyusunan Skala Likert (Summated Scales) Dalam Penelitian
Akuntansi dan Bisnis. Semarang: Fatawa Publishing.
Harahap, Ainul Yusna (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan
dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia sebagai variabel moderating ( Studi Pada
Satuan Kerja Perangkat Kabupaten Deli Serdang). Tesis. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Indonesia, R. (n.d.). Undang- Undang No 23 Tahun 2014. Retrieved from
https://pih.kemlu.go.id.
Indonesia, R. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 60 Tahun 2008 (2008).
Indonesia, R. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 51 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun 2011 (2010).
Indonesia, R. Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2010, 22 (2010).
Indonesia, R. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 18 Tahun 2016 (2016).
Indonesia, R. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited). Retrieved from
https://kemenkeu.go.id/publikasi/laporan
Indonesia, R. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2018 (Audited). Retrieved from
https://kemenkeu.go.id/ publikasi/laporan
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru. Yogyakarta: Peneribit Andi.
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Nalurita, Nuhoni (2015). Pengaruh Sistem Pengendalian intern, Kepatuhan terhadap peraturan
Perundang-undangan, dan Karakteristik Daerah terhadap Kredibiltas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Https://www.sdigilib.uns.ac.id
Puspitawati, D. (2016). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Lampung.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 (2010).
Https://Doi.Org/10.1017/Cbo9781107415324.004
Setyowati, Lilis, dkk. (2016). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan
Keuangan Pada Pemerintah Kota Semarang. Jurnal Kinerja Univ. Dian Nuswantoro,
Vol. 20 No.2, Th.2016, 179-191
Sianturi, R. D. (2016). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Komitmen Pengguna Anggaran
Sebagai Variabel Moderating. I. Https://Doi.Org/10.1007/S13398-014-0173-7.2
Triwardana, Dhedy (2017). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah, dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap
Kredibiltas Laporan Keuangan SKPD. Jurnal JOM FEKON, Vol. 4 No.1, Februari
(2017), 641-655
Umar, H. (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedika Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai