Anda di halaman 1dari 57

DETERMINAN KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN DESA DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DENGAN


AKUNTABILITAS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Pada Desa Kabupaten Langkat)

PROPOSAL TESIS

Dosen Pembimbing :

Dr. Maya Sari., S.E., Ak., M.Si., CA.


Dr. Widia Astuty, S.E., M.Si., QIA., Ak., CA., CPA.

O
LEH:
RIZKY RIDHANI SIRAIT
NPM. 1820050049

PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2020
2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
iii
DAFTAR TABEL....................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................
1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................
11
1.3. Batasan Masalah.........................................................
11
1.4. Rumusan Masalah.......................................................
12
1.5. Tujuan Penelitian........................................................
13
1.6. Manfaat Penelitian......................................................
13

BAB II PEMBAHASAN
2.1. landasan Teori...............................................................
15
2.1.1. Teori Keagenan..........................................
15

I
2.1.2. Teori Kepatuhan.........................................
15
2.1.3. Akuntabilitas..............................................
16
2.1.4. Good Governance.......................................
11
2.1.5. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah....
17
2.1.6. Pengendalian Internal.................................
18
2.1.7. Kualitas Sumber Daya Manusia.................
21
2.1.8. Pemanfaatan Teknologi Informasi.............
21
2.1.9. Komitmen Organisasi.................................
22
2.2. Penelitian Terdahulu...................................................
24
2.3. Kerangka Konsep........................................................
31
2.4. Pengembangan Hipotesis............................................
32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Ruang Lingkup Penelitian...........................................
34
3.2. Metode Penentuan Sampel..........................................
34
3.2.1 Populasi Dan Sampel......................................
34

II
3.2.2 Metode Pengambilan Sampel.........................
35
3.3. Metode Pengumpulan Data.........................................
36
3.3.1 Penelitian Pustaka ( Library Research)...........
37
3.3.2 Penelitian Lapangan (Field Research)............
37
3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian..........................
37
3.4.1 Pengendalianinternal (X1)...............................
3.4.2 Kualitas Sumber Daya Manusia (X2)..............
37
3.4.3 Pemanfaatan Teknologi Informasi (X3)..........
39
3.4.4 Komitmen Organisasi (X4)..............................
39
3.4.5 Akuntabilitas (Z)..............................................
41
3.4.6 Kualitas Laporan Keuangan (Y1)....................
41
3.4.7 Good Governance (Y2).....................................
41

DAFTAR PUSTAKA

III
DAFTAR TABEL

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.......................................................

31

IV
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Transfer Kabupaten Langkat...............................

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu........................................................

25

V
VI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . LATAR BELAKANG

Program pembangunan Nasional Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf

Kalla saat ini lebih memfokuskan pada berbagai hal yang dampaknya dapat

dirasakan langsung oleh masyarakat. Salah satu program Nawacita yang digadang

gadangkan adalah “ membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan “. Hal ini juga sejalan

dengan amanat Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 sebagai pelaksanaanya, yang pada hakekatnya

adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan

melalui desentralisasi dan demokratisasi.

Kehadiran UU no.6 tahun 2014 sesungguhnya lahir dari kesenjangan

antara peran dan fungsi strategis desa dalam penyelenggaraan roda pemerintahan

yang dihadapkan dengan lemahnya kewenangan yang dimiliki desa untuk dapat

berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional. UU no 6 tahun 2014 telah

memberikan kewenangan yang lebih luas kepada desa dalam hal perencanaan

pembangunan dan pengelolaan keuangan. Desentralisasi ini telah mengarahkan

tata pemerintahan agar lebih transparan, akuntabel, partisipatif serta dapat

memberikan pelayanan publik yang baik.

1
Mardiasmo (2002) menyatakan, secara teoritis desentralisasi diharapkan

akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama mendorong peningkatan

partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, serta

mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah

dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang tersedia di

masyarakatmasyarakat daerah; kedua: memperbaiki alokasi sumberdaya produktif

melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintahan

yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap, sedangkan

tingkat pemerintahan yang paling rendah adalah desa. Oleh karena itu otonomi

desa benar-benar merupakan kebutuhan yang harus diwujudkan.

Implementasi otonomi bagi desa akan menjadi kekuatan bagi pemerintah

desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri,

sekaligus bertambah pula beban tanggung jawab dan kewajiban desa, namun

demikian penyelenggaraan pemerintahan tersebut tetap harus

dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban yang dimaksud diantaranya adalah

pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran desa. Sistem pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang dikelola oleh pemerintah

desa termasuk didalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban

merujuk pada Permendagri 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan Desa.

Dalam sistem pemerintahan yang ada saat ini, desa mempunyai peran yang

strategis dalam membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan sebagai langkah

nyata pemerintah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya.

2
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah otonom yang ada di Provinsi

Sumatra Utara yang telah melaksanakan prinsip-prinsip otonomi daerah dengan

berusaha mengoptimalkan potensi desa demi terselenggaranya pemerintahan yang

bersih. Wujud nyata Kabupaten Langkat dalam membantu dan meningkatkan

partisipasi pemerintah desa adalah dengan terus berupaya meningkatkan alokasi

dana tranfer kepada desa yang dapat dipergunakan untuk mendukung

penyelenggaraan kewenangan dan urusan rumah tangganya. Tabel 1.1

menunjukkan jumlah dana transfer Pemerintah Kabupaten Langkat kepada desa

tahun 2018 sampai dengan tahun 2019.

Tabel. 1.1
Jumlah transfer Kabupaten Langkat Tahun 2018 s/d 2019
Bagi Hasil Pajak
Tahun Dana Desa Alokasi Dana Desa
Retribusi Daerah
2018 Rp 179.187.255.000 Rp 133.396.260.164 Rp 3.795.917.935
2019 Rp 205.446.268.000 Rp 133.396.260.164 Rp 4.088.912.935
Sumber : djpk.kemenkeu

Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat nilai transfer keuangan

kabupaten Langkat kepada seluruh desa tahun 2018 s/d 2019, kebijakan

tersebut menunjukan komitmen pemerintah Kabupaten Langkat dalam

mendukung upaya peningkatan pembangunan di desa yang disesuaikan

dengan sasaran dan arah pembangunan daerah. Hal tersebut menegaskan

bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah kabupaten harus juga diikuti

oleh peningkatan kualitas pengelolaan keuangan termasuk transparansi,

akuntabilitas dan partisipatif dalam pelaporannya.

3
Dalam konteks pelaporan keuangan desa maka desa merupakan agen dari

pemerintah kabupaten dan masyarakat pada umumnya selaku principle, oleh

karena itu Desa mempunyai tanggung jawab yang besar kepada Kabupaten dan

masyarakat selaku principle. Sejalan dengan agency theory, agency problem

muncul ketika principle mendelegasikan sebagaian wewenangnya kepada agen

(Zimmerman.1978).

Agency problem dapat terjadi pada pelaporan keuangan desa dimana

Kabupaten dan masyarakat selaku principle mengharapkan desa selaku agen dapat

memberikan informasi yang lebih banyak, namun cenderung lamban dan belum

bisa memberikan informasi yang memuaskan dalam pengelolaan keuangan desa.

Konsep hubungan antara kabupaten, masyarakat dan desa ini harus sejalan dengan

pemikiran pemikiran dalam teori penetapan tujuan (goal setting theory), untuk

mensinkronisasi dan harmonisasi hubungan pemerintah kabupaten, masyarakat

dan desa dalam rangka menyelaraskan visi, misi dan tujuan yang sama yaitu

terwujudnya tata kelola yang baik (good governance). Ivanchevich at,al. (2005)

penetapan tujuan menempatkan penekanan yang spesifik terhadap pentingnya

tujuan standar dalam menjelaskan perilaku yang termotivasi. Seseorang yang

memiliki komitmen terhadap suatu tujuan memiliki dorongan, intensitas, dan

keterbukaan untuk bekerja keras. Komitmen menciptakan keinginan untuk

mencapai tujuan dan mengatasi masalah atau penghalang.

Pengelolaan keuangan desa menuntut kemampuan untuk selalu beradaptasi

dengan tuntutan lingkungan yang selalu berubah. Kondisi lingkungan yang

strategis adalah yang berusaha untuk menjawab tuntutan zaman, keterbatasan

4
Sumberdaya manusia menjadi faktor penting untuk menciptakan Good

governance dalam pengelolaan keuangan desa. Good governance inilah yang

dibingkai melalui goal setting theory yang mencoba memberikan suatu alternatif

pilihan yang pada tujuannya untuk memberikan keselarasan dan harmoni bagi

kepentingan stakeholder (pemerintah, masyarakat desa, aparatur desa) secara

keseluruhan.

Dalam praktek pengelolaan keuangan desa berdasarkan peraturan yang

berlaku sekarang ini, masih ditemukan adanya kecurangan (fraud) dalam

pelaksanaan aturan dengan praktek yang terjadi. Seperti yang dikemukakan

Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat kasus korupsi pada anggaran desa

merupakan yang tertinggi di antara sektor lainnya yaitu sebanyak 96 kasus. Kasus

tersebut terdiri dari bidang infrastruktur sebanyak 49 kasus dengan nilai kerugian

negara sebesar Rp 17,1 miliar. Sementara untuk non-infrastruktur sebanyak 47

kasus dengan nilai kerugian Rp 20 miliar. Desa rentan terhadap praktek praktek

kecurangan (fraud) dalam pelaksanaannya sementara perangkat desa dianggap

belum mampu untuk mengelola anggaran desa yang lebih dari Rp. 1 M. Hal

tersebut dibuktikan dengan beberapa temuan yang dilakukan inspektorat

Kabupaten Langkat terhadap beberapa dugaan penyimpangan anggaran Desa.

Salah satunya adalah penyimpangan penggunaan dana Desa Timbangjaya

Kecamatan Bahorok yang nilai kerugian telah diketahui mencapai Rp 300 jutaan.

Menurut Jatiningstyas (2011) mendifinisikan fraud sebagai serangkaian

ketidakberesan (irregularities) mengenai perbuatan melawan hukum (illegal act),

yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu, misalnya memberikan

5
gambaran yang keliru (misslead) terhadap pihak lain, yang dilakukan oleh orang

orang dari dalam ataupun dari luar organisasi, untuk mendapatkan keuntungan

baik pribadi maupun kelompok dan secara langsung atau tidak langsung

merugikan orang lain. Di Kabupaten Langkat misalnya, terdapat beberapa Kepala

Desa yang tersandung kasus korupsi karena dugaan penyalahgunaan APBDes,

bahkan sebagian dari kasus tersebut sedang dalam proses hukum Inspektorat

Langkat melalui Sekdakab terkait penyelewengan penggunaan dana desa dari 13

item pengerjaan tahap I dan II di APB Desa tahun 2018 , hal ini sudah

menunjukkan adanya persoalan dalam pengelolaan keuangan desa. Oleh karena

itu diperlukan akuntabilitas, transparansi dan partisipatif dalam pengelolaan

keuangan desa untuk mewujudkan prinsip good governance.

Good governance menurut World bank dan UNDP menyatakan bahwa

good governance adalah pemerintah yang baik atau sebagai suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab

yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah

alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun

administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political

framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Mardiasmo (2002), secara teoritis manyatakan bahwa desentralisasi

diharapkan akan menghasilkan manfaat nyata dalam mendorong peningkatan

partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta

mendorong peningkatan partisipasi atau pemerataan hasil-hasil pembangunan

(keadilan) di seluruh daerah yang memanfaatkan sumber-sumber daya dan potensi

6
yang tersedia dari masing-masing daerah serta memperbaiki alokasi sumber daya

produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat

pemerintahan yang lebih rendah yang memiliki informasi paling lengkap.

Dalam hal ini adalah otonomi desa. Otonomi desa membutuhkan

peningkatan kualitas pengelolaan pemerintahan yang baik atau dikenal dengan

istilah Good Governance. Dengan diterapkannya prinsip-prinsip Good

Governance diharapkan dapat memperbaiki kinerja pemerintah daerah dalam

menjalankan roda pemerintahan. Salah satu fungsi dari pemerintahan adalah

fungsi pelayanan masyarakat. Kinerja pemerintah yang optimal pada akhirnya

harus dapat menciptakan kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah. Kepuasan ini menjadi salah satu landasan kepercayaan (trust)

masyarakat terhadap legitimasi pemerintahan yang ada.

Penelitian ini mengidentifikasi determinan kualitas pelaporan keuangan

desa dengan akuntabilitas, dalam rangka mewujudkan good governance.

Determinan yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan desa ini antara lain

kompetensi sumber daya manusia, pengendalian internal, teknologi informasi, dan

komitmen organisasi. Beberapa peneliti pernah melakukan studi empiris terhadap

factor-faktor tersebut. Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas

pelaporan keuangan dan implikasinya terhadap good governance sudah pernah

dilakukan oleh Nunuy (2014) menunjukkan hasil penelitian yang dilakukan pada

7 (tujuh) Pemda di Indonesia tersebut bahwa kualitas pelaporan keuangan

memiliki pengararuh positif yang moderat untuk tata kelola pemerintahan yang

baik.. Astini (2019), menunjukkan hasil bahwa Komitmen Organisasi

7
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan laporan keuangan desa tetapi

kualitas SDM sebaliknya. Sementara Yosefrinaldi (2013), Mulyaningsih (2014),

Nurillah (2014), Ema (2014), menujukkan bahwa kualitas sumber daya manusia

berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.. Studi lain

mengungkapkan bahwa kualitas laporan keuangan dipengaruhi oleh Pengendalian

Internal Wardani (2017), Suryono (2012), Udayanti (2014), Udayanti (2014).

Liza(2017) Teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap laporan

keuangan pemerintah. Komitmen organisasi juga merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan seperti yang

dikemukakan Astini (2019), Rahmawati (2012) dan Mulyaningsih (2014)

menyimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas

laporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti mengeksplorasi beberapa

kebaruan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, pertama,

penggunaan variabel intervening akuntabilitas dimana menurut peneliti variabel

ini merupakan hal yang penting bagi desa dalam membantu desa mengelola

keuangannya dengan baik dan berkualitas sesuai dengan Peraturan menteri Desa.

