Oleh
MUHAMMAD ARYO WIDIYOKO
NIM. MAPD. 31.2705
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JAKARTA
2020
i
PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA
KAMPUNG DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA APARATUR KAMPUNG
DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT
Diajukan Oleh
MUHAMMAD ARYO WIDIYOKO
MAPD. 31.2705
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………….. 1
iii
2.3.4 Konsep Budaya……………………………………….. 20
2.3.5 Konsep Organisasi…………………………………….. 20
2.2.5.1 Karateristik Organisasi………………………… 21
2.3.6 Konsep Budaya Organisasi……………………………. 22
2.3.7 Konsep Kinerja………………………………………… 23
2.2.7.1 Indikator Kinerja………………………………. 26
2.2.7.2 Penilaian Kinerja………………………………. 29
2.2.7.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kinerja………… 32
2.5 Hipotesis……………………………………………………….. 34
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
daerah dibahas tentang Desa sebagai wujud bahwa Desa masuk dalam pembagian
wilayah pemerintahan daerah.
Pengertian Desa menurut Penjelasan Umum angka 43 Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 adalah :
Desa adalah Desa dan Desa adat atau disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarat, hak asal usul dan/atau hak tradisonal yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran
dari APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota,
serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.
Dari defenisi diatas dapat dikatakan bahwa Kampung merupakan Otonomi
yang bukan pemberian dari pemerintah. Membuat Kampung memiliki kebebasan
menentukan program dan penyelenggaraan pemerintahannya sendiri. Dengan
kewenangan ini mereka dapat mengelola dan menggali pendapatan yang meliputi
swadaya dan partisipasi, hasil kekayaan Kampung, hasil usaha Kampung, gotong
royong serta pendapatan lain yang sah.
Tujuan Dana Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah
meningkatkan pelayanan publik di Desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan
perekonomian Desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar Desa, serta
memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek dari pembangunan berdasarkan
tujuan tersebut diharapkan alokasi dana Desa dapat dikelola oleh kepala Desa dan
aparat Desa.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong merupakan salah satu Kabupaten di
Provinsi Papua Barat, Pemerintah daerah Kabupaten Sorong terdiri dari 30 Distrik,
26 Kelurahan dengan memiliki 226 Kampung dengan mendapatkan alokasi dana
kampung sebesar:
Tabel. 1.1
Jumlah Anggaran Dana Kampung Kabupaten Sorong.
NO TAHUN JUMLAH KAMPUNG ALOKASI DANA KAMPUNG
1 2015 226 Rp. 31.301.535.392,00
2 2016 226 Rp. 185.314.876.000,00
3 2017 226 Rp. 246.960.703.000,00
4 2018 226 Rp. 235.202.431.000,00
5 2019 226 Rp. 255.643.302.000,00
6 2020 226 Rp. 256.197.425.000,00
Data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) Kab. Sorong Tahun 2015 s.d 2020.
4
Berdasarkan data diatas dilihat bahwa anggaran dari tahun ke tahun besaran
dana alokasi Kampung semakin meningkat dengan harapan Kampung dapat
mengelola keuangan Kampung tersebut untuk pelayanan, pemberdayaan, dan
pembangunan pada masyarakat Kampung. Dengan pengunaan dana seperti ini
seharusnya membutuhkan Aparat Kampung yang dapat bekerja dan berketrampilan
serta Pendidikan yang memadai.
Pada tabel diatas menunjukkan peningkatan anggaran yang signifikan,
kebijakan alokasi dana Kampung memberikan anggaran yang besar terhadap
Kampung seharusnya memberikan dampak dengan penurunan angka kemiskinan
yang ada di Kabupaten Sorong namun berdasarkan data sebagai berikut:
Tabel 1.2
Angka Kemiskinan Kabupaten Sorong
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK PERSENTASE
MISKIN (ribu)
1. 2015 26,69 33,35 %
2. 2016 26,83 33,25 %
3. 2017 27,72 32,86 %
4. 2018 26,10 30,19 %
5. 2019 25,30 28,61 %
Diolah dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Sorong Tahun 2020.
2015. Jika dilihat pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2019 terlihat angka yang
tidak berubah signifikan. Dana Kampung bertujuan untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan kampung. Juga meningkatkan pelayanan, mengurangi
kesenjangan pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat sebagai subjek
pembangunan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana
kerja pemerintah yang dinyatakan secara kuantitatif, biasanya dalam satuan
moneter yang mencerminkan sumber sumber penerimaan daerah dan pengeluaran
untuk membiayai kegiatan dan proyek daerah dalam kurun waktu satu tahun
anggaran. Pada hakekatnya anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab. Dengan demikian seharusnya peningkatan anggaran akan
berbanding lurus dengan peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat. (Lasminingsih, 2004 : 223)
Jika dilihat dari Kinerja yang dikelola oleh Aparatur Kampung dengan
Dana Kampung terjadi masalah yaitu menurut media Radar Sorong telah terjadi
penyalahgunaan Dana Kampung sekitar Rp. 400.000.000 tersebut berasal dari 2
kegiatan di tahun anggaran 2017. Proses pemeriksaan dari APIP Inspektorat
Kabupaten Sorong telah terlewati dan masuk dalam penyelidikan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Polres Sorong. Jenis kegiatan yang dilakukan yakni
pembangunan drainase dan rehab balai kampung yang diduga tidak sesuai volume.
Selain dugaan korupsi dana desa/kampung, ada juga dugaan kegiatan fiktif di 2
kampung yang masih dalam tahap verifikasi pada tahun 2019. Pihak penyidik
tipikor telah berkordinasi dengan APIP Inspektorat Kabupaten Sorong terkait
penyalahgunaan dana desa/kampung tahun anggaran 2019. Dugaan Korupsi dana
kampung tahun 2019, dalam tahap ini masih di ambil ahli oleh APIP Inspektorat
Kabupaten Sorong. Penangan oleh APIP berdasarkan Nota Kesepahaman yang
telah ditandatangani oleh Mendagri, Kapolri dan Kejagung.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
atau tidak dikerjakan. Sementara menurut Carl Friedrich dalam (Leo Agustino,
2008:7) mengartikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu.
Sedangkan Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh
Wahab (Friedrich dalam Wahab, 2004:3) bahwa,
“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan”
1. Organization
the establishment or rearrangement of resources, unit and methods for
putting a policy into effect.
2. Interpretation
the translation of program language (often contaned in a statute) into
acceptable.
and feasible plans and directives
3. Application
the routine provision of service, paymens, or other agree upon objectives
of instruments.
(Jones, 1984:166).
Kemudian aktivitas yang kedua adalah interpretasi para pelaksana kebijakan, yaitu
aktivitas pelaksana kebijakan yang menafsirkan agar program (seringkali dalam hal
status) menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta
dilaksanakan. Terakhir, aktivitas yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan oleh
para pelaksana kebijakan yang mencakup ketentuan rutin dari pelayanan,
pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan dan perengkapan
program dari kebijakan publik yang telah ditentukan
Bertumpu pada apa yang dikemukakan Jones tersebut, maka masalah
implementasi kebijakan publik semakin lebih jelas dan luas, dimana implementasi
itu merupakan proses yang memerlukan tindakan-tindakan sistematis yang terdiri
dari organisasi, interpretasi dan aplikasi.
Implementasi Ripley dan Franklin dalam Winarno (2012:148) adalah apa
yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output). Sementara Grindle dalam Winarno (2012:149) memberikan pandangan
tentang implementasi mengatakan secara umum, tugas implementasi adalah
membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa
direalisasiakan sebagai dampak dari sesuatu kegiatan pemerintah.
Implementasi didasarkan atas kebijakan, implementasi merupakan
berkaitan dengan pelaksananaan kebijakan. Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab
(2005:68) Implementasi merupakan :
Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah/ keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi,
menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai
cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya.
Pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau
kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas,
17
Secara etimologis kata organisasi bersal dari bahasa Yunani organon yang
berarti alat. Kata ini masuk ke bahasa Latin, menjadi organization dan kemudian
kebahsa perancis (abad ke-14) menjadi organisation. Organon terdiri dari bagian-
bagian yang tersusun dan koordinasi hingga mampu menjalankan fungsi tertentu
secara dinamis.
Menurut Poerwanto (2008:10) “Organisasi sering dipahami sebagai
sekelompok orang yang berkumpul dan bekerjasama dengan cara yang terstruktur
untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah ditetapkan
bersama”.
21
terdiri dari nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan, sejarah korporat, dan
proses berpikir dalam organisasi.
sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja yang baik akan
berpengaruh baik pula pada organisasi.
Menurut Wirawan (2012 : 54-55) secara umum, dimensi kinerja dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa yang
dapat dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnnya. Misalnya,
kuantitas dari hasil kerja seorang buruh pabrik sepatu adalah berapa
pasang sepatu yang dihasilkan dalam masa penilaian dibagi dengan
jumlah hari dalam masa penilaian. Kualitasnya adalah seberapa baik
sepatu yang dihasilkan atau apakah sepatu tersebut memenuhi standar
kualitas produksi atau tidak.
b. Perilaku kerja adalah ketika berada di tempat kerjanya, seorang
karyawan mempunyai dua perilaku, yaitu perilaku pribadi dan perilaku
kerja. Perilaku pribadi adalah perilaku yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan, misalnya cara berjalan, cara berbicara, dan cara
makan siang. Perilaku kerja adalah perilaku karyawan yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, misalnya kerja keras, ramah terhadap
pelanggan, dan cara berjalan tentara dalam upacara.
c. Sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan adalah sifat
pribadi karyawan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sebagai manusia, karyawan mempunyai banyak sifat pribadi yang
dibawak sejak lahir dan diperoleh ketika dewasa dari pengalaman
kerjanya. Untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan, diperlukan sifat
pribadi tertentu. Suatu pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh seorang
karyawan jika mempunyai sifat pribadi tertentu.