Ketdua, berbeda dengan studi studi sebelumnya yang cenderung menguji kualitas

laporan keuangan pada pemerintah daerah Nurlillah (2014), Wardani (2017),

Nunuy (2014) dimana menurut penulis pelaporan keuangan desa merupakan

bagian dari pelaporan keuangan pemerintah daerah. Ketiga, Penelitian ini

menginternalisasi konsep good governance dalam pelaporan keuangan desa

sebagai praktek yang baik dan mampu memperkuat akuntabilitas, transparansi dan

8
partisipatif sehingga dapat meningkatnya kepercayaan masyarakat. Keempat,

beberapa penelitian terdahulu tentang pelaporan keuangan desa sebagian besar

dilakukan dengan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini dilakukan

dengan metode kuantitatif menggunakan model structural dengan alat analisis

Partial Least Squares (PLS), sehingga dapat memetakan konstruk dalam indikator

indikator secara komprehensif.

Penelitian ini juga termotivasi oleh beberapa hal, antara lain : Pertama,

Otonomi desa termasuk pendelegasian wewenang yang luas kepada desa yang

diikuti dengan pemberian anggaran yang cukup besar sementara desa belum siap

baik dalam hal sumber daya manusia maupun teknologi . Kedua, maraknya

berbagai kasus penyelewengan anggaran desa dibeberapa daerah di Indonesia

termasuk Kabupaten Langkat (Inspektorat Langkat, 2018), mengakibatkan

meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan

desa. Ketiga, Penelitian tentang akuntansi desa dalam bidang akuntansi sektor

publik merupakan hal yang masih baru dan sedang hangat dibicarakan mengingat

undang undang no 6 tahun 2014 dan permendagri 113 tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa baru di sahkan, yang menyebabkan desa-desa di

Indonesia mengelola anggaran yang tidak sedikit. Keempat, masih terbatasnya

penelitian tentang pelaporan keuangan desa di Provinsi Sumatera Utara khususnya

pada Kabupaten Langkat, sehingga pelaporan keuangan desa merupakan area

yang cukup menarik untuk dikaji.

Maka dari latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik

untuk mengangkat judul “DETERMINAN KUALITAS PELAPORAN

9
KEUANGAN DESA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP GOOD

GOVERNANCE DENGAN AKUNTABILITAS SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA DESA DI KABUPATEN

LANGKAT).

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Adanya pegawai yang memiliki pengetahuan terbatas pada

pemanfaatan teknologi informasi yang disediakan.

2. Adanya permasalahan terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern.

3. Adanya pegawai yang tidak melakukan budaya organisasi sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP).

4. Maraknya berbagai kasus penyelewengan anggaran desa sehingga

meningkatnya tuntutan akuntabilitas.

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji variabel pemanfaatan Pengendalian internal, kualitas sumber

daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, kompetensi

organisasi dan dampak terhadap kualitas laporan keuangan.

2. Hanya pada perangkat desa di kabupaten langkat.

10
1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Akuntabilitas?

2. Apakah Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap

Akuntabilitas?

3. Apakah Pemanfaatan Teknologi berpengaruh terhadap Akuntabilitas?

4. Apakah Kompetensi Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas?

5. Apakah Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan

keuangan?

6. Apakah Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap

Kualitas Laporan Keuangan?

7. Apakah Pemanfaatan Teknologi berpengaruh terhadap Kualitas

Laporan Keuangan?

8. Apakah Kompetensi Organisasi berpengaruh terhadap Kualitas

Laporan Keuangan?

9. Apakah Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kualitas Laporan

Keuangan?

10. Apakah Kualitas Pelaporan Keuangan berpengaruh terhadap Good

Governance?

11
1.5 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap

akuntabilitas.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas sumber daya manusia

terhadap akuntabilitas.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap

Akuntabilitas.

4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi organisasi terhadap

Akuntabilitas.

5. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap

kualitas pelaporan keuangan.

6. Untuk mengetahui pengaruh kualitas sumber daya manusia

terhadap kualitas pelaporan keuangan.

7. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap

kualitas pelaporan keuangan.

8. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi organisasi terhadap

kualitas pelaporan keuangan.

9. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas

pelaporan keuangan.

10. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap

good governance.

12
1.6 MANFAAT PENELITIAN.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritis, praktis

dan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan.

1. Manfaat secara teoritis: Penelitian ini dapat memberikan manfaat

teoritis, khususnya dalam bidang Akuntansi sektor publik dengan lebih

mengembangkan agency theory dan goal setting theory, terutama

tentang kualitas sumber daya manusia, pengendalian internal,

pemanfaatan teknologi informasi, komitmen organisasi sebagai faktor

yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan desa dengan

akuntabilitas sebagai variabel intervening serta implikasinya terhadap

good governance.

Pengujian terhadap variable-variabel dalam penelitian ini juga

memberikan kemungkinan memperkuat teori-teori yang ada atau

sebaliknya menunjukkan fakta empiris tidak bersesuaian. Dalam

melihat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, teori yang

digunakan adalah agency theory untuk melihat hubungan antara bupati

dan masyarakat desa sebagai principle yang memberikan kewenangan

pengelolaan keuangan yang luas kepada desa sebagai agen dalam

mewujudkan goal setting theory yaitu pengelolaan yang akuntabilitas

bagi pemerintah desa .

2. Manfaat praktis: hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

mengotimalkan pengelolaan keuangan desa dan memberikan informasi

kepada aparat desa tentang factor-faktor yang mempengaruhi kualitas

13
dalam pelaporan keuangan desa di desa desa wilayah kabupaten

Langkat dan agar dijadikan pertimbangan mengenai hal-hal yang harus

dilakukan dalam pelaporan anggaran desa serta memberikan

pengetahuan kepada masyarakat agar mampu menganalisis proses

pelaporan keuangan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa.

3. Manfaat Kebijakan: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumbangan pikiran dan referensi kepada stakeholder yang menangani

pemberdayaan masyarakat desa dalam penetapan kebijakan dan

penyempurnaan regulasi pelaporan keuangan di desa dan bagi desa

desa di kabupaten Langkat hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan pedoman penetapan keputusan kepala desa dalam

meningkatkan kualitas pelaporan keuangan didesa untuk mewujudkan

akuntabilitas.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Landasan Teori

1.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Pada teori agensi (agency theory), akuntabilitas publik

dapat dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah

(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan

yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah

(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut (Haryanto:2007).

1.1.2. Teori Kepatuhan

Menurut Tyler dalam Septiani (2005) terdapat dua

perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada

hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif

instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh

kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan

dalam tangible, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan

perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang

15
anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi

mereka.

1.1.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas secara umum dapat diartikan sebagai

permintaan pertanggungjawaban atas pemenuhan tanggung jawab

yang diserahkan kepadanya. Dalam tugasnya mengaudit laporan

keuangan, auditor dituntut bekerja dengan akuntabilitas yang tinggi

dan secara profesional. Hal ini untuk memenuhi permintaan klien

yang menginginkan kinerja yang tinggi.

Laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik utama

yaitu adalah relevan, andal dan dapat dipahami. Karakteristik

tersebut harus dipenuhi agar laporan keuangan bermanfaat bagi

pengguna untuk pengambilan keputusan (Martani et al., 2016).

Menurut Mardiasmo (2009), Akuntabilitas publik adalah

kewajiban pemegang amanah (agent) untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pemberi amana (principal) yang

memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

16
Adapun menurut PP No. 71 Tahun 2010, akuntabilitas

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Akuntabilitas Publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor

publik terdiri atas beberapa aspek, antara lain: 1) Akuntabilitas

Hukum dan Kejujuran, 2) Akuntabilitas Manajerial, 3)

Akuntabilitas Program 4) Akuntabilitas Kebijakan.

1.1.4. Good government

Good government atau kepemerintahan yang baik

merupakan isu yang paling mengemuka belakangan ini. Pengertian

Good Governance (Mardiasmo, 2009) adalah suatu konsep

pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik

oleh pemerintah yang baik. Pusat perhatian utama dari Governance

adalah perbaikan kinerja atau perbaikan kualitas. (Salam, 2005).

Menurut United Nation Development Program (UNDP)

dalam Jimung (2005) mendifinisikan good governance adalah “

The exercise of political, economic, and administrative authority to

manage a nation affair at all level” Dalam arti bahwa good

governance mempunyai tiga pilar utama yaitu ekonomi, politik dan

administrasi, sedangkan institusi governance itu sendiri meliputi

17
tiga domain yaitu Negara, sektor swasta dan masyarakat, dimana

karakter pelaksanaan Good Governance meliputi : Participation,

Rule of law, Transparansy, Responsiveness, Consensus of

orientation, Equity, Efficiency and effectiveness, Accountability

and Strategic vision.

Di Indonesia prinsip good governance tertuang dalam

(Undang-Undang No 32 Tahun 2004, 2004) tentang pemerintah

daerah, yang mengatur tentang penyenggaraan pemerintahan yang

wajib dijalankan dengan asas umum penyelenggaraan

pemerintahan. Sedarmayanti (2012) menyebutkan bahwa terdapat

empat prinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi

publik tentang ciri kepemerintahan yang baik yaitu : akuntabilitas,

transparansi, keterbukaan dan aturan hukum, sejalan denganyang

dikemukaan Santosa (2008) bahwa dalam rangka mewujudkan tata

kelola yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan desa,

pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan prinsip

transparansi, akuntabel dan partisipatif serta dilakukan dengan

tertib dan disiplin anggaran.

Good governance juga diartikan sebagai pelayanan publik

yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan,

pemerintahan yang bertanggung jawab pada publiknya yang

mendorong terciptanya transparasi, akuntabilitas serta keterlibatan

masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung,

18
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat

menyalurkan aspirasinya (Suprasto, 2006).

Pelaksanaan kepemerintahan yang baik, pada dasarnya

menuntut keterlibatan seluruh komponen pemangku kepentingan,

baik dilingkungan birokrasi maupun dilingkungan masyarakat.

Good governance dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan

publik yang baik, yang dalam pelaksanaannya dekat dengan

masyarakat dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan esensi kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan untuk

memberikan keleluasaan kepada daerah mengatur dan mengurus

masyarakat setempat dan meningkatkan pelayanan publik.

1.1.5. Pengendalian Internal

Menurut I Gusti Agung Rai (2008) “Sistem pengendalian

intern adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk

memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa

organisasi mencapai tujuan dan sasarannya.” Menurut Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2008 “Sistem Pengendalian Intern

adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

19
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan.”

1.1.5.1. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Unsur sistem pengendalian intern yang berfungsi sebagai

pedoman penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektivitas

penyelenggaraan system pengendalian intern. Pengembangan unsur

system pengendalian intern perlu mempertimbangkan aspek biaya

manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan criteria

pengukuran efektivitas dan perkembangan teknologi informasi

serta dilakukan secara komperhensif. Menurut Peraturan

Pemerintah No.60 Tahun 2008 bahwa unsur sistem pengendalian

intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur Sistem

Pengendalian Intern yang telah dipraktikan di lingkungan

pemerintah di berbagai Negara, yang meliputi :

1. Lingkungan Pengendalian.

Lingkungan pengendalian menggambarkan keseluruhan

sikap organisasi yang memengaruhi kesadaran dan tindakan

personel organisasi mengenai pengendalian. Berbagai

faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam

suatu entitas (Indra, 2011) adalah :

a) Nilai intregritas dan etika.

20
Memelihara suasana etika organisasi, menjadi

teladan untuk tindakan-tindakan yang benar.

Menghilangkan godaan-godaan untuk

melakukan tindakan yang tidak etis dan

menegakkan disiplin sebagaimana mestinya.

b) Komitmen terhadap kompetensi.

Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang

dibutuhkan untuk menyelasaikan tugas dan

fungsi pada masing-masing poisisi dalam

instansi pemerintah.

c) Filosofi dan gaya operasi manajemen.

Pimpinan instansi pemerintah memiliki sikap

yang selalu mempertimbangkan risiko dalam

mengambil keputusan.

d) Stuktur organisasi

Kerangka kerja bagi manajement dalam

perencanaan, pengarahan, dan pengendalian

organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan

organisasi.

e) Pembagian wewenang dan pembebanan

tanggung jawab. Satuan usaha membatasi garis

tanggung jawab dan wewang yang ada.

21
f) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat

tentang pembinaan SDM. Penetapan praktik-

praktik yang layak dalam hal perolehan,

orientasi, pelatihan, evaluasi, pembinan,

promosi, kompensasi dan tindakan disiplin bagi

sumber daya manusia.

1.1.6. Kualitas Sumber Daya Manusia

(Arfianti, 2011) menyatakan kualitas sumber daya manusia

adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan bekal

pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai.

Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, perangkat desa

harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, didukung

dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan, serta mempunyai

pengalaman di bidang keuangan. Sehingga sumber daya manusia

(SDM) tersebut mampu memahami logika akuntansi dengan baik

dalam penerapan sistem akuntansi, Lebih lanjut Ariesta (2013)

menyatakan apabila sumber daya manusia pelaku sistem akuntansi

tidak memiliki kapasitas dan kualitas yang disyaratkan maka

kualitas informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi

22
akan memiliki kualitas yang rendah. Informasi yang dihasilkan

menjadi informasi yang kurang atau tidak memiliki nilai,

diantaranya adalah keterandalan. Oleh karena itu, dibutuhkan

sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan

akuntansi yang memadai.

1.1.7. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Menurut Ariesta (2013) pemanfaatan adalah perilaku

karyawan teknologi dalam tugasnya, pengukurannya berdasarkan

frekuensi penggunaan dalam diversitas aplikasi yang dijalankan.

Ketika komputer dan komponen-komponen yang berhubungan

dengan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam suatu sistem

informasi akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang ditambah atau

dikurangi dalam arti lain pemanfaatan teknologi dapat mengurangi

kesalahan dalam proses data.