Gambar 2.1
26
Bidang Hasil
Deskripsi dengan Tujuan
Standar
Jabatan Indikator
Kinerja
Kinerja
c. Jelas
d. Dapat dikontrol
e. Kontinjensi (Contigency)
f. Komprehensif
g. Fokus
h. Relevan
i. Realistis
berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan
perbaikan, atau yang biasa disebut perbaikan yang berkelanjutan.
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian prestasi pegawai adalah suatu
proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan
secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Pemimpin
yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan pegawai langsung dan atasan tak
langsung. Disamping itu pula, kepala bagian pegawai berhak pula memberikan
penilaian prestasi terhadap semua pegawainya sesuai dengan data yang ada.
Menurut Mahmudi (2012 : 6) dikatakan bahwa “manajemen berbasis
kinerja membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja yaitu untuk menilai
sukses atau tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan”. Dengan kata lain
penilaian kinerja memiliki kesamaan fungsi dengan pengukuran kinerja.
Bernardin dalam Sudarmanto (2009 : 12) menyampaikan ada 6 (enam)
kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja yaitu :
a. Quality terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ ideal
dalam memenuhi maksud dan tujuan.
b. Quantity terkait dengan jumlah satuan jumlah atau kuantitas yang
dihasilkan.
c. Timeliness terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan
aktivitas atau menghasilkan produk.
d. Cost-effectiveness terkait dengan tingkat penggunaan sumber - sumber
organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan atau
memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan
sumber - sumber organisasi.
e. Need for supervision terkait dengan kemampuan individu dapat
meneyelesaikan pekerjaan atau fungsi - fungsi pekerjaan tanpa asistensi
pimpinan atau intervensi pengawasan pimpinan.
f. Interpersonal impact terkait dengan kemampuan individu dalam
meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama
diantara sesama pekerja dan anak buah.
Dari 4 (empat) dimensi kinerja di atas, dua hal terkait dengan aspek
keluaran atau hasil pekerjaan, yaitu kualitas hasil, kuantitas keluaran, dan dua hal
terkait aspek perilaku individu, yaitu penggunaan waktu dalam kerja (tingkat
kepatuhan terhadap jam kerja, disiplin) dan kerja sama.
Jerry Harbour dalam Sudarmanto (2009 : 13) menambahkan 6 (enam)
aspek penilaian kinerja yang tertulis dalam buku The Basics of Performance
Measurement, yaitu :
a. Produktivitas, kemampuan dalam menghasilkan produk barang dan
jasa.
b. Kualitas, pemroduksian barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi
standar kualitas.
c. Ketepatan waktu (timeliness), waktu yang diperlukan dalam
menghasilkan produk barang dan jasa tersebut.
d. Putaran waktu, waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses perubahan
barang dan jasa tersebut kemudian sampai kepada pengguna/
konsumen.
e. Penggunaan sumber daya, sumber daya yang diperlakukan dalam
menghasilkan produk barang dan jasa tersebut.
f. Biaya, biaya yang diperlukan.
32
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).
Artinya, pegawai yang memiliki IQ diatas rata – rata (110 – 120)
dengan pendidikan yang memadai untuk menduduki jabtannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari – hari, maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Pegawai perlu ditempatkan
pada pekerjaan yang sesuai denngan keahliannya (the right man in the
right place, the right man on the right job).
b. Faktor Motivassi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapai situasi (situasion) kerja.Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja).