Dengan adanya teknologi informasi diharapkan dapat

membantu dalam proses pelaporan keuangan sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan yang handal. Lebih lanjut

Pramudiarta (2015) menyatakan pemanfaatan teknologi informasi

akan sangat membantu sumber daya manusia dalam proses

akuntansi dan dapat mengurangi kesalahan dalam pemrosesan data,

sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal

23
1.1.8. Komitmen Organisasi

Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan komitmen

sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak

organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen

organisasi menurut Allen (1993) adalah suatu bentuk konstruk

psikologi yang merupakan karakteristik hubungan anggota

organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap

keputusan individu untuk tetap berada dalam organisasi tersebut,

dan selanjutnya membagi komitmen organisasi menjadi tiga aspek

yaitu :

1. Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya

keinginan untuk terikat pada organisasi, individu menetap

dalam organisasi karena keinginan sendiri. Kunci dari

keinginan itu adalah want to.

2. Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang

didasrkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata

lain,komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi,

dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan

menetap pada suatu organisasi. Kunci dari komitmen ini

adalah kebutuhan untuk bertahan (need to).

24
3. Normative Commitment, adalah komitmen yang didasrkan

pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi

keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap

organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci

dari komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam

organisasi (ought to). Pada dasarnya komitmen karyawan

(individu) akan mendorong terciptanya komitmen

organisasi

25
1.2 Penelitian Terdahulu

Otonomi desa memberikan kewenangan yang lebih luas kepada desa

dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri, sehingga memberikan

keleluasaan bagi kepala desa dalam mengatur urusan Pemerintahan,

pembangunan, ekonomi, sosial kemasyarakatan termasuk pengelolaan anggaran

desa. Hal tersebut menjadi menarik karena pada tatanan pemerintahan terendah

diberikan kekuasaan yang begitu luas, sehingga diperlukan kualitas sumber daya

manusia yang memadai, pengendalian internal yang baik agar tidak terjadi

penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, pemanfaatan teknologi informasi yang

baik, komitmen organisasi yang kuat.

Hasil audit inspektorat Kabupaten Langkat, dan pemantauan serta evaluasi

Badan Pemberdayaan masyarakat dan desa Kabupaten Langkat menunjukkan

bahwa lemahnya sumber daya manusia, pengendalian internal, menyebabkan

terjadinya penyalahgunaan wewenang, sedangkan teknologi yang belum memadai

di desa menyebabkan terjadinya kesalahan sistem pengelolaan keuangan dan

lemahnya sistem pelaporan keuangan dan asset desa, sehingga memerlukan

pengujian lebih lanjut mengenai sejauh mana peran kualitas sumberdaya manusia,

pengendalian internal, teknologi informasi, komitmen organisasi.

26
Tabel 2.2

Penelitian terdahulu

No Nama
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
1 (Astini et al., Determinan Yang Mempengaruhi Variabel Independen : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
2019) Keberhasilan Kualitas sumber daya kualitas sumber daya manusia tidak
Pengelolaan Keuangan Desa manusia (x1), berpengaruh signifikan terhadap
Labuhan Haji Kecamatan Komitmen organisasi (x2), keberhasilan pengelolaan keuangan desa.
Lombok Timur Provinsi Nusa Sedangkan komitmen organisasi memang
Tenggara Barat berpengaruh signifikan terhadap
Variabel Dependen : keberhasilan pengelolaan keuangan desa.
Keberhasilan pengelolaan Dalam meningkatkan kualitas sumber daya
keuangan manusia, pelatihan pelatihan keuangan desa
desa (y) perlu dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman aparat desa dalam pengelolaan
keuangan desa. Selain itu, staf desa harus
meningkatkan komitmen organisasi dalam
pemerintahan desa.

2 Nurillah Pengaruh Kompetensi Sumber Variabel Independen : Hasil pengujian hipotesis adalah kompetensi
(2014) Daya Manusia, Penerapan Sistem Kompetensi SDM (x1) SDM, penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah Penerapan Sistem akuntansi Daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan
(Sakd), Pemanfaatan Teknologi (x2) sistem pengendalian intern pemerintah

27
Informasi, Dan Sistem Pemanfaatan teknologi (x3) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
Pengendalian Intern Terhadap Pengendalian inter (x4) terhadap kualitas laporan keuangan
Kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah (Studi Empiris Variabel Dependen :
Pada Skpd Kota Depok) Kualitas laporan keuangan (y)
3 Erma (2014) Kualitas Pelaporan Keuangan Variabel Independen : Penelitian ini menunjukkan dukungan pada
Pemerintah Daerah Ditinjau Dari sumber daya manusia (x1), keseluruhan hipotesis yang diajukan, artinya
Sumber Daya Manusia, pengendalian intern(x2), sumber daya manusia, pengendalian intern,
Pengendalian Intern, Pemanfaatan pemanfaatan teknologi pemanfaatan teknologi informasi dan
Teknologi Informasi Dan informasi (x3) pemahaman akuntansi berpengaruh terhadap
Pemahaman Akuntansi (Studi pemahaman akuntansi (x4) kualitas pelaporan keuangan pemerintah
Empiris Pada Pemerintah daerah.
Kabupaten Dan Kota Di Wilayah
Variabel dependen :
Eks Karesidenan Surakarta) kualitas pelaporan keuangan
(y)
4 (Wardani & Pengaruh Kualitas Sumber Daya Variabel Independen : Hasi Penelitian bahwa Kualitas Sumber Daya
Andriyani, Manusia, Pemanfaatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern
2017) Teknologi Informasi, Dan Sistem Manusia(X1) berpengaruh positif secara signifikan
Pengendalian Intern Pemanfaatan Teknologi terhadap Keandalan Pelaporan Keuangan
Terhadap Keandalan Pelaporan Informasi(X2) Pemerintahan Desa.
Keuangan Pemerintahan Sistem Pengendalian Sementara itu, pemanfaatan Teknologi
Desa Di Kabupaten Klaten Intern(X3) Informasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Keandalan
Variabel Dependen : Pelaporan Keuangan
Keandalan Pelaporan Pemerintahan Desa
Keuangan(Y)
5 (Udyanti et Pengaruh Penerapan Standar Variabel Independen : Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1)
al., 2014) Akuntansi Pemerintahan, Sistem Standar akuntansi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh

28
Pengendalian Internal, Dan pemerintahan (X1), positif dan signifikan terhadap kualitas
Kompetensi Staf Akuntansi Sistem pengendalian internal laporan keuangan, 2) sistem pengendalian
Terhadap Kualitas Laporan (X2), internal berpengaruh positif dan signifikan
Keuangan Pemerintah Daerah Kompetensi staf akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan,
(Studi Kasus Pada Skpd (X3) 3)kompetensi staf akuntansi berpengaruh
Kabupaten Buleleng) positif dan signifikan terhadap kualitas
Variabel Dependen : laporan keuangan, 4) standar akuntansi
Kualitas laporan keuangan (Y). pemerintahan, sistem pengendalian internal
dan kompetensi staf akuntansi secara simultan
berpengaruh posistif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
6 (QUALITY QUALITY OF FINANCIAL Variabel Independen : The results showed that the quality of
OF REPORTING VILLAGE: Human resources Competence financial reporting village in Central Lombok
FINANCIAL TESTING DETERMINANTS (X1), regency is quite good, although not optimal.
REPORTING AND IMPLICATIONS FOR Internal control(X2), From these studies it was found that the
VILLAGE : GOOD GOVERNANCE Information quality of rural financial reporting is
TESTING Technology(X3) influenced by several factors, namely the
DETERMINA Organizational competence of human resources, internal
NTS AND commitment(X4), control, information technology,
IMPLICATIO Facilitators Village(X5) organizational commitment and the role of
NS FOR facilitators of the village. Among these factors
GOOD Variabel Dependen : are influential is the competence of human
GOVERNAN The quality of financial resources, internal controls and organizational
CE Rr . Sri reporting Village(Y) commitment while information technology
Mulyaningsih and the role of facilitators village but not
Barsap Rr . significant positive effect. Furthermore, it was
Titik found that the quality of financial reporting
Herwanti village has powerful implications for good

29
University of governance.
Mataram
Endar
Pituringsih
Mataram
University
Abstract The
enactment of
Law No . 6 of
2014 con,
n.d.)
7 (inter2.pdf, The accessibility of financial Variabel Independen : The results showed that the provision of
n.d.) reporting of U.S. Municipalities on Number of residents(x1) financial statements on the Internet was
the Internet Population income per capita significantly higher among large cities than
(x2) small and medium cities. Accessibility of
Governance structure (x3) financial data reported on the Internet is
Quality of accounting skills positively related to population, income per
(x4) capita, and the level of debt and financial
position of the city government
Variabel Dependen :
Accessibility (y)

8 Yosefrinaldi Pengaruh kapasitas SDM dan Variabel Independen : Kapasitas SDM, Pemanfaatan TI dan SPIP
(2013) pemanfaatan teknologi informasi Kapasitas SDM(x1) berpengaruh terhadap kualitas laporan
terhadap kualitas laporan keuangan Pemanfaatan TI (x2) keuangan
pemda dengan variabel intervening
SPIP Variabel Dependen :
Kualitas laporan keuangan (y)

30
Variabel Intervening :
SPIP
9 (Fathi, 2013) The determinants of the Quality Varibel Independen : Factors of the size of the board of directors,
of Financial information Characteristics of the board of members' attendance at Board meetings and
Disclosed by French Listed directors (x1) the presence of Big 4 and the presence of dual
Companies Ownership structure (x2) listings show a positive effect on the quality
Quality control (x3) of financial information disclosed

Variabel Dependen :
The quality of financial
information (y)
10 (Boex, 2015) What Determines the Quality of Variabel Independen Better financial management practices (for
Local Financial Management? The Local management (x1) example, stronger internal audits), better
Case of Tanzania Practices (x2) planning and budget processes, and better
Characteristics of local project implementation practices achieving
government (x3) better local financial management results.
Socioeconomic and political Besides that, social, economic and political
conditions of local government conditions affect the quality of regional
(x4) financial management

Dependent variable :
Quality of regional financial
management (y)
11 Rahmawati Pengaruh komitmen organisasi dan Variabel Independen : Komitmen organisasi dan peranan
(2012) peranan kepemimpinan dalam Komitmen organisasi (x1), kepemimpinan berpengaruh signifikan positif
meningkatkan pengelolaan Peranan kepemimpinan (x2). terhadap pengelolaan keuangan
keuangan daerah pada DPPKAD

31
Variabel Dependen :
Pengelolaan keuangan (y)
12 Nunuy (2014) Factors influencing the quality of Variabel Independen : Test Krusskal Wallis . Tidak ada perbedaan
Financial Reporting and its Kompetensi Aparatur (x1), yg signifikan antara kompetensi aparatur dan
Implications on good government Pengendalian Internal (x2) pengendalian internal terhadap kualitas
Governance pelaporan keuangan dan tata kelola
Variabel Dependen : pemerintahan yg baik di 7 pemda Kompetensi
Kualitas Pelaporan Keuangan aparatur dan pengendalian internal memiliki
(y1) efek positif yg lemah pada factor pelaporan
Good governance (y2) keuangan selanjutnya ditemukan bahwa
kualitas pelaporan keuangan memiliki
pengararuh positif yang moderat untuk tata
kelola pemerintahan yang baik.
13 Liza Pengaruh Sistem Pengendalian Variabel Independen : Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa
Mutiana1 , Intern, Teknologi Informasi, Pengendalian interbal (x1), sistem pengendalian intern, teknologi
Zuraida Kualitas Sumber Daya Manusia Teknologi informasi (x2), informasi, kualitas sumber daya manusia dan
(2017) Dan Komitmen Organisasi Kualitas sdm (x3), komitmen organisasi berpengaruh secara
Terhadap Kualitas Laporan Komitmen organisasi (x4), bersama-sama terhadap kualitas laporan
Keuangan (Studi Pada Satker Di keuangan pada satker di lingkungan
Lingkungan Kementerian Agama Variabel Independen : Kementerian Agama Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara) Kualitas laporan keuangan (y) baik secara simultan maupun parsial.

14 Rahayu Pengaruh Penerapan Sap, Variabel Independen : Penerapan SAP berpengaruh terhadap
(2019) Kompetensi Sdm Dan Spip Penerapan SAP (x1), akuntabilitas di OPD Kota Jambi. 2.
Terhadap Kualitas Laporan Kompetensi SDM (x2), Kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap
Keuangan Pemerintah Daerah SPIP (x3), akuntabilitas di OPD Kota Jambi. 3. Sistem
Dengan Akuntabilitas Sebagai Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh
Variabel Intervening (Studi Variabel Dependen : terhadap akuntabilitas di OPD Kota Jambi. 4.

32
Empiris Di Kota Jambi) Kualitas Laporan Keuangan (y) Penerapan SAP berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan di OPD Kota Jambi. 5.
Variabel Intervening : Kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap
Akuntabilitas (z) kualitas laporan keuangan di OPD Kota
Jambi. 6. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan di OPD Kota Jambi. 7.
Akuntabilitas berpengaruh terhad
15 Ichlas (2014) Pengaruh Penerapan Standar Variabel Independen : (1) penerapan Standar Akuntansi
Akuntansi Pemerintahan, Sistem Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian Intern Pemerintah Pemerintahan (x1), Pemerintah, dan aksesibilitas keuangan secara
Dan Aksesibilitas Laporan Sistem Pengendalian Intern bersama-sama berpengaruh terhadap
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pemerintah (x2), akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota
Keuangan Pemerintah Kota Banda Aksesibilitas Laporan Banda Aceh. (2) penerapan Standar Akuntansi
Aceh Keuangan (x4), Pemerintahan berpengaruh terhadap
akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota
Banda Aceh. (3) penerapan Sistem
Variabel Dependen : Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh
Akuntabilitas Keuangan terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah
Pemerintah (y) Kota Banda Aceh. (4) Aksesibilitas laporan
keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan Pemerintah Kota Banda
16 Erlina (2020) Pengaruh Kompetensi Sumber Variabel Independen : Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
Daya Manusia, Sistem Kompetensi Sumber Daya simultan kompetensi sumber daya manusia,
Pengendalian Intern Pemerintah, Manusia (x1), sistem pengendalian intern pemerintah,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian Intern pemanfaatan teknologi informasi, komitmen
Komitmen Organisasi, Pemerintah (x2), organisasi, transparansi dan partisipasi
Transparansi dan Partisipasi Pemanfaatan Teknologi masyarakat berpengaruh terhadap

33
Masyarakat Terhadap Informasi (x3), akuntabilitas pengelolaan keuangan dana desa
Akuntabilitas Pengelolaan Komitmen Organisasi (x4), di wilayah Kecamatan Ceper. Sedangkan
Keuangan Dana Desa (Studi Pada Transparansi (x5), secara parsial kompetensi sumber daya
Pemerintah Desa Di Kecamatan Partisipasi Masyarakat (x6) manusia, sistem pengendalian intern
Ceper)”. pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi,
komitmen organisasi dan transparansi
Variabel Dependen : berpengaruh terhadap akuntabilitas
Akuntabilitas Pengelolaan pengelolaan keuangan dana desa di wilayah
Keuangan Dana Desa (y) Kecamatan Ceper, tetapi partisipasi
masyarakat tidak berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan dana desa
di wilayah Kecamatan Ceper.
17 Aziiz (2019) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Independen : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Akuntabilitas Dana Desa kompetensi aparat desa (x1) , kompetensi aparat desa, pemanfaatan
pemanfaatan teknologi teknologi informasi dan SPIP berpengaruh
informasi (x2), terhadap akuntabilitas dana desa. Implikasi
SPIP (x3) praktis hasil penelitian ini bagi aparat
pemerintahan adalah untuk meningkatkan
kompetensi aparat desa melalui pelatihan
Variabel Dependen : Siskeudes dan mengoptimalkan pemanfaatan
Akuntabilitas dana desa (y) teknologi informasi. Secara teoritis,
akuntabilitas keuangan sektor publik dapat
pula dijelaskan melalui teori kepatuhan dan
konsep etika.

34
1.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, Pengendalian internal, kualitas sumber daya manusia, teknologi Informasi, komitmen

organisasi dan tenaga pendamping desa dianggap mampu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan di Desa. Setiap

Perangkat Desa harus dapat memahami dan menerapkan prinsip prinsip good governance di wilayah kerjanya,

sehingga dapat menuangkan ide, gagasan, dan pengambilan keputusan yang tepat dalam mencapai tujuan yaitu

kesejahteraan masyarakat desa.

Pengendalian
Internal (x1)

Kualitas Sumber Kualitas pelaporan Good Governance


Daya Manusia(x2) Keuangan
c Akuntabilitas (Y2)
(Y1)
(Z)
Pemanfaatan
teknologi
Informasi (x3)

Komitmen
Organisasi (x4)
35

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
36
1.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang

relevan, belum berdasarkan fakta fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 2010) sedangkan menurut Hartono (2014) hipotesis

merupakan dugaan yang akan diuji kebenaran dengan fakta yang ada.

Hipotesis perlu dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan

atau dengan logika dan hasil hasil penelitian sebelumnya dengan maksud supaya

tujuan dari riset untuk menerima hipotesisnya dapat tercapai dengan kemungkinan

yang besar (Hartono,2014). Pengembangan dalam hipotesis ini adalah sebagai

berikut :

H1 : Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap akuntabilitas.

H2 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas.

H3 : Pemanfaatan teknologi berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas.

H4 : Kompetensi organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas.

H5 : Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan

keuangan.

H6 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas

pelaporan keuangan.

37
H7 : Pemanfaatan teknologi berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan

keuangan.

H8 : Kompetensi organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan

keuangan.

H9 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan.

H10 : Kualitas pelaporan keuangan berpengaruh positif terhadap good

governance.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas

yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu

pengendalian intern, kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi

informasi dan komitmen organisasi terhadap variabel dependen, yaitu

kualitas pelaporan keuangan dan implikasinya terhadap good governance

serta akuntabilitas sebagai variabel Intervening.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif, sedangkan jenis data yang digunakan peneliti berupa

data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah perangkat inti desa di

kabupaten langkat meliputi kepala desa, sekertaris dan bendahara.

3.2 Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2008) populasi adalah daerah generalisasi yang

terdiri dari subjek atau objek yang mempunyai kualitas atau

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi yang diambil pada

penelitian ini adalah desa di kabupaten langkat.

39
2. Metode Pengambilan Sampel

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini sesuai Peraturan

Menteri dalam Negeri 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa

adalah pihak yang terlibat langsung dalam pelaporan keuangan. Yaitu

terdiri dari :

1. Kepala Desa

2. Sekretaris Desa

3. Bendahatra Desa

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri 113 tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa dikatakan bahwa Kepala Desa dalam

melaksanakan pengelolaan keuangan di bantu oleh PTPKD ( Pelaksana

Teknis pengelolaan Keuangan Desa ) yang terdiri dari Sekretaris Desa

selaku koordinatir PTPKD, dan bendahara desa. Adapun alasan peneliti

menggunakan kepala Desa sebagai sampel penelitian adalah karena kepala

desa selaku pimpinan didesa yang terlibat secara langsung dan

menandatangani laporan keuangan desa dan sebagai pengendali jalannya

pemerintahan dan pembangunan di desa, sedangkan sekretaris desa

berkedudukan selaku koordinator pelaksana teknis keuangan Desa

(PTPKD) yang membantu kepala desa dalam penggunaan dan pelaporan

keuangan desa.

40
Dalam menentukan sampel diperlukan suatu metode pengambilan

sampel yang tepat agar diperoleh sampel yang representative dan dapat

menggambarkan keadaan populasi secara maksimal. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode Non Probability

Sampling yaitu purposive sampling dengan metode penetapan responden

untuk dijadikan sampel berdasarkan kritaria kriteria tertentu (Siregar

2014).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam

memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

metode pengumpulan data melalui penelitian pustaka dan penelitian

lapangan, yaitu:

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data

melalui buku, jurnal, tesis, internet, artikel, dan perangkat lain yang

berkaitan dengan topik penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer sehingga yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah

pihak yang terlibat langsung dalam pelaporan keuangan pada desa

di kabupaten Langkat.

Sumber data di peroleh dari skor masing-masing variabel

dari pengisian kuesioner oleh responden. Instrumen yang

41
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari

beberapa pernyataan. Dimana pernyataan-pernyataan tersebut

berhubungan dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi,

Kompetensi SDM, Sistem Pengendalian Intern, Komitmen

Organisasi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan. Bentuk

pernyataan kuesioner adalah positif dan negatif. Mengukur

pendapat responden menggunakan skala likert lima angka yaitu

untuk kalimat positif dimulai dari angka 1 untuk sangat tidak setuju

(STS) dan angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) sedangkan

kalimat negatif adalah kebalikannya. Perinciannya adalah sebagai

berikut.