Demografi
b. Faktor psikologis yang terdiri dari
Persepsi
Attitude
Personality
Pembelajaran
Motivasi
c. Faktor organisasi yang terdiri dari
Sumber daya
Kepemimpinan
Penghargaan
Struktur
Job design
Budaya Organisasi
(Robbins (1994:480)
1. Inisiatif individual Output :
2. Toleransi 1. Kebijakan Dana
3. Arah Kampung dapat
4. Integrasi meningkatkan kinerja
5. Dukungan manajemen aparatur kampung.
6. Kontrol 2. Budaya Organisasi
7. Identitas Meningkatkan Budaya
8. Sistem imbalan kerja pada aparatur
9. Toleransi kampung.
10. Pola pola komunikasi 3. Dapat meningkatkan
kesejahteraan dan
pemerataan
pembangunan
masyarakat kampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambar 3..1
Hubungan variabel independen dan dependen
Variabel
X1
Variabel
Y
Variabel
X2
Gambar 3.2
Implementasi
Kebijakan Dana
Kampung X1
Kinerja Aparatur
Kampung Y
Budaya Organisasi
X2
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.2 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Riduwan dan Koncoro
(2011:37)
Sugiyono (2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka dapat
disimpulkan bahwa populasi dari penelitian ini adalah seluruh aparatur Kampung
41
di Kabupaten Sorong sebagai suatu hubungan kerja serta penilai kinerja pemerintah
desa yaitu Badan Permusyawaratan Kampung (BAMUSKAM). Pupulasi penelitian
ini berjumlah 2486 orang dengan 1356 orang sebagai Aparatur pemberi pelayanan
dan melakukan pembangunan dan 1130 orang Badan Permusyawaratan Kampung
selaku menilai kinerja pemerintah desa.
3.3.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dan apabila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, untuk
itu dapat diberlakukan pengambilan populasi harus betul betul representative
(mewakili). (Sugiyono, 2012:81)
Sampel dalam penelitian ini Kepala Kampung dan Perangkat Kampung
serta Ketua BAMUSKAM dan Anggota BAMUSKAM, maka sampel yang diambil
adalah 2486 orang terdiri atas :
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No. Stake Holder Jumlah Pegawai
1. Aparatur Kampung 1356
2. BAMUSKAM 1130
Total 2486
Data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK)
Kab.Sorong Tahun 2020.
𝑁
𝑛=
1+𝑁𝑒 2
Keterangan :
N = Ukuran Populasil
42
n = ukuran Sampel
e = tingkat kekeliruan pengambilan sampel sebesar 10%
berdasarkan rumus ini maka sampel minimal yang dapat diambil dari 2486
orang Apartur Kampung:
2486 dibulatkan menjadi 100 sampel
n= = 96,13
1 + (2486(0,1)2
3.3.4 Responden
Responden sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah yang
terdiri dari :
1. Aparatur Kampung
2. Kepala BAMUSKAM dan Anggota BAMUSKAM
Tabel 3.3
Skoring / nilai
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiyono (2012:93)
(probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk
populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (trust) yang digunakan
dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%,
bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan
dan kepercayaan ini disebut taraf signifikansi. (Sugiyono 2012:148-149).
Keterangan:
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0, 199 Sangat rendah
0, 20 – 0, 399 Rendah
0, 40 – 0, 599 Sedang
0, 60 – 0, 799 Kuat
0, 80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:214)
𝑛−2
t=r √
1−𝑟 2
Dimana :
t : Uji t
r : koefisien korelasi
n : jumlah data
Tabel 3.4
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Tesis
Tahun Akademik 2020/ 2021
Keterangan:
=Pelaksanaan Kegiatan
48
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Black and Champion. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Refika
Aditama, Bandung.
Riduwan dan Kuncoro, 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis
(Analisis Jalur), AlfaBeta, Bandung.
Sinambela, Lijan Poltak dkk, 2011. Reformasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara,
Jakarta.
Syafri, H.Wirman dan Setyoko. 2008, Implementasi Kebijakan Publik dan Etika
Profesi Pamong Praja, Alqaprint, Jatinangor.
Winarno, Budi, 2012. Kebijakan Publik Teori,Proses, dan Studi Kasus, CAPS,
Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan.
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14. Saya memahami nilai-nilai yang menjadi pedoman perilaku aparatur
yang ada di kantor
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
15. Sistem imbalan memotivasi pegawai untuk meningkatkan prestasi
dalam bekerja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
16. Imbalan yang diterima sesuai dengan prestasi Aparatur
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
17. Jika terjadi konflik atasan anda menyelesaikan konflik sampai
tuntas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
18. Atasan memberikan kebebasan kepada anda untuk menyampaikan
kritik
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
19. Komunikasi antar unit yang ada di kantor sudah kondusif ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
20. Kebijakan yang diambil atasan selalu disosialisasikan kepada para
aparatur ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
55
c. Ragu-ragu
d. Kurang Cukup
e. Sangat Tidak Cukup
11. Saya selalu bekerja dengan inisiatif tanpa menunggu perintah dari
pimpinan ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14. Saya dapat bekerja sama dengan aparatur lain dan di bagian lain?
a. Sangat Mudah
b. Mudah
c. Ragu-ragu
d. Kurang Mudah
e. Sangat Tidak Mudah