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Netral (N)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

3.4 Operasionalisasi variabel penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Pengendalian Intern (X1)

42
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian

intern Pemerintah pada pasal 3 menyebutkan unsur pengendalian internal

meliputi :

a. Lingkungan pengendalian, merupakan dasar untuk semua komponen

pengedalian internal, menyediakan arahan bagi organisasi dan

mempengaruhi kesadaran pengendalian dari anggota organisasi.

b. Penilaian resiko, merupakan identifikasi entitas dan analisis terhadap

resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya dan membentuk suatu

dasar untuk mengelola resiko.

c. Kegiatan pengendalian, merupakan kebijakan dan prosedur yang

membantu menjamin bahwa arhan manajemen telah di

laksanakan.Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan

yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan

entitas telah terlaksana.

d. Informasi dan komunikasi, merupakan pengidentifikasian,

pengungkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan

waktu yang memungkinkan anggota organisasi melaksanakan

tanggungjawab mereka.

e. Pemantauan pengendalian intern merupakan proses yang menentukan

kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan

mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan

pengambilan tindakan koreksi.

43
Dalam penelitian Afiah (2014) Indikator yang digunakan untuk

mengukur Pengendalian internal adalah ; (1) Lingkungan

pengendalian, (2) Penilaian resiko, (3) valuasi, (4) Kegiatan

pengendalian, (5) Pemantauan pengendalian, (6) informasi dan

komunikasi. Skor yang digunakan dalam skala likert dengan 5 poin.

2. Kualitas Sumber daya manusia (X2)

Sukmaningrum (2012) Kompetensi sumberdaya manusia adalah

kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan,

dan pengalaman yang cukup memadai. Thalib (2010) dalam penelitiannya

menggunakan tingkat pendidikan, masa kerja, umur pegawai, dan jabatan serta

kuantitas pegawai dan keahlian teknis di lapangan untuk mengukur kapasitas

SDM. Untuk pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan

serasi, serta efektif tidaklah mudah. Sumber daya manusia yang cakap, mampu

dan terampil belum menjamin produktivitas kinerja yang baik, jika

kedisiplinannya dalam bekerja rendah dan tidak memiliki keinginan untuk

berprestasi tinggi. Sumber daya manusia yang kurang mampu, kurang cakap,

tidak terampil dan kurang cekatan mengakibatkan pekerjaan tidak selesai tepat

pada waktunya. Dalam penelitian Afiah (2014 ) Indikator yang digunakan

untuk mengukur Kompetensi Aparatur adalah :(1) Pendidikan, (2) Pengalaman,

(3) Kualitas kepemimpinan, (4) Keahlian. Skor yang digunakan yakni skala

likert dengan 5 poin.

44
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi (X3)

Menurut Gondodiyoto (2007) penerapan teknologi informasi

adalah pemanfaatan komputer dan berbagai teknologi lain dalam

mendukung tugas pimpinan/ organisasi dengan komponen-komponen:

ketersediaan mesin (hardware software), jaringan (network), kesiapan

aplikasi (procedure / application), personel (brainware / peopleware), data

basis dan pemakai serta lingkungannya (user and environment, social

contex, the culture of the people and group involved.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variable Teknologi

informasi adalah : (1) Fasilitas desa, (2) Keahlian operator, (3)

Ketersediaan jaringan. Indikator ini diadopsi dari penelitian Aryani (2008)

yang disesuaikan dengan kebutuhan desa.

3. Komitmen Organisasi (X4)

Menurut Sopiah (2008) komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku

penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk

bertahan sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasi merupakan suatu

keadaan dimana anggota organisasi ingin mempertahanakan keanggotaannya

dalam organisasi dan bersedia untuk berjuang keras dalam mencapau tujuan

organisasinya.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variable komitmen organisasi

adalah : (1) Kesanggupan untuk bekerja diatas rata rata, (2) Kebanggaan terhadap

45
organisasi tempat bekerja, (3), Kesediaan untuk mengerjakan semua pekerjaan,

(4) Kesesuaian nilai dengan nilai organisasi, (5) Kebanggaan menjadi bagian dari

tempat bekerja, (6) Pengaruh organisasi dalam berprestasi, (7) Kepuasan memilih

organisasi tempat kerja, (8) Kepedulian terhadap masa depan organisasi, (9)

Penilaian pegawai terhadap organisasi. Luthans (2006) . Skala yang digunakan

adalah skala likert dengan 5 poin.

4. Kualitas Pelaporan Keuangan Desa (Y1)

Kualitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas

keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan.

Sasarannya untuk menentukan pelaporan keuangan berkualitas atau tidak adalah

laporan keuangan dan peraturan perundangan yang berlaku mencakup bagaimana

penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang tersebut oleh entitas.

Kualitas pelaporan keuangan tercermin dari karakteristik kualitatif.

Menurut Komite Standar Akuntansi (2005) karakteristik kualitatif laporan

keuangan adalah ukuran normative yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi agar dapat memenuhi tujuan. Prasyarat normative yang diperlukan

adalah laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki

yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Berdasarkan PP No.71 Tahun 2010 menjelaskan laporan keuangan

merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Indikator yang digunakan

untuk mengukur variable Kualitas pelaporan keuangan Desa (KPKD) adalah (1)

46
relevan, (2) Handal, (3) Dapat dibandingkan (4) Dapat dipahami, Variabel ini

dapat diukur dengan skala likert 5 poin dimana masing masing indicator akan

diuraikan ke dalam kuisioner menjadi beberapa pertanyaan.

5. Good Governance (Y2)

Good governance juga diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien,

sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung jawab

pada publiknya yang mendorong terciptanya transparasi, akuntabilitas serta

keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsun baik,

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan

aspirasinya (Suprasto,2006).

Pelaksanaan Kepemerintahan yang baik, pada dasarnya menuntut keterlibatan

seluruh komponen pemangku kepentingan, baik dilingkungan birokrasi maupun

dilingkungan masyarakat. Good governance dicirikan dengan terselenggaranya

pelayanan publik yang baik, yang dalam pelaksanaannya dekat dengan

masyarakat dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Hal ini sejalan dengan esensi kebijakan desentralisasi dan otonomi

daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah mengatur

dan mengurus masyarakat setempat dan meningkatkan pelayanan publik.

Pelaksanaan Good governance dengan mengikuti prinsip prinsip pengelolaan

yang baik seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi serta efektif dan efiien

bertujuan untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat dalam usaha menghasilkan

laporan keuangan yang berrkualitas.

47
6. Akuntabilitas (Z)

Menurut Mardiasmo (2009), Akuntabilitas publik adalah kewajiban

pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pemberi amana (principal) yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Adapun menurut PP

No. 71 Tahun 2010, akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Akuntabilitas

Publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa

aspek, antara lain: 1) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran, 2) Akuntabilitas

Manajerial, 3) Akuntabilitas Program 4) Akuntabilitas Kebijakan.

48
49

Anda mungkin juga menyukai